i
Lembar Persetujuan
NIM. 1706511104
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Fakultas Pertanian
Universitas Udayana
ii
KATA PENGANTAR
Pertama- tama penulis ingin menyampaikan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa , dikarenakan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan usulan
penelitian yang berjudul “Analisis Sistem Distribusi Pupuk Bersubsidi di
Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara ( Studi Kasus CV. Mas Ayu Lestari )”.
Usulan penelitian ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pertanian pada Fakultas Pertanian di Universitas Udayana.
Selama penulisan usulan penelitian ini, penulis banyak menerima bantuan dan
dukungan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
iii
Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna karena
adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua
kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.
Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.
iv
DAFTAR ISI
v
3.2.1. Jenis dan sumber penelitian ............................................................... 25
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
subsidi pupuk. Pupuk menjadi salah satu sarana produksi yang sangat penting agar
produktivitas pertanian meningkat sehingga ketahanan pangan dapat tercapai.
Fasilitas dari pemerintahan dalam sektor pertanian berupa penyediaan pupuk
subsidi telah diberlakukan sejak tahun 2003. Pemerintah memberlakukan fasilitas
ini dengan harapan produktivitas tani dapat meningkat diikuti dengan kesejahteraan
petani. Dengan adanya pupuk subsidi ini tujuan dalam mencapai ketahanan pangan
dan kesejahteraan petani diharapkan akan tercapai. Untuk menjamin ketersediaan
pupuk bersubsidi, pada tahun 2018 melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun Anggaran 2018 yang
ditindaklanjuti dengan Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2017 tentang Rincian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018, dimana program
telah diamanatkan dalam Pengelolaan Subsidi Pupuk.
2
memenuhi enam prinsip utama yang telah dicanangkan atau disebut 6T, yaitu jenis
yang tepat, jumlah yang tepat, harga yang tepat, tempat yang tepat, waktu yang
tepat, dan kualitas yang tepat. Oleh karena itu sangat penting untuk membangun
sistem distribusi pupuk yang effisien sehingga ketersediaan pupuk dalam layanan
6T (tepat jenis, jumlah, mutu, harga, waktu, dan tempat) dapat dinikmati petani.
3
pupuk subsidi tersebut, sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditentukan
oleh Dinas Pertanian sekitar. Hal ini menjadi jawaban bahwa pemerintah tidak
hanya melepas pupuk subsidi ke daerah, tetapi juga mengawasi penyalurannya
hingga sampai ke petani.
Metode RDKK yang dimaksud ialah, kelompok tani atau gapoktan harus
mencatat petani yang menjadi anggota-anggotanya kemudian menyusun kebutuhan
pupuk mereka. Setelah itu nantinya kebutuhan akan diajukan ke dinas setempat.
Data yang menjadi kebutuhan petani akan menjadi dasar perencanaan dalam
penyaluran pupuk subsidi yang akan dirangkum oleh produsen pupuk. Dengan alur
lini I sampai ke lini IV produsen bersama pemerintah bertanggung jawab atas
penyaluran pupuk. Selain itu, masyarakat juga dapat ikut serta mengawasi alur
pendistribusian pupuk subsidi melalui website . Untuk menjamin tersedianya
kebutuhan pupuk subsidi maka pendistribusian pupuk subsidi harus sesuai dengan
luas lahan. Maka dari itu penyaluran pupuk subsidi harus proporsional. Kelompok
tani bersama dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) harus menyusun RDKK
sesuai dengan luas lahan mereka. Pemerintah Kabupaten Simalungun menetapkan
realokasi pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian antar kecamatan di Kabupaten
Simalungun tahun anggaran 2020 berdasarkan tabel berikut :
Tabel 1.1
Tabel 1
4
Sumber: Surat keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun
Nomor : 520/5674/20.2/2020
Dalam hal ini disimpulkan bahwa prinsip 6T (Tepat Jumlah, Tepat Harga,
Tepat Waktu, Tepat Tempat, Tepat Mutu) harus diterapkan dalam penyaluran
pupuk subsidi tersebut. Yang menjadi permasalahan dalam hal ini ialah panjangnya
alur pendistribusian pupuk subsidi sehingga menyebabkan pengawasan
pendistribusian pupuk subsidi semakin rentan terjadi penyelewengan di Indonesia.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi dapat di alami di berbagai pihak yang
terkait dengan pendistribusian pupuk. Petani contohnya, Petani kita selalu
dirundung banyak persoalan, salah satunya adalah masalah kelangkaan pupuk.
Pasokan pupuk selalu mengalami kekurangan dari tahun ke tahun.
5
dan produksi usaha tani, menyejahterakan dan meningkatkan pendapatan petani.
Menurut PATTIRO (2011) dijelaskan bahwa Persoalan dalam pendistribusian
pupuk subsidi secara umum dimana berkaitan dengan penjualan pupuk subsidi ialah
adanya pupuk yang dijual melebihi HET, Dijual bebas di mana produk tersebut
tidak terdaftar dalam RDKK dan masih ada petani yang belum mengerti tentang
ketentuan HET. Selain itu penyimpangan-penyimpangan dalam penyaluran pupuk
subsidi pada tingkat distributor dan kios misalnya ialah pendistribusian terlambat,
pengecer yang tidak menentukan papan HET dan papan nama pengecer, adanya
kelangkaan pupuk, pupuk bersubsidi yang diganti kemasannya, terdapat kios
ataupun pengecer yang tidak resmi hingga terjadinya penimbunan pada pupuk
subsidi.
CV. Mas Ayu Lestari adalah salah satu perusahaan distributor pupuk
bersubsidi di beberapa kecamatan di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Pupuk yang akan dikirim berasal dari produsen pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda
(PIM) yang berada di daerah Lhokseumawe, Aceh yang kemudian disalurkan
kepada pihak Usaha Dagang yang berada di wilayah Simalungun. CV. Mas Ayu
Lestari hanya menyediakan pupuk bersubsidi berupa urea sebagaimana PT. Pupuk
Iskandar Muda menyediakan subsidi berupa urea. Perusahaan ini akan menjadi
6
tempat peneliti untuk mencari informasi tentang bagaimana sistem pendistribusian
pupuk ini dilakukan. Penelitian dilakukan berdasarkan atas beberapa penelitian
terdahulu yang saya baca dengan maksud sebagai referensi dalam pembuatan
penelitian saya ini. Salah satu penelitian terdahulu sebagai referensi saya ialah
penelitian yang dilakukan oleh Windy Novita Azhari dengan tujuan penelitian
Menganalisis sistem distribusi pupuk bersubsidi di Gunung Kidul dan
mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang dihadapi dalam sistem
distribusi pupuk bersubsidi di Gunung Kidul.
Atas dasar latar belakang yang sudah dikemukakan di atas maka penulis
tertarik untuk menganalisis bagaimana sistem pendistribusian pupuk bersubsidi di
Kabupaten Simalungun. Peneliti juga tertarik untuk menindak lanjuti bagaimana
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada saat menjalankan pendistribusian
dengan memperhatikan prinsip utama yang telah dicanangkan atau disebut dengan
6T, yakni Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat Waktu, Tepat Tempat, Tepat Mutu.
Dengan adanya penelitian diharapkan menjadi sumber informasi bagi pihak-pihak
yang bersangkutan ataupun pihak yang memerlukan. Terutama bagi pihak instansi
terkait yaitu CV. Mas Ayu Lestari dan pula pihak pemerintah dalam mengambil
langkah yang tepat untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses
penyaluran pupuk subsidi.
Perumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas dapat ditulis sebagai berikut:
7
2. Mengidentifikasi permasalahan distribusi pupuk bersubsidi di Kabupaten
Simalungun, Sumatera Utara.
8
BAB II
TINJAUAN PUTAKA
2.1. Distribusi
Distribusi adalah sudut vital untuk kelancaran sirkulasi produk dari pembuat
ke pembeli. Menurut Winardi (2005), distribusi adalah pertemuan orang-orang
perantara dalam penyebarluasan barang kepada pembeli (buyer) yang terkait erat
satu sama lain. Sementara itu, menurut Kotler (2007), distribusi adalah kumpulan
asosiasi yang membuat siklus penyebaran produk atau jasa yang disiapkan untuk
digunakan atau dimanfaatkan oleh pelanggan (pembeli). Jadi distribusi adalah
suatu gerakan menyebarkan barang dagangan atau administrasi dari produsen ke
pembeli untuk mendapatkan produk yang diinginkan dapat diakses sesuai jadwal.
9
Kotler (2007) menyatakan bahwa saluran distribusi adalah siklus-siklus
yang membuat suatu barang dan jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi
dimana suatu proses tersebut saling berkesinambungan. Menurut Winardi (2005),
yang saluran distribusi adalah banyaknya perantara yang menyampaikan barang
kepada pembeli yang memiliki hubungan yang akrab satu sama lain. Saluran
distribusi dasarnya adalah mediator yang menjadi jembatan antara pembuat dan
pelanggan. Perantara ini dapat dibagi menjadi dua pertemuan, untuk lebih spesifik
ialah agen perantara dan pedagang perantara. Perbedaan antara agen perantara dan
pedagang perantara terletak pada interaksi pengaturan dalam pertukaran barang
yang tersebar dan perspektif kepemilikan.
Agen Perantara
Agen perantara ini tidak memiliki hak kepemilikan atas semua barang yang mereka
tangani. Mereka dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, lebih spesifiknya:
1) Agen penunjang:
2) Agen pelengkap;
Pedagang perantara
Pedagang perantara ini bertanggung jawab atas produk yang barang dagangannya
dipasarkan maksudnya adalah pedagang memiliki hak untuk bertanggung jawab
atas barang dagangan. Yang termasuk ke dalam kelompok pedagang perantara
ialah pengecer dan pedagang besar.
2.2. Pupuk
10
Terdapat dua jenis pupuk, buatan dan juga alami, dimana dampak dari
pemakaian pupuk alami akan membuat unsur hara dan juga mineral yang ada pada
tanah dapat membaik dan kealamian tanah dapat meningkat. Dalam hal lain
pembuatan pupuk buatan di industri yang terkandung didalamnya suplemen
ataupun unsur hara. Encyclopedia Britannica (2009) menjelaskan bahwa pupuk
adalah unsur kimia yang berguna untuk menaikkan produktivitas dan pertumbuhan
tanah baik itu secara alami maupun secara buatan. Pupuk menggantikan unsur-
unsur kimia dari tanah yang diambil sebelumnya atau meningkatkan kesuburan
secara alami yang terdapat di tanah. Pemakaian pupuk kompos mungkin sudah
dikatakan tua dalam pertanian. Pupuk buatan sudah diciptakan dengan mencakup
beberapa unsur penting dari nutrisi tumbuhan seperti fosfor, kalium ataupun
nitrogen.
Dalam hal ini pupuk memiliki setiap kegunaan dan ciri dari sesuai dengan
kebutuhannya. Pupuk juga memerlukan cara penyimpanan yang berbeda beda pada
setiap jenisnya. Jenis-jenis pupuk ialah urea, ZA, SP-36, NPK, dan organik. Urea
ialah pupuk yang paling banyak diminati oleh petani. Pupuk ini terbuat dari
campuran gas asam arang dan gas amoniak (NH3). Sifat dari pupuk ini ialah
higroskopis, dengan kata lain pupuk mudah diserap tumbuhan dan juga mudah
larut. ZA mengandung sekitar 24 persen sulfur dam 21 persen nitrogen. Manfaat
dari penggunaan pupuk ZA dapat menambah unsur hara tanaman, menambah
produktivitas dan menambah kualitas tanaman. SP-36 ialah pupuk yang dapat
menambah hasil yang lebih banyak. Kelebihan dari penggunaan pupuk SP-36 ialah
memperbaiki kualitas, mempercepat pematangan buah, memperkuat batang pada
tanaman, dan juga memperbesar jaringan-jaringan sel. NPK pada umumnya
dipakai petani sebagai penyeimbang unsur hara baik itu mikro ataupun makro pada
tanaman. Unsur hara yang dikandung dari NPK ialah fosfat, nitrogen, magnesium,
kalium dan kalsium. Kegunaan dari pemakaian pupuk NPK ini ialah untuk
mencegah tumbuhan supaya tidak kerdil. Pupuk organik ialah pupuk yang berasal
dari makhluk hidup baik itu kotoran ataupun pelapukan kayu. Kegunaan dari
pemakaian pupuk organik ialah dapat menaikkan kadar bahan organik dari tanah
dan meningkatkan produktivitas tanah pertanian.
11
Apakah tanaman benar-benar peduli dari mana mereka mendapatkan
nutrisi? Ya, karena pupuk organik dan sintetis memberikan nutrisi dengan cara
yang berbeda. Pupuk organik dibuat dari endapan mineral alami dan bahan
organik, seperti tepung tulang atau tumbuhan atau pupuk kandang. Pupuk sintetis
dibuat dengan mengolah bahan mentah secara kimiawi. Secara umum, nutrisi
dalam pupuk organik tidak larut dalam air dan dilepaskan ke tanaman secara
perlahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Untuk alasan ini,
pupuk organik paling baik diterapkan pada musim gugur sehingga nutrisi akan
tersedia pada musim semi. Pupuk organik ini merangsang mikroorganisme tanah
yang bermanfaat dan memperbaiki struktur tanah. Mikroba tanah memainkan
peran penting dalam mengubah pupuk organik menjadi nutrisi terlarut yang dapat
diserap oleh tanaman Anda. Dalam kebanyakan kasus, pupuk organik dan kompos
akan menyediakan semua nutrisi sekunder dan mikro yang dibutuhkan tanaman
Anda.
Pupuk sintetis larut dalam air dan dapat segera diserap oleh tanaman.
Faktanya, menerapkan terlalu banyak pupuk sintetis dapat "membakar" dedaunan
dan merusak tanaman Anda. Pupuk sintetis memberi tanaman dorongan cepat
tetapi tidak banyak membantu memperbaiki tekstur tanah, merangsang kehidupan
tanah, atau meningkatkan kesuburan jangka panjang tanah Anda. Karena pupuk
sintetis sangat larut dalam air, mereka juga dapat larut ke sungai dan kolam. Pupuk
sintetis memang memiliki beberapa keunggulan di awal musim semi. Karena larut
dalam air, mereka tersedia untuk tanaman bahkan ketika tanah masih dingin dan
mikroba tanah tidak aktif. Untuk itu, beberapa pupuk berbahan organik, juga
mengandung sedikit pupuk sintetis untuk menjamin ketersediaan unsur hara.
Untuk kesehatan jangka panjang taman Anda, memberi makan tanaman Anda
dengan membangun tanah dengan pupuk organik dan kompos adalah yang terbaik.
Ini akan memberi Anda tanah yang kaya bahan organik dan penuh dengan
kehidupan mikroba.
12
Hoolsen (2010) menjelaskan bahwa sistem distribusi diartikan sebagai ranai
penghubung dimana menghubungkan produsen dan konsumen dalam
mendistribusikan barang atau jasanya agar sampai ke tangan konsumen secara
efektif dan efisien. Sistem distribusi merupakan bagan dari keseluruhan sistem
pemasaran. Dikatakan demikian karena saluran distribusi diartikan sebagai
perangkat organisasi sebagai kemungkinan barang dan jasa tersebut dibeli oleh
konsumen.
13
Jumlah). Hal ini juga diperhatikan karena 6 prinsip ini juga dipenuhi atas
permintaan pupuk yang bermacam menurut waktu musim penanaman di beberapa
wilayah dan stok pupuk harus tersedia terutama di lini IV sebelum waktu musim
penanaman dimulai. Dawis dan Muslim (2007) menjelaskan bahwa apabila
mengalami gangguan penyaluran, maka petani akan mengalami kesulitan dalam
mendapatkan pupuk atau bisa disebut juga dengan keadaan “kelangkaan pupuk”.
Kelangkaan pupuk sebenarnya bukan dikarenakan oleh terbatasnya stok pupuk
melainkan kurangnya pengawasan dalam sistem distribusi. Masalah ini disertai
dengan penyaluran, penyimpanan maupun pemasaran pupuk subsidi yang tidak
terkoordinasi dengan efisien dan efektif.
14
Aturan ini mengatur tentang apa saja yang berkaitan dengan penyaluran pupuk
bersubsidi mulai dari mekanisme pengadaan, tanggung jawab produsen, distributor,
pengecer hingga sanksi pada pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan dalam
penyaluran pupuk subsidi. Dapat ditarik kesimpulan bahwa ada satu kebijakan yang
baik untuk dilaksanakan secara menyeluruh. Dengan adanya kebijakan ini
diharapkan pembangunan pertanian di Indonesia akan berjalan semakin lancar
15
komoditas yang diunggulkan di daerah tersebut, maupun daerah yang dilihat
sebagai sentra produksi. Selain itu diharapkan bisa dilaksanakannya efektivitas dan
efisiensi penggunaan pupuk subsidi atas dasar penggunaan pupuk yang berimbang
pada spesifik lokasi dan teknis standar yang dianjurkan disertai dengan pemakaian
pupuk organik.
Jenis pupuk yang disubsidikan pemerintah terdiri dari pupuk ZA, Urea SP-
36, Pupuk organik dan NPK. Penyusunan pengadaan dan pendistribusian pupuk
subsidi berdasar pada Persetujuan Menteri BUMN yang ditujukan kepada OT
Pupuk Sriwijaya (Persero). PT Pupuk Sriwijaya memiliki anak perusahaan berupa
PT Pupuk Kalimantan, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT
Petrokimia Gresik. Alokasi pupuk subsidi dihitung berdasarkan anjuran
pemupukan berimbang spesifikasi lokasi dengan memperhatikan alokasi pupuk
subsidi Tahun Anggaran dimana dalam Peraturan Menteri Pertanian
No.40/Permentan/OT.140/4/2007 menjelaskan bahwa pemupukan berimbang
ialah pemberian pupuk pada tanaman sesuai kebutuhan tanaman dan status hara
tanah agar tercapai produktivitas yang maksimal dan berkelanjutan
Alokasi pupuk subsidi dirinci atas dasar subsektor, Kecamatan, jumlah dan
jenis. Oleh karena itu alokasi pupuk subsidi harus melihat usulan yang
dicanangkan oleh petani berdasarkan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan
kelompok) yang telah disetujui oleh kepala desa setempat dan juga penyuluh
pertanian. RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani) merupakan alat
dalam perumusan memenuhi kebutuhan pupuk subsidi yang telah disepakati oleh
gapoktan dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Dengan kata lain RDKK
meliputi satu tahun kebutuhan pupuk subsidi dalam satu kelompok tani yang
disusun secara musyawarah oleh kelompok tani tersebut.
16
tingkat daerah dalam mengawasi penyaluran pupuk subsidi menjadi tanggung
jawab Bupati ataupun Walikota. Selanjutnya pengawasan penyaluran pupuk
subsidi di lini IV hingga ke petani diatur kepada petugas KP3 (Komisi Pengawas
Pupuk dan Pestisida kota ataupun kabupaten.
17
berdasarkan RDKK dengan harga yang tidak melebihi HET. Pada Permendag (5)
tersebut telah dijelaskan juga bahwa HET pupuk subsidi yang dimaksud ialah
ditetapkan oleh menteri pertanian dan juga pupuk subsidi dilarang untuk
diperjualbelikan oleh distributor dan pengecer di luar peruntukannya atau di luar
wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Aturan ini bahkan telah memberikan
sanksi yakni sanksi administrasi Berupa peringatan tertulis dari Walikota ataupun
Bupati Hingga saat ini masih berupa SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) atas
rekomendasi dari KPPP pada tingkat kota atau Kabupaten jika dalam waktu 1 bulan
tidak mengindahkan surat berupa peringatan yang telah diberikan.
Pada puncak musim tanam dimana pada bulan November hingga Januari
produsen harus menjamin kesediaan pupuk bersubsidi minimal pada Lini III untuk
kebutuhan selama tiga minggu kedepan sesuai pada rencana kebutuhan yang sudah
ditetapkan pada Menteri Pertanian. Ketentuan ini juga memberikan sanksi bagi
pelanggar yang berasal dari Menteri Perdagangan berupa sanksi administratif. Jika
pada kurun waktu 1 bulan peringatan tidak bisa dipatuhi maka Menteri Perdagangan
merekomendasikan kepada Menteri Keuangan untuk tidak membayarkan bantuan
ataupun subsidi kepada produsen di mana telah ditetapkan pada Pasal 17 ayat 1 dan
2. Sedangkan permasalahan kelangkaan pupuk baik yang disebabkan karena adanya
penimbunan ataupun karena keterlambatan dalam pendistribusian, regulasi yang
18
sudah mengatur ketentuan tersebut pada Pasal 13 ayat (1) dan (2) yang menjelaskan
bahwa produsen harus atau wajib menjamin ketersediaan pupuk subsidi minimal
pada Lini III untuk kebutuhan selama dua minggu kedepan sesuai pada rencana
kebutuhan yang telah ditentukan oleh menteri pertanian
19
bahwa tujuan penelitian ialah untuk menganalisis dan mengetahui alur penyaluran
dari produsen hingga konsumen dan untuk menganalisis masalah yang dihadapi
pada saat pendistribusian. Hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa pupuk subsidi
yang tersedia di lini IV cenderung menunda dalam melalukan penebusan pupuk
dengan alasan waktu tanam yang lama. Sama halnya dengan pengecer yang
mengambil pupuk subsidi dari distributor secara bersamaan sehingga distributor
mengalami kekurangan persediaan pupuk subsidi
20
Pupuk adalah hal yang penting dalam usaha tani. Oleh karena itu dengan
adanya pupuk bersubsidi diharapkan adanya peningkatan dalam pembangunan
pertanian. salah satu aspek bahwa adanya peningkatan dalam pembangunan
pertanian ialah meningkatnya kesejahteraan petani. Pemerintah memberikan pupuk
bersubsidi kepada petani guna mendukung ketahanan pangan nasional. Pemberian
pupuk bersubsidi harus memenuhi enam prinsip utama yang telah dicanangkan atau
disebut 6T, yaitu jenis yang tepat, jumlah yang tepat, harga yang tepat, tempat yang
tepat, waktu yang tepat, dan kualitas yang tepat. Oleh karena itu sangat penting
untuk membangun sistem distribusi pupuk yang effisien sehingga ketersediaan
pupuk dalam layanan 6T (tepat jenis, jumlah, mutu, harga, waktu, dan tempat) dapat
dinikmati petani. Akan tetapi pada kenyataannya masih adanya penyimpangan-
penyimpangan yang menyebabkan prinsip 6T tidak bisa terpenuhi.
21
distributor, pengecer, gapoktan dan PPL menjadi sumber informasi penelitian.
Informasi akan mencakup prinsip 6T (tepat jenis, jumlah, mutu, harga, waktu, dan
tempat) dan akan disaring dan dikonfirmasi dengan membandingkan data yang
telah ada seperti HET, pupuk subsidi, RDKK SK Bupati dan segala data yang
berhubungan dengan rumusan masalah. Kerangka pemikiran penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut :
22
Bagan 1
Gambar 2.1
23
2.8. Hipotesis
Hipotesis ialah suatu dugaan sementara yang berasal dari suatu rumusan masalah
penelitian dimana telah diungkapkan tetapi kebenarannya masih perlu dibuktikan.
Atas dasar landasan teori yang telah disusun, maka dapat diajukan hipotesis dari
penelitian yaitu bahwa adanya permasalahan-permasalahan dalam pendistribusian
pupuk bersubsidi di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis data kualitatif ialah data yang dibuat dengan menggunakan kata-kata
serta kalimat. Data tidak dibuat dalam angka, maka dapat menggunakan berbagai
cara. Dalam penelitian kualitatif data yang dicari ialah gambaran sistem penyaluran
atau distribusi pupuk serta permasalahan-permasalahan pada distribusi pupuk
bersubsidi di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara dimana mencakup prinsip 6T
(tepat jenis, jumlah, mutu, harga, waktu, dan tempat). Pada penelitian ini data
dikumpulkan melalui hasil wawancara kepada direktur ataupun karyawan
perusahaan. Wawancara juga dilakukan kepada kios/pengecer, gapoktan dan juga
PPL. Melalui beberapa pertanyaan diharapkan peneliti dapat menemukan informasi
yang dibutuhkan dalam penelitan ini.
Data Kuantitatif
Data kuantitatif ini ialah jenis data penelitian yang memiliki bilangan atau
angka. Jenis dari data kuantitatif dapat diolah dan dianalisis dengan perhitungan
25
statistika dan matematika. Dalam hal ini data yang dihasilkan berupa angka saja,
sehingga diperlukan pengolahan agar mendapatkan tujuan yang sudah dituju.
Dalam penelitian ini data yang dicari ialah segala data yang berhubungan dengan
pendistribusian pupuk subsidi dimana data tersebut nantinya digunakan sebagai
pembanding atas data yang diperoleh dari hasil wawancara. Pada penelitian ini data
dikumpulkan melalui data-data manajemen dan keuangan yang diperoleh dari
perusahaan CV. Mas Ayu Lestari berupa RDKK, SK Bupati, laporan manajerial
perusahaan serta informasi-informasi resmi yang berkaitan pada penelitan.
1. Data Primer, yaitu data yang dihasilkan sendiri secara langsung oleh peneliti dan
peneliti menjadi tangan pertama dari sumber atau belum melalui pengambilan data
dari pihak lain. Data primer ialah data yang berdasarkan atas informasi yang
diperoleh langsung dari tangan peneliti. Data primer dalam penelitian ini adalah
data yang diperoleh langsung dari para informan yang bersangkutan. Distributor
sebagai informan ialah CV. Mas Ayu Lestari dimana informan dari distributor bisa
meliputi direktur, komisaris ataupun karyawan kantor tersebut. Pengecer/kios,
gapoktan dan PPL akan dipilih secara acak dengan kriteria dimana pupuk subsidi
didistribusikan melalui distributor CV. Mas Ayu Lestari tersebut.
2. Data Sekunder, ialah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada. Sugiono
(2008) mengungkapkan bahwa data sekunder merupakan sumber data tidak
langsung yang diberikan kepada peneliti. Data sekunder ialah data yang memiliki
sifat sebagai pendukung keperluan data primer seperti literatur, buku dan bacaan
yang berkaitan dengan faktor faktor pendistribusian pupuk bersubsidi. Data
sekunder dari penelitian ini adalah Dinas Pertanian,, media elektronik serta segala
kegiatan yang berkaitan dengan penelitian.
26
gabungan atau triangulasi. Dalam melaksanakan penelitian ini, data dikumpul
dengan menggunakan metode dokumentasi.
Wawancara
Teknik pengumpulan data lain yang diperlukan adalah teknik wawancara.
Wawancara adalah tahapan interaksi atau komunikasi untuk mengumpulkan sebuah
informasi dengan melakukan cara tanya jawab antara informan dan peneliti.
Karsadi (2018) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan pengumpulan data di
lapangan, proses interaksi yang terjadi yaitu saling bertukar informasi dan ide
melalui proses tanya jawab. Peneliti akan menggunakan metode wawancara semi
struktur. Wawancara semi-terstruktur ialah wawancara yang berdasarkan pada satu
rangkaian berupa pertanyaan terbuka. Pada metode ini memungkinkan adanya
pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul karena adanya jawaban yang diberikan
narasumber sehingga selama sesi masih berlangsung penggalian informasi-
informasi dapat dilakukan lebih mendalam. Dengan wawancara semi-terstruktur
peneliti dapat menggali informasi dan permasalahan di lapangan didasari atas
pertanyaan-pertanyaan yang sudah direncanakan.
Dokumentasi
Selain melalui observasi dan wawancara, informasi juga dapat diperoleh
melalui arsip foto, jadwal kegiatan, maupun catatan harian. Dalam penelitian ini
dokumentasi menggunakan foto, rekaman suara, dan video sebagai pendukung
informasi di lapangan sehingga mampu memberikan informasi yang dapat
menambah data penelitian. Selain itu, Dokumentasi dalam penelitian ini juga
berasal dari buku, jurnal, skripsi dan hasil penelitian lainnya yang telah dilakukan
sehingga menambah data dalam penelitian ini.
Triangulasi
Lexy J. Moleong, (2010) menjelaskan bahwa triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan kejelasan data dengan menggunakan sesuatu yang lain diluar data
tersebut untuk pembanding atau mengecek keabsahan terhadap data tersebut. Hal
ini dilaksanakan dengan membandingkan data pengamatan dengan hail dari
wawancara, membandingkan perspektif berbagai orang dengan data dari suatu
dokumen atau sebagainya yang berkaitan. Dalam penelitian ini peneliti dapat
27
memperoleh validitas informasi dari wawancara dengan cara membandingkannya
dengan data-data yang telah diperoleh seperti RDKK, SK Bupati, HET pupuk
subsidi, dan sebagainya.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
28
Pada penelitian kuantitatif, populasi yang menjadi sumber data dalam penelitian ini
adalah seluruh data yang diambil dalam penerapan penyaluran pupuk bersubsidi di
Kabupaten Simalungun dimana sampel yang akan digunakan berupa SK Bupati,
RDKK, laporan manajerial perusahaan, dan sebagainya.
Tabel 3.1
Tabel 2
29
1. Sistem distribusi merupakan bagian dari upaya memasarkan produk yang
dihasilkan oleh suatu industri.
2. Hambatan distribusi ialah segala jenis permasalahan pada saat penyaluran
berlangsung sehingga adanya hambatan-hambatan dalam penyaluran.
3. RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani) merupakan alat
dalam perumusan memenuhi kebutuhan pupuk subsidi yang telah disepakati
oleh gapoktan dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Dalam konteks ini
RDKK menjadi acuan dalam menganalisis sistem distribusi.
4. SK Bupati ialah surat keputusan dari bupati. Dalam kasus ini SK Bupati
mengenai pupuk subsidi dimana surat tersebut berisi data berapa jumlah
pupuk yang akan disubsidikan dan dialokasikan ke daerah-daerah
5. Laporan manajerial adalah laporan yang berhubungan dengan urusan-
urusan tertentu dalam suatu kelompok forman yang dilakukan demi
keperluan pimpinan kelompok yang akan menjadi landasan untuk tindakan
yang akan diambil selanjutnya . Laporan manajerial diambil dari distributor
yang menjadi studi kasus peneliti yaitu CV. Mas Ayu Lestari.
6. Tepat harga diambil berdasarkan harga jual produsen yang mengacu pada
HET (Harga Eceran Tertinggi)
7. Tepat tempat diambil berdasarkan penyaluran hingga sampai ke petani yang
sesuai berdasarkan daerahnya.
8. Tepat jumlah diambil berdasarkan alokasi pupuk sesuai RDKK ataupun SK.
Bupati.
9. Tepat jenis diambil berdasarkan kesesuaian jenis pupuk yang disubsidikan.
10. Tepat mutu diambil berdasarkan kandungan pupuk atas dasar label yang
dipampang pada kemasan.
11. Tepat Waktu diambil berdasarkan ketepatan waktu petani atas ketersediaan
pupuk subsidi pada saat sebelum masa tanam berlangsung.
12. HET (Harga Eceran Tertinggi) ialah harga yang telah ditentukan sebagai
harga tertinggi dari pupuk subsidi.
13. Alokasi pupuk ialah jumlah pupuk yang disalurkan hingga sampai ke tangan
petani.
30
3.4.2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan sebagai landasan dalam proses wawancara
dengan informasi yang didapat di lapangan. Wawancara dilakukan agar dapat
menghasilkan data yang optimal.
i. Jadwal Wawancara
1. Hari/tanggal :
2. Waktu :
ii. Identitas Informan
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Pekerjaan :
5. Alamat :
Daftar Pertanyaan
Tahap akhir dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis data-data yang
dihasilkan yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Data yang telah
dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang ditelaah serta
31
dipelajari untuk selanjutnya disimpulkan secara sistematis dan cermat agar
didapatkan hasil penelitian yang mendalam dan komprehensif. Adapun metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif.
Analisis deskriptif adalah analisis yang menjelaskan dan menguraikan hasil-hasil
yang diperoleh dari data yang ada sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M., dan Hakim, L. 2011. Peta Masalah Pupuk Bersubsidi Di Indonesia:
Program Integritas Dan Akuntabilitas Sosial. United State Agency for
International Development (USAID), Jakarta.
Arifin, B. 2013. Ekonomi Pembangunan Pertanian. PT. Penerbit IPB Press, Bogor.
Darwis, V., dan Supriati. 2013. Fertilizer Subsidy: Policy, Implementation, and
Enhancement. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian.11(1) : 45-60.
Eshar, A., dan Bagus, AA. 2019. Analisis Pengaruh Total Subsidi, Inflasi Dan
Neraca Transaksi Berjalan Terhadap Utang Luar Negeri Indonesia. E-Jurnal
Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana. 8(1) : 61-88.
33
Mulyani, M., dan Kertasapoetra. 1990. Pupuk dan cara Pemupukan. Penerbit
Rineka Citra, Jakarta.
Satori, D., dan Komariah, A. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit Alfabeta,
Bandung.
Zalmi, Hendra, Gemasih, M. I. S., & Rahmadani, A. 2019. Jenis Jenis Pupuk Dan
Industri Pupuk Yang Berada Di Indonesia. Universitas Negeri Padang,
Indonesia.
34