LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Biologi Perikanan
Disusun oleh:
Kelompok 9/Perikanan C
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Na NPM Asp
ma ek
Agustina Fatimah Azhara 2301101801 Pertumbuhan
26
Ervira Octaviola K 2301101801 Kebiasaan Makanan
55
Mohammad Dhafi Ibrahim 2301101801 Reproduksi
78
Menyetujui
PJ Asisten Laboratorium
M. Iqbal Maulana
NPM. 230110160120
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan laporan akhir
praktikum Biologi Perikanan yang berjudul “Analisis Aspek Biologi Ikan Mas
(Cyprinus carpio)”.
Tujuan dan pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai kegiatan praktikum Biologi Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan ilmu pengetahuan mengenai
analisis aspek biologi ikan mas (Cyprinus carpio).
Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tim dosen mata kuliah Biologi Perikanan
2. Tim asisten laboratorium mata kuliah Biologi Perikanan
Semoga laporan ini dapat menuntun ke arah yang lebih baik lagi dan mampu
menambah kemampuan penulis dalam meningkatkan ketelitian. Kritik dan saran
demi laporan ini selanjutnya sangat dinantikan.
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR GRAFIK ..................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................... 1
1.3 Manfaat .................................................................................. 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan............................................................................. 3
2.1.1 Taksonomi............................................................................... 4
2.1.2 Morfologi................................................................................ 4
2.1.3 Habitat..................................................................................... 5
2.1.4 Pertumbuhan........................................................................... 5
2.1.5 Reproduksi ............................................................................. 6
2.1.6 Kebiasaan Makan.................................................................... 7
2.2 Pertumbuhan........................................................................... 8
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan................... 9
2.2.2 Pola Pertumbuhan................................................................... 9
2.2.3 Faktor Kondisi......................................................................... 9
2.3 Reproduksi.............................................................................. 11
2.3.1 Rasio Kelamin......................................................................... 11
2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)........................................ 11
2.3.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG)........................................... 12
2.3.4 Hepato Somatik Indeks (HSI)................................................. 12
2.3.5 Fekunditas............................................................................... 12
2.3.6 Diameter Telur........................................................................ 13
2.3.7 Tingkat Kematangan Telur ..................................................... 13
2.4 Kebiasaan Makan.................................................................... 13
2.4.1 Indeks Bagian Terbesar........................................................... 14
2.4.2 Indeks Ivlev............................................................................. 14
2.4.3 Tingkat Trofik......................................................................... 14
ii
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Aspek Pertumbuhan.................................................. 23
4.1.1 Distribusi Ukuran.................................................................... 23
4.1.2 Regresi Hubungan Panjang dan Bobot.................................... 24
4.1.3 Faktor Kondisi......................................................................... 25
4.2 Analisis Aspek Reproduksi..................................................... 26
4.2.1 Rasio Kelamin......................................................................... 26
4.2.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)........................................ 27
4.2.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG)........................................... 28
4.2.4 Hepato Somatik Indeks (HSI)................................................. 28
4.2.5 Fekunditas............................................................................... 29
4.2.6 Diameter Telur........................................................................ 30
4.2.7 Tingkat Kematangan Telur ..................................................... 30
4.3 Kebiasaan Makan.................................................................... 30
4.3.1 Indeks Bagian Terbesar........................................................... 31
4.3.2 Tingkat Trofik......................................................................... 33
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Biologi Perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang dapat
dipanen oleh manusia. Kadang pengertian istilah Biologi ikan ditujukan kepada
pengertian fisiologi, reproduksi, pertumbuhan, kebiasaan makanan, tingkah laku,
dan sebagainya. Usaha mengembangkan dan memajukan perikanan, pengetahuan
mengenai habitat, penyebaran dan aspek biologi dari ikan menjadi dasar utama
dalam usaha ini, dimana kematangan gonad sangat berhubungan dengan
pemijahan. Tak terkecuali dengan fekunditas yang juga memegang peranan
penting dalam penentuan kelangsungan populasi dan dinamika kehidupan.
Hubungan panjang berat akan bermanfaat dalam menentukan nilai faktor kondisi
dan sifat pertumbuhan ikan (Effendie 1997).
1
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum biologi erikanan mengenai analisis aspek biologi ikan
mas bertujuan untuk :
2. Mengetahui analisis aspek reproduksi ikan mas, meliputi rasio kelamin, TKG,
IKG, HIS, fekunditas, diameter telur dan tingkat kematangan telur.
3. Mengetahui analisis aspek kebiasaan makanan iakn mas, meliputi indeks bagian
terbesar, indeks ivlev dan tingkat trofik.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah memberikan informasi serta
pengetahuan mengenaik aspek-aspek biologi ikan mas yang dapat diterapkan
untuk melakukan budidaya dalam sektor perikanan, agar hasil dari budidaya
perikanan memenuhi standar kualitas dan target yang diinginkan.
2
2
3
4
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
2.1.2 Morfologi
Secara morfologi, ikan mas memiliki bentuk tubuh agak memanjang, pipih
kesamping (compressed). Mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat
disembulkan (protaktil). Disetiap sisi mulutnya terdapat dua pasang sungut
(misai). Sungut dibagian atas memiliki ukuran yang lebih pendek dibandingkan
dengan misai dibagian mulut bawah. Secara umum, hampir semua permukaan
tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik yang berukuran relatif besar dan digolongkan
dalam sisik tipe lingkaran (sikloid). Ikan mas juga memiliki sirip punggung
(dorsal) dan memiliki rusuk memanjang yang berjumlah 17-22 rusuk berukuran
relatif panjang dan bagian belakangnya berjari-jari keras yang berseberangan
dengan sirip perut (ventral) (Ghufran 2009). Sirip anal terdapat 6-7 rusuk halus,
pada ujung posterior ke tiga dari sirip dorsal dan anal terdapat spinula tajam. Sirip
pectoral terletak dibelakang operculum Gurat sisi (linea literalis) terletak di
pertengahan tubuh, melintang dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal
ekor dan terdiri dari 32-38 sisik. Ikan mas tidak memiliki gigi sehingga
menggunakan pharing sebagai pengganti gigi untuk menghancurkan makanan
(Khairuman et al. 2008).
2.1.3 Habitat
Ikan mas hidup di perairan tawar di dataran rendah sampai tinggi. Suhu
optimum untuk benih ikan mas berkisar antara 20oC hingga 30oC dan pH air
antara 6 sampai 9 (Zonneveld et al 1991 dalam Mantau et al 2004). Kadar
5
oksigen yang diperlukan ikan mas untuk kelangsungan hidupnya yaitu antara 4
hingga 5 ppm, walaupun ikan ini masih tahan hidup pada kadar oksigen 1 hingga
2 ppm (Cholik et al 2005). Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan
tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di
pinggiran sungai atau danau (Khairuman 2008). Ikan mas dapat hidup baik di
daerah dengan ketinggian 150 sampai 600 meter di atas permukaan air laut (dpl).
Ikan mas biasanya hidup di air tawar, walaupun dapat juga hidup di lingkungan
air payau dengan salinitas kurang dari 5 ppt (Rochdianto 2005).
2.1.4 Pertumbuhan
Ikan mas memiliki pertumbuhan yang sangat cepat apabila mengkonsumsi
pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutris untuk pertumbuhan dan akan tahan
terhadap kondisi lingkungan disekitar lokasi budidaya (Cahyono 2000).
Kandungan pakan yang diberikan selama penelitian juga mempengaruhi
pertumbuhan ikan mas, jika kandungan nutrisi pada pakan mencukupi kebutuhan
asam amino dan nutrisi pertumbuhan pada ikan mas maka pertumbuhan ikan akan
sangat meningkat, kualitas pakan tidak hanya sebatas pada nilai gizi, yang
dikandunggnya melainkan sifat fisik pakan seperti kelarutannya, kecernaanya,
warna, bau, dan nutrisi yang dikandung. Pemilihan pakan yang baik dapat dilihat
berdasarkan indikator nilai gizi yang dikandungnya.
Dalam kondisi kualitas air diperairan juga mempengaruhi nafsu makan ikan
dan nutrisi yang diserap dalam prosep pertumbuhan seihinga kondisi lingkungan
di lokasi penelitin juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan, kenaikan suhu
dalam keadaaan normal adalah 27oC sampai 28oC menjadi 30oC sampai 36oC.
Selama 24 jam menyebabkan pergerakan ikan menjadi sangant lambat dan kurang
dalam memberikan respon terhadap stimulant dan penuruna kadar oksigen terlarut
serta nafsu makan ikan yang berkurang (Harminani 2006) .
2.1.5 Reproduksi
Potensi reproduksi ikan meliputi pola pemijahan, Indeks kematangan gonad,
fekunditas, dimeter telur dan waktu rematurasi. Ikan mas pemijahannya terjadi
sepanjang tahun dan tidak mengenal musim pemijahan sehingga mudah
dibudidayakan. Kesiapan ikan untuk melakukan pemijahan tergantung pada
tingkat kematangan gonad.
6
2.2 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat.
Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetic, hormon dan lingkungan. Meskipun
secara umum, faktor lingkungan yang memegang peranan sangat penting adalah
nutrien dan suhu lingkungan. Akan tetapi, di daerah tropis nutrien lebih penting
dibandingkan lingkungan. Tidak semua makanan yang dimakan oleh ikan
digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan
untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi (Fujaya 2004). Menurut Affandi
(2002), pertumbuhan adalah proses perubahan jumlah individu/biomas pada
periode waktu tertentu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh factor luar dan factor
dalam. Faktor dalam sulit dikontrol yang meliputi keturunan, sex, umur, parasit,
dan penyakit. Faktor luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan adalah
makanan dan suhu perairan (Effendie 2002). Menurut Kartono pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologi sebagai hasil dari pematangan fungsi - fungsi
8
fisik yang berlangsung secara normal pada diri anak yang sehat dalam kurun
waktu tertentu yang dipengaruhi oleh lingkungan dan keturunan secara kontinyu.
pemakan ikan atau sebagai karnivor. Hal demikian juga dapat terjadi apabila ada
perubahan kebiasaan dari perairan estuarine ke perairan laut.
2. Umur
Umur berperan dalam pertumbuhan, pertumbuhan cepat terjadi pada ikan
ketika dalam stadia larva dan benih, karena sebagian sumber energi di gunakan
untuk pertumbuhan badan dalam hal ini ukuran somatik. Sedangkan ikan yang
sudah dewasa pada umumnya sebagian besar sumber energi digunakan untuk
perkembangan gonadnya.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukan tingkat faktor kondisi pada ikan, untuk ikan
betina yang sudah matang gonad biasanya bentuk tubuhnya lebih besar dan
membuncit pada bagian perutnya, sedangkan pada ikan jantan bentuk tubuhnya
lebih ramping.
4. Kematangan gonad
Kematangan gonad ikan terjadi saat ikan akan memijah. Pada saat tersebut,
gonad akan mengalami pertambahan berat hingga mencapai maksimum dan
kemudian akan mengalami penurunan berat setelah terjadi pemijahan. Selama
proses reproduksi berlangsung, energi yang dihasilkan tubuh sebagian besar
digunakan untuk perkembangan gonadnya.
5. Ukuran ikan
Faktor kondisi berfluktuasi dengan ukuran ikan. Ikan yang berukuran kecil
mempunyai kondisi relatif yang tinggi, kemudian menurun ketikan ikan
bertambah besar.
2.3 Reproduksi
Menurut Effendie (2002), Reproduksi adalah kemampuan individu untuk
menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau
kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan
dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang
selanjutnya berkembang menjadi generasi baru. Kegiatan reproduksi pada setiap
jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang
berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun (Yushinta Fujaya
2004).
11
betina. Monogami adalah satu perkawinan antara satu individu jantan dengan satu
indiviu betina serta pasangan ini tetap tidak berganti-ganti.
2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Menurut Effendie (1979), Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu
perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Pengetahuan mengenai
kematangan gonad diperlukan untuk menentukan atau mengetahui perbandingan
antara ikan yang matang gonadnya dengan ikan yang belum matang gonad dari
stok yang ada di perairan. Selain itu dapat diketahui ukuran atau umur ikan
pertama kali matang gonad, mengetahui waktu pemijahan, lama pemijahan dan
frekuensi pemijahan dalam satu tahun.
Pengamatan tingkat kematangan gonad dilakukan dengan dua cara, yang
pertama dengan cara histologi yang dilakukan di laboratorium dan yang kedua
dengan cara pengamatan morfologis yang dapat dilakuka di laboratorium maupun
lapangan. Penentuan tingkat kematangan gonad secara morfologi mengacu pada
kriteria Tingkat Kematangan Gonad (TKG) menurut Effendie (1979) seperti yang
terdapat pada Tabel 1.
2.3.5 Fekunditas
Fekunditas dapat menunjukkan kemampuan induk untuk menghasilkan anak
ikan didalam suatu pemijahan. Peningkatan umur ikan ternyata menentukan pula
tingkat produksi larvanya. Telur yang ukurannya berlainan tetap dihitung.
Berdasarkan hal tersebut dalam pengukurannya semua ukuran telur dan masing-
masing harus mendapatkan kesempatan yang sama (Huet 1971)
Fekunditas pada setiap individu betina tergantung pada umur, ukuran,
spesies dan kondisi lingkungan (ketersediaan makanan, suhu air dan musim)
(Fujaya 2001). Spesies ikan yang mempunyai fekunditas besar, pada umumnya
14
telur tersebut dapat diovulasikan yaitu central germinal vesicle (cGV) atau tahap
inti ditengah, migrating germinal vesicle (mGV) atau tahap inti yang bermigrasi
dari tengah menuju tepi, peripheral germinal vesicle (pGV) atau tahap inti di tepi
dan germinal vesicle breakdown (GVBD) atau tahap inti yang telah melebur
(Yaron dan Levavi 2011). Berdasarkan posisi inti tersebut tingkat kematangan
telur (TKT) atau oocyte maturation (OM) dibagi menjadi dua tahap yaitu fase
vitelogenik yang ditandai dengan posisi inti telur yang berada ditengah (cGV) dan
fase pematangan telur (final oocyte maturation). Fase pematangan telur dibagi
kembali menjadi dua yaitu fase awal matang yang ditandai dengan adanya
pergerakan atau migrasi posisi inti telur (mGV dan pGV) dan fase akhir
kematangan telur yang ditandai dengan adanya peluruhan membran inti telur atau
germinal vesicle breakdown (GVBD) (Mylonas et al. 2010)
Kelompok kedua adalah jenis ikan dengan posisi trofik sebagai ikan
omnivora yang cenderung bersifat herbivora (2.1<troph<2,9) terdiri atas ikan
keseng dan red devil. Red devil cenderung lebih bersifat eurifagik karena dapat
memanfaatkan banyak jenis pakan alami, terutama memiliki fraksi makanan
utama lebih dari satu. Kelompok ikan ini memiliki kisaran tingkat trofik (troph)
antara (2,29-2,83) (Stergiou etal.2002).
Kelompok ketiga adalah jenis ikan dengan posisi trofik sebagai ikan
omnivora yang cenderung bersifat karnivora (2,9<troph<3,7) terdiri atas ikan
keting, tagih dan petek. Seluruh jenis ikan pada kelompok ketiga memiliki
karakter sebagai ikan omnivorakarnivora dengan sifat insektivora. Hal ini
dikarenakan lebih menyukai insekta sebagai makanan utamanya (Stergiou
etal.2002).
Kelompok keempat adalah jenis ikan dengan posisi trofik sebagai ikan
karnivora (3,7<troph<4,5) atau posisi trofik teratas dalam komunitas. Ikan
herbivora pada komunitas ikan memiliki indeks relatif penting tertinggi
dibandingkan posisi trofik lainnya. Perbandingan antara ikan herbivora dengan
ikan omnivora dan ikan karnivora berturut-turut adalah 1:0,6 dan 1:0,9.
Perbandingan tersebut menggambarkan produktivitas komunitas ikan di
Waduk Kedungombo masih tergolong baik karena jumlah ikan mangsa sedikit
lebih banyak daripada ikan predator. Apabila suatu perairan memiliki jumlah ikan
predator yang lebih tinggi dibandingkan ikan mangsa, maka produktivitas perairan
cenderung rendah (Krebs 1989).
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.2.2`Bahan
1. Aquades : Sebagai larutan pengencer
2. Formalin 5% : Untuk pengawetan
3. Ikan Mas : Sebagai objek yang diamati
4. Larutan Serra :Sebagai larutan pengawet telur
5. Larutan Asetokarmin : Untuk pewarnaan jaringan gonad
3.3 Prosedur Praktikum
3.3.1 Prosedur Analisis Pertumbuhan
1. Ikan mas uji diambil dari akuarium stok.
17
2. Ikan uji dipegang dengan tangan kiri (kepala dihadapkan ke arah muka kita),
bagian anterior kepala ikan ditusuk dengan sonde tepat di bagian otak depan,
18
19
18
hingga terasa ada rongga, sonde diputar perlahan-lahan sehingga otaknya rusak
dan ikanakan pingsan
3. Panjang ikan (SL, FL, TL) diukur dengan penggaris, dan bobot
ikanditimbang dengan timbangan.
Keterangan:
W = bobot ikan (gram)
L = panjang total (mm)
a = intercept
b = slope
3.4.6 Fekunditas
Menurut Andy Omar (2005), fekunditas ikan ditentukan dengan
menggunakan mettode gavimetrik dengan rumus :
F = Bg × Fs
Bs
Keterangan :
F = Jumlah seluruh telur(butir)
Fs = Jumlah telur pada sebagian gonad (butir)
Bg = bobot seluruh gonad (gram)
Bs = bobot sebagian gonad (gram)
Keterangan :
Ii = Indeks bagian Terbesar (Index of Preponderance)
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi =Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
∑(Vi xOi)= Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
i=1 Ei
Keterangan :
x² = nilai chi kuadrat
Oi = frekuensi observasi yaitu jumlah ikan jantan atau betina hasil pengamatan
Ei = frekuensi harapan yaitu jumlah ikan jantan atau betina secara teoritis (1:1)
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : Nisbah ikan jantan dan betina seimbang (1:1)
H1 : Nisbah jantan dan ikan betina tidak seimbang
Kriteria pengambilan keputusan :
- Apabila nilai X2hitung > X2tabel, maka Ho ditolak artinya nisbah kelamin
tidak seimbang.
- Apabila nilai X2hitung ≤ X2tabel, maka Ho diterima artinya nisbah kelamin
seimbang
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
45% 43%
40%
35% 33%
30%
Persentase (%)
25%
20%
15% 13%
10% 6%
5% 2% 2% 2%
0%
160-177 178-195 196-213 214-231 232-249 250-267 268-285
Interval Panjang (mm)
30% 28%
26%
25% 24%
Presentase (%)
20%
15% 13%
10%
6%
5% 2% 2%
0%
162,46- 190,26- 218,06- 245,86- 273,66- 301,46- 329,26-
190,25 218,05 245,85 273,65 301,45 329,25 357,05
Interval Bobot (g)
23
total terendah adalah 160 mm. Tetapi berdasarkan grafik persentase
distribusi panjang ikan mas tertinggi terdapat pada interval 214-231 mm
sebesar 43% sedangkan persentase terendah terdapat pada interval 160-
177 mm, 178-195 mm, dan 268-285 sebesar 2%. Jumlah ikan yang paling
banyak terdapat pada interval 214-231 mm dengan frekuensi ikan mas
sebanyak 23 ekor, dan jumlah ikan yang paling sedikit terdapat pada
interval 160-177 mm, 178-195 mm, dan 268-285 sebanyak 1 ekor.
Berdasarkan gambar 1. (Distribusi Ukuran Ikan Mas) dapat di ketahui
bahwa bobot ikan terberat adalah 356,97 gram, sedangkan bobot ikan terendah
adalah 162,46 gram. Tetapi berdasarkan grafik persentase distribusi bobot ikan
mas tertinggi terdapat pada interval 245,86-273,65 gram sebesar 28% sedangkan
persentase terendah terdapat pada interval 301,46-329,25 gram dan 329,26-357,05
gram sebesar 2%. Sedangkan jumlah bobot ikan terbanyak terdapat pada interval
245,86-273,65 gram sebanyak 15 ekor, dan jumlah pada interval 301,46-329,25
gram dan 329,26-357,05 gram sebanyak 1 ekor.
24
24
2.60
2.50
2.30
2.20
2.10
2.00
2.15 2.20 2.25 2.30 2.35 2.40 2.45 2.50
Log L
Gambar2. Grafik Hubungan Panjang dan Berat Ikan Mas
1.250
1.215
1.202
1.200 1.187
1.169
Faktor Kondisi
1.146
1.150
1.116
1.100 1.079
1.050
1.000
160-177 178-195 196-213 214-231 232-249 250-267 268-285
Panjang (mm)
41%
59%
Jantan ( ♂) Betina ( ♀)
Bobot (gram)
4.5 4
4
3.5 3
3
2.5
Persentase
2 2 2
2
1.5 11 1 1 1 1 1 1 1
1
0.5
0
162.46- 190.46- 218.46- 246.46- 274.46- 302.46- 330.46-
190.45 218.45 246.45 274.45 302.45 330.45 358.45
Interval
12% 10.58%
9.81%
10%
8%
IKG (%)
6% 5.19%
4% 3.26% 3.54%
2% 0.48%0
0.00% 0.00% 0 0 0
0%
1 2 3 4
Indeks Kematangan Gonad (IKG)
( ♂) ( ♀)
Gambar 5. Grafik Indeks Kematangan Gonad
Nilai IKG pada Ikan mas jantan yang diamati siap untuk memijah dimana
sesuai karena nilai IKG yang tinggi terdapat pada TKG IV dimana masing-masing
persentasenya 10,58% dan 5,19%. Menurut Nikolsky (1969) tanda utama untuk
membedakan kematangan gonad berdasarkan bobot gonad, sehingga dapat
disimpulkan bahwa berat gonad pada ikan jantan lebih besar daripada ikan betina
sehingga ikan jantan lebih siap untuk memijah daripada ikan betina, selain itu
berat gonad dapat menentukan kematangan gonad.
0.70%
0.60% 0.58%
0.50%
0.40% 0.35%
HSI (%)
0.29%
0.30% 0.26%
0.20%
0.10%
0.00%
I II III IV V
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
4.2.5 Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur ikan yang dikeluarkan persatuan bobot
tubuh. Fekunditas ikan mas sebesar 85.000-125.000 butir/kg (BSN 1999).
Berdasarkan data yang didapatkan, ikan mas yang diamati oleh kelas perikanan A
kelompok 7 memiliki fekunditas 23.091 butir, ikan mas yang diamati oleh kelas
perikanan B kelompok 5 memiliki fekunditas 1.100 butir, ikan mas yang diamati
oleh kelas perikanan C kelompok 9 memiliki fekunditas 15.985 butir. Perbedaan
jumlah fekunditas yang dimiliki oleh tiap ikan mas yang diamati ini dipengaruhi
oleh bobot tubuh dari masing-masing ikan mas. Hal ini sesuai dengan pendapat
Woynarovich & Horvart (1980) yang menyatakan bahwa jumlah telur dipengaruhi
oleh bobot tubuh induk. Jumlah fekunditas akan semakin tinggi jika penurunan
bobot tubuh induk setelah memijah semakin tinggi dan diameter telur yang
dihasilkan semakin kecil. Faktor lain yang mempengaruhi adalah perbedaan
31
20% 14%
10% 4% 4% 2% 0% 0% 2% 0%
0%
Jenis Pakan
Dari data angkatan yang telah diperoleh, bisa kita lihat bahwa presentase
tingkat konsumsi jenis makanan terbanyak dari seluruh ikan mas (Cyprinus
carpio) yang diamati adalah detritus yakni sebesar 56%. Sedangkan tingkat jenis
konsumsi kedua adalah phytoplankton sebesar 19%. Tingkat jenis konsumsi
selanjutnya yaitu sebesar 14% yang merupakan tumbuhan dan diikuti dengan jenis
konsumsi ke empat yakni fraksi hewan dan zooplankton masing-masing sebesar
4%. Tingkat jenis makanan selanjutnya adalah benthos dan worm masing-masing
sebesar 2%. Selanjutnya Mollusca, insect, dan ikan sebesar 0%. Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan Ana Widiana, Astuti Kusumorini dan
Selvi Handayani (2013) menyatakan bahwa ikan mas memiliki cara makan
dengan tipe penghisap atau sucker, ikan penghisap (sucker) adalah ikan-ikan yang
cara mengambil makanannya dengan jalan menghisap lumpur atau pasir di dasar
perairan yang dimana pada lumpur dan dasar perairan akan banyak mengandung
detritus.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum analisis aspek biologi ikan mas
mengenai pertumbuhan, reproduksi serta kebiasaan makanan yaitu:
1. Hubungan panjang total dan bobot pada ikan mas yang diamati termasuk kedalam
allometrik negatif, yang berarti pertambahan panjang ikan lebih cepat daripada
pertambahan bobotnya yang menyebabkan ikan tersebut kurus. Faktor kondisi yang
tinggi disebabkan ikan tersebut sedang mengalami perkembangan gonad,
sedangkan faktor kondisi yang rendah disebabkan karena ikan tersebut kurang
asupan makanan.
2. Nilai IKG dengan HSI berhubungan erat karena jika nilai IKG pada suatu ikan
dengan TKG tertentu bernilai maksimum maka HSI pada ikan dengan TKG
tersebut juga maksimum. Ikan yang diamati mempunyai rasio kelamin dengan
presentase 55% betina (36 ekor) dan 45% jantan (30 ekor).
3. Ikan mas memiliki kebiasaan makan dengan menghisap lumpur dan pasir di dasar
perairan yang dimana lumpur dan pasir tersebut banyak mengandung detritus.
Berdasarkan tingkat trofiknya ikan mas merupakan ikan yang bersifat omnivora.
5.2 Saran
Praktikan harus lebih meningkatkan ketelitian dalam pengamatan seluruh
aspek biologi ikan, sehingga data yang diperoleh merupakan data akurat yang
dapat dibuktikan kebenarannya.Peralatan yang terbatas dapat mempengaruhi
kinerja praktikan. Praktikan harus memperhatikan lagi prosedur kerja dan
pemahaman serta materi dasar yang menunjang jalannya praktikum ini agar tidak
terjadi kesalahan dalam mengolah dan menganalisis data.
34
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R. dan Tang, U. M. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Riau
Andy Omar, S. Bin. 2005. Modul Praktikum Biologi Perikanan. Jurusan
Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.Universitas Hasanuddin.
Makassar. 168 hal.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 1999a. SNI 01-6130. Induk ikan mas
(Cyprinus carpio) strain Majalaya kelas induk pokok (parent stock).
Christensen V, Pauly D. 1992. The ECOPATH II-a software for balancing steady
state ecosystem models and calculating network characteristics. Ecological
Modelling 61: 169-185.
Christensen V, Pauly D. 1992. The ECOPATH II-a software for balancing steady
state ecosystem models and calculating network characteristics. Ecological
Modelling 61: 169-185.
Conover, DO and van Voorhees, DA. 1990. Evolution of a balance sex ratio by
frequency dependent selection in a fish. Science 250:1556-1558.
Effendi, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nustama. Yogyakarta.
Effendie MI. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.112 hlm.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor. Yayasan Dewi Sri. 111
Froese R, Pauly D. 2013. Fish Base. World Wide Web electronic publication.
www. Fishbase.
Herawati, T. 2017. Metode Biologi Perikanan. Unpad Press. Sumedang.
Huet, M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish
Fishing (New Book) Ltd. London.
Ivlev VS. 1961. Experimental ecology of the feeding of fishes. Yale University
Press, New Haven, CT, USA. 322 p.
Krebs CJ. 1989. Ecological methodology. University of British Columbia. Harper
and Row Publisher. New York. 654 p.
Maria, Dian. 2000. Reproduksi dan Kebiasaan Makanan Ikan “SHIROGISU”
Sillago japonica Temminck dan Schlegel Di Periairan Teluk Kagoshima,
Jepang. Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Perikanan. Institut Pertanian Bogor
35
36
Purdom, C.E. 1993. Genetics and fish breeding. Chapman & Hall, London. 297 p.
Setyaningrum Nuning, Eko Setio Wibowo. 2016. Potensi Reproduksi Ikan Air
Tawar Sebagai Baby Fish. Biosfera Vol 33, No 2 Mei 2016 : 85-91
Stergiou KI, Moutopoulus DK, Casal HJA, Erzini K. 2007. Trophic Signatures of
Small-Scale Fishing Gears: Implications for Conservation and
Management. Marine Ecology Progress Series. No. 333: 117-128.
37
Timbangan Mikroskop
Pinset Sonde
39
Aquades
40
Ikan uji diambil dari akuarium stok, lalu ikan ditimbang dan
dicatat bobotnya.
Pertumbuhan
No. Panjang (mm)
Bobot (g)
SL FL TL
1 145 160 180 96,46
2 135 145 175 84,12
3 180 183 225 184,95
4 180 190 210 180,23
Pertumbuhan
No. Panjang (mm)
Bobot (g)
SL FL TL
35 185 200 240 195,7
36 150 160 170 73,27
37 140 155 170 90,09
38 160 165 174 79,88
39 135 150 175 73,02
3,84145882
²tabel 1
Jenis Pakan
Animal persentasi
Phytoplankton zooplankton Plants Molusca Insecta Benthos Detritus Worm
Fraction %
30% 30% 40% 100%
30% 70% 100%
100% 100%
1% 99% 100%
99% 1% 100%
36,55% 22,60% 40,85%
100%
41,67% 22,58% 39,50% 100%
30% - - 70% 100%
- - 100% 100%
- - 100% 100%
100% - - 100%
10% 90% 100%
100% 100%
100% 100%
34% 66% 100%
66% 34% 100%
5% 5% 90% 100%
70% 30% 100%
57
Jenis Pakan
Animal persentasi
Phytoplankton zooplankton Plants Molusca Insecta Benthos Detritus Worm
Fraction %
20% 30% 50% 100%
15% 35% 50% 100%
25% 25% 50% 100%
20% 30% 50% 100%
100% 100%
10% 60% 30% 100%
100% 100%
100% 100%
23% 5% 7% 65% 100%
23% 5% 7% 65% 100%
57,60% 41,40% 1% 100%
34,60% 25,40% 40% 100%
30% 70% 100%
35% 65% 100%
40% 60% 100%
60% 40% 100%
100% 100%
40% 30% 30% 100%
40% 20% 40% 100%
70% 30% 100%
20% 80% 100%
58
Jenis Pakan
Animal persentasi
Phytoplankton zooplankton Plants Molusca Insecta Benthos Detritus Worm
Fraction %
100% 100%
100% 100%
75% 25% 100%
100% 100%
75% 25% 100%
20% 10% 70% 100%
30% 30% 40% 100%
80% 20% 100%
100% 100%
30% 70% 100%
100% 100%
3% 97% 100%
40% 20% 40% 100%
100% 100%
25% 75% 100%
100% 100%
96% 3% 1% 100%
100% 100%
100% 100%
100% 100%
100% 100%
59
Jenis Pakan
Animal persentasi
Phytoplankton zooplankton Plants Molusca Insecta Benthos Detritus Worm
Fraction %
16% 84% 100%
60% 20% 20% 100%
100% 100%
40% 10% 50% 100%
100% 100%
100% 100%
60