Usulan Penelitian
Oleh:
MUTHIAH SYAKIROTIN
150610150085
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2018
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 150610150085
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan Usulan Penelitian yang berjudul “Tingkat Kesejahteraan
Keluarga Buruh Tani Wanita”. Usulan Penelitian ini diajukan untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Anne Charina, S.P., MT sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, bimbingan, dan saran dalam penyusunan Usulan Penelitian ini.
2. Dr. Hepi Hapsari, Ir., MS dan Rani Andriani Budi Kusomo, S.P., M.Si.
sebagai dosen penelaah atas bimbingannya yang meluangkan waktu dalam
menyempurnakan Usulan Penelitian ini.
3. Dr. Iwan Setiawan, SP., MSi. selaku Ketua Program Studi Agribisnis.
4. Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis
selama kegiatan perkuliahan.
5. Kedua orang tua, Bapak Suryana serta Ibu tersayang Atiek Rostika Noviyanti
yang senantiasa mendukung dan mendoakan agar Usulan Penelitian ini dapat
terselesaikan dengan baik.
6. Dida, Cahya, Diana, Desty, Shintia, Shafira, Yasya, Syifa, Karin, Arum,
Byelqist, Nadsy, Maulia, dan Fina selaku teman dan juga wadah berdiskusi
dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.
Penulis berharap semoga Usulan Penelitian ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya maupun bagi penulis dan semoga Allah SWT
senantiasa memberikan rahmat-Nya untuk kita semua. Terimakasih.
Jatinangor, Oktober 2018
Muthiah Syakirotin
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................4
1.3 Maksud dan Tujuan........................................................................................5
1.4 Kegunaan Penelitian.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
2.1 Tinjauan Pustaka............................................................................................6
2.1.1 Buruh Tani Wanita..................................................................................6
2.1.2 Kesejahteraan keluarga............................................................................7
2.1.3 Kontribusi Pendapatan Wanita Pada Pendapatan Keluarga..................19
2.1.4 Motivasi Wanita Bekerja.......................................................................20
2.1.5 Tanaman Kopi.......................................................................................26
2.1.5 Penelitian Terdahulu..............................................................................29
2.2 Kerangka Berpikir........................................................................................32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................34
3.1 Objek dan Tempat Penelitian.......................................................................34
3.2 Desain dan Teknik Penelitian.......................................................................34
3.3 Operasional Variabel....................................................................................35
3.4 Sumber Data dan Cara Menentukan Data....................................................39
3.4.1 Data Primer............................................................................................39
3.4.2 Data Sekunder........................................................................................39
3.5 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................40
3.6 Rancangan Analisis Data..............................................................................40
3.7 Jadwal Penelitian..........................................................................................43
LAMPIRAN..........................................................................................................44
Lampiran 1 Kuesioner terbuka untuk panduan wawancara...............................44
iii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52
iv
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
memiliki kontribusi terhadap PDB sebesar 29% dari sektor pertanian secara
keseluruhan (BPS, 2014).
Salah satu komoditas unggulan dalam sub sektor perkebunan ialah kopi.
Perkembangan komoditas kopi dalam perekonomian saat ini dinilai cukup penting
karena dapat menghasilkan devisa bagi negara ataupun sebagai sumber bagi
pendapatan petani. Produksi kopi mengalami peningkatan setiap tahunnya
(Kementerian Pertanian, 2014) hal tersebut terjadi karena kenaikan tingkat
konsumsi di masyarakat (Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia, 2014).
Aktivitas produksi dan pemasaran kopi melibatkan sejumlah besar penduduk
untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Penyerapan tenaga kerja secara
nasional dalam produksi kopi untuk jumlah petani dari tahun 2015 – 2017
meningkat sebesar 0,37 %.
Peningkatan produksi kopi terjadi juga di Jawa Barat. Hal ini mengakibatkan
bertambahnya jumlah petani kopi di Jawa Barat. Pada tahun 2008 tercatat ada
110.864 petani kopi, dan 2014 meningkat menjadi 113.766 petani kopi.
Banyaknya serapan tenaga kerja pada sub sektor perkebunan komoditas kopi tidak
menutup kemungkinan melibatkan tenaga kerja wanita didalamnya. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi wanita bekerja yaitu usia yang sudah
memasuki angkatan kerja, tingkat pendidikan, kebutuhan untuk menambah
pendapatan suami, serta jumlah tanggungan keluarga (Novita, 2016). Faktor lain
yang membuat wanita bekerja yaitu adanya motivasi lain yang berbeda-beda
setiap orangnya.
Banyaknya tenaga kerja wanita khususnya dalam komoditas kopi
menunjukkan bahwa untuk menjadi tenaga kerja dalam proses produksi kopi
memang tidak begitu memerlukan keterampilan yang cukup tinggi tetapi dalam
kegiatan bekerjanya membutuhkan tenaga yang besar. Berdasarkan keterangan
tersebut, wanita yang bekerja bukan berasal dari kalangan yang berpendidikan
tinggi namun bersedia bekerja meskipun dalam proses produksi kopi terbilang
berat. Sehingga dapat dikatakan bahwa wanita yang bekerja tersebut masih dalam
kategori keluarga yang tingkat kesejahteraannya masih rendah.
2
Salah satu perkebunan kopi yang terdapat di Jawa Barat terletak di
Pangalengan. Perkebunan Kopi milik swasta di Pangalengan yang menjadi tempat
penelitian yaitu perusahaan CV. Java Frinsa Agrolestari. Perusahaan ini bergerak
di komoditas kopi pada tahun 2013 setelah sebelumnya bergelut di komoditas
kentang. Tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan ini berasal dari penduduk
sekitar Desa Marga Mulya, Desa Gunung Cupu, dan Weninggalih. Jumlah tenaga
kerja ada dalam rentang puluhan yang menetap dan tidak tetap.
Tenaga kerja yang berasal dari Desa Gunung Cupu dan Weninggalih
ditempatkan di kebun sedangkan yang berasal dari Desa Marga Mulya
ditempatkan di gudang produksi kopi. Tenaga kerja yang ditempatkan di kebun
sebagian besar adalah laki - laki bertugas untuk pemeliharaan dan budidaya
tanaman kopi sedangkan tenaga kerja yang ditempatkan di gudang sebagaian
besar adalah wanita bertugas untuk proses pengolahan kopi sampai menjadi
greenbean. Jika pasca panen telah berakhir, tenaga kerja di gudang dialihkan
untuk menanam kentang, tomat, ataupun cabai.
Dalam proses pengolahan kopi khususnya perawatan dan sortasi kopi hingga
menjadi greenbean, perusahaan ini banyak menggunakan tenaga kerja wanita
yang disebut sebagai buruh tani wanita. Padahal kegiatan yang dilakukan dalam
proses produksi tani terbilang berat bila dikerjakan oleh wanita karena prosesnya
yang membutuhkan banyak tenaga terutama saat penjemuran kopi. Meskipun
dalam perusahan tersebut terdapat tenaga kerja laki – laki, tetapi jika hasil panen
melimpah tenaga kerja wanita pun ikut turun untuk membantu sehingga tugas
buruh tani wanita bertambah. Alasan lain yang menyebabkan buruh tani wanita
turut membantu dalam proses produksi yaitu banyaknya tenaga kerja laki – laki
yang mengundurkan diri untuk bekerja.
Buruh tani wanita pada perusahaan Java Frinsa Agrolestari terbagi dalam
beberapa status yaitu buruh tani wanita dengan sistem harian dan buruh tani
wanita dengan sistem borongan. Perbedaan sistem ini yaitu dalam besaran upah
yang mempengaruhi kontribusi terhadap pendapatan keluarganya. Besarnya upah
harian buruh tani wanita yaitu Rp 25.000 per hari selama 5,5 jam sedangkan untuk
3
besarnya upah borongan tergantung hasil yang dikerjakan dan sifatnya kompetitif.
Kegiatan borongan yang dilakukan biasanya saat panen hingga pasca panen.
Untuk buruh tani wanita yang bekerja di kebun mendapat upah borongan
berdasarkan berat kiloan hasil panen buah kopi/gelondong yang didapat. Mereka
mendapatkan Rp 17.000 per kilo gelondong dan upah bisa dipotong bila warna
dan kualitas gelondong yang dipetik kurang memuaskan. Rata – rata per orang
mendapat hasil panen sebanyak 17 – 30 kg. Untuk buruh tani wanita yang bekerja
di gudang produksi mendapat upah borongan berdasarkan banyaknya hasil sortasi
defect kopi. Upah yang diberikan untuk setiap kilogram defect kopi ialah Rp
23.000 per kg.
Penerapan sistem upah borongan ini membuat buruh tani wanita berlomba-
lomba mendapatkan hasil terbaik. Banyaknya buruh tani wanita yang bekerja
dapat menjadi alasan kurang sejahteranya suatu keluarga. Penghasilan yang
belum mencukupi dari suaminya akan mendorong beberapa dari anggota keluarga
lain ikut bekerja untuk mencari tambahan pendapatan. Terlebih bila buruh tani
wanita tersebut seorang janda yang hanya mengandalkan kemampuan dirinya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena dari beberapa tenaga kerja wanita
yang bekerja di perusahaan tersebut ada yang berstatus janda.
Dari fenomena tersebut, dengan banyaknya jumlah buruh tani wanita di
perusahaan CV. Java Frinsa Agrolestari peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimana tingkat kesejahteraan keluarga buruh tani wanita, bagimana kontribusi
pendapatan buruh tani wanita terhadap pendapatan keluarga, serta mengetahui
motivasi apa yang mendorong buruh tani wanita melakukan pekerjaan sehingga
diharapkan dapat menjadi masukan untuk pihak yang terlibat dalam penetapan
kebijakan terhadap buruh tani wanita.
1.2 Identifikasi Masalah
4
2. Bagaimana kontribusi pendapatan buruh tani wanita di CV. Java Frinsa
terhadap pendapatan keluarga?
3. Apa yang menjadi motivasi wanita bekerja di perusahaan CV. Java Frinsa
Agrolestari?
Maksud dari penelitian ini adalah memperoleh informasi dan data mengenai
buruh tani wanita pada CV. Java Frinsa Agrolestari. Adapun tujuan penulis
mengadakan penelitian adalah sesuai dengan masalah yang diidentifikasikan
yaitu:
1. Mengetahui tingkat kesejahteraan keluarga buruh tani wanita di CV. Java
Frinsa Agrolestari.
2. Mengetahui kontribusi pendapatan buruh tani wanita di CV. Java Frinsa
terhadap pendapatan keluarga.
3. Mengetahui apa saja yang menjadi motivasi wanita bekerja di perusahaan CV.
Java Frinsa Agrolestari.
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain
sebagai berikut:
1. Bagi pihak perusahaan dapat menjadi pertimbangan dalam sistem upah bagi
buruh tani wanita guna memperhatikan kesejahteraan keluarga buruh tani, dan
membuat kelembagaan tersendiri bagi buruh tani wanita untuk lebih menjaga
keutuhan buruh tani wanita.
2. Bagi pihak buruh tani wanita dapat mengetahui bagaimana tingkat
kesejahteraan keluarganya sehingga mendorong untuk lebih meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
3. Bagi kalangan akademisi, sebagai bahan informasi bagi penyusunan penelitian
selanjutnya, sehingga nantinya penelitian ini dapat lebih disempurnakan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Buruh adalah seseorang yang bekerja untuk orang lain dan mendapat upah
atas imbalan pekerjaan yang dilakukannya itu. Menurut UU. No 13 tahun 2003
buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain. Buruh mengesampingkan persoalan antara pekerjaan bebas dan
pekerjaan yang dilakukan, di bawah pimpinan orang lain, dan mengesampingkan
pula persoalan antara pekerjaan dan pekerja. Hubungan buruh dengan majikan
secara sosiologis tidak bebas, yaitu sebagai orang yang tidak memiliki bekal hidup
selain dari tenaganya itu dan terpaksa untuk bekerja pada orang lain, dan majikan
inilah yang pada dasarnya menentukan syarat-syarat kerja.
Secara teoritis, Menurut Teken (1984) dalam Paramita (2017)
mendefinisikan petani sebagai orang yang sebagian atau seluruh mata
pencahariannya diperoleh dari sektor pertanian. Buruh tani wanita adalah istri-
istri petani yang berperan dalam rumah tangganya, baik sebagai ibu rumah tangga
maupun sebagai petani yang membantu suaminya dalam berusahatani.
Sedangkan buruh tani adalah buruh yang menerima upah dengan bekerja di
kebun atau sawah orang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa buruh tani wanita
adalah wanita dewasa ataupun muda yang bekerja di sawah atau di kebun milik
orang lain dan menerima upah. Relasi wanita buruh tani dalam keluarganya yaitu
mencakup peran ganda dalam keluarganya sebagai istri dan ibu dan perannya
dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.
“Wanita merupakan permata kehidupan. Dalam setiap lekuk hidupnya,
Tuhan menganugerahkan permata yang indah dan menawan. Dari ini menjadi
perumpaan adalah sebuah kebanggaan. Wanita merupakan ibu kehidupan. Dari
Rahim wanita, kehidupan juga dilahirkan, kehidupan diperjuangkan, dan
kehidupan mendapat hakekat dan martabat. Peradaban dunia tak bisa hidup
6
dengan penuh kebanggaan tanpa hadirnya sosok wanita. Nafas wanita selalu
menghadirkan kedamaian, kesejukan, dan ketentraman (Arsini, 2014).
Albiner Siagian (2012) dalam Paramita (2017), menerangkan bahwa
wanita mengerjakan sebagian besar kegiatannya untuk rumah tangga. Wanita juga
memiliki peran dalam konsumsi pangan dan kesehatan keluarga seperti mencuci,
memasak, mengurus anggota keluarga yang sakit. Pada akhirnya, wanita juga
memiliki tanggung jawab untuk mencari nafkah. Hal ini menunjukkan betapa
besar kontribusi wanita dalam meningkatkan ketahanan pangan.
Pada dasarnya, peran ganda buruh tani wanita dalam rumah tangga disebut
dengan peran reproduktif karena bekerja tetapi tidak memiliki pendapatan. Dalam
keadaan tersebut, wanita menempati posisi sebagai istri dan ibu. Selain peran
reproduktif, buruh tani wanita juga memiliki peran produktif dimana apa yang ia
kerjakan mendapatkan penghasilan. Wanita tersebut memiliki motivasi untuk
berperan dalam peningkatan pendapatan rumah tangga.
Menurut Paramita (2017) apabila melihat kedudukan buruh tani wanita
dalam keluarga, rumah tangga, dan masyarakat luas dari peranannya yang ganda
itu maka hal ini berarti:
1. Sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga yang berperan sebagai tenaga kerja
domestik, yang tidak mendatangkan hasil secara langsung, namun demikian
mereka dalam kedudukan tersebut memberi dukungan bagi anggota lain
“pencari nafkah” untuk memanfaatkan peluang kerja yang ada.
2. Di lain pihak mengikuti perkembangan masyarakat khususnya dalam
perekonomian masyarakat agraris, terlihat peran wanita sebagai tenaga kerja
dan mendatangkan penghasilan secara langsung.
7
(Sunarti, 2006). Kesejahteraan disebut pula sebagai terminologi dari kualitas
hidup manusia yaitu suatu keadaan ketika terpenuhinya kebutuhan dasar serta
terealisasinya nilai-nilai hidup. Menurut BKKBN (2005) keluarga sejahtera yaitu
yang dibangun dari perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual,
materi, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang selaras,
serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan sekitar.
Dalam pandangan sistem, kesejahteraan diposisikan sebagai hasil dari
proses pengolahan input. Pada hakikatnya kesejahteraan mempunyai dua dimensi
yaitu material dan spiritual. Kesejahteraan keluarga juga dapat dibedakan menjadi
kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan material. Kesejahteraan ekonomi dapat
diukur dari pemenuhan input keluarga misalnya pendapatan, upah, asset, dan
pengeluara keluarga sedangkan kesejahteraan material diukur dari berbagai
bentuk barang dan jasa yang diakses oleh keluarga. Pengukuran kesejahteraan
material relatif lebih mudah pada pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan
papan.
Kesejahteraan ekonomi yaitu sebagai tingkat terpenuhinya input secara
finansial oleh keluraga baik dari pendapatan, nilai asset keluarga, dan
pengeluaran. Sementara indikator output memberi gambaran investasi (Ferguson,
Horwood, dan Beutris, 1981). Kesejahteraan sosial merupakan pusat
pengembangan manusia yang mempunyai komponen penghargaan dan dukungan
sosial. Sedangkan kesejahteraan psikologi memiliki komponen yang memiliki
kaitannya dengan aspek suasana hati, kecemasan, depresi, harga diri, dan konsep
diri (Gauvin & Spence 1996).
Menurut Kolle dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat diukur dari
beberapa aspek kehidupan. Pertama dengan melihat kualitas hidup dari segi
materi seperti kualitas rumah, bahan papan, dan sebagainya. Ke-dua dengan
melihat kualitas hidup dari segi fisik seperti kesehatan dan lingkungan alam. Ke-
tiga dengan melihat kualitas dari segi mental seperti fasilitas pendidikan dan
lingkungan budaya. Ke-empat dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual
seperti moral, etika, dan keserasian penyesuaian.
8
Kesejahteraan merupakan kondisi dimana setiap individu dapat memenuhi
kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang
bersih, serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan sampai mendapat
pekerjaan yang memadai untuk menunjang kebutuhan hidupnya sehingga dapat
terbebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran (Fahrudin,
2012).
Menurut Prabawa (1988) pengertian kesejahteraan secara luas ialah
sebagai kemakmuran, kebahagiaan, dan kualitas hidup manusia secara individu
ataupun keluarga dan masyarakat. Hal ini pun seperti yang dijelaskan oleh Rambe
(2011) bahwa kesejahteraan merupakan merupakan tata kehidupan sosial,
material, dan spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan
ketentraman lahir batin.
Konsep kesejahteraan dapat juga dirumuskan dari konsep martabat
manusia yang dapat dilihat dari empat indikator yaitu rasa aman (security),
kesejahteraan (welfare), kebebasan (freedom), dan jati diri (identity). Keempat
indikator tersebut digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan yang mana
tercapainya rasa aman, kesejahteraan, kebebasan dan jati diri seseorang dalam
memenuhi kebutuhannya (Nasikun, 1993).
Indikator kesejahteraan diatas menggambarkan bahwa untuk mengukur
kesejahteraan dilihat dari segi materi, fisik, mental, dan spiritual yang berarti
bahwa kesejahteraan keluarga bukan saja dilihat dari hanya satu aspek saja
(Rosni, 2017). Adapun pengertian kesejahteraan keluarga di Indonesia oleh
pemerintah saat ini dikelompokkan pada dua jenis yaitu keluarga pra sejahtera
dimana keluarga masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar
dan keluarga sejahtera yang identik dengan jumlah anak dua atau tiga,
berpendidikan layak, berpenghasilan tetap, mempunyai kesadaran terhadap
masalah kesehatan lingkungan, mempunyai tempat tinggal, dan tidak perlu
mendapat bantuan sandang dan papan (Sutoyo, 2004).
Pengertian mengenai kesejahteraan keluarga tersebut memberikan suatu
penegasan bahwa setiap warga negara baik laki-laki maupun wanita memiliki
ruang yang sama untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan, baik
9
kebutuhan yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah. Karena baik
laki – laki maupun wanita merupakan aspek dan unit terkecil dalam suatu
keluarga. Kebutuhan jasmaniah yaitu kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan
materil, biolgois, ekonomi, kesehatan, dan lain- lain. Sedangkan kebutuhan
rohaniah yaitu kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan rasa aman, tentram,
damai, bahagia, pendidikan, dan sebagainya. Pemenuhan kebutuhan jasmaniah
dan rohaniah tersebut ditujukan kepada diri, keluarga, serta masyarakat secara
umum.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa jika keluarga
menjadi unit dasar terkecil suatu masyarakat, maka kesejahteraan keluarga juga
merupakan aspek dasar yang sangat menentukan dalam pembentukan dan
pembinaan kesejahteraan sosial. Mustahil kesejahteraan sosial dapat tercapai jika
kesejahteraan keluarga tidak terpenuhi lebih dulu. Pemenuhan kesejahteraan
keluarga sangat ditentukan oleh sejauh mana peran suami dan peran istri dalam
upaya pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani.
Menurut Tamadi dalam Nurmayasari (2014), ukuran taraf pemenuhan
kebutuhan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kebutuhan dasar, sosial dan
psikologis, dan kebutuhan pengambangan. Penjelasan dari berbagai kelompok
kebutuhan tersebut yaitu:
1. Kebutuhan dasar terdiri atas pangan yaitu pemenuhan makanan dan gizi
sehari – hari, sandang yaitu kebutuhan pakaian yang layak dan bersih, papan
yaitu tempat tinggal sehari – hari dan kesehatan untuk hidup sehat.
2. Kebutuhan sosial psikologis terdiri atas pendidikan yaitu pemenuhan
pendidikan formal, informal, dan nonformal, setelah itu rekreasi yaitu
kebutuhan akan hiburan, transportasi yaitu kebutuhan akan kendaraan untuk
mobilitas sehari-hari, interaksi sosial internal dan eksternal untuk berinteraksi
dalam keluarga dan masyarakat setempat.
3. Kebutuhan pengembangan diri terbagi atas tabungan, yaitu simpanan uang
atau barang untuk kesehatan, pendidikan, jaminan hari tua, dan untuk
kebutuhan yang mendadak. Setelah itu akses terhadap infprmasi dari luar
keluarga misal dari masyarakat dan negara.
10
Kebutuhan dasar manusia yang sangat terkait dengan konsep kesejahteraan
dikembangakan oleh Maslow bahwa kebutuhan dasar manusia dapat
mempengaruhi motivasi manusia. Maslow menyatakan terdapat hierarki
kebutuhan manusia yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan,
kebutuhan esteem, dan kebutuhan aktualisasi diri.
11
memenuhi akan rasa kasih saying, hubungan harmonis, pertemanan dan
persahabatan, juga kebutuhan akan kekasih hati.
Tingkat keempat adalah kebutuhan esteem dengan dua jenis yaitu esteem
rendah dan tinggi. Esteem tingkat rendah seperti kebutuhan ingin dihormati oleh
orang lain, status, kemashuran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi,
apresiasi, martabat, bahkan kekuasaan. Esteem tingkat tinggi seperti melibatkan
kebutuhan harga diri, perasaan percaya diri, kompetensi, prestasi, keunggulan,
kemandirian, dan kebebasan. Sedangkan untuk tingkat kebutuhan teratas adalah
kebutuhan aktualisasi diri atau seringkali disebut pertumbuhan motivasi diri.
B. Tingkat Kesejahteraan Keluarga Menurut BKKBN (2005)
12
Secara nasional untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga terdapat
dua versi yaitu yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Menurut BPS
(2013), untuk mengukur tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari 7 indikator antara
lain: 1) Kependudukan. 2) Pendidikan meliputi indikator angka pastisipasi
sekolah, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan angka buta huruf. 3)
Kesehatan meliputi angka kesakitan, penolong kelahiran, dan angka harapan
hidup. 4) Fertilitas dan Keluarga Berencana. 5) Pola Konsumsi. 6)
Ketenagakerjaan dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak
tetap, berusaha dibantu buruh tetap, buruh/karyawan, pekeerja bebas atau pekerja
keluarga. 7) Perumahan.
Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (2005),
membagi tingkat kesejahteraan keluarga atas batasan/pengertian keluarga miskin
dengan alasan ekonomi terdapat lima tahap yaitu keluarga pra sejahtera, keluarga
sejahtera I, keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III, dan keluarga sejahtera III
plus. Berikut merupakan pengertian dari setiap tahap dalam tingkat kesejahteraan
keluarga:
1. Keluarga Pra Sejahtera, yaitu keluarga tersebut dikategorikan sebagai
keluarga miskin dan tidak dapat memenuhi salah satu indikator dalam
kriteria keluraga sejahtera I, yaitu apabila karena alasan ekonomi tidak dapat
memenuhi salah satu atau lebih indikator kebutuhan dasar (basic needs)
yang meliputi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, dan
pendidikan.
2. Keluarga Sejahtera I yaitu keluarga yang telah memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan sosial psikologinya (Psychological needs) seperti kebutuhan
ibadah, makan protein hewani, pakaian, ruang untuk interaksi keluarga,
dalam keadaan sehat, mempunyai penghasilan, bisa baca tulis latin, dan
keluarga berencana. Sebuah keluarga dikatakan masuk ke dalam tingkatan
Keluarga Sejahtera I apabila memenuhi 5 indikator sebagai berikut:
13
3. Keluarga Sejahtera II yaitu keluarga yang selain dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya. Akan
tetapi tahapam ini belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan
perkembangannya (Development needs), seperti kebutuhan untuk
peningkatan agama, menabung, berinteraksi dalam keluarga, ikut
melaksanakan kegiatan masyarakat, dan memperoleh informasi.
4. Keluarga sejahtera III yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar, kebutuhan sosial psikologi, dan kebutuhan perkembangannya, namun
belum dapat memberikan sumbangan/ kontribusi maksimal terhadap
masyarakat. Kontribusi tersebut merupakan sumbangan teratur dalam bentuk
material dan keuangan untuk kepentingan sosial masyarakat, serta berperan
aktif dengan menjadi pengurus lembaga masyarakat.
5. Keluarga sejahtera III plus, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun
yang bersifat pengembangan.
Pada tiap tahap terdapat indikator untuk mengetahui sejauh mana tingkat
kesejahteraan keluarga. Berikut ini merupakan indikator kebutuhan dalam setiap
tingkatan kesejahteraan keluarga:
Tabel 1 Indikator Keluarga Sejahtera Menurut BKKBN
14
baju yang sama untuk tidur dan berpergian.
4. Rumah yang ditempati sebagian besar
bukan beralaskan tanah, mempunyai atap, lantai,
dan dinding yang baik untuk melindungi dan
layak dari segi kesehatan.
5. Bila ada anggota keluarga yang sakit
dibawa ke sarana kesehatan modern seperti
Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesman Pembantu,
Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik,
Bidan Desa, dsb yang memberikan obat yang
telah mendapat izin dari Departemen
Kesehatan/Badan POM. Juga bila ada pasangan
subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi. (Hanya untuk keluarga yang
berstatus Pasangan Usia Subur).
Klasifikasi kebutuhan psikologis (Psychological needs)
7. Anggota keluarga melaksanakan ibadah Keluarga
secara teratur. Ibadah tersebut dapat dilakukan Sejahtera II
sendiri, bersama atau di tempat yang sesuai. Jika tida k dapat
8. Seluruh anggota keluarga minimal makan memenuhi satu
daging/telur/ikan sebagai lauk untuk melengkapi atau lebih dari 9
gizi protein. Ini tidak berlaku bagi keluarga yang indikator KS-II
vegetarian. maka termasuk
9. Seluruh anggota keluarga memperoleh ke
minimal satu stel pakaian baru dalam setahun. dalam Keluarga
Merupakan tambahan pakaian baik itu membeli Sejahtera I
atau pemberian orang dalam keadaan baru/bekas
yang masih layak dipakai.
10. Luas Lantai rumah paling kurang
8 m adalah keseluruhan luas lantai rumah, baik
2
15
yang bekerja dalam artian sudah dewasa diatas
15 tahun dan memiliki penghasilan berupa uang
atau barang yang dipandang layak dan dapat
memenuhi kebutuhan sehari hari secara berkala.
13. Seluruh anggota keluarga berumur 10 – 60
tahun dapat baca tulis latin dan memahami
makna kalimat.
14. Anak berumur 7 – 15 tahun bersekolah.
15. Pasangan Usia Subur dengan dua anak atau
lebih menggunakan alat/obat kontrasepsi
modern.
Klasifikasi kebutuhan pengembangan (developmental needs) dari
keluarga
15. Anggota keluarga berupaya meningkatkan
pengetahuan agama misalkan mendengarkan
pengajian, mendatangkan guru agama bagi anak-
anak, sekolah madrasah untuk yang beragama
Islam, atau sekolah minggu bagi anak-anak
beragama Kristen.
16. Sebagian penghasilan keluarga ditabung
baik dalam bentuk uang atau barang misalkan
dibelikan hewan ternak, sawah, perhiasan,
rumah sewaan. Tabungan berupa barang apabila
Keluarga
diuangkan minimal senilai Rp 1000.000,-
Sejahtera III
17. Keluarga mempunyai kebiasaan makan
Jika tidak dapat
bersama minimal seminggu sekali untuk
memenuhi satu
berkomunikasi membahas persoalan dan
atau lebih dari 7
bermusyawarah antar anggota keluarga.
indikator KS-II
18. Anggota keluarga aktif dalam kegiatan
maka termasuk
masyarakat di lingkungan rumah yang bersifat
ke
sosial kemasyarakatan seperti gotong royong,
dalam Keluarga
ronda malam, rapat RT, arisan, pengajian,
Sejahtera I
kegiatan PKK, kegiatan kesenian, olahraga dan
sebagainya.
19. Anggota keluarga berekreasi di luar rumah
paling kurang sekali dalam enam bulan.
20. Anggota keluarga memperoleh informasi
dari surat kabar/majalah/radio/internet untuk
akses informasi secara lokal, nasional, regional,
internasional melalui media cetak atau
elektronik. Media tersebut tidak harus dimiliki,
dapat juga dipinjamkan atau milik umum.
21. Keluarga dapat memanfaatkan
fasilitas/sarana transportasi yang tersedia yaitu
jika berpergian dapat menikmati angkutan
umum atau alat transportasi pribadi.
16
Klasifikasi aktualisasi diri (self esteem) keluarga
21. Secara teratur, keluarga suka rela memberi
sumbangan materil berupa uang atau barang
untuk kegiatan sosial yang berarti keluarga
memiliki jiwa sosial yang besar untuk
Keluarga
kepentingan masyarakat seperti panti asuhan,
Sejahtera III
panti jompo, rumah ibadah untuk membiayai
Plus
tingkat RT/RW/Dusun yang bukan merupakan
Jika tidak dapat
sumbangan wajib.
memenuhi satu
21. Terdapat anggota keluarga aktif sebagai
atau lebih dari 2
pengurus perkumpulan sosial/yayasan/institusi
indikator KS-III
masyarakat. Keluarga tersebut memiliki jiwa
Plus maka
sosial yang besar untuk memberikan bantuan
termasuk ke
tenaga, pikiran dan moral secara berkelanjutan
dalam Keluarga
untuk kepentingan masyarakat dengan menjadi
Sejahtera III
pengurus misalkan pengurus yayasan, organisasi
adat, kesenian, olah raga, keagamaan,
kepemudaan, institusi masyarakat, pengurus
RT/RW, LKMD/LMD, dsb.
17
penerimaan atau pendapatannya. Upaya yang dilakukan untuk memperbesar
pendapatan biasanya dengan mencari pendapatan sumber lain atau membantu
pekerjaan kepala keluarga (Sudarman,2001). Besarnya pendapatan keluarga
mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat yang nantinya berhubungan dengan
distribusi pendapatan keluarga. Kurangnya distribusi pendapatan keluarga
membuat daya beli rendah, dan terjadinya tingkat kemiskinan.
Pendapatan keluarga ialah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota
rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun
perseorangan dalam rumah tangga. Secara konkrit, pendapatan keluarga berasal
dari usaha sendiri, bekerja pada orang lain, dan hasil dari pemilihan misalkan
sewa tanah.
B. Konsep Pendapatan Keluarga
Menurut Wulandari (2015), ukuran pendapatan yang digunakan untuk
melihat tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang
diperoleh dari bekerja. Tiap anggota keluarga yang sudah berusia kerja akan
terdorong untuk bekerja membantu meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak
adalah penyumbang dalam mencari nafkah.
Untuk menghitung besar kecilnya pendapatan dapat dilakukan dengan tiga
pendekatan yaitu (Sukirno, 2002):
1) Pendekatan produksi yaitu dengan menghitung semua nilai produksi
barang dan jasa akhir yang dapat dihasilkan dalam periode tertentu.
2) Pendekatan pendapatan yaitu dengan menghitung nilai keseluruhan balas
jasa yang dapat diterima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu periode
tertentu.
3) Pendekatan pengeluaran yaitu pendapatan yang diperoleh dengan
menghitung pengeluaran konsumsi masyarakat.
Pada penelitian ini akan menggunakan pendekatan pendapatan, dimana
hasil bekerja yang dilakukan anggota keluarga pada periode tertentu. Fokus dari
mengukur pendapatan ini adalah sumbangan atau kontribusi pendapatan ibu
rumah tangga yang bekerja dalam anggota keluarga. Partisipasi wanita saat ini
18
bukan hanya sebatas persamaan hak melainkan menyatakan fungsinya bagi
pembangunan masyarakat. Secara umum alasan wanita bekerja ialah membantu
perekonomian keluarga. Sumbangan pendapatan ibu rumah tangga terhadap
pendapatan keluarga dianalisis secara tabulasi tanpa uji statistik dengan
menghitung jumlah uang yang dihasilkan dan pendapatan total keluarga dengan
menggunakan rumus (Handayani, 2009):
Pw
P= x 100%
Pd
P = Persentase pendapatan ibu rumah tangga terhadap pendapatan
keluarga
Pw = Pendapatan ibu rumah tangga
Pd = Total pendapatan keluarga
19
f. Bisa mengarahkan perilaku dan perilaku yang ditimbulkan selalu terfokus
pada tujuan.
g. Perilaku yang timbul selalu dijaga kekuatannya atau ditingkatkan.
20
Pemenuhan kebutuhan keselamatan kerja diperlukan karena seseorang butuh
merasa aman dan terbebas dari segala ancaman kecelakaan kerja. Selain itu
juga aman dari pemecatan sewaktu – waktu. Seseorang yang bekerja dapat
merasa aman bila terjamin kelangsungan kerjanya.
3) Kebutuhan Sosial
Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendirian dan cenderung membutuhkan orang lain. Berikut ini yang
merupakan kebutuhan sosial adalah:
a. Kebutuhan rasa diterima keberadaannya oleh orang lain dimana mereka
hidup dan bekerja.
b. Kebutuhan bergabung dalam organisasi tertentu untuk menyalurkan
aspirasinya dalam masyarakat.
4) Kebutuhan Penghargaan
Manusia dalam hidupnya memiliki kebutuhan untuk dihargai, dihormati,
diberi pujian, dan harga diri. Pemenuhan kebutuhan tersebut akan memberikan
rasa percaya diri pada seseorang.
5) Kebutuhan Aktualisasi Diri
Pemenuhan kebutuhan Aktualisasi, seseorang akan cenderung melakukan
pengembangan diri agar potensi yang dimiliki nya berguna untuk orang lain.
Pada teori Maslow tersebut, motivasi dikaitkan dengan kebutuhan dasar
manusia dan belum terfokus pada keterlibatan gender didalamnya. Sedangkan
untuk mengetahui motivasi wanita bekerja dibutuhkan teori yang lebih terfokus
pada alasan- alasan yang berhubungan dengan gender.
Menurut Ambarini (2002) dalam Bertham, Harini Yudhy, dkk., (2010)
menyatakan bahwa fungsi motivasi wanita dalam hubungannya dengan alasan
untuk melakukan kegiatan pekerjaan ialah yang pertama untuk mencukupi
kebutuhan keluarga karena wanita yang sudah menikah terdorong untuk bekerja
terutama jika mereka mengetahui bahwa penghasilan suami tidak mencukupi
untuk keluarga, yang ke-dua sebagai alasan sosial psikologis, karena wanita yang
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi umumnya terdorong untuk
mengaktualisasikan kemampuannya dan ingin mendapatkan pengetahuan baru
21
tentang berbagai jenis pekerjaan serta menambah pergaulan sosial hidupnya, dan
yang ke-tiga yaitu kebutuhan pembangunan nasional yaitu mobilitas untuk
pembangunan bagi seluruh warga negara termasuk wanita. Motivasi akan
membuat seseorang untuk menjadi lebih produktif bagi mereka yang memiliki
pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.
Sejak dahulu hingga saat ini, persoalan yang dihadapi oleh kaum wanita
yang bekerja di luar rumah sepertinya tidak jauh berbeda. Berbagai hambatan dan
kesulitan yang mereka alami dari masa ke masa berasal dari sumber-sumber yang
sama. Berakar dari hambatan dan kesulitan tersebut, banyak dari wanita yang
tetap bertekad untuk bekerja di ranah publik. Kebanyakan motivasi wanita bekerja
adalah untuk menghidupi keluarga, dan memiliki makna khusus tersendiri agar
tidak selalu bergantung pada suami.
Tekad wanita tersebut dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi
wanita untuk bekerja di ranah produktif atau untuk mengembangkan kariernya
dapat bersifat internal dan eksternal. Pengertian faktor internal adalah dorongan
yang timbul dalam diri pribadi wanita sendiri. Motivasi merupakan salah satu
faktor internal yang mempengaruhi wanita bekerja di ranah publik. Terdapat hal
yang menegaskan bahwa motivasi pribadi yang mendorong seorang wanita yang
telah berkeluarga untuk bekerja sehingga harus meninggalkan rumah tangga, yaitu
meliputi (Mudzhar, 2001):
a. Untuk menambah penghasilan keluarga
b. Untuk ekonomi yang tidak tergantung dari suami
c. Menghindari rasa kebosanan atau untuk mengisi waktu kosong
d. Karena ketidakpuasan dalam pernikahan
e. Karena mempunyai minat atau keahlian tertentu yang ingin dimanfaatkan
f. Untuk memperoleh status
Menurut Leuwis (1996) dalam ML Endang Edi Rahaju, dkk., (2012). yang
tercantum di dalam bukunya dengan judul “Developing Women’s Potential”
dalam terjadinya perkembangan peranan wanita bekerja disebabkan oleh:
22
1) Keadaan ekonomi yang membuat wanita tidak dapat berpangku tangan saja
di rumah. Wanita tergugah untuk bertanggung jawab atas keberlangsungan
hidup keluarga.
2) Terjadinya penyerapan tenaga kerja besar – besaran karena meningkatnya
sektor industri. Oleh karena itu wanita terlibat dalam pekerjaan terutama
pekerjaan yang tidak menuntut kekuatan fisik.
3) Waktu kerja yang singkat karena semakin majunya dunia kerja membuat
wanita dapat membagi waktu antara tanggung jawab rumah tangga dan
pekerjaan dengan baik.
4) Meningkatnya sektor pendidikan di kalangan wanita mendorong wanita ingin
menerapkan ilmu dan membuat prestasi atas kemampuan yang dimilikinya.
Menurut Dixon (1978) terdapat tiga faktor yang mendorong wanita
mencari pekerjaan di luar rumah, yaitu:
1) Kebutuhan Ekonomi
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar dalam perekonomian rumah
tangga. Kurangnya pemenuhan kebutuhan finansial keluarga seringkali
membuat suami dan istri bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Kebutuhan mendasar sehari-hari dalam keluarga yang wajib dipenuhi
merupakan dorongan utama untuk bekerja. Kondisi tersebut membuat sang
istri tidak punya pilihan lain kecuali ikut mencari pekerjaan yang dapat
menghasilkan uang dengan cara bekerja di sektor publik.
2) Kebutuhan Sosial Relasional
Kebutuhan ini merupakan suatu kebutuhan akan penerimaan dari sosial
dengan bergaul bersama rekan-rekan di tempat kerjanya dan mengharapkan
adanya suatu identitas sosial yang diperoleh melalui komunitas kerja. Faktor
psikologis seseorang serta keadaan internal keluarga, turut mempengaruhi
seorang wanita untuk tetap mempertahankan pekerjaannya.
3) Kebutuhan Aktualisasi Diri
Abraham Maslow pada tahun 1960 mengembangkan teori hirarki kebutuhan,
yang salah satunya mengungkapkan bahwa manusia mempunyai kebutuhan
dalam aktualisasi dirinya, dan akan menemukan makna hidup dari aktivitas
23
yang dijalaninya. Bekerja merupakan suatu kegiatan yang akan menunjukkan
makna hidupnya dan sebagai sarana untuk mengenal dirinya sebagai orang
yang berperan. Kebutuhan akan aktualisasi diri yang banyak dipilih oleh
wanita saat ini ialah dengan memiliki profesi atau pekerjaan, terutama dengan
tingginya perluasan lapangan kerja dan kesempatan yang sama pada wanita
untuk meraih jenjang karir yang tinggi.
Dari beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi wanita yang
bekerja tidaklah sama tiap orangnya. Ada yang didorong oleh keadaan ekonomi
keluarganya yang kurang, atau sekedar mencari pengalaman dan pergaulan, dan
pengembangan diri dengan mempraktikan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang dia miliki, atau untuk mengisi waktu luang.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan wanita bekerja yaitu tingkat
pendidikan, ekonomi keluarga, atau waktu luang yang dimiliki wanita. Salah satu
faktor utama yang menyebabkan wanita bekerja ialah desakan ekonomi keluarga
sehingga para wanita meninggalkan peran mereka yang hanya sebagai ibu rumah
tangga menjadi berperan ganda.
Banyaknya motivasi yang membuat wanita bekerja memberikan beberapa
dampak positif terhadap harga dirinya. Ia lebih merasakan kepuasan hidup dan
pandangan positif terhadap masyarakat. Kewaspadaan mental pun lebih
berkembang karena wanita yang bekerja lebih membuka mata atas apa yang ia
lihat di dunia kerjanya dan bisa menghargai hasil kerja keras suaminya. Sehingga
secara umum dapat ditarik benang merah mengenai motivasi wanita bekerja yaitu
alasan ekonomi, sosial, dan pengembangan diri.
B. Pengukuran Motivasi
Motivasi tidak dapat diukur dengan tiga cara yaitu: 1) Test proyektif, 2)
Kuesioner, 3) Perilaku. Berikut merupakan penjelasan dari ke-tiga cara tersebut
(Notoatmodjo, 2010):
1) Tes Proyektif
Apa yang kita lakukan merupakan cerminan apa yang ada dalam diri kita.
Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikirkan orang maka harus
diberikan stimulus yang diinterprestasikan menggunakan (TAT) Thematic
24
Apperception Test. Responden diberi gambar lalu diminta untuk membuat
cerita dari gambar tersebut. Dalam teori Mc Leland dikatakan bahwa
manusia memiliki tiga kebutuhan yaitu kebutuhan untuk berprestasi,
power, dan berafiliasi. Berdasarkan isi cerita tersebut dapat ditelaah
motivasi yang mendasari responden.
2) Kuesioner
Responden diberi pertanyaan dari frekuensi alasan yang sudah disediakan
peneliti dan diminta memilih salah satu yang lebih mencerminkan dirinya.
Setelah itu dilihat bagaimana pilihan mana yang paling dominan dalam
jawaban responden.
3) Observasi Perilaku
Dalam observasi perilaku, peneliti memunculkan situasi sehingga
responden merespon dengan perilakunya. Perilaku yang diobservasi ialah
keputusan yang dilakukan responden dalam memecahkan permasalahan.
2.1.5 Tanaman Kopi
25
10 cm. Sedangkan pengendalian gulma yang dilakukan dengan mekanis
menggunakan herbisida dengan dosis rendah. Untuk pengendalian hama penyakit
yang menggunakan bahan kimia dengan Fenomon Insektrap.
Pada kegiatan pemangkasan, dilakukan pada awal biasanya setelah panen
dan saat usia 6 tahun. Pada awal pemangkasan dilakukan pada tunas cair, tunas
cacing, dan tunas balik. Sedangkan pemangkasan yang dilakukan saat tanaman
berusia 6 tahun yaitu dengan memangkas 1/3 tanaman dari populasinya dan 3
batang utama dibuat berundak.
Penyiraman pada tanaman kopi jika musim hujan menggunakan air hujan
sedangkan pada saat musim kemarau menggunakan sumber air irigasi. Pada
kegiatan penyiraman ini tidak dilakukan setiap hari. Kegiatan pemeliharaan ini
dilakukan sampai kegiatan panen yang biasanya berlangsung selama lima bulan.
Ketahanan tanaman untuk berbuah kurang lebih selama 10 tahun.
B. Proses Produksi Kopi
26
Setalah penjemuran dan hulling, semua proses dilanjutkan ke mesin suton
untuk dibersihkan dari debu ataupun gabah lalu selanjutnya masuk mesin size
grader untuk memisahkan greenbean sesuai ukuran. Di mesin suton terdapat tiga
lubang untuk mengkalsifikasikan greenban yang baik dan kurang baik. Setelah itu
masuk ke proses color sorter, dan sortasi di conveyer belt. Tahap akhir ialah
pengemasan kopi sesuai pesanan.
27
2.1.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 2 Penelitian Terdahulu
28
Penelitian
4. R.M Kumaat Kontribusi Ibu Rumah Deskriptif Persamaan: Kontribusi IRT pada
Tangga Terhadap kualitatif 1. Pengambilan data dengan pendapatan keluarga terbesar
Pendapatan Keluarga wawancara yaitu sebesar 17,73%
Di Desa Kinilow 2. Pengukuran kontribusi pendapatan
Kecamatan Tomohon wanita pada pendapatan keluarga
Utara Perbedaan:
1. Simple random sampling
2. Objek dan lokasi penelitian
5. Destia (2014) Peran Anggota Pendekatan Persamaan: Peran anggota KWT mampu
Kelompok Buruh tani kualitatif 1. Pendekatan kualitatif meningkatkan kesejahteraan
wanita Laras Asri Pada 2. Menganalisa tingkat kesejahteraan keluarga dan menambah
Peningkatan keluarga pengetahuan di bidang
Kesejahteraan Keluarga Perbedaan: pertanian. Faktor wanita
1. Objek dan tempat penelitian bekerja asalah untuk
2. Buruh tani wanita dalam menutupi pendapatan yang
kelompok tidak menentu.
6. Vivin Peranan Kelompok Deskriptif Persamaan: Kegiatan kelompok buruh tani
Ervinawati, Buruh tani wanita dengan 1. Menggunakan metode kualitatif wanita dilakukan untuk
Fatmawati, Perdesaan dalam pendekatan 2. Teknik Purposive sampling mengurangi/menekan beban
Endang Indri menunjang Pendapatan kualitatif Perbedaan: biaya produksi dan
L (2015) Keluarga 1. Buruh tani wanita dalam memegang peranan penting
kelompok dalam aktivitas keluarga serta
2.Tempat penelitian berperan ganda.
29
No Nama Judul Metode Persamaan dan Perbedaan Hasil Penelitian
Penelitian
7. Novita (2016) Analisis Keputusan Kuantitatif Persamaan: Alasan wanita bekerja
Bekerja Wanita sebagai deskriptif 1. Menganalisa faktor yang dipengaruhi oleh variable
Tenaga Kerja Wanita mempengaruhi wanita bekerja umur yang sudah menikah,
ke Luar Negeri dan Perbedaan: tingkat pendidikan, jumlah
Kontribusinya terhadap 1. Menggunakan model regresi biner tanggungan keluarga, dan
Ekonomi Keluarga 2. Metode dan teknik penelitian pendapatan suami.
8. Arsini (2014) Peran Ganda Metode Persamaan: Bias gender dalam kehidupan
Perempuan Pada penelitian 1. Menganalisa patisipasi istri dalam ekonomi sudah tampak kabur
Keluarga Masyarakat pendekatan meningkatkan kesejaheraan keluarga karena para istri dituntut
Agraris deskriptif Perbedaan: untuk memenuhi kebutuhan
1. Objek dan tempat penelitian keluarga.
2. Membahas bias gender dalam
pekerjaan
9. ML Endang Motivasi Wanita Pendekatan Persamaan: Motivasi wanita bekerja yang
Edi, Tatik Bekerja dan kuantitatif 1. Menganalisa motivasi wanita paling besar ialah untuk
Mulyati, Pengaruhnya Terhadap bekerja meningkatan pendapatan
Sumarlan Kontribusi Pendapatan Perbedaan: keluarga.
(2012) Keluarga 1. Cara pengambilan sampel Quota
sampling
2. Analisis Data Linier
3. Objek dan tempat penelitian
30
2.2 Kerangka Berpikir
31
yang seharusnya dikerjakan oleh tenaga kerja laki – laki seperti mengangkut
karung kopi jika para tenaga kerja laki – laki sedang mengambil libur. Dalam
peran gandanya sebagai wanita, buruh tani wanita tersebut memiliki alasan
mengapa mereka bekerja di perusahaan kopi yang terbilang berat. Hal ini akan
berkaitan dengan tingkat kesejahteraan keluarga mereka dilihat dari seberapa
besar mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari- hari.
Penelitian ini akan menggambarkan bagaimana tingkat kesejahteraan
keluarga buruh tani wanita tersebut dan motivasi yang mendorong mereka mau
melakukan pekerjaan dan menjadi wanita yang berperan ganda. Penelitian ini
melakukan analisis deskriptif dengan melakukan observasi dan wawancara
mendalam terhadap buruh tani wanita di perusahaan tersebut.
Jumlah Tenaga Kerja di gudang CV. Java Frinsa lebih banyak wanita
Kontribusi pendapatan
wanita tani terhadap Motivasi Wanita desa
pendapatan keluarga menjadi pekerja
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
33
kondisi sosial dan ekonomi buruh tani wanita di bidang produksi kopi melalui
wawancara dan observasi.
3.3 Operasional Variabel
34
Berikut ini merupakan tabel operasional variabel yang berfungsi untuk
mengkaji bagaimana tingkat kesejahteraan keluarga menurut indikator BKKBN
(2005), kontribusi pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga, dan motivasi
wanita bekerja menurut Dixon (1978). Variabel tersebut dibahas menggunakan
teori yang dipilih dan dianggap sesuai dengan permasalahan yang ada.
Kelebihan dari indikator BKKBN tahun 2005 ialah menggunakan indikator
ekonomi dan non ekonomi yang sistemastis berdasarkan tingkatan keluarga
sejahtera secara mendetail dan cocok digunakan untuk analisis objek yang
cakupannya sempit. Namun data informasi yang dikumpulkan harus
membutuhkan pemahaman yang tinggi dan mampu menguasai permasalahan
(Rambe, 2008).
Sedangkan untuk menghitung kontribusi pendapatan wanita terhadap total
pendapatan keluarga dianalisis secara tabulasi tanpa uji statistik dengan
menghitung jumlah uang yang dihasilkan dan pendapatan total keluarga dengan
menggunakan rumus (Handayani, 2009), dan untuk menganalisis motivasi wanita
bekerja menggunakan teori Dixon (1978) karena teori tersebut membahas dan
meringkas secara umum mengenai alasan – alasan wanita bekerja dan diukur
menggunakan cara kuesioner dan observasi menutu Notoatmodjo (2010).
Tabel 3 Operasional Variabel
35
4. Bagian terluas rumah
bukan dari tanah.
5. Anak sakit atau PUS
ingin ber KB dibawa ke sarana
kesehatan.
Kebutuhan 1. Anggota keluarga
Psikologi melaksanakan ibadah secara
teratur.
2. Paling kurang dalam
seminggu keluarga makan
daging/ikan/telur.
3. Setahun terakhir
keluarga memperoleh minimal
satu stel pakaian baru.
4. Luas lantai rumah paling
kurang 8m2 untuk tiap
penghuni.
5. Tiga bulan terakhir
anggota keluarga dalam
Keluarga keadaan sehat dan dapat
Sejahtera melaksanakan tugas dan
II fungsinya masing- masing
(sakit dalam kategori yang
membutuhan tindakan medis).
6. Ada anggota keluarga
umur 15 tahun ke atas
berpenghasilan tetap.
7. Anggota keluarga
berumur 10 – 60 tahun bisa
baca tulis latin.
8. Anak berumur 7 – 15
tahun bersekolah.
9. PUS dengan anak hidup
2 atau lebih memakai alat
kontrasepsi (hal ini tidak
berlaku pada alasan keyakinan)
Keluarga Kebutuhan 1. Keluarga berupaya
Sejahtera Pengembangan meningkatkan pengetahuan
III Diri agama.
2. Sebagian penghasilan
keluarga ditabung (minimal Rp
1000.000 atau keluarga
memiliki asset seperti tanah
atau ternak pribadi).
36
3. Kebiasaan keluarga
makan bersama paling kurang
sekali sehari dan dimanfaatkan
untuk berkomunikasi.
1. Keluarga sering ikut
dalam kegiatan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal.
2. Keluarga berekreasi di
luar rumah paling kurang
sekali dalam enam bulan.
3. Keluarga memperoleh
berita dari surat
kabar/radio/TV/majalah.
4. Keluarga mampu
menggunakan sarana
transportasi setempat.
Kebutuhan 1. Keluarga secara teratur
Aktualisasi dengan sukarela memberikan
Keluarga Diri sumbangan yang nyata
Sejahtera (material).
III Plus 2. Ada anggota yang aktif
sebagai pengurus lembaga
masyarakat.
Kontribusi 1. Pendapatan wanita
Pendapatan dalam satu bulan
wanita 2. Pendapatan keluarga
terhadap total dalam satu bulan
pendapatan
keluarga
Motivasi Ekonomi Kurangnya pemenuhan
Wanita kebutuhan finansial keluarga
Bekerja seringkali membuat suami dan
istri bekerja untuk bisa
mencukupi kebutuhan sehari-
hari. Kondisi tersebut membuat
sang istri tidak punya pilihan
lain kecuali ikut mencari
pekerjaan yang dapat
menghasilkan uang dengan cara
bekerja di sektor publik.
Sosial Kebutuhan ini merupakan suatu
kebutuhan akan penerimaan
dari sosial dengan bergaul
bersama rekan-rekan di tempat
37
kerjanya dan mengharapkan
adanya suatu identitas sosial
yang diperoleh melalui
komunitas kerja.
Aktualisasi diri Kebutuhan akan aktualisasi diri
yang banyak dipilih oleh wanita
saat ini ialah dengan memiliki
profesi atau pekerjaan,
terutama dengan tingginya
perluasan lapangan kerja dan
kesempatan yang sama pada
wanita untuk meraih jenjang
karir yang tinggi.
38
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai instansi atau
lembaga terkait yang relevan dengan penelitian yang akan diteliti. Sumber data
sekunder adalah buku, jurnal penelitian, Skripsi, BKKBN, BPS, dan media
informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
39
3.6 Rancangan Analisis Data
Analisis data kualitatif dapat dilakukan setelah data empiris yang
diperoleh berupa kumpulan data berwujud kata- kata dan dapat disusun dalam
kategori. Analisis kualitatif disusun kedalam teks yang diperluas dan tidak
menggunakan perhitungan statistik sebagai alat bantu analisis.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
mencakup transkip hasil wawancara, reduksi data, dan analisi data. Dari hasil
analisis data yang kemudian dapat ditarik kesimpulan. berikut ini adalah teknik
analisis data yang digunakan oleh peneliti:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan penyederhanaan data yang sudah ada dari catatan
di lapangan. Kegiatan reduksi ini berlangsung secara terus menerus saat
penelitian. Dari data yang ada dibuat ringkasan yang menajamkan data dan
akhirnya dapat diverifikasi. Jadi dalam penelitian kualitatif, data dapat
disederhanakan dan ditransformasikan melalui seleksi ketat, melalui ringkasan
atau uraian singkat.
2. Analisis data
Hasil kuesioner yang diberikan pada responden untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan keluarga buruh tani wanita berdasarkan indikator tingkat
kesejahteraan menurut BKKBN tahun 2005. Hasil wawancara yang didapat
akan diklasifikasikan dan dilihat berapa banyak indikator yang terpenuhi dalam
setiap kriteria yang nantinya akan disimpulkan bagaimana tingkat kesejahteraan
keluarga buruh tani wanita tersebut.
Tahapan dalam tingkat kesejahteraan kelurga menurut BKKBN tahun 2005
yaitu Keluarga Pra Sejahtera apabila tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar,
Keluarga Sejahtera I apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, Keluarga
Pra Sejahtera II apabila telah dapat memenuhi kebutuhan psikologis, Keluarga
Sejahtera III apabila telah dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, dan
Keluarga Sejahtera III Plus apabila telah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri.
Untuk menjawab seberapa besar kontribusi pendapatan wanita terhadap
pendapatan keluarga yaitu dengan menghitung besar pendapatan wanita selama
40
satu bulan dibandingkan dari jumlah total pendapatan keluarga dikalikan
dengan 100%. Nilai tersebut merupakan persentase seberapa besar kontribusi
pendapatan wanita terhadap keluarga.
Pw
P= x 100%
Pd
P = Persentase pendapatan ibu rumah tangga terhadap pendapatan
keluarga
Pw = Pendapatan ibu rumah tangga
Pd = Total pendapatan keluarga
41
3.7 Jadwal Penelitian
Tabel 4 Waktu Penelitian
No Kegiatan Waktu
.
1 Persiapan penelitian Juli – Oktober 2018
2 Pengumpulan data dan informasi Oktober - November 2018
3 Pengolahan data dan informasi November – Desember 2018
4 Penulisan Skripsi Desember – Januari 2018
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
43
Jumlah Anggota Keluarga
7
6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
44
Usia
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Usia pada Kepala Keluarga responden yang sudah menikah tergolong keluarga
muda dengan rata – rata usia Kepala Keluraga adalah 41 tahun. Usia Kepala
Keluarga paling rendah ialah 26 tahun dan yang tertinggi ialah 65 tahun.
Sedangkan responden yang sudah menikah dan berperan menjadi istri memiliki
rata-rata usia 37 tahun. Untuk usia Kepala Keluarga responden yang belum
menikah juga tergolong keluarga muda dengan rata- rata usia Kepala Keluarga
berumur 46.5 tahun. Sedangkan rata-rata usia responden yang belum menikah
ialah 23 tahun. Sebagian besar responden menikah pada usia muda kurang lebih
saat umur 18 tahun.
Pendidikan Keluarga
45
Pendidikan
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pendidikan KK Responden yang sudah menikah Pendidikan Responden yang sudah menikah
Pendidikan KK Responden yang belum menikah Pendidikan Responden yang belum menikah
Pendidikan Kepala Keluarga responden sebagian besar masih relatif rendah yaitu
berada pada tingkat SMP. Dari sembilan Kepala Keluarga, yang berada pada
tingkat pendidikan hingga tamat SD berjumlah tiga orang, tingkat SMP lima
orang, dan tingkat SMA 1 orang. Sedangkan rata –rata tingkat pendidikan
responden (istri/anak wanita) lebih tinggi yaitu berada pada tingkat SMA. Hanya
dua orang yang berada di tingkat SD, dan dua orang di tingkat SMP. Perbedaan
tingkat pendidikan antara Kepala Keluarga dengan responden menunjukkan
bahwa keluarga laki – laki desa lebih dituntut untuk cepat mendapatkan pekerjaan
ketimbang menempuh pendidikan. Tergambarkan pula bahwa saat ini wanita lebih
tinggi tingkat pendidikannya dan dianggap lebih luas pengetahuan dan
wawasannya sehingga sangat disayangkan apabila tidak diaplikasikan pada
kehidupan sehari-hari dengan bekerja.
46
dan perempuan mendapat upah yang tidak jauh berbeda dengan waktu yang sama
sehingga perbandingan pendapatan tidak jauh berbeda. Sedangkan responden
yang memiliki Kepala Keluarga sebagai pedagang mandiri memiliki lebih banyak
pendapatan daripada buruh sehingga perbandingan Kepala keluarga dengan
responden cukup jauh berbeda.
Pendapatan Keluarga
Rata-rata pendapatan total per bulan pada keluarga responden yaitu
sebesar Rp 2.600.000. Pendapatan tersebut sifatnya tidak menentu dan diambil
dari rata-rata jumlah pendapatan tersering yang didapat selama satu bulan.
Terkadang total pendapatan keluarga per bulan lebih rendah tergantung ada atau
tidaknya pekerjaan lembur atau yang biasa disebut borongan. Sebagian besar dari
total pendapatan keluarga 50% nya merupakan dari pendapatan responden yang
bekerja di bagian produksi kopi CV Frinsa Agrolestari. Berdasarkan hasil
wawancara dari hasil pendapatan tersebut lebih banyak digunakan untuk
kepentingan pangan dan yang ke-dua ialah untuk kebutuhan sekolah anak.
Terkadang untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak seperti pergi ke dokter
untuk pengobatan tidak ada dan mengandalkan dengan meminjam kepada teman
atau orang tua. Dari tujuh responden yang sudah menikah, tiga keluarga
diantaranya masih menempati rumah orang tuanya sebagai tempat tinggal, tiga
keluarga yang lain mengontrak, dan satu keluarga sudah memiliki rumah sendiri.
47
bertingkat tidak semata- mata hanya dikaitkan dengan alasan ekonomi, namun
juga dengan alasan lain seperti psikologi, pengembangan, dan aktualisasi diri.
Oleh karena itu ada beberapa indikator yang tidak berlaku tergantung alasan dan
motivasi dari keluarga dalam memenuhi atau tidaknya suatu indikator. Sehingga
dalam menganalisis tingkat kesejahteraan menurut indikator BBKBN tidak cukup
hanya sebatas dengan wawancara tertutup melainkan dengan wawancara terbuka
dan observasi agar sudut pandang responden dapat tergambarkan secara rinci.
Berikut ini merupakan data hasil wawancara dan observasi responden
selama di lapangan. Data tersebut dikelompokkan dalam setiap tingkatan
kesejahteraan keluarga:
Data Responden Pada Indikator Keluarga Sejahtera I
No Responden Indikator Keluarga Sejahtera I
(Basic Needs)
Anggota keluarga Anggota Anggota Bagian Anggota
melaksanakan keluarga keluarga terluas keluarga
Ibadah agama makan dua memiliki lantai yang sakit
kali sehari pakaian rumah atau ingin
atau lebih berbeda bukan ber KB
dari tanah dibawa ke
sarana
kesehatan
1 Tika
2 Ibu Euis x
3 Ibu Ita x
4 Ibu Rini x
5 Ibu Elis x
6 Ibu Manah
7 Ibu Hani x
8 Erni
9 Ibu Ade x
48
berat sebanyak dua kali sehari yaitu pukul 10 pagi dan pukul 5 sore. Pada pagi
hari sebelum bekerja, responden dan keluarga biasanya sarapan gorengan.
Sedangkan pada siang hari biasanya membeli jajanan di tempat kerja, dan pada
malam harinya makan cemilan. Jadwal makan ini sudah menjadi kebiasaan
pekerja disana. Alasan responden karena pada pagi hari tidak biasa makan berat
dan tidak cukup waktu karena harus bergegas pergi ke tempat kerja. Indikator
kebutuhan pangan ini terpenuhi oleh semua responden.
Pada indikator ke-tiga yaitu anggota keluarga memiliki pakaian berbeda
yang digunakan saat di rumah, bekerja, dan berpergian. Indikator ini merupakan
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sandang. Semua responden memiliki baju yang
berbeda untuk digunakan saat di rumah, bekerja, dan berpergian. Baju yang
digunakan tentunya adalah baju yang layak pakai. Baju yang digunakan adalah
miliki pribadi yang biasanya dibeli saat setiap musim lebaran ataupun pemberian
dari orang lain.
Indikator ke-empat yaitu bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah.
Sebagian besar responden tidak memenuhi indikator ini. Meskipun rumah yang
ditinggali saat ini sebagian besar lantai bukan dari tanah, tetapi rumah tersebut
bukan milik pribadi. Sebagian besar responden yang sudah menikah tidak
memiliki rumah sendiri. Responden yang sudah menikah dan memiliki rumah
pribadi hanya 1 orang, sisanya masih tinggal di rumah orang tua ataupun
mengontrak. Responden yang belum menikah ke-duannya tinggal di rumah
pribadi milik orang tuanya. Dari indikator tersebut setalah diwawancara
menggambarkan bahwa sebagian besar responden belum sanggup mengeluarkan
uang untuk mencukupi kebutuhan dasar mereka yaitu kebutuhan papan secara
mandiri.
Indikator ke-lima yaitu apabila anggota keluarga sakit atau ingin ber-KB
pergi ke sarana kesehatan. Semua responden memenuhi indikator ini. Dari hasil
wawancara, anggota keluarga responden tidak pernah ada yang sakit parah yang
membutuhkan perawatan medis yang intensif terkecuali kecelakaan ringan.
Biasanya jika ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas terdekat.
Penyakit yang biasa diderita oleh responden yaitu flu karena cuaca Pangalengan
49
yang dingin. Semua responden yang sudah menikah dan masih dalam usia
produktif mengikuti program KB.
Dari semua indikator dalam keluarga sejahtera I ini terdapat 3 responden
yang memenuhi semua indikator keluarga sejahtera I dan 6 responden yang lain
tidak memenuhi satu indikator kebutuhan dasar yaitu kebutuhan papan. Oleh
karena itu, responden yang tergolong ke dalam keluarga sejahtera I berjumlah 3
responden dan 6 responden lainnya tergolong ke dalam keluarga pra sejahtera.
Pada tingkat keluarga sejahtera II, terdapat Sembilan indikator. Indikator tersebut
merupakan perkembangan pada indikator di tahap keluarga sejahtera I. Pada
tingkat keluarga sejahtera II ini ditambah dengan kebutuhan psikologi
50
1 Tika x x
2 Ibu Euis x x x
3 Ibu Ita x x
4 Ibu Rini x x
5 Ibu Elis x x
6 Ibu x x x
Manah
7 Ibu Hani x x x
8 Erni x x
9 Ibu Ade x
Kontribusi pendapatan wanita yang bekerja sebagai buruh tani di bagian produksi
kopi CV Frinsa Agrolestari dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Pw
P= x 100%
Pd
P = Persentase pendapatan ibu rumah tangga terhadap pendapatan
keluarga
Pw = Pendapatan ibu rumah tangga
Pd = Total pendapatan keluarga
Kontribusi Pendapatan Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga
Kontribusi
pendapatan
Pendapatan Pendapatan Total
wanita
No Responden Responden selama Keluarga selama
terhadap
satu bulan satu bulan
pendapatan
keluarga
1 Tika Rp 750.000 Rp 2.550.000 29%
51
2 Ibu Euis Rp 1.000.000 Rp 2.000.000 50%
3 Ibu Rostita Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 100%
4 Ibu Rini Rp 1.000.000 Rp 4.500.000 28,5%
5 Ibu Elis Rp 1.000.000 Rp 2.000.000 50%
6 Ibu Manah Rp 960.000 Rp 2.360.000 40,6%
7 Ibu Hani Rp 1.100.000 Rp 4.100.000 26,8%
8 Erni Rp 1.000.000 Rp 2.500.000 40%
9 Ibu Ade Rp 1.000.000 Rp 2.500.000 40%
1 Tika 1 2 3
2 Ibu Euis 1 2 3
3 Ibu Rostita 1 2 3
4 Ibu Rini 2 1 3
5 Ibu Elis 1 2 3
6 Ibu Manah 1 2 3
7 Ibu Hani 1 2 3
8 Erni 1 2 3
9 Ibu Ade 1 2 3
Dari hasil wawancara ketika responden diberi pertanyaan mengenai apa yang
menjadi alasan mereka bekerja ialah untuk menambah pendapatan keluarga. Hal
ini menunjukkan bahwa
BAB V
PENUTUP
52
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
53
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner terbuka untuk panduan wawancara
KUESIONER PENELITIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA BURUH TANI WANITA DAN MOTIVASI
BURUH TANI WANITA BEKERJA
Tujuan:
Mengetahui tingkat kesejahteraan keluarga buruh tani wanita, kontribusi pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga, dan
motivasi yang mendorong wanita bekerja. Tingkat kesejahteraan keluarga buruh tani wanita dilihat dari indikator keluarga
sejahtera menurut BKKBN (2005). Kontribusi pendapatan wanita menggunakan penrhitungan perbandingan pendapatan wanita
dengan total pendapatan keluarga. Sedangkan motivasi yang mendorong buruh tani wanita bekerja melakukan metode deskriptif
kualitatif dengan frekuensi pilihan jawaban alasan wanita bekerja berdasarkan alasan ekonomi, sosial, dan aktualisasi diri
menurut teori Dixon 1978. Dengan mengetahui tingkat kesejahteraan keluarga buruh tani wanita, kontribusi pendapatan, dan
motivasi yang mendorong wanita bekerja, diharapkan dapat menjadi pertimbangan beberapa pihak dalam menentukan kebijakan
atau keputusan guna meningkatkan kesejahteraan buruh tani.
54
Petunjuk:
Isi dan/atau beri tanda silang (x) dan/atau contreng () pada butir –butir jawaban berikut ini!
1. DATA RESPONDEN
No. Responden :
55
No. Indikator BKKBN 2005 Kriteria Ya Tidak Alasan
Klasifikasi kebutuhan dasar keluarga (basic needs)
1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama Keluarga
rutin seperti sholat. Sejahtera I
2. Makan dua kali sehari atau lebih yaitu makan Jika tidak dapat
menurut pengertian dan kebiasaaan masyarakat memenuhi satu
setempat seperti misalkan makan nasi bagi atau lebih dari 5
mereka yang biasa makan nasi sebagai indikator KS-I
makanan pokok, atau makan sagu bagi mereka maka termasuk
yang biasa makan sagu. Hal ini tidak berlaku ke
bagi keluarga yang tidak makan dua kali sehari dalam Keluarg
karena alasan bukan ekonomi. a Prasejahtera
3. Memiliki pakaian yang berbeda untuk di
rumah, bekerja/sekolah dan berpergian yaitu
memiliki pakaian yang tidak hanya satu pasang
untuk segala aktifitas. Misalkan menggunakan
baju yang sama untuk tidur dan berpergian.
4. Rumah yang ditempati sebagian besar bukan
beralaskan tanah, mempunyai atap, lantai, dan
dinding yang baik untuk melindungi dan layak
dari segi kesehatan.
5. Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke
sarana kesehatan modern seperti Rumah Sakit,
Puskesmas, Puskesman Pembantu, Balai
Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik,
Bidan Desa, dsb yang memberikan obat yang
telah mendapat izin dari Departemen
Kesehatan/Badan POM. Juga bila ada pasangan
56
subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi. (Hanya untuk keluarga yang
berstatus Pasangan Usia Subur).
Klasifikasi kebutuhan psikologis (Psychological needs)
7. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara Keluarga
teratur. Ibadah tersebut dapat dilakukan sendiri, Sejahtera II
bersama atau di tempat yang sesuai. Jika tida k
8. Seluruh anggota keluarga minimal makan dapat
daging/telur/ikan sebagai lauk untuk memenuhi satu
melengkapi gizi protein. Ini tidak berlaku bagi atau lebih dari 9
keluarga yang vegetarian. indikator KS-II
9. Seluruh anggota keluarga memperoleh minimal maka termasuk
satu stel pakaian baru dalam setahun. ke
Merupakan tambahan pakaian baik itu membeli dalam Keluarg
atau pemberian orang dalam keadaan a Sejahtera I
baru/bekas yang masih layak dipakai.
10. Luas Lantai rumah paling kurang 8 m2 adalah
keseluruhan luas lantai rumah, baik tingkat
atas, maupun tingkat bawah, termasuk bagian
dapur, kamar mandi, paviliun, garasi dan
gudang yang apabila dibagi dengan jumlah
penghuni rumah diperoleh luas ruang tidak
kurang dari 8 m2
11. Tiga bulan terakhir seluruh anggota keluarga
sehat fisik dan rohani sehingga dapat
melaksanakan tugas, fungsi, dan perannya.
Pengertian Keadaan sehat adalah kondisi
kesehatan seseorang dalam keluarga yang
57
berada dalam batas batas normal, sehingga
yang bersangkutan tidak harus dirawat di
rumah sakit, atau tidak terpaksa harus tinggal di
rumah, atau tidak terpaksa absen bekerja/ke
sekolah selama jangka waktu lebih dari 4 hari.
12. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang
bekerja dalam artian sudah dewasa diatas 15
tahun dan memiliki penghasilan berupa uang
atau barang yang dipandang layak dan dapat
memenuhi kebutuhan sehari hari secara
berkala.
13. Seluruh anggota keluarga berumur 10 – 60
tahun dapat baca tulis latin dan memahami
makna kalimat.
14. Anak berumur 7 – 15 tahun bersekolah.
15. Pasangan Usia Subur dengan dua anak atau
lebih menggunakan alat/obat kontrasepsi
modern.
Klasifikasi kebutuhan pengembangan (developmental needs) dari keluarga
15. Anggota keluarga berupaya meningkatkan Keluarga
pengetahuan agama misalkan mendengarkan Sejahtera III
pengajian, mendatangkan guru agama bagi Jika tidak dapat
anak-anak, sekolah madrasah untuk yang memenuhi satu
beragama Islam, atau sekolah minggu bagi atau lebih dari 7
anak-anak beragama Kristen. indikator KS-II
16. Sebagian penghasilan keluarga ditabung baik maka termasuk
dalam bentuk uang atau barang misalkan ke
dibelikan hewan ternak, sawah, perhiasan, dalam Keluarg
58
rumah sewaan. Tabungan berupa barang a Sejahtera I
apabila diuangkan minimal senilai Rp
1000.000,-
17. Keluarga mempunyai kebiasaan makan
bersama minimal seminggu sekali untuk
berkomunikasi membahas persoalan dan
bermusyawarah antar anggota keluarga.
18. Anggota keluarga aktif dalam kegiatan
masyarakat di lingkungan rumah yang bersifat
sosial kemasyarakatan seperti gotong royong,
ronda malam, rapat RT, arisan, pengajian,
kegiatan PKK, kegiatan kesenian, olahraga dan
sebagainya.
19. Anggota keluarga berekreasi di luar rumah
paling kurang sekali dalam enam bulan.
20. Anggota keluarga memperoleh informasi dari
surat kabar/majalah/radio/internet untuk akses
informasi secara lokal, nasional, regional,
internasional melalui media cetak atau
elektronik. Media tersebut tidak harus dimiliki,
dapat juga dipinjamkan atau milik umum.
21. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas/sarana
transportasi yang tersedia yaitu jika berpergian
dapat menikmati angkutan umum atau alat
transportasi pribadi.
Klasifikasi aktualisasi diri (self esteem) keluarga
22. Secara teratur, keluarga suka rela memberi Keluarga
sumbangan materil berupa uang atau barang Sejahtera III
59
untuk kegiatan sosial yang berarti keluarga
memiliki jiwa sosial yang besar untuk
kepentingan masyarakat seperti panti asuhan,
panti jompo, rumah ibadah untuk membiayai
Plus
tingkat RT/RW/Dusun yang bukan merupakan
Jika tidak dapat
sumbangan wajib.
memenuhi satu
23. Terdapat anggota keluarga aktif sebagai
atau lebih dari 2
pengurus perkumpulan sosial/yayasan/institusi
indikator KS-III
masyarakat. Keluarga tersebut memiliki jiwa
Plus maka
sosial yang besar untuk memberikan bantuan
termasuk ke
tenaga, pikiran dan moral secara berkelanjutan
dalam Keluarg
untuk kepentingan masyarakat dengan menjadi
a Sejahtera III
pengurus misalkan pengurus yayasan,
organisasi adat, kesenian, olah raga,
keagamaan, kepemudaan, institusi masyarakat,
pengurus RT/RW, LKMD/LMD, dsb.
60
Indikator Teori Motivasi Wanita Bekerja Menutu
No Kriteria Ya Tidak Alasan
Dixon (1978)
1. Kebutuhan Ekonomi
Kurangnya pemenuhan kebutuhan finansial keluarga
seringkali membuat suami dan istri bekerja untuk bisa
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kondisi tersebut Ekonomi
membuat sang istri tidak punya pilihan lain kecuali ikut
mencari pekerjaan yang dapat menghasilkan uang
dengan cara bekerja di sektor publik.
2. Kebutuhan Sosial Relasional
Kebutuhan ini merupakan suatu kebutuhan akan
penerimaan dari sosial dengan bergaul bersama rekan- Sosial
rekan di tempat kerjanya dan mengharapkan adanya
suatu identitas sosial yang diperoleh melalui komunitas
kerja.
3. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Bekerja merupakan suatu kegiatan yang akan
menunjukkan makna hidupnya dan sebagai sarana
untuk mengenal dirinya sebagai orang yang berperan. Aktualisasi
Kebutuhan akan aktualisasi diri yang banyak dipilih
Diri
oleh wanita saat ini ialah dengan memiliki profesi
atau pekerjaan, terutama dengan tingginya perluasan
lapangan kerja dan kesempatan yang sama pada
wanita untuk meraih jenjang karir yang tinggi
61
DAFTAR PUSTAKA
Arsanti, Ari Tutuk. 2013. Wanita dan Pembangunan Sektor Pertanian. Jurnal
MAKSIPRENEUR, Vol.III, No.1, Hal 62-74.
Arsini. 2014. Peran ganda Wanita Pada Keluarga Masyarakat Agraris: Kasus
10 Istri Buruh Tani Di Desa Putat Purwodadi Grobogan. SAWWA-
Vol.10 No. 1
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 2013. Statistik tenaga kerja usia 15 tahun
keatas. Jakarta Pusat: Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 2004. Penduduk Miskin usia 15 tahun
keatas. Jakarta Pusat: Badan Pusat Statistik
BN. Marbun. 2003. Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hlm
230.
62
Dixon, Ruth B. 1978. Rural Women at Work. United States of America: The
Johns Hopkins University Press
Handriyah. 2017. Buruh Tani Wanita Dalam Relasi Keluarga dan Masyarakat
Perspektif Sosiologi Ekonomi. Skripsi. Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri.
Mudzhar, Atho’ et. al. 2001. Women in Indonesia: Access, Empowerment, and
Opportunity, ed. Atho’ Mudzhar. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press
63
Novita. 2016. Analisis Keputusan Bekerja Wanita Sebagai Tenaga Kerja
Wanita (TKW) Ke Luar Negeri dan Kontribusinya Terhadap Ekonomi
Keluarga. Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya.
Paramita, Ira. 2013. Efektivitas kelompok Buruh tani wanita Dalam Upaya
Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Skripsi. Jurusan
Agribisnis Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran.
PTPN XII (Persero). 2013. Budidaya Tanaman Kopi. Wineka Media. Bandar
Lampung. 167 hlm.
Rahaju, Edi Endang ML., Mulyati, Tatik., Sumarlan. 2012. Motivasi Wanita
Bekerja dan Pengaruhnya Terhadap Kontribusi Pendapatan keluarga.
Jurnal Universitas Merdeka Madiun Vol. 1 No. 2
64
Setiawan, Putra Yusuf. 2015. Pengelolaan Pembibitan Kopi Arabica Di Kebut
Kalisat Jampit, PTPN XVII, Bondowoso, Jawa Timur. Skripsi.
Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
65