MASRUROH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023
2
Oleh :
MASRUROH
NIM : 1610515220015
Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
Pada Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023
3
Anggota, Ketua,
Diketahui oleh :
Ketua Jurusan Peternakan,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................. i
DAFTAR TABEL..................................................................................... ii
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
Pelaksanaan Penelitian..................................................................... 13
Tempat dan Waktu.................................................................... 13
Metode Penelitian............................................................................. 13
Alat ........................................................................................... 13
Bahan......................................................................................... 13
Prosedur Pembuatan Nugget..................................................... 14
Prosedur Kerja Uji Organoleptik.............................................. 15
Rancangan Penelitian....................................................................... 16
Analisa Data...................................................................................... 16
Peubah Yang Diamati............................................................... 16
Uji Organoleptik............................................................................... 17
5
Warna........................................................................................ 17
Rasa........................................................................................... 18
Tekstur....................................................................................... 20
Aroma........................................................................................ 22
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 24
Kesimpulan...................................................................................... 24
Saran................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 25
LAMPIRAN.............................................................................................. 29
6
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
6. Penggorengan Nugget........................................................................... 41
8. Uji Organoleptik................................................................................... 41
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Hipotesis Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Itik Serati
Itik Serati (mule duck) merupakan hasil persilangan antara itik lokal
dengan itik manila atau entok (Cairina moschata). Itik ini potensial sebagai
penghasil serta memiliki kadar lemak yang lebih rendah dibanding jenis itik
pedaging lainnya (Suryana, 2008).
Harahap (1993) mengemukakan, itik serati sudah lama dipelihara
masyarakat di pedesaan dan dikenal sebagai persilangan antara itik lokal dan
entok. Kedua jenis unggas ini biasanya dipelihara secara ekstensif-tradisional
(diumbar) sehingga berpotensi terjadi perkawinan silang secara alami (Anwar,
2005).
Itik serati yang berkembang di Kalimantan Selatan merupakan hasil
persilangan antara entok jantan dan itik alabio betina atau sebaliknya. Itik serati
dikenal sebagi penghasil daging yang memiliki pertumbuhan cepat dan
menghasilkan daging yang bebas dari bau amis. Itik serati memiliki beberapa
keunggulan, yaitu pertumbuhannya cepat, mampu mengubah pakan berkualitas
rendah menjadi daging tahan terhadap penyakit, mortalitasnya rendah 2−5% serta
dagingnya tebal, berwarna coklat muda, tekstur lembut dan bercita rasa gurih.
Karakteristik itik serati umumnya hampir menyerupai entok, yaitu memiliki tubuh
besar, tenang, dapat berenang, tetapi tidak dapat terbang (Suryana, 2008). Adapun
gambar itik Serati dapat diliat pada Gambar 1.
Nugget
Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari
daging giling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan dilapisi
dengan tepung berbumbu (Maghfiroh, 2000). Nugget merupakan salah satu
bentuk produk makanan beku siap saji, yaitu produk yang telah mengalami
pemanasan sampai setengah matang (precooked), kemudian dibekukan (Afrisanti,
2010).
Nugget juga merupakan salah satu produk olahan yang menggunakan
teknologi restructured meat dengan memanfaatkan potongan daging yang relatif
kecil dan tidak beraturan, kemudian diletakkan kembali menjadi ukuran yang
lebih besar. Dengan tujuan meningkatkan nilai tambah daging tersebut dengan
cara memperbaiki karakteristrik produknya seperti bentuk, tekstur, kekuatan
ikatandan juga kandungan lemak (Purnomo, 2012).
Nugget adalah produk olahan daging yang memiliki rasa enak dan khas
sehingga digemari oleh semua kalangan masyarakat (Arif, 2014). Nugget
memiliki rasa yang lebih gurih dari pada daging utuh. Pembuatan nugget
mencakup lima tahap, yaitu penggilingan yang disertai oleh pencampuran bumbu,
es, bahan tambahan, pencetakan, pelapisan perekat tepung dan pelumuran tepung
roti, penggorengan awal (pre-frying) dan pembekuan (Aswar, 1995).
Proses pengukusan nugget menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan
terutama pada daging yang kandungan lemaknya sedikit, sehingga ini akan
mempengaruhi rasa nugget (Ginting, 2006). Pengukusan berfungsi untuk
mematikan mikroorganisme pembusuk di dalam daging sehingga akan
memperpanjang masa simpan nugget. Setelah selesai diproses nugget disimpan
13
dalam freezer pada suhu -18oC akan mampu bertahan ± 1 tahun (Amalia, 2012).
Dari segi kimia nugget itik mempunyai protein 28.5% dan lemak 7.32% (Ginting
dan Namida, 2005). Nugget juga mempunyai standar mutu khusus yang telah
ditetapkan oleh BSN, adapun syarat mutu nugget disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Syarat Mutu Nugget
Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 . Keadaan
a. Aroma - Normal
b. Rasa - Normal
c. Tekstur - Normal
2. Benda Asing - Tidak Boleh
3. Air %, b/b Maks. 60
4. Protein %, b/b Min. 12
5. Lemak %, b/b Maks. 20
6. Karbohidrat %, b/b Maks. 25
7. Kalsium (Ca) mg/100g Maks. 30
8. Bahan tambahan
makanan - Sesuai dengan SNI 01-0222-
a. Pengawet - 1995
b. Pewarna
9. cemaran logam berat mg/kg
a. Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0
b. Tembaga mg/kg Maks. 20,0
c. Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0
d. Timah (Sn) mg/kg Maks 40,0
10. Cemaran Arsen (As) Maks. 1,0
11. Cemarab Mikroba APM/g
a. Coliform /25g Maks. 10
b. Salmonella Koloni/g Negatif
c. Stapylococcus Maks. 1 x 102
aureus
Sumber : SNI-010-6683-2002
14
Daun Kelor
Manfaat daun kelor sangat banyak, begitu juga dengan komponen yang
terkandung dalam bagian tanaman kelor juga dapat memberikan efek positif untuk
kesehatan tubuh yaitu berupa menurunkan berat badan, anti diabetes, mencegah
penyakit jantung, mengobati kanker dan lain-lain.
Hasil penelitian Verma et al, (2009) daun kelor mengandung fenol dalam
jumlah yang banyak yang dikenal sebagai penangkal senyawa radikal bebas.
Kandungan fenol dalam daun kelor segar sebesar 3,4% sedangkan pada daun
kelor yang telah diekstrak sebesar 1,6% (Foild et al., 2007).
Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah
banyak diteliti kandungan gizi dan kegunaanya. Daun kelor sangat kaya akan
nutrisi, diantaranya kalsium, zat besi, fosfor, kalium, zin C, protein, vitamin A,
vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K, asam folat dan biotin
(Syarifah et al, 2015). Adapun kandungan gizi daun kelor dalam 100 g Menurut
Gopalakrishnan et al., (2016) disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Gizi Daun Kelor Dalam 100 g
Komposisi Gizi Daun Segar Daun Kering
Energi 92 kkal 329 kkal
Protein 6,7 g 29,4 g
lemak 1,7 g 5,2 g
Karbohidrat 12,5 g 41,2 g
Serat 0,9 g 12,5 g
Kalsium 440 mg 2.185 mg
Magnesium 42 mg 448 mg
Fosfor 70 mg 225 mg
Potasium 259 mg 1.236 mg
Tembaga 0,07 mg 0,49 mg
Besi 0,85 mg 25,6 mg
Vitamin B1 0,06 mg 2,02 mg
Vitamin B2 0,05 mg 21,3 mg
Vitamin B3 0,8 mg 7,6 mg
Vitamin C 220 mg 15,8 mg
Vitamin E 448 mg 10,8 mg
17
Organoleptik
dengan komponen lainya. Rasa merupakan kriteria penting dalam menilai suatu
produk pangan yang banyak melibatkan indera pengecap yaitu lidah, pengecap
pada lidah disebut dengan taste buds. Taste buds menggandung beberapa reseptor
rasa yaitu asam, asin, manis dan pahit (Roslan et al., 2009).
3. Tekstur
Tekstur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan
konsumen terhadap suatu bahan pangan. Tekstur adalah tekanan atau sentuhan
dengan menggunakan jari yang meliputi penilaian terhadap kebasahan, kering,
keras, halus, kasar, dan berminyak. Faktor tekstur diantaranya adalah rabaan oleh
tangan, keempukan dan mudah dikunyah. Penambahan bahan tambahan yang
berbeda akan merubah tekstur dalam suatu makanan tersebut (Nurlaila et al.,
2017).
Anjarsari (2010) menyatakan fungsi bahan tambahan yang digunakan pada
makanan untuk yaitu untuk menurunkan penyusutan akibat pemasakan,
memperbaiki warna, meningkatkan elastisitas produk dan membentuk tekstur
yang padat.
4. Aroma
Menurut (Lesmayati et al, 2014), aroma memiliki fungsi yang sangat
penting dalam suatu produk makanan, karena sebelum mengkonsumsi makanan
tersebut biasanya terlebih dahulu aroma makanan tercium oleh indra hidung,
apabila aroma pada produk terlalu menyengat atau terkesan hambar akan
membuat konsumen tidak tertarik mengkonsumsi.
Aroma suatu makanan menentukan kelezatan makanan tersebut. Suatu
prodak pangan akan lebih mudah diterima oleh konsumen jika memiliki aroma
yang khas dan menarik (Winarno, 2006).
20
Pelaksanaan Penelitian
Metode Penelitian
Alat
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam proses pembuatan nugget itik ini
terbagi menjadi dua bahan yaitu, bahan utama dan bahan tambahan. Bahan Utama
ini digunakan untuk seluruh perlakuan dengan empat kali ulangan, dengan P0
sebagai formula kontrol. Perbandingan formula yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Bahan Utama (g) P0 P1 P2 P3 P4
Tepung daun kelor 0 10 20 30 40
Daging itik 250 250 250 250 250
Jahe 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Tepung terigu 100 90 80 70 60
Telur (Butir) 1 1 1 1 1
Bawang putih 7 7 7 7 7
Garam 6 6 6 6 6
Penyedap rasa 3 3 3 3 3
Tepung maizena 12 12 12 12 12
Total adonan 379,5 379,5 379,5 379,5 379,5
21
Bahan Tambahan :
1. Telur 1 butir
2. Tepung roti
3. Minyak goreng
11. Nugget yang sudah dingin kemudian di potong dengan ukuran 2 x 2 cm. Dan
nantinya setiap panelis akan mendapatkan satu potong nugget sebagai sampel
dari setiap perlakuan.
Rancangan Penelitian
Analisa Data
Uji Organoleptik
20%, 30% dan 40% berpengaruh nyata terhadap warna nugget itik Serati
(p<0,05).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan P1 sampai dengan P4
warna yang dihasilkan hijau pekat, warna hijau pekat pada nugget disebabkan
karena adanya penambahan tepung daun kelor sebanyak 10% sampai dengan
40%. Hal ini didukung oleh penelitian Widyawatiningrum et al, (2018) yang
menyatakan bahwa semakin banyak penambahan daun kelor yang dicampurkan ke
dalam adonan nugget ayam, maka warna produk nugget ayam akan semakin hijau.
Menurut Mardiyah & astuti (2019) pada penelitiannya menunjukkan
bahwa adanya pengaruh penambahan tepung daun kelor dan tulang ayam terhadap
warna nugget ayam dengan nilai p-0,000<0,05, semakin banyak penambahan
tepung daun kelor maka warna yang dihasilkan semakin pekat. Warna hijau pada
nugget ini disebabkan karena daun kelor banyak mengandung klorofil dengan
konsentrasi yang tinggi yaitu 6890 mg/kg bahan kering. Klorofil adalah zat yang
menyebabkan warna hijau daun alami yang umumnya terdapat dalam daun
sehingga sering disebut sebagai zat hijau daun, hal ini sesuai dengan kandungan
daun kelor yang memiliki 4x lebih banyak dibandingkan dengan wheatgrass
(Kurniasih, 2015). Suseno et al, (2007) juga menyatakan pada penelitiannya
bahwa penambahan bahan padat pada suatu produk makanan menyebabkan jarak
antar partikel menurun sehingga menyebabkan produk lebih terisi.
Rasa
Hasil pengamatan rasa nugget itik serati dengan penambahan tepung daun
kelor dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai rataan rasa nugget itik Serati dengan penambahan tepung daun
kelor
Perlakuan Rata-rata ± SEM
P0 2,04 ± 0,05c
P1 1,41 ± 0,06b
P2 1,38 ± 0,06b
P3 1,13 ± 0,04a
P4 1,04 ± 0,02a
Keterangan: Angka yang diikuti superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata (p < 0,05).
26
Tekstur
semakin banyak banyak maka tekstur yang dihasilkan pada nugget akan semakin
lembek.
Aroma
Hasil pengamatan aroma pada uji organoleptik nugget itik serati dengan
penambahan tepung daun kelor dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai rataan tingkat aroma nugget itik Serati dengan penambahan tepung
daun kelor.
Perlakuan Rata-rata ± SEM
P0 2,64 ± 0,05a
P1 2,70 ± 0,05a
P2 2,69 ± 0,07a
P3 2,65 ± 0,07a
P4 2,64 ± 0,06a
Keterangan: Angka yang diikuti superskrip yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata (p > 0,05).
nugget yang dikukus aroma pada tepung daun kelor tetap menyebar pada adonan
lainnya, karena pada pengukusan nugget terjadi penguapan pada sampel nugget
melalui air dan panci tersebut sehingga pada perlakuan P0 tercium aroma daun
kelornya. Hal ini sejalan dalam penelitian Fatimah dan Wardani (2019) yang
menyatakan bahwa bau langu yang terdapat pada daun kelor disebabkan oleh
enzim protease.
Menurut Hastuti et al, (2015) pada penelitiannya juga mengatakan bahwa
penambahan kelor dalam bentuk segar maupun serbuk dapat menyebabkan bau
nugget menjadi kurang kuat hal ini disebabkan daun kelor memiliki bau yang
khas. Aroma tepung daun kelor berpengaruh terhadap aroma nugget, karena kelor
yang memiliki enzim lipoksidasea yang memiliki aroma khas yang tajam
(Krisnadi, 2015).
Nurlaila. et al, (2016) juga menyatakan dalam penelitiannya bahwa
penggunaan tepung kelor yang terlalu banyak akan menurunkan tingkat kesukaan
panelis terhadap aroma karena daun kelor memiliki aroma yang khas dan
berlebihan dibandingkan dengan bahan utama.
Moviana (2015) dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa aroma
nugget ayam dengan adonan 75% tepung terigu, 15% daun kelor segar dan 10%
persen serbuk daun kelor memiliki aroma cukup langu, sedangkan nugget dengan
adonan 100% tepung terigu memiliki aroma yang khas ayam.
Penambahan daun kelor baik dalam bentuk segar maupun serbuk
menyebabkan aroma nugget menjadi kuat atau kurang spesifik. Hal ini disebabkan
karena daun kelor mempunyai aroma yang khas. Namun aroma tepung daun kelor
tidak begitu dominan sehingga masih tercium aroma khas pada nugget ayam
tersebut. Ageng et al, (2013) juga menyatakan bahwa aroma yang ditimbulkan
pada nugget ayam berasal dari senyawa volatile yang terdapat pada daging ayam
dan mencampuran bumbu.
31
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Afrisanti, D.W. (2010). Kualitas Kimia dan Organoleptik Nugget Daging Kelinci
dengan Penambahan Tepung Tempe. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret.
Ageng. M. P., Rosyidi, D., & Widyastuti, E.S. (2013). Pengaruh penambahan pati
biji durian terhadap kualitas kimia dan organoleptik nugget ayam. Jurnal
Ilmu-lmu Peternakan. 23(3): 17-26.
Amalia U. (2012). Pendugaan umur simpan produk nugget ikan dengan merek
dagang Fish Nugget “So Lite”. Saintek Perikanan. 8(1): 27-31.
Anwar, F., Latif, S., Ashraf, M., & Gilani, A.H. (2007). Moringa oleifera: a food
plant with multiple medicinal uses. Phytother. Res. 21: 17–25.
Aswar. (1995). Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Nila Merah (Oreochromis Sp.).
Skripsi. Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Adzitey, Frederick, G., Rusul., & Huda. N. (2012). Prevalence and antibiotic
resistance of salmonella serovars in ducks, duck rearing and processing
environments in penang, malaysia. Food Research International. 45(2):
947–52.
Dewi, F. K., Suliasih, N., & Gardina, Y. (2016). Pembuatan Cookies dengan
Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) pada Berbagai Suhu
Pemanggangan. Fakultas Teknik Universitas Pasundan. Bandung
Ginting, N. (2006). Penambahan bahan pengikat pada nugget itik serati. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. J. Agribisnis Peternakan. 2(1) : 610.
Ginting, N., & Namida, U. (2005). Penggunaan berbagai bahan pengisi pada
nugget itik air (the apllication of various voluminous matter on waterfowls
nugget). J. Agribisnis Peternakan. 1 (3) : 106-110.
Gopalakrishnan, L., Doriya, K., & Kumar, D.S. (2016). Moringa oleifera: A
review on nutritive importance and its medicinal application. Journal Food
Science and Human Wellness. 5 (2016) 49-56.
Hastuti, S., Suryawati, S., & Maflahah, I. 2015. Pengujian Sensoris Nugget Ayam
Fortifikasi Daun Kelor. Fakultas Pertanian. Madura.
Huda, N., Lin O. J., Ping Y. C., & Nurkhoeriyati. T. (2010). Effect of chicken and
duck meat ratio on the properties of sausage. Int. J. Poult. Sci. 9(6): 550–
555.
Huda, N., Putra, A. A., & Ahmad. R. (2011). Potential Application Of Duck Meat
For Development Of Processed Meat Products. Poult. Sci. 1(1): 1–11.
Kartika, B., Hastuti P., & Supartono. W. (1998). Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. Edisi Kedua. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Krisnadi, A., & Dudi. (2015). Kelor Super Nutrisi. Blora. Pusat Informasi dan
Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia.
Kurniasih. (2016). Khasiat dan Manfaat Daun Kelor. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.
Kurniawan., & Setyo. (2013). Obat Ajaib Sirih dan Daun Kelor. Buku Biru:
Yogyakarta.
Lestari, D., Rukmiasih, T., Suryati, P. S., Hardjosworo., & Lase, P. (2020).
Komposisi asam lemak dan kadar malondialdehida daging itik lokal yang
diberi diantioksidan alami. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
Peternakan. 8(3): 117–123.
Mardiyah, B. Al., & Astuti N. (2019). Pengaruh penambahan daun kelor (moringa
oleifera lamk) dan tulang ayam terhadap sifat organoleptic dan tingkat
kesukaan nugget ayam. Jurnal Tata Boga. 8(2).
Misra, A., Srivastava, S., & Srrivastava, M. (2014). Evaluation of anti diarrheal
potential of Moringa oleifera leaves. Journal of Pharmacognosy and
Phytochemistry. 2(5), 43-46.
Nurlaila, S., Agustini D.M., & Purdiyanto. J. (2017). Uji organoleptik terhadap
berbagai bahan dasar nugget. Maduranch. 2(2):67-72.
Roslan, A. N. B., Jenny, S., & Anis, I. (2009). Penurunan sensitivitas rasa manis
akibat pemakaian pasta gigi yang menggandung sodium lauryl sulphate 5%.
J. Pdgi. 58 (2) : 10-3.
Saleh, E. (2004). Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Fakultas
Pertanian Universitas. Sumatera Utara.
Simbolan, J. M., Simbolan, M., & Katharina, N. (2007). Cegah Malnutrisi dengan
Kelor. Kanisius. Yogyakarta.
Suhaemi, Z., Husmaini, E., Yerizel., & Yessirita. (2021). Pemanfaatan daun kelor
(moringa oleifera lamk) dalam fortiikasi pembutan nugget. Jurnal Ilmu
Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 9(1): 49-54.
35
Syarifah. (2015). Kandungan nutrisi dan sifat fungsional tanaman kelor (moringa
oleifera). Buletin Pertanian Perkotaan, 5(2).
Toripah, S, S., Abidjulu, J., & Wehantouw, F., (2014). Aktivitas Antioksidan dan
Kandungan Total Fenolik Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk).
Universitas Samratulangi. Manado.
Verma, A.R., Vijayakumar, M., Mathela, C.S., & Rao, C.V. (2009). In vitro and
in vivo antioxidant properties of different fractions of moringa oleifera
leaves. Food Chem. Toxicol. 47, 2196–2201.
Widyatanigrum, E., Nur, S., & Ida, N. C. (2018). Kadar protein dan organoleptik
nugget ayam fortifikasi daun kelor (moringa oleifera lamk). Prosiding
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Jember.
200-205.
Winarno, F. G. 2006. Kimia Pangan dan Gizi. Gedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winnarko, H., & Mulyadi, Y. (2020). Uji coba produk nugget berbahan dasar ikan
cakalang (katsuwonus pelamis) dengan penambahan tepung daun kelor
(moringa oleifera L). Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan. 4(1): 13-20.
Yameogo, W. C., Bengaly, D. M., Savadogo, A., Nikièma, P. A., & Traoré, S. A.
(2011). Determination of chemical composition and nutritional values of
moringa oleifera Leaves. Pakistan Journal of Nutrition. 10 Vol (3): 264-
268.
LAMPIRAN
37
Digiling Air es
Tepung daun kelor
P0 : Kontrol
P1 : 10% Pencampuran Bahan 1. Tepung Terigu sesuai
P2 : 20% perlakuan
P3 : 30% 2. Telur 1 butir
P4 : 40% Aduk 3. Bawang putih 7 g
4. Garam 6 g
5. Penyedap rasa 1 sdt
6. Tepung maizena 12 g
Masukkan loyang
Kukus adonan
selama 25 menit
Lampiran 2. Kuesioner
Hari/tanggal : ...............................
Nama : .....................
Angkatan : .....................
Umur : .....................
Lampiran 3. ANOVA
Warna
Oneway
Descriptives
Warna
ANOVA
Warna
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Warna
(I) Nugget Daun (J) Nugget Daun Mean Std. Sig. 95% Confidence Interval
Kelor Kelor Difference Error Lower Upper
(I-J) Bound Bound
*
LSD P0 P1 1.425 .072 .000 1.28 1.57
Homogeneous Subsets
Warna
1 2 3 4
P4 80 1.18
P3 80 1.33
P2 80 1.41
Duncana
P1 80 1.58
P0 80 3.00
Rasa
41
Oneway
Descriptives
Rasa
ANOVA
Rasa
(I) Nugget Daun (J) Nugget Daun Mean Std. Sig. 95% Confidence Interval
Kelor Kelor Difference Error Lower Upper
(I-J) Bound Bound
Homogeneous Subsets
Rasa
1 2 3
P4 80 1.04
P3 80 1.13
P2 80 1.38
Duncana
P1 80 1.41
P0 80 2.04
Tekstur
Oneway
Descriptives
Tekstur
43
ANOVA
Tekstur
Homogeneous Subsets
Tekstur
1 2 3 4
P0 80 1.76
P1 80 2.15
P2 80 2.36
Duncana
P3 80 2.38
P4 80 2.61
Aroma
Oneway
Descriptives
Aroma
ANOVA
Aroma
(I) Nugget (J) Nugget Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Daun Kelor Daun Kelor Difference Lower Upper Bound
(I-J) Bound
Homogeneous Subsets
Aroma
P0 80 2.64
P4 80 2.64
P3 80 2.65
Duncana
P2 80 2.69
P1 80 2.70
Sig. .535