Disusun oleh :
Imas Siti Nur Halimah 230110140084
Egi Sahril 230110140089
Yunia Qonitatin AM 230110140106
Kelas :
Perikanan B / Kelompok 6
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum
kami yang berjudul “Analisis Aspek Biologi (Pertumbuhan, Reproduksi, dan
Kebiasaan Makan) Ikan Kapiat (Barbodes schwanenfeldii)” yang merupakan
bagian tugas praktikum Mata Kuliah Biologi Perikanan.
Laporan Akhir Praktikum ini membahas mengenai pertumbuhan,
reproduksi dan kebiasaan makan dari ikan Talang-Talang. Pada kesempatan ini
kami tak lupa mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen mata kuliah Biologi Perikanan yang telah membimbing;
2. Seluruh Asisten Dosen mata kuliah Biologi Perikanan yang
membimbing selama praktikum;
3. Seluruh anggota kelompok 6B yang telah berperan aktif;
4. Dan pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Demikianlah harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat serta
menambah pengetahuan khusunya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Adanya saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan laporan akhir
praktikum selanjutnya sangat dihargai, kami mengucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................... 2
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ................................................................................................. 29
4.1.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Kelompok ..................................... 29
4.1.2 Hasil Pengamatan Reproduksi Kelompok........................................ 29
4.1.3 Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Kelompok ................. 29
4.1.4 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Angkatan ...................................... 30
4.1.5 Hasil Pengamatan Reproduksi Angkatan ......................................... 36
4.1.6 Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Angkatan .................. 38
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 42
4.2.1 Pembahasan Aspek Pertumbuhan .................................................... 42
4.2.2 Pembahasan Aspek Reproduksi ....................................................... 44
4.2.3 Pembahasan Aspek Food and Feeding Habits ................................. 47
iii
DAFTAR TABEL
3 Data Food and Feeding Habits Ikan Kapiat (Data Kelompok) ... 30
iv
DAFTAR GAMBAR
6 Posisi Inti Telur : (a) Tengah (b) Menuju Kutub (c) Melebur....... 19
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
berwarna oranye atau merah dengan pinggiran garis hitam dan putih sepanjang
cupang sirip ekor (Kottelat dkk. 1993).
(a) (b)
Gambar 2. Gonad Ikan Kapiat : (a) Jantan (b) Betina
2.2 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah proses perubahan jumlah individu/biomas pada
periode waktu tertentu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor luar dan factor
dalam. Faktor luar sulit dikontrol yang meliputi keturunan, sex, umur, parasit, dan
penyakit. Faktor luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan
dan suhu perairan (Effendi 2002).
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran bagian-bagian tubuh dan fungsi
fisiologis tubuh. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal itu meliputi keturunan, pertumbuhan kelamin.
Pertumbuhan ikan memiliki hubungan yang erat antara pertumbuhan panjang dan
berat. Berdasarkan teori hubungan panjang berat dapat dinyatakan dengan rumus
W= aLb, dalam hal ini “W” = berat, “a dan b”= konstanta, dan “L”= panjang ikan
Dalam menduga pertumbuhan ikan di daerah tropis sulit dilakukan karena proses
pertumbuahan ikan terus menerus sehingga tidak bisa ditentukan hanya dengan
melihat bentuk sirkulus pada sisik saja. Pertumbuhan ikan juga dapat menduga
sebaran tingkat kematangan gonad ikan berdasarkan ukuran (Effendie 1997).
pangkat yang harus cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan. Teknik
perhitungan panjang berat menurut Lagler (1961) secara langsung adalah dengan
membuat daftar tersusun dari harga L, log L, W, log W, log L x log W, dan (log
L)2. Apabila N = jumlah ikan yang sedang dihitung, maka untuk mencari a:
∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑
Untuk mencari b digunakan rumus:
∑
∑
Kemudian harga log a dan b masukkan ke dalam rumus:
Lt = L∞ {1-e-k(t-t0)}
Keterangan :
Lt = Prediksi panjang ikan pada saat umur ( predict length at age t)
L∞ = Panjang tak terhingga (asymptotic length)
K = Laju pertumbuhan tahunan (Growth Constant)
T0 = Umur teoritis ( age of fish at length zero)
Keterangan :
N : jumlah populasi
dL : Lebar selang kelas
S : Simpangan baku
X : Nilai tengah kelompok umur
2.3 Reproduksi
Menurut Nikolsky (1963) reproduksi merupakan mata rantai dalam siklus
yang berhubungan dengan mata rantai yang lain untuk menjamin keberlanjutan.
Beberapa aspek reproduksi seperti rasio kelamin, faktor kondisi tingkat
kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas, diameter telur pola
pemijahan penting diketahui untuk kepentingan pengelolaan dan pengembangan
Ikan Kapiat dalam bidang perikanan sehingga Ikan Kapiat dapat dimanfaatkan
secara optimal dan lestari.
IKG = x 100%
Selain gonad yang ditimbang beratnya, hati pada ikan pun ditimbang. Hal
ini dilakukan karena pada hati terjadi proses vitelogenesis (pembentukan kuning
telur). Perhitungan HIS pada hati menggunaka rumus :
HSI = x 100%
indeks hepatosomatik. Hal ini menandakan bahwa adanya cadangan energi yang
ada di hati dipakai untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
Hepatosomatic Index (HSI) merupakan suatu metoda yang dilakukan untuk
mengetahui perubahan yang terjadi dalam hati secara kuantitatif. Hati merupakan
tempat terjadinya proses vitelogenesis. Rumus yang digunakan dalam perhitungan
HSI adalah sebagai berikut :
Dimana :
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bh = Berat Hati (gram)
Bw = Berat Tubuh (gram)
2.3.5 Fekunditas
Fekunditas adalah semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu
ikan melakukan pemijahan. Dengan mengetahui fekunditas dapat ditaksir jumlah
ikan yang akan dihasilkan dan juga dapat ditentukan jumlah ikan dalam kelas
umur tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas anatara lain
perbandingan induk betina dan jantan (Effendie 1979).
Fekunditas demikian dianamakan fekunditas individu atau mutlak. Istilah
lain ialah fekunditas nisbi, yaitu jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan.
Nikolsky selanjutnya menyatakan bahwa fekunditas individu adalah jumlah telur
dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam ovari
biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil. Cara
menghitung telur dalam meneliti fekunditas (Effendie 1979) ialah :
1. Cara Menjumlah langsung
2. Cara volumetrik
X:x=V:v
Dimana, X = jumlah telur didalam gonad yang akan dicari (fekunditas)
x = jumlah telur dari sebagian kecil gonad
V = isi (volume) seluruh gonad
16
Gambar 6. Posisi Inti Telur : (a) Ditengah (b) Menuju Kutub (c) Melebur
dari ikan tersebut. Seperti halnya plankton (bagi ikan kecil dan ikan pemakan
plankton) ataupun ikan-ikan kecil (bagi ikan predator) sebagai mangsa dan ikan-
ikan lainnya yang berperan sebagai kompetitor. Selain itu faktor lingkungan atau
abiotik juga sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pakan ikan, seperti halnya
suhu, cahaya, ruang, kekeruhan dan luas permukaan. Faktor abiotik berpengaruh
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap jumlah pakan yang ada
ataupun pola kebiasaan ikan sehingga membentuk suatu pola dari kebiasaan
makan ikan itu sendiri (Effendie 1997).
Kebiasaan makan (feeding habits) suatu jenis ikan mencakup dua hal,
yaitu jenis-jenis makanan dan cara makan ikan terkait. Pemahaman mengenai
feeding habits memiliki arti penting untuk memberikan jenis makanan yang cocok
dan disukai ikan sehingga makanan tersebut dapat termakan (Effendie 1997).
Ikan ini merupakan jenis schooling fish atau ikan yang bergerombol. Ikan
ini berenang dengan cara mulut dan tapis insang terbuka. Ini merupakan cara ikan
ini makan dengan menyaring plankton yang masuk ke mulut dan tersaring di tapis
insang. Tidak keseluruhan makanan yang ada dalam suatu perairan dimakan oleh
ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi dimakan atau tidaknya suatu zat
makanan oleh ikan diantaranya yaitu ukuran makanan ikan, warna makanan dan
selera makan ikan terhadap makanan tersebut. Sedangkan jumlah makanan yang
dibutuhkan oleh ikan tergantung pada kebiasaan makan, kelimpahan makanan,
nilai konversi makanan serta kondisi makanan ikan tersebut. Dari hasil studi dapat
ditarik suatu kesimpulan apakah ikan yang bersangkutan itu herbivora, karnivora
atau omnivora. Apakah jenis-jenis makanan pokoknya dan apa saja yang menjadi
makanan sambilannya.
Menurut Effendie (1997), ada 5 macam cara yang dapat digunakan untuk
mempelajari makanan dan kebiasaan makan ini, yaitu :
a. Metode jumlah, yaitu dengan cara menghitung satu demi satu organisme yang
ada pada usus ikan, kemudian mengelompokkannya kedalam spesies dan
mencari perbandingannya sehingga mendapatkan kesimpulan apa yang
menjadi makanan pokok dan apa yang menjadi makanan sambilan ikan
tersebut.
22
b. Metode frekuensi kejadian, yang meneliti isi usus ikan dan menyatakan
hasilnya dalam persenan dari seluruh jumlah usus yang diteliti (termasuk pula
jumlah usus yang kosong), sehingga akan terlihat frekuensi organisme apa
yang sering dimakan oleh ikan tersebut dan dinyatakan dengan persen.
c. Metode perkiraan tumpukan dengan persen, yang mencari dulu berapa volume
usus ikan yang bersangkutan, kemudian menyatakan hasil pemeriksaan isinya
dalam persenan (seluruh contoh makanan yang diperiksa adalah 100%).
d. Metode volumetrik, yaitu mengukur volume tiap organisme yang terdapat di
dalam usus, kemudian menyatakannya dalam persenan volume dari volume
makanan seluruhnya (yang terdapat dalam satu ekor ikan).
e. Metode gravimetrik, pada hakekatnya sama dasarnya dengan metode
volumetrik, tetapi yang diukur bukan volumenya, melainkan bobotnya.
Hasilnya juga dinyatakan dengan persenan bobot dari seluruh makanan ikan.
Ketersediaan pakan di alam sangatlah mempengaruhi pola makan ikan-
ikan tersebut yang biasanya terdapat perbedaan akibat pengaruh lingkungan dan
musim sebagai salah satu pengaruh dari letak geografis daerah tersebut. Sehingga
ikan yang dari spesies yang sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda akan
memiliki kebiasaan makan yang berbeda pula. Biasanya perbedaan ini terlihat
jelas pada ikan air tawar (Carlander 1969).
Berdasarkan kepada makanannya ikan dapat digolongkan kedalam 4
kelompok besar yaitu ikan pemakan plankton dan detritus, karnivora (pemakan
daging), herbivora (pemakan tumbuhan), dan omnivora (pemakan segala).
Menurut Moch. Ichsan Effendie (1997) di dalam bukunya Biologi Perikanan
menyatakan bahwa ikan dikelompokan kedalam beberapa kelompok yaitu ikan
pemakan plankton, pemakan tanaman, pemakan dasar, pemakan detritus, ikan
buas, dan pemakan campuran kemudian disederhanakan lagi kedalam beberapa
katagori yaitu ikan euryphagic (ikan pemakan bermacam-macam makanan),
stenophagic (ikan yang memiliki jenis makanan yang relatif sedikit), dan
monophagic (ikan yang memakan hanya satu jenis makanan saja).
23
∑
Keterangan :
IP = indeks preponderan
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
Σ(Vi x Oi) = jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
Berdasarkan nilai Indeks Preponderan yang diperoleh dari hasil penelitian,
maka urutan kebiasaan makanan ikan dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu
jika nilai :
IP > 25% : makanan utama.
5% ≤ IP ≥ 25% : makanan pelengkap.
IP < 5% : makanan tambahan.
diketahui kedudukan ikan tersebut dalam ekosistem (Caddy & Sharp dalam
Tjahjo et al. 2008), persamaan yang digunakan adalahsebagai berikut:
Keterangan:
Tp = Tingkat trofik ikan
Ttp = Tingkat trofik kelompok pakan ke-p
Ii = Indeks bagian terbesar untuk kelompok pakan ke-p
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Ikan Kapiat berfungsi sebagai objek penelitian.
2. H2O berfungsi sebagai pelarut.
25
26
3.3.5 Fekunditas
1. Bedah ikan dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian urogenital
melingkar menuju bagian rongga perut hingga isi perut dapat terlihat
2. Ambil gonad betina yang ada di dalam perut, hingga terpisah dari organ
lain.
3. Ambil air sebanyak 100ml dengan menggunakan gelas ukur.
4. Masukkan seluruh gonad, ukur perubahan volumenya.
5. Ambil sampel telur pada 3 bagian, yaitu anterior, tengah dan ujung dekat
urogenital.
6. masukkan masing-masing sampel ke dalam air sebanyak 100ml dan ukur
perubahan volumenya.
7. Hitung jumlah dari ketiga sampel telur tadi, setelah itu masukka kedalam
rumus diatas.
8. Catat pada tabel pengamatan (terlampir).
4. Tambahkan larutan lugol, amati satu persatu telur dengan mikroskop pada
pembesaran 40x.
5. Amati pula diameter telur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan
Kelompok : 6B
Hari/tanggal : Selasa/12 April 2016
Spesies Ikan : Ikan Kapiat (Barbodes schwanenfeldii)
Habitat : Ciparanje
Bunting 131 18,36 8,5 14,02% 0,05 1 0,04% 7334 24 30 36 1760 3227 2347
Tabel 3. Data Food and Feeding Habits Ikan Kapiat (Data Kelompok)
30
40%
30% 19%
20% 10% 10% 10%
10% 5%
0%
160-170 171-181 182-192 193-203 204-214 215-225
Interval TL (mm)
25%
20%
15%
10% 8%
5%
5% 3%
0%
167-180 181-194 195-208 209-222 223-236 237-250
Interval TL (mm)
2.00
1.80
y = 1.5431x - 1.5384
2.15 2.20 2.25 2.30 2.35
R² = 0.413
Series1 Linear (Series1)
Berdasarkan grafik linier panjang berat Ikan Kapiat jantan (Gambar 9),
maka didapatkan nilai-nilai sebagai berikut :
a = 1,5384
b = 1,5431
R2 = 0,413
r = 0,642
2.00
1.50
1.00
y = 1.4704x - 1.2514
0.50 R² = 0.33
0.00
2.20 2.25 2.30 2.35 2.40 2.45
Berdasarkan grafik linier panjang berat Ikan Kapiat betina (Gambar 10),
maka didapatkan nilai-nilai sebagai berikut :
a = 1,2514
b = 1,4704
R2 = 0,33
r = 0,574
LI - L2 N2+ N2
194 - 214 1 1
215 - 235 3 3
4 4
20
KOHORT
19
IKAN KAPIAT
18
16
15
Frekuensi
10
5 3 3
1
0
157-172 173-188 189-204 205-220 221-236 237-252
Interval
Jantan Betina
21 39
BETINA
65%
70%
50 16.67
60% 215-225
50% 16.67 204-214
83.33
40% 193-203
16.67 16.67
30% 182-192
20% 171-181
33.33 16.67
10% 160-170
16.67
0% 0 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan hasil pengamatan isi usus Ikan Kapiat, maka didapatkan data
hasil identifikasi sampel perairan sebagai berikut:
Tabel 13. Data Hasil Identifikasi Sampel Perairan
Hasil Analisis Plankton di Ciparanje
Jenis Plankton Stasiun
Cyanophyceae
Oscillatoria 8
Jumlah 8
Chlorophyceae
Characium longipes 3
Oocystus naegelii 145
Jumlah 148
Diatom Air Tawar
Synedra acus 1
Gyrosigma 2
Nitzschia curvula 29
Asterionella pormosa 15
Jumlah 47
Desmidiacae
Penium spirostriolatum 2
Gronbladia neglecta 14
Netrium digitus 3
Jumlah 19
Euglenophyta
40
Euglena acus 3
Astacia klebsii 1
Euglena 4
Jumlah 8
Rhizopoda
Difflugia 1
Jumlah 1
Rotatoria
Asplanchna 14
Jumlah 14
Entomostraca
Cathypna ungulata 3
Brachionus 12
Keratella 11
Diurella tunuior 11
Noteus militaris 1
Sida cristallina 1
Jumlah 39
Jumlah 46147
1.5
Nilai
0.5
0
herbivora omnivora karnivora
Kelompok Ikan
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Aspek Pertumbuhan
Pengamatan pertama mengenai pertumbuhan Ikan Kapiat, berdasarkan
hasil pengukuran didapatkan panjang standar (SL) sebesar 135 mm, panjang
samapai lekuk ekor ikan (FL) yaitu 155 mm dan panjang total yaitu sebesar 185
mm dan bobot ikan yaitu sebesar 131 gram.
Pengamatan yang dilakukan pada 60 ekor Ikan Kapiat, didapatkan hasil
bahwa jenis kelamin Ikan Kapiat jantan lebih dominan dibandingkan Ikan Kapiat
betina. Ikan Kapiat betina yang diamati berjumlah 39 ekor dan jantan berjumlah
21 ekor. Jikan dipersentasekan, perbandingan jumlah Ikan Kapiat jantan dan Ikan
Kapiat betina adalah 65% : 35%. Kondisi ini menimbulkan dugaan bahwa Ikan
Kapiat adalah ikan poligami, dimana untuk melakukan aktifitas reproduksi, seekor
jantan bisa membuahi lebih dari satu Ikan Kapiat betina untuk menghasilkan
telurnya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Siregar (1998) yang menyatakan
bahwa di Sungai Kampar Ikan Kapiat yang ditemukan lebih dominan ikan jantan
dibandingkan ikan betina. Hasil penelitian Yustina dan Arnentis (2002) juga
menyatakan bahwa Ikan Kapiat di Sungai Rangau lebih banyak ikan jantan
dibandingkan ikan kapiek betina. Hasil yang diperoleh disebabkan Karena pada
setiap tempat ditemukan perbedaan baik kualitas air, suhu, maupun ketersediaan
pakan di alam.
Pengamatan juga dilakukan terhadap pola pertumbuhan ikan. Sifat pada
pertumbuhan ikan terbagi menjadi dua bagian yaitu pertumbuhan isometrik dan
allometrik. Pertumbuhan isometrik adalah pertumbuhan panjang dan berat ikan
seimbang sedangkan pertumbuhan allometrik adalah pertumbuhan panjang dan
berat ikan yang tidak seimbang (Effendie 2002). Berdasarkan hasil pengamatan
yang diperoleh nilai pertumbuhan Ikan Kapiat betina yaitu b= 1,4704 dan nilai
pertumbuhan Ikan Kapiat Jantan yaitu b= 1,5431. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pertumbuhan Ikan Kapiat yaitu memiliki nilai allometrik negatif yang
berarti pertumbuhan berat ikan kapiat lebih lambat apabila dibandingkan dengan
pertumbuhan panjangnya. Perbedaan hubungan panjang berat Ikan Kapiat ini diduga
karena dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dan kandungan nutrisi makanan ikan.
43
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan pertumbuhan ikan kapiat menjadi
allometrik negatif antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yaitu faktor yang pengedaliannya sulit antara lain seperti keturunan, sex, umur,
parasit, serta penyakit yang menjangkiti ikan tersebut. Faktor eksternal antara lain
makanan, dan kondisi perairan ikan tersebut berada. Asupan makanan dan
kandungan nutrisi yang cukup akan mendukung pertumbuhan dari ikan tersebut,
sedangkan suhu dapat mempengaruhi proses kimiawi pada tubuh ikan (Effendie
2002).
Pertumbuhan ikan yang baik akan terjadi apabila ikan tersebut pada fase
awal hidupnya ketika awal berjalan lambat tetapi untuk sementara saja, tetapi
kemudian petumbuhan ikan tersebut akan mengalami perkembangan pesat
diantara pertumbuhan panjang dan berat ikan atau yang biasa disebut dengan
pertumbuhan autokatalitik. Dengan melakukan pengamatan yang mencakupi
pertumbuhan ikan tersebut maka kita juga dapat mengetahui tingkat kematangan
gonad (TKG), fekunditas, feeding food, dan dari jenis makanan ikan tersebut
(Meretsky et al. 2000).
Pada dasarnya ikan yang memiliki panjang yang sama tidak sama beratnya,
hal tersebut sesuai dengan pendapat bahwa hubungan panjang berat menunjukkan
pertumbuhan yang bersifat relatif yang berarti dapat dimungkinkan berubah
menurut waktu. Apabila terjadi perubahan terhadap lingkungan dan ketersediaan
makanan diperkirakan nilai ini juga akan berubah (Effendie 1997). Selain itu,
perubahan bobot ikan dapat dihasilkan dari perubahan pakan dan alokasi energi
untuk tumbuh dan reproduksi, yang mengakibatkan bobot ikan berbeda walaupun
panjangnya sama (Meretsky et al. 2000).
Hasil yang diperoleh dari pengamatan Ikan Kapiat ini didapatkan nilai
korelasi untuk Ikan Kapiat jantan yaitu 0,642 dan untuk Ikan Kapiat betina yaitu
0,572. Hubungan korelasi panjang dan berat Ikan Kapiat yang didapatkan berarti
memiliki hubungan yang kuat. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Walpole
(1995) yang menyakatan bahwa jika nilai r>0,5 maka terdapat hubungan yang erat
antara kedua variabel tersebut.
44
Pengelompokkan umur ikan yang masih berada pada daerah yang sama
disebut dengan kohor (Spare et al. 1989). Berdasarkan hasil perhitungan kohort
dari 60 ekor Ikan Kapiat yang tediri dari 39 betina dan 21 ekor, Ikan Kapiat betina
dengan panjang rata-rata 187,64 cm pada 56 ekor ikan berasal dari kohort yang
sama, sedangkan 4 ekor ikan lain memiliki panjang rata-rata sebesar 194 untuk
ikan yang berasal dari kohort yang sama. Pemisahan kohort ikan kapiat dilakukan
karena ikan memiliki rentang umur yang berbeda sehingga kohortnya pun harus
dilakukan secara terpisah untuk melihat rentang umur pada Ikan Kapiat tersebut.
persentase 10% pada kelompok dara berkembang. Pada interval 182-192 dengan
persentase 14% pada TKG dara berkembang dan 24% pada TKG perkembangan
II. Kesimpulannya pada ikan kapiat jantan TKG yang paling banyak yaitu TKG
perkembangan II dengan persentase sebanyak 39%.
Pada grafik angkatan TKG ikan Kapiat betina terlihat bahwa pada 39 ekor
ikan Kapiat betina kebanyakan ikan sebanyak 3-5% pada masing masing interval
dan kelompok TKG (dara, dara berkembang, perkembangan I, perkembangan II,
bunting, mijah), yang terlihat lebih dominan yaitu kelompok TKG bunting pada
interval 181-194, interval 195-208 dan terakhir pada interval 209-222.
Kesimpulannya pada ikan kapiat jantan TKG yang paling banyak yaitu TKG
bunting dengan persentase sebanyak 75%.
Adanya kecenderungan semakin tinggi TKG maka kisaran panjang dan
berat tubuh semakin tinggi. Selain itu dijumpai pula ikan dengan ukuran kisaran
panjang dan berat yang sama tidak mempunyai TKG yang sama. Hal ini dapat
disebabkan oleh kondisi lingkungan dimana ikan tersebut hidup, ada tidaknya
ketersediaan makanan, suhu, salinitas dan kecepatan pertumbuhan ikan itu sendiri
(Syandri 1996). Dikatakan selanjutnya bahwa perbedaan awal mula suatu individu
ikan mengalami matang gonad disebabkan umur, ukuran dan faktor fisiologi ikan
itu sendiri.
Tingkat kematangan gonad (TKG) salin dan pulih salin tidak ditemukan selama
penelitian, hal ini karena selama pengamatan ikan Kapiek yang tertangkap
umumnya masih berada pada tingkat dara, dara berkembang, perkembangan I,
perkembangan II, bunting dan mijah. Mengacu pada pendapat Syandri (1996)
bahwa ikan yang telah matang gonad sebelum melepaskan telurnya ke dalam air
terlebih dahulu membuat sarang sebagai tempat pemijahan (tempat penempelan
telur yang telah dibuahi).
Perubahan yang terjadi didalam gonad secara kuantitatif dapat diketahui dari
IKG. Sejalan dengan perkembangan kematangan, berat gonad semakin bertambah.
IKG akan mencapai maksimum sesaat sebelum terjadi pemijahan (Effendie 1979).
Nilai IKG pada kelompok 6 yaitu 14,02 sedangkan data angkatan Ikan
Kapiat pada penelitian ini berkisar antara 0,01% sampai 1,31%. Bagenal(1968)
menyatakan bahwa ikan yang mempunyai nilai IKG lebih kecil dari 20 % adalah
kelompok ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali setiap tahunnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa ikan Kapiek termasuk yang bernilai IKG kecil sekali,
sehingga dikategori ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali setiap tahunnya.
Hal ini sesuai dengan Pulungan (1987) bahwa umumnya ikan yang hidup
diperairan tropis dapat memijah sepanjang tahun dengan nilai IKG yang lebih
kecil pada saat ikan tersebut matang gonad.
Hasil perhitungan fekunditas kelompok 6 yaitu dengan berat gonad 131
gram didapatkan jumlah fekunditas sebanyak 7334 butir telur. Dari tiga individu
ikan diperoleh sebagai berikut yaitu: ikan dengan kisaran berat gonad 22,08 gram
adalah 10200 butir, berat gonad 16,56 gram adalah 10580 butir, dan berat gonad
20,59 gram adalah 10548 butir. Nilai tersebut menunjukkan potensi telur yang
dihasilkan untuk satu pemijahan. Besar-kecilnya fekunditas dipengaruhi oleh
makanan, ukuran ikan, dan kondisi lingkungan.
Perkembangan telur ditandai dengan ukuran diameter telurnya (Uktolseja
1987). Selanjutnya perkembangan awal daur hidup ikan sangat tergantung pada
perkembangan telur dalam penetasan (Syandri 1996). Anak ikan yang berasal dari
telur yang ukurannya lebih besar mempunyai kesempatan lebih baik untuk hidup
46
47
dari pada telur yang berukuran kecil, hal ini ada kaitannya dengan nutrisi
(Pulungan 1987).
(26,64%) dan bagian ikan IP (0,07%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
ikan kapiat pakan utamanya adalah fitoplankton, bagian tumbuhan dan detritus,
sedangkan ikan kapiat tidak memiliki pakan pelengkap dan pakan tambahan nya
yaitu zooplankton benhos, bagia hewan, dan ikan, sedangkan benthos termasuk
kedalam pakan tambahan. Jadi jika dari data angkatan sampel ikan kapiat dapat
digolongkan kedalam kelompok herbivorara, karena dari data dapat dilihat bahwa
sampel ikan kebanyakan makan fitoplankton dan bagian tumbuhan serta detritus.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan praktikum mata kuliah Biologi Perikanan yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
Ikan Kapiat yang diamati bersifat alometrik negatif, karena dari
nilai b yang menunjukkan bahwa b < 3. Nilai b untuk ikan jantan
yaitu 1,5431 dan untuk ikan betina yaitu 1,4704. Jumlah Ikan
Kapiat betina lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah Ikan
Kapiat jantan, ini berarti Ikan Kapiat yang diamati bersifat
poligami. Nilai kohort yang dapatkan dibagi menjadi 2 tipe
berdasarkan rentang umur pada Ikan Kapiat, kohort pertama
dengan panjang rata-rata 187,64 cm (pada 56 ekor Ikan Kapiat) dan
kohort kedua dengan panjang rata-rata 194 cm (pada 4 ekor Ikan
Kapiat).
Ikan Kapiat yang diamati berada pada TKG bunting, dengan nilai
IKG sebesar 14,02%. Bisa dikatakan bahwa Ikan Kapiat termasuk
yang bernilai IKG kecil sekali, sehingga dikategori ikan yang dapat
memijah lebih dari satu kali setiap tahunnya. Selain itu fekunditas
yang dihasilkan yaitu sebanyak 7443 butir telur Ikan Kapiat.
Ikan Kapiat pakan utamanya adalah fitoplankton, bagian tumbuhan
dan detritus, sedangkan ikan kapiat tidak memiliki pakan
pelengkap dan pakan tambahan nya yaitu zooplankton benhos,
bagia hewan, dan ikan, sedangkan benthos termasuk kedalam
pakan tambahan. Jadi jika dari data angkatan sampel ikan kapiat
dapat digolongkan kedalam kelompok herbivorara, karena dari data
dapat dilihat bahwa sampel ikan kebanyakan makan fitoplankton
dan bagian tumbuhan serta detritus.
49
50
5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini yaiitu dibutuhkan ketelitian saat melakukan
perhitugan data, ini dikarenakan data yang digunakan adalah data angkatan yang
begitu banyak jumlahnya. Selain itu, praktikan diharapkan lebih teliti agar data
yang diperoleh mudah untuk dianalisis.
DAFTAR PUSTAKA
Bagenal, T. B. and E. Braum. 1968. Eggs and Early Life History, dalam W. E.
Ricker ed. Methods foe Assesment of Fish Production in Fresh Water.
Blackwell Scientific Publication, p 159 181.
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. Saunders College Publishing. Philadelphia.
514 p.
Lagler, KF. 1961. Freshwatter Fishery Biology. Second Edition. WM. C. Brown
Company, Dubuque, Lowa.
Lodeiros, C.J., J.J. Rengel, H.E> Gurderley, O. Nusetti and J.H. Himmelman.
2001. Biochemical composition and energy allocation in the tropical
scallop Lyropecten (Nodipecten) nodosus during the months leading up to
and following the development of gonads. Aquaculture 199: 63-72.
Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academy Press. New York. 352 p.
51
52
Sparre, P., S.C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Jakarta. P. 172.
Tjahjo, D.W.H & S.E Purnamaningtyas. 2008. Kajian Kebiasaan Makan, Luas
relung dan Interaksi antar Jenis Ikan Di waduk Cirata, Jawa Barat. Jurnal
Iktiologi Indonesia. 8 (2): 59–65.
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Penggaris Nampan
43
44
Gunting Pisau
Pipet Pinset
Gelas Ukur
45
Pertumbuhan
Diambil ikan
Rasio kelamin
Dilakukan pembedahan pada ikan, lalu dicari organ gonad yang terletak pada
rongga perut.
Diamati gonad tersebut dan tentukan ciri-ciri seksual primer, bila terdapat testis
artinya ikan tersebut jantan dan bila terdapat ovarium artinya ikan tersebut
betina.
IKG
Diambil gonad yang ada di dalam perut, hingga terpisah dari organ lain.
Fekunditas
Diambil gonad betina yang ada di dalam perut, hingga terpisah dari organ lain
Diambil sampel telur pada 3 bagian, yaitu bagian anterior, tengah, dan ujung
dekat urogenital.
Dimasukkan masing-masing sampel ke dalam air sebanyak 10 ml dan ukur
perubahan volumenya.
Dihitung jumlah dari ketiga sanpel telur tadi, setelah itu masukkan ke dalam
rumus di atas.
Diambil gonad betina yang ada di dalam perut, hingga terpisah dari organ lain.
Diambil salah satu telur, pengambilan telur dilakukan pada 3 tempat yaitu pada
bagian anterior gonad, tengah gonad, dan posterior gonad.
Food Habits
Mahesa Giyats
Reifolnanda
Fadilah Amelia
7A Despriyanto Supriadi 148 163 186 93,5
Deanta Faiz
Gitri Maudy
8A Prasetya Adhi 160 170 210 139,01
Agid Faishal
Vidya Yustindriarini
10A Rizky Adikusuma 150 160 190 112,68
Tanti Yunita
Maryam Nurlatifah
11A Ahmad Fadhillah 140 155 200 131,14
Dita Azzohrah
Virida Martugi H.
12A Haniyah Khoiriyah 155 170 250 135,39
Zeind Ramadhan
Rihat
14A Tirani 155 165 185 120
Alif
Tri Nurhadi
15A Hapsari 135 147 173 130
M. Rohimda
Alya Mirza Artiana
16A Arief Hidayatullah 150 172 200 153
Helena Asut
Fikri Khairi
17A Breagitta 160 180 210 140
Meiti Anita
Nadia Maudina
18A Andres Erik 145 165 195 125
Gilang Yandika
Nur Anisa Diva
20A M. Triandi 165 180 207 182
M. Arief S.
Teguh Firmansyah
22A Nadimas 160 170 190 154
Sukma Widyawati
Idzhar Syifana R
1B Agiandanu 155 170 195 133,09
Lina Aprilia
49
Sunendi
2B Usi Supinar 175 155 205 145,71
Isma Yuniar
Siti Laila Rufaidah
4B Ade Khoerul Umam 170 178 212,5 164,82
Ulfah M
Pipit Widia Ningsih
5B Ilvan Aji P 160 175 205 152,74
Lena Lutfina
Imas Siti Nurhalimah
6B Egi Sahril 135 155 185 131
Yunia Qonitatin AM
Disa Nirmala
7B Hardiono Tondang 160 175 195 144,31
Zukhrufa Dewi
Gilang Fajar
8B Jian Setiawan 135 145 188 123
Asri Astuti
Christ Permana
Syifa Mauladani
9B 161 176 212 153,51
Darajat Prasetya W
Didi Arpindi
Novi Puspitawati
10B Rizki Nugraha S 145 160 185 127,25
Mandala E
Ayunani A
11B Indriani O A 160 170 210 155,07
Rifqi A
Ruli Aisyah
12B Adi Prasetyo 170 184 211 181
Eka Agustina
Ridwan Ariyo
13B Anandita R 166 150 206 134
Dewanto B
Neng Rima N
14B Achmad Raffi U 154 184 215 199
Indra Adiwiguna
Felisha Gitalasa
15B Januar Awalin H 144 155 186 94
Gusman Maulana
16B Adinda Kinasih J 155 170 250 143
50
Deliani D Freskya
Rezky Hartanto
Tuhpatur Rohmah
18B Amalia Fajri R 175 185 223 191
Ahmad Abdul G
Nurhalimah
19B Egi Rhamadan 155 185 210 209
Agung Setiawan
Hyunananda
20B Wahyu Setiawan 165 179 215,2 176
Intan Nadifah
Ristiana Dewi
Rizki Ayu R
21B 143 155 193 140
Ivan Maulana P
Gilang Ramadan
Ayang Denika
22B Agnesia Amalia S 160 178 250 156
Annisa Putri S
Miko Kun Maliki
5C M Ihsan Fadylah 130 140 170 82,82
Nurul Hidayati
Fakhrizal Dwi R
9C Yulita 150 170 190 127
Rangga Maulana
Arita
11C M Fauzan Azhima 164 179 215 133
Bhayu Prasetya
Viga Ananda
14C Mauren Widiandoni 148 161 195 158
M Ikhsan CU
Anggi Riyanto
Agung prabowo
16C 155 170 200 132
Rahmi rahmawati
Salma Khairunisa
Pertumbuhan
Kel- Nama Praktikan Panjang (mm)
Berat
SL FL TL
Delia Iga Utari
2A 145 160 180 107,53
Cindy Senjaya
51
Satryo Bayuaji
Hilya Andiani
3A Freddy Aditya 130 145 160 65,97
Julian Alfath
Isnaeni Faizah
4A Rahayu Ardinur Iffa 140 155 220 81,04
Nendra Suhendra
M. Fauzan Al Mubarok
5A Iis Risnawati 144 159 189 91,2
Bagas Jodi Santoso
Fitri Rizki Febrianty
9A Farras Ghaly 140 155 175 91,91
Mukhamad Rifqi A.
Syifa Hanifah
13A M. Faisal A. 145 155 185 90
Anwar M. S.
Rofiah Khairunisa
19A Ahmad Reynaldi 144 163 189 87
Yohanes Bagas P.
Wulan Sutiandri
21A Septy Audiyanti 145 157 183 91
M. Agung Meidito
Shinta Siti F
3B Firdaus 158 184 214 144,07
Imas Siti Z
Melinda Iriani
17B Arnesih 160 175 210 123
Mochamad Elang
Hazimah Fikriyah
1C Sadra Muhammad 145 168 196 102
Laily Latifah
Astri Dinnaryanti
2C Dyara Ridwantara 145 160 185 84,37
Helinda Utami
Sulastin Akhodiah
3C Muhammad Fitri R 145 150 170 93,27
Sukma Akbar
Ricky Rahmat
4C Salma Azka 160 184 216 134,94
Nita Ulfah
6C Ghifar Hakim 135 150 185 78,35
52
Shelvy Vestadia
Ranti Rahmadina
Alyanisa A
7C Indra Nata 145 155 185 86,86
Esha Resti
Yosua Edward
8C Andreas Sugiharta 135 155 181 81,17
Annisa Nurjannah
Naufal Trofis
Citra Melinda
10C 150 160 190 101
Tiara Ghaisany
Gerry Yoshua Munthe
Dwi Oktarahdiana
12C Anissa Irawati 153 167 184 103
Dwi Ari Nugraha
Dedeh Priyatna Sari
13C Galang p Wijata 140 150 180 73,73
Arif Rochman
Arsa Dipanoto
15C Try Setiani 135 155 190 93
Lutfi Rahman
Berkembang
Dara
3C 93,27 0,71 8 0,76%
Berkembang
4C Perkembangan II 134,94 0,32 8 0,24%
6C Perkembangan II 78,35 0,48 8,5 0,61%
7C Perkembangan II 86,86 0,7 9,5 0,80%
8C Perkembangan II 81,17 0,88 9,5 1,08%
10C Perkembangan II 101 1,3 6,5 1,31%
Dara
12C 103 0,6 7,2 0,58%
Berkembang
13C Perkembangan I 73 0,63 7 0,86%
15C Perkembangan I 93 0,7 10 0,75%
Letak Inti
Fekun Diameter
Kel- TKG Bw BGd PGd IKG BHt PHt HSI
ditas
Kecil Sedang Besar T MK M
Dara 0,17
1A 71,58 0,55 7,5 0,77% 0,12 2
Berkembang %
31,9 32,96 0,12 105
6A Bunting 96,82 8,5 0,12 2 10580 120 160 240 21
1 % % 59
0,19
7A Dara 93,5 0,02 2,5 0,02% 0,18 1,2
%
22,4 16,14 0,08 464
8A Mijah 139,01 9 0,11 1 4659 120 152 200 13 4
4 % % 2
0,10
10A Bunting 112,68 8,84 14 7,85% 0,11 1 3792 120 140 160 944 3
%
Perkembangan 30,9 23,62 0,14
11A 131,14 7 0,18 2 2660 120 184 240 1 3 1
II 8 % %
Perkembangan 19,0 14,06 0,06
12A 135,39 19,5 0,08 1 2000 35 41 50 396 4
I 3 % %
Perkembangan 17,9 14,96 0,23
14A 120 11,5 0,28 1,5 10400 35 46 51 7
I 5 % %
15,38 0,22
15A Bunting 130 20 7,6 0,29 1,6 12300
% %
29,1 19,05 0,18
16A Bunting 153 10,25 0,28 1,5 11293 36 40 60 2 1 2
5 % %
17,2 12,29 0,19
17A BUnting 140 10 0,26 1,3 7230 7 5
1 % %
17,5 14,04 0,06
18A Dara 125 9,5 0,08 1 2153 70 90 10
5 % %
13,96 0,15
20A Bunting 182 25,4 9,5 0,27 1,4 11139 33 45 60 4 2
% %
22A Bunting 154 25,8 11 16,77 0,17 1,2 0,11 3300 36 39 58 4 4 2
43
44
2 % %
25,3 19,03 0,14 189
1B Bunting 133,09 10 0,18 2,5 8208 80 140 192 2525 3789
3 % % 4
22,2 15,28 0,12 535
2B Bunting 145,71 9,5 0,18 1,2 7229 80 152 192 1606 268
6 % % 5
14,0 0,07 216
4B Bunting 164,82 8,5 8,51% 0,11 1,3 5760 100 140 160 2880 720
2 % 0
16,5 10,84 0,13 622
5B Bunting 152,74 9 0,2 1,3 10580 136 160 176 3423 934
6 % % 3
18,3 14,02 0,04 176
6B Bunting 131 8,5 0,05 1 7334 96 120 144 3227 2347
6 % % 0
15,3 10,62 0,00
7B Bunting 144,31 8 6846 80 120 200 298 2083 4465
2 % %
14,6 11,90 0,73 478
8B Bunting 123 7 0,9 1 4869 100 140 160 65 15
4 % % 4
17,8 11,61 0,09 632
9B Bunting 153,51 8,5 0,14 0,13 9480 120 172 200 1263 1897
2 % % 0
20,5 16,18 0,42 1029
10B Bunting 127,25 10 0,54 2 10548 116 168 200 130 125
9 % % 3
30,6 19,74 0,01 384
11B Bunting 155,07 9,8 0,02 1 10680 72 148 200 1424 5396
1 % % 0
31,1 17,19 0,13 233
12B Bunting 181 10,5 0,23 2,5 23342 82 89 90 31 0
1 % % 11
20,5 15,31 0,16 163
13B Bunting 134 9,3 0,22 3 16492 84 90 122 14 13
2 % % 65
36,4 18,33 0,29 210
14B Mijah 199 11 0,58 3 21582 82 84 96 325 178
7 % % 79
Dara 0,00
15B 94 0,84 7,2 0,89%
Berkembang %
16B Bunting 143 22,0 5 15,44 0,52 5 0,36 10200 63 70 84 881 1120 268
45
8 % % 2
16,75 0,64 185 3909
18B Bunting 191 32 8 1,22 6 41088 43 83 96 148
% % 0 0
34,0 16,29 0,57 216
19B Bunting 209 13 1,2 3,5 22940 100 112 120 151 131
4 % % 58
36,0 20,49 0,00 152
20B Bunting 176 9,4 18703 69 74 90 1825 645
7 % % 33
17,6 12,61 0,14 433
21B Bunting 140 11 0,19 2,5 4941 55 75 82 467 139
6 % % 5
25,3 16,22 0,00 130
22B Bunting 156 8,5 13104 45 90 4 5
1 % % 95
Dara
5C 82,82 0,39 17 0,47%
Berkembang
131
9C Bunting 127,00 8,6 4 6,77% 1480 76 91 129 102 60
8
10,0 153
11C Bunting 133,00 22 7,53% 15360 70 80 108 5 3
1 52
13,8 482
14C Bunting 158,00 17,5 8,77% 4848 82 95 98 22 0
6 6
259
16C Bunting 132 7,62 8 5,77% 2695 65 89 96 98
7
1A 6 5 7 20
2A 6 14
3A 4 7 3 27
4A 5 1 5 49
5A 4 6 6 58
6A 10 1
7A 2 9
8A 16 2 1 18
9A 2 50
10A 7 4 3 8 3
11A 10 1 51
12A 1 37
13A 1 3 24
14A 13 1 4
15A 2 7 3
16A 13 1 4
17A 11 1 2
18A 1
19A 3 4 2
20A 1 2
21A 3 2
22A 4 1
1B 1 23 45
2B 10 8
47
3B 1 1 3
4B 5 1
5B 5 15
6B 6 4
7B 3 1
8B 34 2 6
9B 40 4
10B 11 1 1 8 1
11B 3 1 20
12B 4 2
13B 3
14B 10 3
15B 3 44 27
16B 20
17B 3 5
18B 2 14 22
19B 1 2
20B 1 3
21B 4 6
22B 2 15 24
1C 7 1 25
2C 21 2
3C 12 3 7
4C 55
48
5C 37 16
6C 5 5
7C 10 20
8C 118 43
9C 11
10C 3 15 20 1
11C 1
12C 2 2
13C 11
14C 3
15C 1
16C 3 2
Jumlah 482 66 18 62 492 407 1
Lampiran 6. Kegiatan Pengukuran Panjang dan Berat Ikan Kapiat
43
44
(allometrik negatif)
Berdasarkan nilai a dan b tersebut, maka apabila nilai tersebut di
substitusikan ke persamaan hubungan panjang dan berat, didapatkan rumus
pertumbuhan pada Ikan Kapiat sebagai berikut :
Perhitungan R2
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
[( ) ]( )
46
= 0,413
(allometrik negatif)
Berdasarkan nilai a dan b tersebut, maka apabila nilai tersebut di
substitusikan ke persamaan hubungan panjang dan berat, didapatkan rumus
pertumbuhan pada Ikan Kapiat sebagai berikut :
Perhitungan R2
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
47
[( ) ]( )
= 0,33
∑
Keterangan :
IPi = indeks preponderan
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
Σ(Vi x Oi) = jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
∑
48
∑
49
Keterangan :
E = indeks pilihan
ri = jumlah relatif macam-macam organisme yang dimakan
pi = jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
Fitoplankton Zooplankton
E = 0.35 E = 0.1
50
E=1 E=1
E=1 E=1
Ikan
E=1
∑
51
2.36
Keterangan :