LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Biologi Perikanan
Disusun oleh:
Kelompok 18/Perikanan A
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Na NPM Asp
ma ek
Ratu Keyla Kamal 2301101700 Reproduksi
15
Muhammad Firham 2301101700 Reproduksi
19
Ramadhan
Dhea Tiara Nurmahendra 2301101700 Pertumbuhan
47
Hagi Nuansa Febriani 2301101700 Kebiasaan Makanan
53
Menyetujui
PJ Asisten Laboratorium
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan laporan akhir
praktikum Biologi Perikanan yang berjudul “Analisis Aspek Biologi Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)”.
Tujuan dan pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai kegiatan praktikum Biologi Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan ilmu pengetahuan mengenai
analisis aspek biologi ikan nila (Oreochromis niloticus). Laporan ini dapat
tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tim dosen mata kuliah Biologi Perikanan
2. Tim asisten laboratorium mata kuliah Biologi Perikanan
Semoga laporan ini dapat menuntun ke arah yang lebih baik lagi dan mampu
menambah kemampuan penulis dalam meningkatkan ketelitian. Kritik dan saran
demi laporan ini selanjutnya sangat dinantikan.
Kelompok 18
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................. 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan............................................................................. 3
2.1.1 Taksonomi............................................................................... 4
2.1.2 Morfologi................................................................................ 4
2.1.3 Habitat..................................................................................... 5
2.1.4 Pertumbuhan........................................................................... 6
2.1.5 Reproduksi ............................................................................. 6
2.1.6 Kebiasaan Makan.................................................................... 7
2.2 Pertumbuhan........................................................................... 8
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan................... 9
2.2.2 Pola Pertumbuhan................................................................... 9
2.2.3 Faktor Kondisi......................................................................... 10
2.3 Reproduksi.............................................................................. 11
2.3.1 Rasio Kelamin......................................................................... 12
2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)........................................ 12
2.3.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG)........................................... 14
2.3.4 Hepato Somatik Indeks (HSI)................................................. 14
2.3.5 Fekunditas............................................................................... 15
2.3.6 Diameter Telur........................................................................ 15
2.3.7 Tingkat Kematangan Telur ..................................................... 16
2.4 Kebiasaan Makan.................................................................... 16
2.4.1 Indeks Bagian Terbesar........................................................... 17
2.4.2 Indeks Ivlev............................................................................. 17
2.4.3 Tingkat Trofik......................................................................... 17
1
diperhatikan faktor-faktor yang akan memberikan pengaruh pada ikan. Faktor
lingkungan dan pakan akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan benih ikan
nila. Pakan yang diberikan harus mampu memenuhi kebutuhan gizi ikan sehingga
ikan mampu tumbuh dan berkembang. Menurut KKP (2013), produksi ikan nila
mengalami fluktuasi produksi setiap tahunnya. Konsistensi peningkatan hasil
produksi ikan nila dapat dilakukan melalui budidaya secara intensif dengan
memperhatikan
2
2
1.1 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum aspek biologi pada ikan nila
(Oreochromis niloticus).
1. Menganalisis aspek pertumbuhan meliputi distribusi ukuran, hubungan panjang
bobot dan faktor kondisi
2. Menganalisis aspek reproduksi, meliputi rasio kelamin, TKG, IKG, HSI,
Fekunditas, Diameter Telur dan Tingkat Kematangan Telur.
3. Menganalisis aspek kebiasaan makan, meliputi indeks bagian terbesar, indeks ivlev
dan indeks tropic
1.2 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah memberikan informasi
serta pengetahuan mengenai aspek-aspek biologi ikan nila (Oreochromis
niloticus) yang dapat diterapkan untuk melakukan budidaya dalam sektor
perikanan, agar hasil dari budidaya perikanan memenuhi standar kualitas dan
target yang diinginkan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
4
2.1.1 Taksonomi
Klasifikasi ikan nila (Oreochromis nilotica), menurut Saanin (1984), dalam
Setiawan, (2012) adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Bagian tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih agak
kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan tersusun
rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki
garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis
bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung
sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan mulut berada di
ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottelat et.al 1993).
Ikan nila memiliki sirip punggung dengan rumus D XV, 10, sirip ekor C II,
15, dan sirip perut C I, 6. rumus tersebut menunjukkan perincian sebagai berikut:
D XV, 10 artinya D = Dorsalis (sirip punggung), XV =15 duri, dan 10 =10 jari-
jari lemah. C II, 15 artinya C = Caudalis (sirip ekor) terdiri dari 2 duri, dan 15 jari-
jari lemah. V I, 6 artinya V = Ventralis (sirip perut) terdiri dari 1 duri, dan 6 jari-
jari lemah (Rukmana 1997). Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat
pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan,
di samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil
meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan
juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang
memberi kesan kokoh.sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya
besar. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan
berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa
garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garisnya berlanjut (tidak
putus) dan melingkar (Khairuman dan Amri 2007).
2.1.3 Habitat
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) umumnya hidup diperaian tawar seperti
sungai, danau, waduk, sawah, rawa dan saluran irigasi, tetapi toleransi yang luas
terhadap salinitas sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang biak pada
perairan payau. Ikan Nila air tawar dapat dipindahkan ke air payau dengan proses
adaptasi bertahap ikan yang masih kecil ukuran 2-5 cm, lebih tahan terhadap
perubahan lingkungan dari pada ikan yang sudah besar. Pemindahan secara
mendadak dapat menyebabkan ikan tersebut stress bahkan mati (Kordi 2000).
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) mampu hidup normal pada kisaran suhu
14 -38 °C Untuk pertumbuhan optimum ikan Nila adalah 25-30 °C dengan nilai
6
pH air antara 6-8,5 (Suyanto 2003). Ikan Nila memiliki adaptasi yang kuat
terhadap perubahan salinitas yaitu salinitas 20 ppt, dan tahan terhadap serangan
penyakit (Bakteri Aeromonas hydrophylla). Hal yang paling berpengaruh dengan
pertumbuhan ikan adalah salinitas atau kadar garam berkisar antara 0-29%
sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik. Meskipun ikan nila dapat
hidup pada kadar garam sampai 35% namun ikan nila sudah tidak dapat tumbuh
berkembang dengan baik (Suyanto 2010).
Ikan nila mampu hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam
yang sempit dan dangkal, mempunyai pertumbuhan yang cepat terutama untuk
ikan nila jantan, tidak memiliki duri dalam daging, serta dapat dipelihara dalam
kepadatan yang cukup tinggi (Jannah 2001). Ikan nila memiliki kemampuan
menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki
toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di
dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang
rendah (Trewavas 1982).
2.1.4 Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat dikatakan sebagai pertambahan ukuran panjang atau
berat dalam suatu waktu. Penentuan pola pertumbuhan ikan yaitu dengan mencari
hubungan panjang berat ikan dengan suatu bentuk eksponensial. Pertumbuhan
yang cepat pada ikan nila diperoleh dari ikan yang berkelamin jantan, ikan nila
jantan tumbuh lebih cepat dengan pertumbuhan rata-rata 2,1 gr/hari dibanding
dengan, ikan nila betina yang hanya rata-rata tumbuh 1,8 gr/hari, maka lebih
ekonomis, jika di dalam tambak hanya ditebar benih ikan nila berkelamin jantan
(Thomas, 2005).
Menurut hasil penelitian Subiyanto (2013), ikan nila di Rawa Pening
memiliki kisaran ukuran panjang 100-230 mm dan berat 40-370 gram. Serta
menunjukkan bahwa nilai b < 3 yang artinya ikan Nila di perairan Rawa Pening
memiliki pertumbuhan allometrik negatif yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat
daripada pertumbuhan berat. Nilai koefisien determinasi (R²) berkisar antara
0,706-0,944, yang artinya bahwa hubungan antara panjang dan berat ikan nila
sangat erat.
2.1.5 Reproduksi
7
Rasio kelamin adalah perbandingan antara jenis kelamin ikan jantan dan
jenis kelamin ikan betina dalam satu populasi. Ikan nila bersifat beranak pinak dan
cepat pertumbuhannya. Selain itu, ikan ini memiliki toleransi tinggi terhadap
perubahan kadar garam sampai 30 promil. Ikan nila dapat mencapai saat dewasa
pada umur 4 – 5 bulan dan akan mencapai pertumbuhan maksimal untuk
melahirkan sampai berumur 1,5 – 2 tahun. Pada saat ikan nila berumur lebih dari
1 tahun kira – kira beratnya mencapai 800 g dan saat ini ikan nila bisa
mengeluarkan 1200 – 1500 larva setiap kali memijah, dan dapat berlangsung
selama 6 – 7 kali dalam setahun.
Sebelum memijah ikan nila jantan selalu membuat sarang di dasar perairan,
daerahnya akan dijaga, dan merupakan daerah teritorialnya sendiri. Ikan nila
jantan menjadi agresif saat musim kawin. lkan jantan tumbuh lebih cepat dan
lebih besar dibanding betinanya. Proses pemijahan dimulai dengan pembuatan
sarang oleh ikan jantan berupa lekukan berbentuk bulat dengan diameter
sebanding seukuran tubuhnya di dasar perairan dalam daerah teritorial (Suyanto,
1988).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Subiyanto, Anhar Solichin, dan
Maulana Dhimas Kuncoro (2013), aspek reproduksi ikan nila yang meliputi
nisbah kelamin yang telah didapatkan persentase sebesar 56,89% ikan jantan, dan
43,10% ikan betina. Nilai IKG berkisar 0,03-2,5. Hasil penelitian Rosma Erni,
Asriyana, dan Ahmad Mustafa (2018) mendapatkan fekunditas ikan nila berkisar
439-4.281 butir, nilai IKG 0,0002-0,0009, perbandingan rasio kelamin betina dan
jantan 6 : 5 dan ukuran pertama kali matang gonad ikan nila betina yaitu
185,17mm. Menurut hasil penelitian Yenni Wardani, Norce Mote, dan Sendy Lely
Merly (2017) ikan nila yang diperoleh selama penelitian berjumlah 80 ekor jantan
dan 54 ekor betina sehingga nisbah kelaminnya 1,48:1 dan fekunditas ikan nila
berkisar 817-508 butir telur. Hasil penelitian Ilham Zulfahmi, Muliari, dan
Yusrizal Akmal (2017) ikan nila memiliki nilai rata-rata HSI sebesar 0,985%.
Pada saat ikan nila berumur 1 tahun atau lebih kira-kira beratnya mencapai 800
gram ikan nila bisa mengeluarkan 1200-1500 larva (Suyanto 1988).
Kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas dan kualitas yang dimakan oleh
ikan. Sedangkan cara makan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
waktu, tempat dan cara makanan diperoleh oleh ikan (Febyanti & Syahailatua
2008 in Izzani 2012). Kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas, dan kualitas
makanan yang dimakan oleh ikan. Sedangkan cara makan adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan cara makanan yang diperoleh oleh
ikan. Kebiasaan makanan ikan secara alami tergantung pada lingkungan tempat
ikan hidup, dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain habitat, kesukaan
terhadap jenis makanan tertentu, musim, ukuran, umur ikan, periode harian
mencari makan, dan spesies kompetitor (Febyanti & Syahailatua 2008).
Menurut hasil penelitian Satria et.al. bahwa Ikan nila tergolong ikan
herbivora cenderung karnivor yang dapat diketahui dari hasil analisis makanan
dalam lambung yang terdiri dari fitoplankton, zooplankton dan serasah.
Fitoplankton didominasi oleh kelompok Cholorophyceace, Myxophyceace, dan
Desmid. Sedangkan zooplankton didominasi oleh Rotifera, Crustacea dan
Protozoa.
Berdasarkan analisis makanan, jenis makanan yang ditemukan dalam
lambung ikan nila dikelompokkan atas 7 (tujuh) kelas yaitu Chlorophyceace,
Myxophyceace, Desmid, Protozoa. Rotifera, Crustacea dan yang tidak
terindentifikasi berupa serasah dan pasir yang diduga ikut termakan. Berdasarkan
indeks bagian terbesar (IP) bahwa makanan utama ikan nila baik jantan maupun
betina adalah kelompok Chlorophyceacce (Mougeotia, Zygeuma, Stichococcus,
Oedogonium, Spyrogyra, Ulothrix, Mesotanium, Closterium, Pediastrum,
Scenedesmus, Oocytis, Ankistrodesmus, Characium), Myxophyceace
(Merismopedia, Oscillatoria, Anabaena, Polycstis), Cructacea (Dhapnia),
Rotiffera (Branchionus), Desmid (Desmidium, Penium) dan serasah.
2.2 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat.
Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetic, hormon dan lingkungan. Meskipun
secara umum, faktor lingkungan yang memegang peranan sangat penting adalah
nutrien dan suhu lingkungan. Akan tetapi, di daerah tropis nutrien lebih penting
dibandingkan lingkungan. Tidak semua makanan yang dimakan oleh ikan
9
makanan atau organ vital lainnya, sehingga efisiensi berkurang akibat kekurangan
makanan yang berguna untuk petumbuhan (Effendie 1997).
kesimpulan bahwa ikan memiliki bentuk yang kurang pipih. Hal ini menyebabkan
kemontokan ikan kurang dikarenakan pengaruh makanan, umur, jenis kelamin
dan kematangan gonad. Pertumbuhan ini disebut dengan pertumbuhan allometrik
karena nilainya kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya. (Effendie 1997).
Menurut Effendie (2002), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kondisi
ikan adalah sebagai berikut:
1. Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap faktor kondisi, seperti perubahan
makanan ikan yang berasal dari ikan pemakan plankton berubah menjadi ikan
pemakan ikan atau sebagai karnivor. Hal demikian juga dapat terjadi apabila ada
perubahan kebiasaan dari perairan estuarine ke perairan laut.
2. Umur
Umur berperan dalam pertumbuhan, pertumbuhan cepat terjadi pada ikan
ketika dalam stadia larva dan benih, karena sebagian sumber energi di gunakan
untuk pertumbuhan badan dalam hal ini ukuran somatik. Sedangkan ikan yang
sudah dewasa pada umumnya sebagian besar sumber energi digunakan untuk
perkembangan gonadnya.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukan tingkat faktor kondisi pada ikan, untuk ikan
betina yang sudah matang gonad biasanya bentuk tubuhnya lebih besar dan
membuncit pada bagian perutnya, sedangkan pada ikan jantan bentuk tubuhnya
lebih ramping.
4. Kematangan gonad
Kematangan gonad ikan terjadi saat ikan akan memijah. Pada saat tersebut,
gonad akan mengalami pertambahan berat hingga mencapai maksimum dan
kemudian akan mengalami penurunan berat setelah terjadi pemijahan. Selama
proses reproduksi berlangsung, energi yang dihasilkan tubuh sebagian besar
digunakan untuk perkembangan gonadnya.
5. Ukuran ikan
12
Faktor kondisi berfluktuasi dengan ukuran ikan. Ikan yang berukuran kecil
mempunyai kondisi relatif yang tinggi, kemudian menurun ketika ikan bertambah
besar.
Menurut penelitian Subiyanto (2013), nilai faktor kondisi ikan nila di
perairan Rawa Pening berkisar 1,034-1,090 artinya bahwa ikan nila kurang pipih
atau kurus.
2.3 Reproduksi
Aspek reproduksi yang akan dibahas meliputi pengertian reproduksi rasio
kelamin, faktor-faktor yang mempengaruhi pemijahan tingkat kematangan gonad ,
indeks kematangan gonad, hepatosomatik indeks, fekunditas, diameter telur,
tingkat kematangan telur dan reproduksi ikan. Reproduksi adalah kemampuan
individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan
jenisnya atau kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada
gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk
zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru (Effendi 2002).
kelamin dari 1:1 adalah karena adanya perubahan suhu perairan, ikan betina
mudah dimangsa predator, resiko alami dan fase migrasi populasi induk ikan
betina berbeda dengan induk ikan jantan.
Menurut hasil penelitian Yenni Wardani, Norce Mote, dan Sendy Lely
Merly (2017) yang memperoleh ikan nila selama penelitian berjumlah 80 ekor
jantan dan 54 ekor betina sehingga nisbah kelaminnya 1,48:1 sehingga
mengasumsikan tergolong ikan poliandri karena lebih dominan ikan nila jantan.
2.3.5 Fekunditas
Fekunditas merupakan jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu
ikan memijah. Fekunditas merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengukur potensi produksi pada ikan karena relatif mudah dihitung. Fekunditas
lebih sering dihubungkan dengan panjang daripada dengan bobot, karena panjang
penyusutannya relatif kecil tidak seperti bobot yang dapat berkurang dengan
mudah (Effendie 2002).
Nilai fekunditas suatu individu ikan bervariasi karena dipengaruhi oleh jenis
atau spesies, umur, ukuran individu ikan, makanan, faktor fisiologi tubuh, sifat
ikan, kepadatan populasi dan lingkungan hidup dimana individu ikan itu berada
(Yildirim et.al 2006).
Jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan laut dikatakan tinggi bila mencapai
1.000.000 butir telur dalam sekali memijah. Ikan yang tua dan besar umumnya
memiliki fekunditas relatif lebih kecil dan fekunditas relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi
maksimum pada ikan-ikan yang masih muda (Effendie 2002).
Menurut pernyataan Kordi (2000), bahwa pada umumnya pemijahan ikan
nila terjadi 6-7 kali pertahun dengan kisaran fekunditas antara 300-3.000 butir
telur per pemijahan. Nilai fekunditas yang tinggi tersebut dikarenakan berat gonad
yang lebih besar, sehingga ukuran yang besar dapat menampung telur yang kecil
dan lebih banyak. Perbedaan fekunditas bisa terjadi karena kondisi lingkungan
yang berbeda, Ikan nilem yang diambil pada perairan yang sama seharusnya
memiliki nilai fekunditas tidak terlalu jauh berbeda. Hal tersebut, dapat
dipengaruhi oleh kesediaan makanannya, panjang, berat, umur, pemijah, ukuran
telur, ras, dan populasi (Nikolsky 1969). Menurut SNI (2009), fekunditas induk
16
nila dengan bobot 500 gram per pemijahan adalah lebih dari sama dengan 1000
butir atau 200 butir/100 gram berat induk nila.
3.2.2 Bahan
1. Aquades : Sebagai larutan pengencer
2. Formalin 5% : Untuk pengawetan
3. Ikan kembung perempuan : Sebagai objek yang diamati
4. Larutan Serra : Sebagai larutan pengawet telur
5. Larutan Asetokarmin : Untuk pewarnaan jaringan gonad
19
20
W = a . Lb
21
Keterangan:
W = bobot ikan (gram)
L = panjang total (mm)
a = intercept
b = slope
3.4.6 Fekunditas
Menurut Andy Omar (2005), fekunditas ikan ditentukan dengan
menggunakan mettode gavimetrik dengan rumus :
F = Bg × Fs
Bs
Keterangan :
F = Jumlah seluruh telur(butir)
Fs = Jumlah telur pada sebagian gonad (butir)
Bg = bobot seluruh gonad (gram)
Bs = bobot sebagian gonad (gram)
Keterangan :
Ii = Indeks bagian Terbesar (Index of Preponderance)
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi =Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
∑(Vi xOi)= Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
n
2 (Oi−Ei)2
x =∑
i=1 Ei
Keterangan :
x² = nilai chi kuadrat
Oi = frekuensi observasi yaitu jumlah ikan jantan atau betina hasil pengamatan
Ei = frekuensi harapan yaitu jumlah ikan jantan atau betina secara teoritis (1:1)
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : Nisbah ikan jantan dan betina seimbang (1:1)
H1 : Nisbah jantan dan ikan betina tidak seimbang
Kriteria pengambilan keputusan :
25
- Apabila nilai X2hitung > X2tabel, maka Ho ditolak artinya nisbah kelamin
tidak seimbang.
- Apabila nilai X2hitung ≤ X2tabel, maka Ho diterima artinya nisbah kelamin
seimbang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
26.92%
0.25
0.2
0.15 12.98%
0.1 8.17%
0.05 3.37%
0.48% 0.00% 0.48%
0
38-62 63-87 88-112 113-137 138-162 163-187 188-212 213-237
Interval
11 22 33 44 55 66 77 88
0.8 74.04%
0.7
0.6
0.5
Persentase
0.4
0.3
0.2
10.58%
0.1 5.77% 3.37%
1.44% 0.96% 2.88% 0.96%
0
1,36- 26,5- 51,64- 76,78- 101,92- 127,06- 152,2- 177,34-
26,49 51,63 76,77 101,91 127,05 152,19 177,33 202,47
Interval
25
Pada grafik diatas dapat disimpulkan bahwa ikan nila memiliki distribusi
panjang dengan frekuensi tertinggi yaitu 47,60% dengan jumlah ikan nila
sebanyak
26
26
99 ekor ikan pada interval 63 sampai dengan 87 mm. Sedangkan, untuk frekuensi
terendah yaitu 0,00% sebanyak 0 ekor ikan pada interval 133 sampai dengan 137
mm. Panjang maksimum ikan yaitu 234 mm, sedangkan untuk panjang minimum
yaitu 38 mm. Grafik distribusi panjang ikan nila terdapat kelompok umur
sebanyak 2 kohort. Ikan nila yang dijadikan aspek biologi saat praktikum
sebanyak 208 ekor ikan nila. Laju pertumbuhan tubuh ikan bergantung dari
pengaruh fisika dan kimia perairan dan interaksinya. Secara umum, pertumbuhan
ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
keturunan, umur, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan memanfaatkan
makanan, sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, kualitas dan kuantitas
makanan, serta ruang gerak (Gusrina 2008).
Pada grafik diatas dapat disimpulkan bahwa ikan nila memiliki distribusi
bobot dengan frekuensi tertinggi yaitu 74,04% dengan jumlah ikan nila sebanyak
154 ekor ikan pada interval 1,36 sampai dengan 26,49 g. Sedangkan, untuk
frekuensi terendah yaitu 0,96% sebanyak 2 ekor ikan pada interval 51,64 sampai
dengan 76,77 g dan 177,34 sampai dengan 202,47 g. Bobot minimunya yaitu 1,36
g dan bobot ikan nila maksimum yaitu 202,44 g. Tabel diatas memiliki kelompok
umur sebanyak 2 kohort. Menurut Thomas (2005), pertumbuhan yang cepat pada
ikan nila diperoleh dari ikan yang berkelamin jantan, ikan nila jantan tumbuh
lebih cepat dengan pertumbuhan rata-rata 2,1 gr/hari dibanding dengan, ikan nila
betina yang hanya rata-rata tumbuh 1,8 gr/hari, maka lebih ekonomis, jika di
dalam tambak hanya ditebar benih ikan nila berkelamin jantan.
1.50
Log W
1.00
0.50
0.00
1.50 1.60 1.70 1.80 1.90 2.00 2.10 2.20 2.30 2.40 2.50
Log L
Hubungan panjang bobot ikan nila pada regresi hubungan panjang dan
bobot diatas menyatakan bahwa bobot ikan dipengaruhi sebesar 92,8% oleh
panjang dan 7,2% dipengaruhi oleh faktor lain, baik faktor internal maupun
eksternal. Pertumbuhan ikan termasuk kedalam allometrik negatif yang berada
pada b < 3 dengan nilai b = 2,8888, yang menunjukkan ikan dengan kategori
kurus, dimana pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan berat (Effendie
1997). Korelasi antara panjang dan bobot ikan nila merupakan korelasi sangat
kuat karena nilai korelasi yaitu didapatkan menunjukkan nilai 0,963.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Subiyanto (2013), ikan nila di Rawa
Pening memiliki kisaran ukuran panjang 100-230 mm dan berat 40-370 gram.
Serta menunjukkan bahwa nilai b < 3 yang artinya ikan Nila di perairan Rawa
Pening memiliki pertumbuhan allometrik negatif yaitu pertumbuhan panjang lebih
cepat daripada pertumbuhan berat. Secara umum, nilai b tergantung pada kondisi
fisiologis dan lingkungan seperti suhu, pH, salinitas, letak geografis dan teknik
sampling (Jenning et al 2001 dalam Mulfizar 2012) dan juga kondisi biologis
seperti perkembangan gonad dan ketersediaan makanan (Froese 2006 dalam
Mulfizar 2012). Nilai b yang didapat relatif rendah karena disebabkan oleh
tingkah laku ikan.
Persamaan hubungan panjang (L) dan bobot (W) ikan nila adalah Log W =
2,888 Log L + 4,5244. Hubungan panjang dan berat dapat digunakan dalam kajian
28
biologi ikan untuk beberapa tujuan diantaranya tersebut untuk estimasi rerata
berat ikan berdasarkan data panjang yang diketahui.
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu-
suatu waktu. Sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah.
Pertumbuhan menghasilkan panjang dan perkembangan dapat menghasilkan
berat. Hubungan panjang dan berat ikan umumnya mengikuti pola hukum kubik
dari panjang dan berat ikan dimana setiap pertambahan panjang akan
menyebabkan pertambahan berat 3 kali lipatnya. Namun pada kenyataannya tidak
demikian, karena panjang dan bobot ikan berbeda pada setiap spesies ikan
(Effendie 2002).
6.00 5.76
5.01
5.00
4.00 3.58
Nilai K
3.00 2.62
1.98
2.00 1.55
1.24
1.00
0.00
38-62 63-87 88-112 113-137 138-162 163-187 188-212
Interval Panjang
Ikan nila memiliki nilai faktor kondisi (K) berkisar 5,76 sampai 1,24. Pada
interval 38 sampai dengan 62 mm memiliki nilai K tertinggi yaitu 5,76. Untuk
nilai K terendah 1,24 pada interval 188 sampai dengan 212 mm. Grafik cenderung
turun dari interval awal naik hingga mencapai titik faktor kondisi terendah pada
kelas interval. Nilai faktor kondisi yang tinggi menunjukkan ikan berada dalam
perkembangan gonad, sedangkan dilihat dalam pertumbuhan sedangkan ikan
bandeng sedang dalam pertumbuhan ikan. Namun pada tabel diatas, ikan nila
sedang mengalami pemeliharaan gonad dan sedang mengalami penurunan
pertumbuhan. Menurut Effendie (2002), perbedaan nilai faktor kondisi
29
Betina (♀)
31%
Jantan (♂)
69%
maka perbandingan jenis kelamin jantan tidak sama dengan 1, hal tersebut sesuai
dengan hipotesis, yaitu nilai χ2hitung > χ2tabel maka H0 ditolak dan Jika χ2hitung < χ2tabel
maka H0 diterima.
Dari hasil analisis nisbah kelamin ikan nila terjadi penyimpangan nisbah
kelamin dari pola 1:1 antara lain karena adanya perbedaan tingkah laku yang
cenderung bergerombol pada ikan nila jantan, sedangkan betina lebih soliter,
selain itu adanya perbedaan mortalitas, pertumbuhan, penyebaran tidak merata,
kondisi lingkungan serta penangkapan turut menyebabkan terjadinya
penyimpangan ( Arslan dan Aras 2007)
80
60
40
20 4 422 4
2 1 1 11 11
0
1,36- 26,5- 51,64- 76,78- 101,92- 127,06- 152,2- 177,34-
26,49 51,63 76,77 101,91 127,05 152,19 177,33 202,47
Interval
Berdasarkan hasil pengamatan dari data diatas, didapatkan data TKG jantan
tertinggi yaitu pada tahap tingkat kematangan gonad ke I. Begitu pula jika ditinjau
dari tabel diatas TKG I pada ikan bandeng jantan sangat mendominasi jumlah
total keseluruhan ada 119 ekor. Menurut Effendie (1997) , umumnya pertambahan
berat gonad ikan jantan sebesar 5-10%. ciri-ciri ikan jantan testis lebih lebar dan
bergerigi. Tingkat kematangan gonad ikan bandeng jantan dan betina ditentukan
melalui pengamatan secara morfologi dan histologi. Pengamatan morfologi
tingkat kematangan gonad ikan jantan berbeda dengan ikan betina.
Effendie (1979) menyatakan bahwa untuk ikan jantan yang diamati adalah
bentuk, ukuran, warna, dan pengisian testes dalam rongga tubuh serta keluar
31
tidaknya cairan dari testes (keadaan segar). Cara menentukan kematangan gonad
ikan bandeng jantan dilakukan dengan melihat urogenitalnya. Ikan jantan yang
telah matang gonad ditandai dengan urogenitalnya yang memerah dan meruncing
serta panjangnya sudah melampaui pangkal sirip ekor (Ernawati 2015).
35 32
30
25
20
Jumlah Ekor
15
10
5 44 455
1 1 111 2 1 21
0
1,36- 26,5- 51,64- 76,78- 101,92- 127,06- 152,2- 177,34-
26,49 51,63 76,77 101,91 127,05 152,19 177,33 202,47
1.60%
1.41%
1.40%
1.20% 1.08%
1.00%
Persentase
0.80% 0.72%
0.59%
0.60%
0.40%
0.20%
0.00%
I II III IV V
TKG
4.2.5 Fekunditas
Menurut Effendie (1979) fekunditas adalah jumlah telur yang telah matang
sebelum dikeluarkan pada waktu memijah. Berdasarkan hasil pengamatan
praktikum mengenai analisis aspek biologi ikan Nila (Oreochromis niloticus),
fekunditas yang didapat oleh kelompok 18 Perikanan A berjumlah 884 butir telur,
sedangkan jika berdasarkan data angkatan Perikanan 2017 diperoleh hasil rata-rata
fekunditas adalah 731 butir telur.
Menurut Suyanto (1993) Telur ikan Nila bulat dan berwarna kekuningan.
Sekali memijah dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir tergantung
34
ukuran induk betina. Ikan Nila mulai berpijah pada bobot 100-150 gram, tetapi
produksi telurnya masih sedikit. Induk yang paling produktif bobotnya antara
500-600 gram.
20%
10% 4% 1% 1% 0% 0% 0% 1% 0%
0%
n n on s s s a a sh
to to nt ho tu sc ct or
m
Fi
a nk a nk ra cti Pla
e nt e tri olu nse W
l l F B D M I
op op al
hyt Zo i m
P
An
Jenis Pakan
Ikan nila selektif dan spesialis dalam mencari sumber makanan berupa
fitoplankton, zooplankton dan sisa pakan (Needham1938).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum analisis aspek biologi ikan nila
mengenai pertumbuhan, reproduksi serta kebiasaan makanan yaitu:
1. Hubungan panjang total dan bobot pada ikan bandeng yang diamati
termasuk kedalam allometrik negatif, yang berarti pertambahan panjang ikan
lebih cepat daripada pertambahan bobotnya yang menyebabkan ikan tersebut
kurus. Dilihat dari faktor kondisinya ikan nila yang diamati akan mengalami
pertumbuhan maksimal pada ukuran 38-62 mm dengan K tertinggi yaitu
5,76.
2. Nilai IKG dengan HSI berhubungan erat karena jika nilai IKG pada suatu
ikan dengan TKG tertentu bernilai maksimum maka HSI pada ikan dengan
TKG tersebut juga maksimum. Ikan yang diamati memiliki rasio sebesar
69% (143 ekor) ikan jantan dan sebesar 31% (65 ekor) ikan betina dari total
208 ekor. Sehingga dapat dikatakan bahwa rasio kelamin dari seluruh
sampel angkatan adalah 2 : 1. Nilai fekunditas yang didapat adalah sebanyak
731 butir telur. Diameter telur ikan nila yang paling kecil memiliki ukuran
15µm, telur sedang berukuran 25 µm dan ukuran telur besar berukuran 30
µm.
3. Ikan nila merupakan pemakan segala (omnivora) dengan tingkat trofik
sebesar 2,74 dengan detritus sebagai pakan utama karena memiliki nilai
indeks propenderan sebesar 69% dan fitoplankton yaitu sebesar 25%, yang
menjadi pakan sampingan
5.2 Saran
Praktikan harus lebih meningkatkan ketelitian dalam pengamatan seluruh
aspek biologi ikan, sehingga data yang diperoleh merupakan data akurat yang
dapat dibuktikan kebenarannya. Peralatan yang terbatas dapat mempengaruhi
kinerja praktikan. Praktikan harus memperhatikan lagi prosedur kerja dan
38
pemahaman serta materi dasar yang menunjang jalannya praktikum ini agar tidak
terjadi kesalahan dalam mengolah dan menganalisis data.
39
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R. dan Tang, U. M. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Riau
Anwar, C. 2014. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Tambak Ramah
Lingkungan. WWF- Indonesia. Jakarta.
Christensen V, Pauly D. 1992. The ECOPATH II-a software for balancing steady
state ecosystem models
Conover, DO and van Voorhees, DA. 1990. Evolution of a balance sex ratio by
frequency dependent selection in a fish. Science 250:1556-1558.
Djohar, I. 1997. Inventarisasi Jenis-jenis Ikan Di Perairan Bendung Curug,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Laporan Praktek Lapang. Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.
66hal (tidak dipublikasikan)
Effendi, M.I. 1979. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Tama. Yogyakarta.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara.
Yogyakarta.163 hlm.
Effendie. M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
FitzGerald, William J. 2004. Milkfish aquaculture in the Pacific : potential for the
tuna longline fishery bait market. Noumea, New Caledonia: Secretariat of
the Pacific Community.
Froese R & D Pauly. 2000. Fish Base: Consepts, Design and Data Sources.
Philippine: International Center for Living Aquatic Resources
Management.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Garcia LMB. 1990. Fisheries Biology of Milkfish (Chanos chanos Forskal) in
Proceedings of the Regional Workshop on Milkfish Culture Development
in the South Pacifictarawa, Kiribati, 21-25 November 1988. South Pacific
Aquaculture Development Project, Food and Agriculture Organization of
the United Nations.
Gustiano, R., Otong Zaenal, A., E. Nugroho. 2008. Perbaikan Pertumbuhan Ikan
Nila (Oreochromis niloticus) dengan Seleksi Famili. Media Akuakultur,
3(2):98-106.
Hadi, M., Agustono dan Y. Cahyoko. 2009. Pemberian tepung limbah udan yang
difermentasi dalam ransum pakan buatan terhadap laju pertumbuhan,
rasio konversi pakan dan kelangsungan hidup benih ikan nila. Universitas
Airlangga.
Hadie, W dan Jatna S. 1986. Teknik Budidaya Bandeng. Jakarta : Bhratara Karya
Aksara.
40
40
Ivlev VS. 1961. Experimental ecology of the feeding of fishes. Yale University
Press, New Haven, CT, USA. 322 p.
Jannah, M . 2001. Manual Produksi Induk Ikan Nila. BBAT Jambi. Jambi.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Analisis dan data pokok kelautan dan
perikanan menurut provinsi tahun 2012. Pusat data, statistik dan informasi
sekretariat jenderal kementrian kelauan dan perikanan, Jakarta
Khairuman dan K. Amri. 2007. Budidaya Ikan Nila secara Intensif. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Kordi, K. M. G. H. 2000. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang.
Kottelat, M., A. J. Whitten, S. N. Kartikasari & S. Wiroatmodjo. 1993.
Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Edisi Dwi Bahasa
InggrisIndonesia. Periplus Edition (HK) Ltd. Bekerjasama dengan
Kantor Menteri KLH, Jakarta.
Lumbanbatu DTF. 1979. Aspek biologi reproduksi beberapa jenis ikan di waduk
Lahor, Jawa Timur. Karya ilmiah. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor. Tidak dipublukasikan. 169 p.
Mc Clanahan TR & SC Mangi. 2004. Gear-based Management of a Tropical
Artisanal Fishery Based on Spesies Selectivity and Capture Size. Fisheries
Management and Ecology 11: 51–60
Murtidjo, B.A. 1989. Tambak Air Payau Budidaya Udang dan Bandeng. Kanisius.
Yogyakarta.
Murtidjo, B.A. 2002. Budidaya dan Pembenihan Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.
Muttaqin. Z., Irma Dewiyanti , Dwinna Aliza. 2016. Kajian Hubungan Panjang
Berat Dan Faktor Kondisi Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dan Ikan
Belanak (Mugil Cephalus) Yang Tertangkap Di Sungai Matang Guru,
Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kelautan dan Perikanan Unsyiah. Volume 1, Nomor 3: 397-403 ISSN.
2527-6395 397.
Needham J.G and Paul R. Needham. 1938. A. Guide To The Study of FresWater
Biology. Holden Day San Fransisco.
Nikolsky, G. V. 1969. Theory of Fish Population Dynamic, as the Biological
Bacground of rational Exploitation and the management of Fishery
Resources. Academic Press.
Nikolsky, G. V. 1980. The Theory of Fish Population Dynamics As The
Biological Background of Rational Exploitation and Management of
Fisheries Resources. Translate by Bradley, Oliver and Boyd. London. 323
p
Nurnaningsih. 2004. Pemanfaatan Makanan oleh Ikan-ikan Dominan di Perairan
Waduk Ir. H. Djuanda. [tesis] Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
41
Pantjara. B., A. Hanafi A. Mustafa dan Usman, 1995. Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Bandeng (Chanos-chanos) pada Tambak Tanah Gambut.
Laporan Hasil Penelitian. Balitkanta. Maros.
Priyono, A., T. Aslianti, T. Setiadharma, dan I. N. A. Giri, 2011. Petunjuk Teknis
Perbenihan Bandeng (Chano chanos forsskal). Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Laut Gondol. Buleleng.
Purdom, C.E. 1993. Genetics and Fish breeding. Ministry of agriculture, Fisheries
and Food. Fisheries Laboratory. Lowestoff. Suffolk
Purnomowati, I., Hidayati, D., dan Saparinto, C. 2007. Ragam Olahan Bandeng.
Kanisius. Yogyakarta.
Putra, I., Setiyanto, D. D, Wahyuningrum, D. 2011. Pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam sistem
resirkulasi. Jurnal perikanan dan kelautan. 16 (1) : 56-63.
Putri, Masayu R.A., dan Didik Wahju H.T. 2010. Analisis Hubungan Panjang
Bobot Dan Pendugaan Parameter Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus) Di Waduk Ir. H. Djuanda. Peneliti pada Balai Riset Pemulihan
Sumber Daya Ikan, Jatiluhur-Purwakarta.
Rachmansyah, Usman dan Taufik Ahmad, 2001. Paket teknologi produksi
bandeng super dalam keramba jaring apung di laut. Warta Penelitian
Perikanan Indonesia Volume 7 Nomor 1. 2001 edisi khusus. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Eksplorasi Laut dan Perikanan, Jakarta.
Rukmana, R. 1997. Ikan Nila, Budidaya dan Prospek Agribisnis. Yogyakarta.
Kanisius.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. PT Bina Cipta.
Bandung.
Saanin. H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta.
Saparinto C. 2009. Bandeng Cabut Duri dan Cara Pengolahannya. Semarang:
Dahara Prize.
Satia, Yogie. 2011. Kebiasaan Makanan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Di
Danau Bekas Galian Pasir Gekbrong Cianjur – Jawa Barat. Jurnal
Agroqua Volume. 9 No. 1
Schuster, W.H. 1952. Fish culture in brackish water ponds of Java. Indo-Pacif
Coun. Spec Publs. 1: 143 pp.
Sjafei DS, Saadah. 2001. Beberapa aspek biologi ikan petek, leiognathus
splendens cuvier di perairan Teluk Labuan, Banten. Jurnal Iktiologi
Indonesia. Vol (1): 13-17.
Stergiou KI, Moutopoulus DK, Casal HJA, Erzini K. 2007. Trophic Signatures of
Small-Scale Fishing Gears: Implications for Conservation and
Management. Marine Ecology Progress Series. No. 333: 117-128.
Sudrajat, A. 2008. Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
42
Sugiarto. 1988, Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. CV.Simplex. Jakarta.
Sumantadinata, K. 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan Di Indonesia.
Sastra Hudaya. Jakarta.
Suseno, D . (2000). Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas, cet. 7. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Suyanto, S. R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. 158 hal.
Syahrir M. R. 2013. Kajian Aspek Pertumbuhan Ikan Di Perairan Pedalaman
Kabupaten Kutai Timur. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. FPIK.
Universitas Mulawarman.
Trewavas, E.1982. Tilapias: taxonomy and spesification. Di dalam: Biology and
Culture of Tilapias (R.S.V Pullin and R.H. Lowe Mc Cannel eds.)
ICLARM Conference Proceedings 7. Internationa Centre for Living
Aquatic Resource Management. Manila, Filipina.
Wootton, R.J. 1990. Ecology of Teleost Fishes. University College of
Wales,Aberystwyth. London. 403 p.
Yildirim, A. H. I. Haliloglu, O. Erdogan and M. Turkmen. 2006. Some
reproduction characreristics of chalcalburnus mossulensi inhabiting the
Karasau River.Tubitak 31(27) : 193-200.
LAMPIRAN
44
Timbangan Mikroskop
Pinset Sonde
Larutan asetokarmin
Ikan uji diambil dari akuarium stok, lalu ikan ditimbang dan dicatat
bobotnya.
Ikan uji dipegang dengan tangan kiri, bagian anterior kepala ikan
dengan sonde, sonde diputar perlahan sehingga otak ikan rusak dan
ikan pingsan.
Panjang ikan (SL, FL, TL) diukur dengan penggaris, dan bobot ikan
ditimbang dengan timbangan.
47
Gonad diambil dan dipisahkan dari organ lain kemudian diukur panjang
gonad dan ditimbang bobot gonad.
Fekunditas dihitung ketika TKG yang dicapai III dan IV untuk ikan
betina.
dipisahkan
Lampiran 5. Pertumbuhan
Pertumbuhan
No Panjang (mm) Bobot (g)
SL FL TL
1 40 55 2.28
2 39 49 2.41
3 42 55 3.3
4 45 60 3.44
5 50 65 3.8
6 50 55 4.02
7 65 50 4.4
8 50 65 4.46
9 50 70 5.24
10 70 55 5.5
11 60 75 6.09
12 55 70 6.15
13 70 60 6.72
14 59 74 6.79
15 57 70 6.96
16 63 75 7.08
17 61 76 7.5
18 70 85 9.99
19 155 - 185 111.52
20 150 - 180 111.74
21 43 - 55 2.74
22 45 55 3.47
23 45 58 3.63
24 45 - 65 3.77
25 48 - 61 3.95
26 45 - 55 4.69
27 45 - 60 4.76
28 55 69 49.4
29 58 - 73 5.33
30 55 - 70 5.69
31 55 60 5.81
32 55 - 74 6.26
33 55 65 6.71
34 60 - 75 8.13
35 60 75 8.12
36 150 179 117.93
37 160 200 132.35
38 190 210 135.18
39 160 200 135.57
40 150 - 190 100.27
41 150 - 198 105.1
42 155 - 186 107.34
51
Pertumbuhan
No Panjang (mm) Bobot (g)
SL FL TL
43 145 - 175 117.1
44 160 190 137.47
45 200 - 229 156.91
46 160 - 205 160.65
47 150 170 107.23
48 170 200 118.78
49 160 190 122.58
50 170 230 135.81
51 170 200 136.1
52 170 210 139
53 170 210 151.32
54 170 208 155.84
55 105 178 101.59
56 175 - 210 145.49
57 140 165 97.96
58 150 175 97.13
59 170 193 108.94
60 165 195 128.03
61 195 165 129
62 180 210 131.29
63 170 - 205 138.8
64 170 200 143.7
65 130 - 162 76.5
66 35 45 1.36
67 39 49 1.45
68 50 64 1.46
69 37 45 1.46
70 40 45 1.6
71 37 47 1.61
72 38 47 1.65
73 39 47 1.84
74 40 50 1.91
75 40 49 2.24
76 40 50 2.26
77 50 38 2.27
78 65 55 2.32
79 42 50 2.4
80 35 55 2.46
81 45 55 2.52
82 45 55 2.83
83 48 60 2.85
84 40 52 2.93
85 46 57 2.95
86 59 49 2.97
87 45 56 3.12
52
Pertumbuhan
No Panjang (mm) Bobot (g)
SL FL TL
88 43 54 3.15
89 75 95 3.22
90 49 62 3.31
91 47 60 3.49
92 50 55 3.54
93 45 60 3.57
94 50 63 3.64
95 51 60 3.66
96 50 60 3.78
97 65 76 3.85
98 51 64 3.9
99 50 65 4.02
100 48 62 4.09
101 50 65 4.1
102 50 65 4.19
103 55 70 4.23
104 55 70 4.28
105 51 66 4.37
106 50 65 4.45
107 53 65 4.49
108 55 70 4.76
109 70 55 4.79
110 55 70 4.87
111 55 70 4.95
112 50 67 5.08
113 55 70 5.19
114 55 68 5.2
115 42 55 5.2
116 55 70 5.22
117 56 71 5.22
118 55 70 5.23
119 60 70 5.43
120 50 63 5.85
121 54 69 5.88
122 55 65 5.89
123 55 70 6
124 60 73 6.09
125 74 61 6.17
126 60 75 6.24
127 65 80 6.36
128 50 75 6.39
129 65 80 6.41
130 59 75 6.47
131 70 75 6.54
132 57 74 6.8
53
Pertumbuhan
No Panjang (mm) Bobot (g)
SL FL TL
133 60 75 6.82
134 60 75 6.93
135 60 75 6.95
136 65 71 7.09
137 60 70 7.11
138 60 75 7.2
139 60 75 7.24
140 65 75 7.32
141 60 70 7.4
142 65 80 7.47
143 60 75 7.55
144 65 80 7.73
145 63 78 7.84
146 80 56 8.02
147 63 78 8.17
148 60 75 8.25
149 65 80 8.56
150 65 80 8.73
151 75 85 8.95
152 79 67 9.27
153 70 85 10.3
154 170 198 13.18
155 215 175 139.13
156 189 - 164 139.31
157 175 - 215 146.46
158 189 - 234 202.44
159 50 63 4.28
160 35 40 1.93
161 150 - 189 109.71
162 171 - 205 147.84
163 45 - 60 2.99
164 45 - 55 3.31
165 46 - 58 3.35
166 47 - 58 3.48
167 52 - 66 3.81
168 52 - 67 4.17
169 52 - 65 4.28
170 50 65 4.28
171 53 - 66 4.49
172 53 - 68 4.67
173 50 - 65 4.81
174 51 - 67 4.84
175 50 - 70 5.16
176 57 - 72 5.18
177 55 - 70 5.38
54
Pertumbuhan
No Panjang (mm) Bobot (g)
SL FL TL
178 55 70 5.51
179 57 - 71 5.52
180 53 70 5.65
181 58 - 72 5.66
182 58 - 72 5.91
183 61 - 76 5.97
184 65 - 72 6.31
185 55 - 74 6.38
186 58 - 72 6.48
187 60 75 6.78
188 130 - 167 71.71
189 67 - 82 8.94
190 50 60 3.75
191 45 58 2.72
192 60 75 7.17
193 60 80 7.55
194 60 75 7.6
195 136 166 79.36
196 155 190 130.61
197 160 180 146.2
198 180 205 157.75
199 170 210 159.26
200 177 213 159.74
201 162 210 175.18
202 170 213 194.95
203 155 185 119.1
204 155 185 97.37
205 160 210 147.58
206 170 215 148.9
207 49 60 39.5
208 65 69 47.1
60