Henry Hutabarat
Lembaga Penelitian
Universitas HKBP Nommensen
Medan
2005
PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN
2. Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ir. Henry Hutabarat, MS
b. Jenis kelamin : Laki-Laki
c. Golongan/Pangkat : IV/a
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Jabatan Struktural : Dosen Biasa
f. Fakultas/Program Studi : Peternakan
Medan,
Januari 2012
Mengetahui Menyetujui
Fakultas Peternakan Lembaga Penelitian
Plt Dekan, Ketua, Peneliti,
Ir. Mangonar Lumbantoruan, MS Prof. Dr. Ir. Hasan Sitorus, MS Ir. Henry
Hutabarat, MS
LAPORAN PENELITIAN
Oleh :
Henry Hutabarat
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2005
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL
……………………………………………………………….. iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
…………………………………………………….. 1
1.5 Hipotesa
……………………………………………………............. 3
ii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
.......................................................... 10
3.1 Materi
Penelitian................................................................................ 10
3.1.1
Lokasi ............................................................................................ 10
3.1.2 Ternak
Penelitian ........................................................................ 10
3.1.3 Perkandangan dan
Peralatan.......................................................... 10
3.1.4 Ransum
Percobaan ...................................................................... 10
3.2. Metode
Penelitian............................................................................ 11
3.2.1 Rancangan
Penelitian .................................................................. 11
3.2.2 Analisa
Data................................................................................. 11
3.2.3 Variabel yang
Diamati................................................................. 11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
………………………………............. 13
4.1 Konsumsi
Ransum.............................................................................. 13
4.2 Pertambahan Bobot
Badan................................................................. 14
4.3 Produksi
Telur..................................................................................... 15
4.4 Berat
Telur.......................................................................................... 15
4.5 Konversi
Ransum................................................................................ 16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
…………………………………............... 17
5.1.
Kesimpulan....................................................................................
.... 17
5.2. Saran-
saran.........................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………............... 18
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Jumlah Ransum per hari menurut standar Umur Puyuh ........................
9
2. Rataan Konsumsi Ransum Burung Puyuh Jantan Selama Penelitian
(gr/ek/hr) ...............................................................................................
13
3. Rataan Pertambahan Berat Badan Burung Puyuh Selama Penelitian
(gr/ek/hr) ............................................................................................
14
4. Rataan Produksi Telur Burung Puyuh selama 4 Minggu Penelitian (%)
15
5. Rataan Berat Telur Burung Puyuh selama 4 Minggu Penelitian
(gr/ekor/hari)...........................................................................................
16
6. Rataan Konversi Ransum Burung Puyuh selama Penelitian ..................
16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Burung puyuh adalah salah satu jenis ternak unggas yang akhir-akhir ini
telur. Selain mudah pemeliharaannya, ternak ini dapat menghasilkan telur 250-
300 butir per ekor per tahun, tahan terhadap penyakit, tidak membutuhkan
lokasi yang luas. Dewasa kelamin relatip singkat sekitar 6 minggu, diperlukan
waktu 16-17 hari untuk ditetaskan serta membutuhkan makanan sekitar 14gram
ternak unggas. Biaya pakan dalam suatu usaha ternak unggas mencapai 60-70
persen dari seluruh biaya produksi. Oleh sebab itu penelitian tentang pakan
pemanfaatan organisme atau produk organisme yang disebut starbio. Bahan ini
hidup), berbeda dengan antibiotik yang dinamai anti kehidupan. Produk ini
non simbiotik. Penelitian telah berhasil merekayasa turunan starbio yang dapat
digunakan sebagai campuran ransum ternak untuk menyempurnakan nutrisi
pakan.
peningkatan mutu produksi ternak yang ada. Salah satu cara untuk
pertumbuhan. Makanan yang baik, tepat atau memenuhi syarat kandungan zat-
akan tetapi untuk menyusun ransom secara itu tentu saja relative lebih mahal.
telah dilaporkan memberikan hasil yang positif terhadap kenaikan berat badan.
Dilain pihak permintaan akan daging maupun telur puyuh terus meningkat.
dan sekaligus dapat memotivasi para pemelihara ternak babi liar di daerah dan
lingkungan makanan.
1.5 Hipotesa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Starbio
sellulosa, lignosellulosa protein dan lemak. Starbio berasal dari isolasi mikroba
rumen, koloni sapi, diperkaya dengan inner rhizzosphere akar tanaman
Beberapa produk yang sudah banyak digunakan oleh peternak, antara lain
produk asam amino dari sel tunggal (PST), kultur bakteri asam laktat dari jenis
non patogen yang dikenal dengan probiotik (Winarno dan Fardiaz, 1995).
alam terpilih dari berbagai jenis dan fungsi yang dibiakkan dalam media agar.
Mikroba tersebut dicampur dengan tanah, akar rumput, daun dan dahan pohon,
kemudian digiling sehingga bentuk butiran halus. Adapun fungsi dari mikroba
tersebut seperti, pencernaan lemak (Cellulomonas dan Clostridium
bakteri dipilih yang terbaik dan berikan cekaman panas-dingin dan asam-basa
serta perlakuan aerob dan anaerob. Kemudian dipilih lagi bakteri yang terbaik
untuk dibiakkan dalam media ampas tebu untuk selajutnya difermentasi selam
21 hari
selulosa dan lignin dapat terlepas dari ikatan tersebut oleh enzim lignase yang
tersebut akan merombak ikatan rangkap metoksil yang terdapat pada struktur
rantai lignin sehingga gugusan hidroksil penolat dan gugusan karboksil akan
oleh enzim dan dioksidasikan lebih cepat. Hasil perombakan lignin berupa
derivat lignin yang lebuh sederhasan dan memiliki kemampuan untuk mengikat
Pada tahun 1996 penggunaan starbio dalam pakan ternak babi juga
telah dilakukan di Bali. Pakan tradisional diberikan 2,5 kg atau sekitar 0,25%
as feed selama 38 hari. Hasil percobaan ini menunjukkan pakan yang diberi
starbio menghasilkan perbedaan bobot badan 6 kg dan babi lebih lincah. Dilain
pihak telah dilakukan penelitian penggunaan kadar protein 18% dan 20%
dengan kadar energi yang sama diperoleh penambahan bobot badan masing-
masing sebesar 16,25 dan 13,95 kg/ekor dan penurunan kadar lemak sebesar 11
%. Penggunaan starbio dalam pakan ternak sapi perah telah diuji di Batu raden
dan Banyumas dan diperoleh peningkatan produksi susu sebesar 8,7% kadar
lemak meningkat 9,7% dan kadar protein susu sebesar 7,4% berat jenis susu
starbio dalam pakan adalah 0,25 kg/100 Kg pakan. Crude protein pakan harus
diturunkan 1-2% (dengan jalan penambahan jagung dan bekatul), karena jika
crude protein tidak diturunkan, maka FCR akan turun. Dengan penggunaan
starbio dalam pakan sebanyak 0,25kg/100 kg pakan, maka panen akan lebih
cepat atau pertambahan bobot badan meningkat dengan kualitas daging yang
lebih baik seperti lemak punggung lebih sedikit. Disamping itu kotoran lebih
nilai jual yang tinggi sebagai penghasil telur konsumsi, telur tetas, dan bibit
jenis unggas yang lainnya. Pada umur 4 minggu dapat dipanen sebagai
burung puyuh dapat dimulai dengan modal awal relatif kecil sehingga sangat
berpenghasilan rendah.
beberapa jenis puyuh yang banyak dipelihara sebagai penghasil telur atau
tersebut coturnix coturnix japonica adalah puyuh yang lazim dipelihara untuk
mulai bertelur umur 35 hari. Telur puyuh ini berwarna cokelat tua, biru putih
dibutuhkan 40 ekor puyuh per meter dengan perbandingan suatu jantan untuk
dua sampai tiga ekor betina. Bila berlebih banyak telur tetas tidak dibuahi.
Demikian pula dapat digunakan ukuran 40x45x35 cm ekor puyuh ( 2-3 ekor
terbalik dengan produksi. Bila jumlah ternak pada suatu luas kandang tinggi
telur menjadi rendah, dan selain itu muncul sifat kanibalisme dan mortalitas
(ovovipar). Penetasan telur dapat dilakukan melalui dua cara yaitu : 1) secara
yang dibuahi sperma dapat dijadikan telur tetas (Nugroho dan Mayun, 1996).
puyuh jantan dan betina yang telah dewasa membutuhkan ransum sebanyak 20-
menurut umurnya.
3.1.1 Lokasi
Penelitian dilakukan di ” Teaching Farm” Porlak Nommensen Desa
Simalingkar kecamatan Simalingkar selama 8 minggu.
Yij = µ + δi + ε j
ransum selama penelitian disajikan pada tabel 2. Secara angka terlihat bahwa
interval 0,5 sampai 0,15% belum mempengaruhi terhadap daya cerna makanan
dari tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah 3,11; 3,07; 2,69 dan 2,63
gr/ek/hr masing-masing untuk R2; R1; R3 dan R0. Uji statistik menunjukkan
ransum puyuh.
taraf 0,5% dan 0,10% tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata
(Pemberian 0,15%).
Tabel 4. Rataan Produksi Telur Burung Puyuh selama 4 Minggu Penelitian (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5
R0 54,52 57,85 55,23 58,33 51,19 277,12 55,42 a
R1 52,99 52,62 57,14 53,09 50,00 265,84 53,17 a
R2 52,86 55,48 52,86 49,76 52,38 263,34 52,67 a
R3 52,38 51,67 50,25 53,33 54,28 261,91 52,38 a
Keterangan : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
adanya perbedaan yang nyata P(<0,05)
penelitian adalah berkisar 10 gram per butir (Tabel 5). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa pemberian starbio dalam ransum puyuh tidak
jumlah ransum yang dikonsumsi dengan berat telur selama penelitian. Hasil
Secara angka konversi ransum ini masih dibawah penelitian Nugroho (1993)
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pemberian starbio dalam ransum burung puyuh pada level 0,5 ; 0,10
berat telur dan konversi pakan (P<0,05) tetapi secara nyata berpengaruh
2. Pemberian starbio pada level 0,5 dan 0,10 dalam ransum burung puyuh
5.2. Saran-saran
Lee, T.K, K.F. Shim and E.L. Tan. 1987. Protein Requirement of Growing
Japanese Quail in the Tropic.
Moreng, R. E and J.S. Avens. 1985. Poultry Science and Production. Reston-
Publishing Company Inc., Reston, Virginia.
North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 3
rd Ed. Van Nostrand Reinhold.