Anda di halaman 1dari 45

1

LAPORAN PRAKTIK KERJA PUSKESMAS


DI PUSKESMAS II TAMBAK KABUPATEN BANYUMAS
TAHUN 2018

Oleh :
1. Riztiana Adiviyanti ( P1337433115075 )
2. Beni Erlangga Khaerulloh ( P1337433115076 )
3. Rilma Samanta ( P1337433115077 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKER
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
2018
KATA PENGANTAR
2

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul

Laporan Praktik Kerja Puskesmas di Puskesmas II Tambak Kabupaten Banyumas

Tahun 2018. Tujuan penulisan laporan adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan memberikan gambaran secara singkat

terhadap kegiatan praktik kerja di puskesmas sebelum lulus agar tidak canggung

apabila bekerja nantinya.

Dalam penyelesaian laporan ini penulis banyak mendapat bantuan baik

materiil maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Warijan, S.Pd., A. Kep., M. Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang.

2. Asep Tata Gunawan, SKM, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Kesehatan

Lingkungan Purwokerto.

3. Suparmin, S.S.T., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Diploma III Kesehatan

Lingkungan.

4. Lagiono, SKM., M. Kes., Dr. M. Choiroel Anwar, SKM, M.Kes., dan Sugeng

Abdullah, SST., M. Si. selaku dosen mata kuliah Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat yang telah memberikan bimbingan, bantuan pikiran, dan saran-

saran yang baik dalam penulisan laporan praktik kerja puskesmas.

5. Seluruh dosen dan Staff Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan

Purwokerto yang telah membantu kelancaran proses penulisan laporan tugas

akhir.
3

6. Puskesmas II Tambak yang telah mengizinkan penulis mengikuti kegiatan

praktik kerja di puskesmas.

7. Keluarga tercinta, Ibu dan Bapak tersayang dan saudara lain yang telah

memberikan doa, semangat dan dorongan moril serta materiil dalam penulisan

laporan tugas akhir ini.

8. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu

persatu

Disadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu

kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar

kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun laporan.

Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu

penulis terlebih kepada pembacanya.

Purwokerto. 8 Februari 2018

Penulis
4

DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................. i

Kata Pengantar ............................................................................................................. ii

Daftar Isi ....................................................................................................................... iv

Daftar Tabel .................................................................................................................. v

Daftar Lampiran ............................................................................................................ vi

Bab I. Pendahuluan ......................................................................................................

1.1 Latar Belakang..............................................................................................


1.2 Tujuan ..........................................................................................................
1.3 Manfaat.........................................................................................................

Bab II. Metode Pelaksanaan .........................................................................................

Bab III. Gambaran Umum Wilayah ...............................................................................

3.1 Keadaan Geografi.........................................................................................


3.2 Keadaan Demografi ......................................................................................
3.3 Derajat Kesehatan ........................................................................................
3.4 Sarana Prasarana Kesehatan .......................................................................

Bab IV. Hasil Kegiatan ..................................................................................................

4.1 Gambaran Penyakit Menurut .......................................................................


4.1.1 Orang ................................................................................................
4.1.2 Tempat ..............................................................................................
4.1.3 Waktu ................................................................................................
4.2 Hasil Konseling ............................................................................................
4.3 Hasil Intervensi ............................................................................................

Bab V. Simpulan dan Saran ..........................................................................................

5.1 Simpulan .....................................................................................................


5.2 Saran-saran.................................................................................................

Daftar Pustaka ..............................................................................................................

Lampiran ......................................................................................................................
5

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Jenis Rodentisida yang terdaftar dan diizinkan

penggunaannya di Indonesia.......................................... 30

3.1 Definisi Operasional......................................................... 38


6

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 esia..................... 45

2 Kuesioner untuk Rumah Makan Pringsewu Sumpiuh...... 49

3 Lembar Persetujuan PT Akael Satria Indonesia............. 50


7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lingkungan merupakan problema yang cukup besar di negara berkembang
(Indonesia) dn menyebabkan angka kesakitan/kematian yang cukup tinggi.
Pengunjung fasilitas kesehatan yang ada khususnya di Indonesia baik di Rumah
Skait maupun Puskesmas kebanyakan adalah para penderita penyakit yang
berhubungan dengan kondisi lingkungan dan perilaku yang tidak sehat.
Dalam mengatasi masalah penyakit-penyakit tersebut dirasakan bahwa
upaya pengobatan penyakit dan upaya peningkatan/perbaikan kualitas
lingkungan dikerjakan secara terpisah dan tidak terintegrasi dengan upaya
terkait lainnya, petugas paramedis/medis melaksanakan upaya
penyembuhan/pengobatan tanpa memperdulikan dan atau tanpa mengetahui
bagaimana sebenarnya kondisi lingkungan perumahan/pemukiman si pasien. Di
sisi lain petugas kesehatan lingkungan melakukan upaya kesehatan lingkungan
(pengawasan kualitas lingkungan, penyuluhan, dan perbaikan mutu lingkungan)
tanpa memperhatikan masalahan penyakit/kesehatan masyarakat di
lokasi/kawasan tersebut. Dalam rangka lebih meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat serta untuk mengintegrasikan upaya kesehatan baik secara kuratif,
preventif, dan promotif maka terbentuklah program klinik sanitasi.
Mahasiswa Prodi D-III Kesehatan Lingkungan semester VI yang telah
dibekali berbagai macam ilmu yang berkaitan dengan penilaian terhadap faktor
lingkungan terhadap kejadian penyakit, dan upaya pemecahannya baik
menggunakan teknologi sederhana maupun teknologi tinggi disertai dengan
memberdayakan masyarakat perlu melakukan praktik kerja puskesmas ini
sebelum lulus agar tidak canggung apabila bekerja nantinya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat bertanggung jawab pada pekerjaan yang
menjadi tugasnya sendiri di bidang kesehatan lingkungan serta diberi
8

tanggung jawab atas pencapaianhasil kerja kelompok orang dengan


memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja dan menyusun
laporan tertulis secara komprehensif.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu bekerjasama dengan paramedis dan tenaga
medis untuk menangani penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan
dan mampu melakukan intervensi terhadap permasalahan yang
ditemukan.
b. Mahasiswa mampu menganalisis faktor risiko yang berkaitan dengan
penyakit yang diderita pasien di Puskesmas.
c. Mahasiswa mampu melakukan interview terhadap pasien di
puskesmas.
d. Mahasiswa mampu menganalisis faktor risiko lingkungan rumah yang
berhubungan dengan penyakit pasien di puskesmas.
e. Mahasiswa mampu menjadi fasilitator terhadap permasalahan
kesehatan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat.
f. Mahasiswa mampu melakukan konseling terhadap pasien penyakit
berbasis lingkungan.
g. Mahasiswa mampu melakukan promosi kelompok/keluarga.
h. Mahasiswa mampu menyusun laporan kegiatan praktik klinik
sanitasi.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Puskesmas II Tambak

Merupakan bahan masukan pada program klinik sanitasi di puskesmas.

1.3.2 Bagi Almamater

Merupakan bahan pustaka Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto.

1.3.3 Bagi Mahasiswa


9

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam hal praktik kerja

puskesmas dengan mengaplikasikan disiplin ilmu antara teori yang

didapat di perkuliahan dengan yang ada di lapangan.


10

BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1 Waktu dan Tempat
2.1.1 Waktu Pelaksanaan mulai 5 Februari – 10 Maret 2018 dengan
pembagian waktu sebagai berikut :

2.1.1.1 Tanggal : 30 Februari – 1 Maret 2018 Pembekalan Praktik


Kerja Puskesmas;
2.1.1.2 Tanggal : 5 Februari – 9 Maret 2018 Pelaksanaan praktik
kerja puskesmas, bimbingan dan supervisi,
penyusunan laporan;
2.1.1.3 Tanggal : 10 Maret 2017 Evaluasi kegiatan praktik kerja
puskesmas.
2.1.2. Tempat

Jumlah mahasiswa sebanyak 36 orang terbagi menjadi 9

puskesmas Klinik sanitasi di Wilayah Kabupaten Banyumas. Anggota

kelompok pada lokasi/ kelompok praktek klinik sanitasi ditempatkan 3

– 4 orang mahasiswa pada setiap puskesmas.

2.2 Organisasi

Untuk kelancaran kegiatan klinik sanitasi sejak dari pembekalan sampai

evaluasi maka disusun satuan tugas dengan susunan sebagai berikut:

1. Pelindung : Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

(Asep Tata Gunawan, SKM., M. Kes)

2. Penanggung Jawab : Ketua Program Studi D IV Kesehatan Lingkungan

(Hari Rudiajanto I.W ., ST., M.Kes.)

3. Ketua : Lagiono, SKM., M.Kes

4. Sekertaris : Dr. M. Choiroel Anwar, SKM., M.Kes

5. Umum : Khomsatun, S.Pd, M.Kes


11

6. Bendahara : Kuswati

7. Anggota : Semua Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan

2.3 Kegiatan

2.3.1 Persiapan

2.3.1.1 Rapat – rapat

2.3.1.2 Penyusunan Buku Panduan

2.3.1.3 Surat menyurat

2.3.1.4 Pertemuan koordinasi

2.3.2 Pelaksanaan

2.3.2.1 Teori - Pembekalan

2.3.2.2 Kerja Praktik Klinik Sanitasi di Puskesmas

2.3.2.3 Bimbingan dan Supervisi

2.3.3 Evaluasi dan pelaporan

Rincian tahapan-tahapan kegiatan klinik sanitasi meliputi :

2.3.3.1 Rapat – rapat

2.3.3.1.1 Rapat penentuan waktu,kelompok,kegiatan dll

2.3.3.1.2 Pematangan rencana kegiatan

2.3.3.2 Penyusunan buku pedoman

Buku pedoman sebagai pegangan mahasiswa dalam

melakukan kegiatan praktik Klinik Sanitasi

2.3.3.3 Surat menyurat

Surat menyurat baik Dinas Kesehatan maupun ke instasi

yang terkait.

2.3.3.4 Pertemuan koordinasi


12

2.3.3.4.1 Pertemuan koordinasi dengan Dinas Kesehatan

dan kepala puskesmas

2.3.3.4.2 Pertemuan koordinasi dengan petugas sanitasi

2.3.3.4.3 Pertemuan koordinasi dengan kepala Puskesmas

yang akan menjadi lokasi praktik

2.3.3.5 Pembekalan

2.3.3.5.1 Pembekalan materi tentang klinik sanitasi

2.3.3.5.2 Pemberian materi tentang pemberdayaan

masyarakat

2.3.3.5.3 Pemberian materi tentang inspeksi sanitasi

perumahan dan lingkungan

2.3.3.5.4 Pemberian materi tentang pengolahan air

2.3.3.5.5 Pemberian materi tentang pengambilan sampel

2.3.3.5.6 Pemberian materi tentang intervensi lingkungan

2.3.3.5.7 Pemberian materi tentang penyakit yang akan

dijadikan sasaran praktik

2.3.3.5.8 Praktik interview

2.3.3.5.9 Pratik inspeksi sanitasi perumahan di sekitar

kampus

2.3.3.6 Lapangan

2.3.3.6.1 Kegiatan di Puskesmas (dalam gedung) meliputi

kegiatan sebagai berikut :

2.3.3.6.1.1 Melakukan interview/ wawancara

terhadap pasien dengan kasus


13

penyakit berbasis lingkungan yang

dirujuk oleh dokter atau paramedis

Puskesmas. Adapun jenis penyakit

yang menjadi sasaran dalam praktik

Klinik Sanitasi adalah penyakit Diare,

TBC, ISPA, DHF, Malaria, Demam

Berdarah, Kecacingan, dan penyakit

Kulit/ Scabies (1 orang mahasiswa

minimal : 10 penyuluhan).

2.3.3.6.1.2 Mengambil kesimpulan perlu tidaknya

dilakukan kunjungan rumah untuk

inspeksi sanitasi terhadap lingkungan

rumah penderita.

2.3.3.6.1.3 Melakukan konseling terhadap pasien

dan kesepakatan waktu untuk

kunjungan rumah.

2.3.3.6.2 Kegiatan di Lapangan (di luar gedung) meliputi

kegiatan sebagai berikut :

2.3.3.6.2.1 Menilai faktor risiko lingkungan rumah

berkaitan dengan penyakit yang

diderita.

2.3.3.6.2.2 Menilai kondisi lingkungan secara

keseluruhan.

2.3.3.6.2.3 Mencari adanya kemungkinan adanya

penderita lain di sekitar.


14

2.3.3.6.2.4 Menarik kesimpulan tentang faktor

lingkungan yang berhubungan

dengan penyakit diderita.

2.3.3.6.2.5 Mengambil kesimpulan tentang

intervensi yang perlu dilakukan.

2.3.3.6.2.6 Melakukan promosi kelompok/

keluarga.

2.3.3.6.2.7 Melakukan intervensi penyehatan

lingkungan/ rekayasa sanitasi sesuai

dengan analisis factor resiko yang

ditemukan. Jenis intervensi yang

dilakukan tiap-tiap penyakit terlampir

(Lampiran 2)

2.3.3.6.3 Intervensi

Melakukan intervensi sesuai dengan

analisis faktor risiko yang diketemukan(jenis

intervensi yang dilakukan tiap-tiap penyakit

terlampir)

2.3.3.6.4 Tata Tertib

2.3.3.6.4.1 Kehadiran teori di kelas minimal 75%

dari total pertemuan

2.3.3.6.4.2 Kehadiran di lahan praktik sanitasi/

puskesmas harus menggunakan jaket

almamater
15

2.3.3.6.4.3 Selama praktik di Puskesmas harus

menggunakan jaket almamater

2.3.3.6.4.4 Selama praktik di Puskesmas

mengikuti tata tertib yang berlaku di

Puskesmas

2.3.3.6.5 Supervisi

Dilakukan oleh pembimbing/ petugas seksi

kesehatan lingkungan Dinas Kesehatan sebanyak

2 kali yakni :

2.3.3.6.5.1 Pada awal kegiatan sekaligus

penyerahan mahasiswa ke Kepala

Puskesmas.

2.3.3.6.5.2 Akhir kegiatan dengan tujuan

mengevaluasi dan sekaligus pamit ke

kepala Puskesmas

2.3.3.6.6 Evaluasi

Penilaian dilakukan oleh pembimbing

lapangan berdasarkan hasil pengamatan di

lapangan, presensi dan laporan mahasiswa,

kriteria penilain sebagai berikut:

Mekanisme Penilaian
Ketentuan lain yang harus dipenuhi
Item penilaian Bobot
16

- Praktik 60% 1. Persentasi kehadiran praktik min.

Puskesmas 100% dari total tatap muka

- Laporan praktik 40% 2. Selama praktik ikuti tata tertib di

Total 100% Puskesmas

3. Selama perkuliahan seragam

dan jas almamater sesuai

ketentuan

4. Seluruh laporan harus

dikumpulkan 1 minggu setelah

selesai pelaksanaan praktik

lapangan

5. Seluruh tugas harus dikumpulkan

/ dikerjakan

Nilai = N1 + N2

= Nilai Akhir

 Nilai Akhir Mk. Klinik Sanitasi = 35% Nilai Teori + 65% Nilai praktik

2.4 Pendanaan

Semua pendanaan praktik klinik sanitasi ditanggung oleh intitusi dan

mahasiswa dengan perincian sebagai berikut :

2.4.1 Intitusi

Biaya yang menjadi tanggungan institusi meliputi biaya praktik

Klinik Sanitasi yang meliputi :

2.4.1.1 Administrasi

2.4.1.2 Koordinasi
17

2.4.1.3 Penggandaan Buku Panduan

2.4.1.4 Pembekalan

2.4.1.5 Honor Dosen Tamu

2.4.1.6 Honor Pembimbing Institusi

2.4.1.7 Transport Supervisor

2.4.1.8 Honor Koreksi Lapangan

2.4.2 Mahasiswa

Biaya yang menjadi tanggungan mahasiswa dalam praktik

Klinik Sanitasi adalah :

2.4.2.1 Akomodasi dan transport

2.4.2.2 Kost

2.5 Tata Tertib

2.5.1 Kehadiran dilahan praktik sanitasi/ Puskesmas minimal 90%.

2.5.2 Apabila absen harus memberi tahu pembimbing lapangan.

2.5.3 Setiap melakukan kegiatan di Puskesmas harus menggunakan jaket

almamater.

2.5.4 Selama praktik di Puskesmas mengikuti tata tertib yang berlaku di

Puskesmas.

2.6 Pelaporan

Pada Akhir kegiatan (maksimal seminggu setelah selesai praktik

lapangan) mahasiswa sudah harus menyerahkan laporan. Adapun

sistimatika format laporan selengkapnya sebagai berikut :

Halaman judul

Kata pengantar

Daftar isi
18

Daftar tabel

Daftar lampiran

BAB I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat

BAB II. Metode Pelaksaanaan

BAB III. Gambaran Umum Wilayah

3.1 Keadaan Geografi

3.2 Keadaan Demografi

3.3 Derajat Kesehatan

3.1.1. Morbiditas

3.1.2. Pola 10 besar penyakit

3.1.3. Mortalitas

3.2. CDR dan Kematian

3.3. Sarana dan Prasarana yang ada di Puskesmas

3.3.1. Puskesmas

3.3.2. Puskesmas Pembantu

3.3.3. Posyandu, dll

3.4. Cakupan Kegiatan Kesling meliputi :

3.4.1. Air minum

3.4.2. Jamban keluarga

3.4.3. TTU/Wisata

3.4.4. TPM

3.4.5. TP 3
19

3.4.6. Industri, dan Seterusnya

BAB IV. Hasil Kegiatan

4.1. Gambaran penyakit menurut

4.1.1. Orang

4.1.2. Tempat

4.1.3. Waktu

4.2. Hasil Konseling

4.3. Hasil Intervensi

BAB V. Simpulan dan Saran

5.1. Simpulan

5.2. Saran-saran

Daftar Pustaka

Lampiran (foto – foto kegiatan)


20

BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1 Keadaan Geografi


Puskesmas II Tambak merupakan wilayah timur jauh (tenggara) dari
Kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah 1.432 Ha atau sekitar 1,1% dari
luas kabupaten Banyumas. Wilayah Puskesmas Tambak II terdiri dari 5 desa
yaitu; Pesantren, Karangpucung, Prembun, Purwodadi dan Buniayu. Desa yang
paling luas adalah Purwodadi yaitu 374 ha, sedangkan desa yang wilayahnya
paling sempit adalah Karangpucung yaitu sekitar 218 ha.
Wilayah Puskesmas II Tambak terletak di pojok Kabupaten Banyumas,
dan berbatasan dengan :
 Sebelah utara : Desa Watuagung
 Sebelah timur : Kabupaten Kebumen
 Sebelah selatan : Desa Gebangsari
 Sebelah barat : Desa Kamulyan, Desa Karangpetir.
Wilayah Puskesmas II Tambak terletak pada ketinggian sekitar 15 mdpl –
35 mdpl. Dengan suhu udara rata-rata sekitar 27 derajat celcius dengan
kelembaban udara sekitar 80 %. Sekitar 50 % dari luas tanah adalah daerah
persawahan, 43 % pekarangan dan tegalan dan 7 % lain-lain.

3.2 Keadaan Demografi


3.2.1 Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk dalam wilayah Puskesmas II Tambak tahun 2016
berdasarkan data dari masing-masing desa adalah 20.872 jiwa. Terdiri
dari 10.330 (49,5%) laki-laki dan 10.542 (50,5%) perempuan. Dengan
jumlah keluarga sebanyak 6.509 dan kepadatan penduduk 1.422 jiwa/km2.
Bila dibandingkan dengan tahun 2015 jumlah jiwa dalam wilayah
Puskesmas II Tambak mengalami peningkatan.
3.2.2 Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk tahun 2016 yang paling banyak adalah Desa
Purwodadi sebesar 6.311 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.687
21

jiwa/km2, sedangkan yang paling sedikit penduduknya adalah Desa


Pesantren sebesar 2.684 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.220
jiwa/km2. Kepadatan penduduk total wilayah Puskesmas II Tambak adalah
1.422 jiwa/km2.
Penyebaran penduduknya cukup merata, mulai dari daerah yang
dekat jalan raya sampai ke daerah.

3.3 Derajat Kesehatan


Untuk melihat gambaran dari derajat kesehatan masyarakat di wilayah
Puskesmas II Tambak, dapat dilihat dari angka kematian (mortalitas), angka
kesakitan (morbiditas) dan status gizi.
3.3.1 Mortalitas
Angka kematian dapat dipergunakan untuk menilai derajat
kesehatan masyarakat di wilayah tertentu dalam waktu tertentu.
Disamping untuk mengetahui derajat kesehatan, juga dapat digunakan
sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat keberhasilan dari program
pembangunan kesehatan dan pelayanan kesehatan di suatu wilayah
tertentu. Angka kematian berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai
sumber dipaparkan sebagai berikut di bawah ini.
3.3.1.1 Angka Kematian Bayi
Angka kelahiran hidup di wilayah Puskesmas II Tambak
tahun 2016 adalah 325 (162 laki-laki dan 163 perempuan).
Sedangkan kasus bayi mati ada tidak ditemukan. Berarti angka
kematian bayi (AKB) di wilayah Puskesmas II Tambak adalah 0
per 1000 kelahiran hidup.
Jika dibandingkan dengan AKB Puskesmas II Tambak
tahun lalu yaitu 150/1000 kelahiran maka terjadi penurunan
menjadi 6,1/1000 kelahiran hidup. Dan jika dibandingkan dengan
target Milenium Development Goals (MDGS) tahun 2015 sebesar
17/1000 kelahiran hidup maka AKB di Puskesmas II Tambak
termasuk baik karena telah melampaui target.
22

GAMBAR 3.1
GRAFIK ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI PUSKESMAS II TAMBAK TAHUN 2012 – 2016

GAMBAR

3.3.1.2 Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Ibu (AKI) adalah kematian yang terjadi
pada ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Pada tabel 3.1 dapat dilihat bahwa Angka Kematian Ibu (AKI)
tahun 2016 terdapat 1 kasus sedangkan tahun 2015 terdapat 1
kasus, pada tahun 2014 dan tahun 2013 tidak ada kasus, tahun
2012 adalah 3 kasus atau 1.003,3 per 100.000 kelahiran hidup.
57

Tabel 3.1 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan Dan Puskesmas

JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN DAN PUSKESMAS


PUSKESMAS II TAMBAK KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016

JUMLAH KEMATIAN IBU


JUMLA KEMATIAN IBU JUMLAH KEMATIAN
KEMATIAN IBU HAMIL KEMATIAN IBU NIFAS
PUSKESM H BERSALIN IBU
NO DESA ≥3
AS LAHIR < 20- < 20- < 20- 20-
HIDUP ≥35 JM ≥35 JM ≥35 JM < 20 5 JM
20 34 20 34 20 34 34
Thn L Thn L Thn L Thn Th L
Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn
n
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 II TAMBAK PESANTREN 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
KARANGPUCU
2 56 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
NG
3 PREMBUN 57 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 BUNIAYU 72 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1
5 PURWODADI 110 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 325 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1
ANGKA KEMATIAN IBU
308
(DILAPORKAN)

Sumber : Petugas KIA


Keterangan:
- Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas
- Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya
57

3.3.1.3 Angka Kematian Balita

Dilihat dari tabel 3.2 angka kematian balita pada tahun 2016 terdapat 5 kasus sedangkan tahun 2015 ada 3,
pada tahun 2014 ada 3, tahun 2013 ada 2, tahun 2012 nihil. Ini menunjukan adanya peningkatan angka kematian
balita di wilayah Puskesmas II Tambak.

Tabel 3.2 Jumlah Kematian Bayi Dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas

JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PUSKESMAS II TAMBAK KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016
JUMLAH KEMATIAN
LAKI - LAKI PEREMPUAN LAKI - LAKI + PEREMPUAN
KECAMATAN/
NO DESA
PUSKESMAS ANAK ANAK ANAK
BAYI BALITA BAYI BALITA BAYI BALITA
BALITA BALITA BALITA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 II TAMBAK PESANTREN 0 0 0 0 0 0 - - -
2 KARANGPUCUNG 2 0 2 0 0 0 2 - 2
3 PREMBUN 0 0 0 0 0 0 - - -
4 BUNIAYU 0 0 0 0 1 1 0 1 1
5 PURWODADI 0 0 0 2 0 2 2 - 2

JUMLAH (KAB/KOTA)
2 0 2 2 1 3 4 1 5
ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN) 12 0 12 12 6 18 12 3 6.4

Sumber : Petugas KIA


57

3.3.2 Morbiditas
3.3.2.1 Malaria
Pada tahun 2016 ditemukan kasus malaria positif
maupun malaria klinis sebanyak 1 kasus di Desa Buniayu.
Sedangkan pada tahun 2012, 2013 dan tahun 2014 tidak
ditemukan kasus malaria. Kasus malaria terakhir pada tahun
2010 ditemukan malaria klinis sebanyak 32 atau 1,61 per 000
penduduk. Positif malaria 3 kasus (1,6/1000 penduduk) atau 9
% dari jumlah malria klinis dan semua mendapatka
pengobatan.
Walau angkanya termasuk kecil, dan tidak menunjukan
endemis malaria disini adalah eksodan dari luar jawa.
3.3.2.2 TB Paru
Jumlah penemuan TB Paru BTA positif tahun 2016
sebanyak 4 kasus atau CNR 38,33/100.000 penduduk. Kasus
TB Paru BTA positif diobati 7, sembuh 3, pengobatan lengkap
1. Dengan angka kesuksesan 38 %. Tahun 2015 sebanyak 6
kasus atau CDR 28/100.000 penduduk, 2014 adalah 6 kasus
atau CDR 35/100.000. Sedangkan tahun 2013 adalah
sebanyak 9 kasus atau CDR 45/100.000 penduduk.
3.3.2.3 HIV/AIDS
Kasus HIV/AIDS tidak pernah ada yang terdeteksi dalam
wilayah kerja atau tidak pernah ada kasus positif HIV. Hal ini
tidak bisa menunjukan secara pasti tidak adanya kasus HIV,
sebab bisa dimungkinkan ada kasus tetapi tidak diketahui
karena pemeriksaan laborat untuk penderita HIV sementara
baru dilakukan pada klinik VCT atau di PMI pada waktu donor
darah.
3.3.2.4 Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Tidak ditemukan kasus AFP dalam wilayah kerja Puskesmas II
Tambak tahun 2016 maupun tahun sebelumnya. Hal ini dapat
dijadikan indikator keberhasilan program, baik program
imunisasi polio maupun program penderita AFP.
58

3.3.2.5 Demam Berdarah Dengue (DBD)


Dari tabel 3.3 yaitu kasus DBD pada tahun 2016 ditemukan 7
kasus atau 33/100.000 penduduk sedangkan pada tahun 2015
ditemukan 3 kasus atau 14,4/100.000 penduduk. Pada tahun
2014 ditemukan 4 kasus (21,2/100.000 penduduk), pada tahun
2013 ditemukan 2 kasus (9,8/100.000 penduduk). Hal ini
menunjukan terjadinya peningkatan kasus DBD pada tahun
2016. Ini terkait erat dengan masalah lingkungan.

GAMBAR 3.2
GRAFIK KASUS DBD PER 100.000 PENDUDUK DI PUSKESMAS II
TAMBAK TAHUN 2012 – 2016

GAMBAR
57

Table 3.3. Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas

JUMLAH KASUS DBD MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS


PUSKESMAS II TAMBAK KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


KECAMATAN/
NO DESA JUMLAH KASUS MENINGGAL CFR (%)
PUSKESMAS
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 II TAMBAK PESANTREN 0 1 1
2 KARANGPUCUNG 2 1 3 0 0 0 0 0 0
3 PREMBUN 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 BUNIAYU 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 PURWODADI 2 1 3 0 0 0 0 0 0

JUMLAH (PUSK.) 4 3 7 0 0 0 0.0 0.0 0.0


INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK 38.7 28.7 33.7

Sumber : Petugas P 2 M
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
57

3.3.3 Status Gizi


Berdasarkan hasil pemantauan Status Gizi di Posyandu melalui
penimbangan rutin tahun 2016, diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Jumlah balita yang ada : 1.300 anak
2. Jumlah balita ditimbang : 1.126 anak (86,6%)
3. Jumlah balita yang naik BB-nya : 1.106 anak (98,2%)
4. Jumlah BGM : 20 anak (1,8%)
5. Jumlah Gizi buruk : 1 anak (0,07%)

Dari hasil tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa balita yang


ditimbang pad tahun 2016 mencapai 86,6%. Ini menunjukan
peningkatan apabila dibandingkan tahun 2015 yang hanya mencapai
82%. Anga balita yang naik berat badannya mencapai 98,2%, ini
menunjukkan terjadinya penurunan abpabila dibandingkan dengan
tahun 2015 yang mencapai 98,7%. Angka batasan maksimal BGM.
Hal ini menunjukkan bahwa program gizi sudah cukup berhasil,
namun demikian perlu dutingkatkan kinerja posyandu terutama untuk
mengaktifkan peran serta untuk meningkat angka kehadiran balita di
masing – masing posyandu.

3.4 Sarana Prasarana Kesehatan


3.4.1 Puskesmas Pembantu
Pada puskesmmas 2 Tambak belum ada Puskesmas terpadu tetapi
sudah ada PKD
3.4.2 Posyandu
Definisi Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang
dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas
terkait. (Departemen Kesehatan RI. 2006).
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.(Effendi, Nasrul. 1998:
267).
58

Kegiatan Pokok Posyandu


• KIA
• KB
• Imunisasi
• Gizi
• Penanggulangan diare
(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)

Pelaksanaan Layanan Posyandu


Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan
sistem 5 meja yaitu:

Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Meja V : Pelayanan kesehatan berupa:
• Imunisasi
• Pemberian vitamin A dosis tinggi.
• Pembagian pil KB atau kondom.
• Pengobatan ringan.
• Konsultasi KB.
Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan
meja V merupakan meja pelayanan medis. (Bagian Kependudukan dan
Biostatistik FKM USU. 2007)

Kegiatan Posyandu

1. Jenis Pelayanan Minimal Kepada Anak


Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus
diberikan khusus terhadap anak yang selama ini 3 kali tidak melakukan
penimbangan, pertumbuhannya tidak cukup baik sesuai umurnya dan
anak yang pertumbuhannya berada di bawah garis merah KMS.
59

Pemberian makanan pendamping ASI dan Vitamin A.

Pemberian PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya (kurang


dari 200 gram/ bulan) dan anak yang berat badannya berada di bawah
garis merah KMS.

Memantau atau melakukan pelayanan imunisasi dan tanda-tanda lumpuh


layu.

Memantau kejadian ISPA dan diare, serta melakukan rujukan bila perlu.

2. Pelayanan Tambahan yang Diberikan

1. Pelayanan bumil dan menyusui.


2. Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang
diintegenerasikan dengan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan
kelompok bermain lainnya.
3. Program dana sehat atau JPKM dan sejenisnya, seperti tabulin,
tabunus dan sebagainya.
4. Program penyuluhan dan penyakit endemis setempat.
5. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.
6. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
7. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan.
8. Program sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan
perbaikan lingkungan pemukiman.
9. pemanfaatan pekarangan.
10. Kegiatan ekonomis produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lain-
lain.
11. Dan kegiatan lainnya seperti: TPA, pengajian, taman bermain.
(Bagian Kependudukan dan Biostatik FKM USU. 2007)
60

Manfaat Posyandu
Posyandu memberikan layanan kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi,
gizi, penanggulangan diare.

1. Kesehatan ibu dan anak

• Ibu: Pemeliharaan kesehatan ibu di posyandu, Pemeriksaan


kehamilandan nifas, Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian
vitamin dan pil penambah darah, Imunisasi TT untuk ibu hamil.
• Pemberian Vitamin A: Pemberian vitanin A dosis tinggi pada bulan
Februari dan Agustus (Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU.
2007). Akibat dari kurangnya vitamin A adalah menurunnya daya tahan
tubuh terhadap serangan penyakit. (Dinas Kesehatan RI. 2006: 95)

• Penimbangan Balita: Penimbangan balita dilakukan tiap bulan di


posyandu (Dinas Kesehatan RI. 2006: 95). Penimbangan secara rutin di
posyandu untuk pemantauan pertumbuhan dan mendeteksi sedini
mungkin penyimpangan pertumbuhan balita. Dari penimbangan yang
kemudian dicatat di KMS, dari data tersebut dapat diketahui status
pertumbuhan balita (Dinas Kesehatan RI. 2006: 54), apabila
penyelenggaraan posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar
pertumbuhan anak akan baik pula.

KMS adalah kartu untuk mencatat dan memantau pekembangan balita


dengan melihat garis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan
pada KMS dapat diketahui status pertumbuhan anaknya.

Kriteria Berat Badan balita di KMS:

Berat badan naik :


61

• Berat badan bertambah mengikuti salah satu pita warna, berat badan
bertamabah ke pita warna diatasnya.

Berat badan tidak naik :

• Berat badanya berkurang atau turun, berat badan tetap, berat badan
bertambah atau naik tapi pindah ke pita warna di bawahnya.

Berat badan dibawah garis merah


Merupakan awal tanda balita gizi buruk Pemberian makanan tambahan
atau PMT, PMT diberikan kepada semua balita yang menimbang ke
posyandu. (Departemen Kesehatan RI. 2006: 104)

2 Keluarga Berencana
Pelayanan Keluarga Berencana berupa pelayanan kontrasepsi kondom,
pil KB, dan suntik KB.

3 Imunisasi
Di posyandu balita akan mendapatkan layanan imunisasi.

Macam imunisasi yang diberikan di posyandu adalah

• BCG untuk mencegah penyakit TBC.


• DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
• Polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan.
• Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B (penyakit kuning).

4 Peningkatan Gizi
Dengan adanya posyandu yang sasaran utamanya bayi dan balita,
sangat tepat untuk meningkatkan gizi balita (Notoadmodjo, Soekidjo.
2003: 205). Peningkatan gizi balita di posyandu yang dilakukan oleh
kader berupa memberikan penyuluhan tentang ASI, status gizi balita,
62

MPASI, Imunisasi, Vitamin A, stimulasi tumbuh kembang anak, diare


pada balita (Dinas Kesehatan RI. 2006: 24).

5 Penanggulangan diare
Penyediaan oralit di posyandu (Dinas Kesehatan RI. 2006: 127).
Melakukan rujukan pada penderita diare yang menunjukan tanda bahaya
di Puskesmas. (Departemen Kesehatan RI. 2006: 129). Memberikan
penyuluhan penggulangan diare oleh kader posyandu. (Departemen
Kesehatan RI. 2006: 132)

Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Ibu di Posyandu:


• Pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu.
• Motivasi ibu untuk membawa anaknya ke posyandu
• Pekerjaan iu
• Dukungan dan motivasi dari kader posyandu dan tokoh masyarakat
• Sarana dan prasarana di posyandu
• Jarak dari posyandu tersebut
(Widiastuti. 2006)

Sementara itu pada Puskesmas 2 Tambak Banyumas terdapat posyandu


lansia dan posyandu balita dengan jumlah anggota untuk posyandu
lansia 20 orang dan posyandu balita 24 orang. Kegiatan posyandu
diadakan setiap bulan dan pada bulan febuari dan aguistus terdapat
agenda pemberian vitamin A dan obat cacing yang sudah berjalan
selama 3 tahun kebelakang.
Posyandu balita tersebar pada wilayah dan berapa posko posyandu yaitu
desa Pesantren dengan 4 posyandu, Kang Pucung dengan 5 posyandu,
Prembun dengan 5 posyandu, Purwodadi dengan 6 posyandu, dan
Buniayu dengan 4 posyandu. Kegiatan yang dilakukan setiap dilakukan
nya posyandu yantu pendaftaran, penimbangan berat badan dan tinggi
badan, pencatatan (pengisian KMS), penyuluhan, dan pelayanan oleh
tenaga kesehatan kegiatan kegiatan ini biasanya di sebut dengan 5 meja.
63

Sedangkan pada posyandu lansia terdapat pada wilaya desa Karang


Pucung, Buniayu, dan Prembun. Dan yang biasanya dilkukan setiap ada
kegiatan posbindu yaitu penimbangan, pemeriksaan tensi, pemberian
obat, konseling / penyuluhan. Posbindu pada Puskesmas 2 Tambak
umur 40 tahun sudah bisa menjadi anggota posbindu keguatan yang
dilakukan yaitu pemeriksaan laboratorium dula darah, kolesterol, dan
asam urat. Biasanya yang di periksa adalah penyakit tidak menular
(PTM).

3.4.3 Tenaga Kesehatan


1. Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam
wilayah Puskesmas II Tambak ada 1 (satu) orang dokter umum yang
bekerja di wilayah Puskesmas II Tambak.
2. Dokter Gigi
Dokter gigi tidak ada. Standar IIS 2010,
3. Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi pada Puskesmas II Tambak sebanyak 1 (satu) orang.
4. Tenaga Bidan
Tenaga Kebidanan jumlahnya 10 orang.
5. Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas II Tambak
lulusan SPK ada 2 orang dan D-III Keperawatan 8 orang
6. Tenaga Gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas II Tambak jumlahnya 1 orang, lulusan D-III
Gizi
7. Tenaga Sanitasi
Tenaga kesehatan masyarakat ada 1 (satu) orang
64

BAB IV

HASIL KEGIATAN

4.1. Penyakit Diare

Berikut ini dijelaskan gambaran mengenai distribusi penyakit Diare selama

tanggal 5 Februari 2017 sampai dengan tanggal 9 Maret 2017 yang ada di

wilayah kerja Puskesmas II Tambak berdasarkan variabel orang, tempat, dan

waktu.

4.1.1. Gambaran Penyakit Menurut Orang

Distribusi penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas II Tambak

berdasarkan variabel orang adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Distribusi penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas II Tambak


berdasarkan variabel orang
No Nama Pasien Jenis Kelamin Umur (Tahun)
1. Fitriyani Perempuan 34 Tahun
2. Kenzo Chiko Laki-Laki 2 Tahun
3. Rijal Tahajudi Laki-Laki 22 Tahun
4. Miswati Perempuan 54 Tahun
5. Sangidin Laki-Laki 61 Tahun
6. Altaf Zain Rionaldo Laki-Laki 3 Tahun
7. Fedi Praijitno Laki-Laki 50 Tahun
8. Erni Silfiana Perempuan 17 Tahun
9. Wulandari Perempuan 4 Tahun
10. Simin Solihin Laki-Laki 59 Tahun

Gambar 4.1. Distribusi penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas II Tambak


berdasarkan variabel orang
65

Distribusi penyakit Diare berdasarkan


variabel orang
6

3
Jumlah
2

0
Perempuan Laki-laki

Berdasarkan data diatas,presentase penderita Diare berjenis

kelamin perempuan sebesar 50% dan laki-laki 50%. Setelah

dilakukan inspeksi sanitasi ke rumah penderita di dapatkan hasil

bahwa sebagian besar penderita Diare perilaku hidup bersih dan

sehat yang masih kurang yaitu tidak mencuci tangan dengan

menggunakan sabun dan makan makanan sembarangan. Kondisi

demikan menjadi salah satu faktor penyebab resiko terjadinya Diare.

4.1.2. Gambaran Penyakit Menurut Tempat

Gambaran penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas II

Tambak berdasarkan tempat adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Gambaran penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas II Tambak


berdasarkan tempat
No Nama Pasien Alamat
1 Miswati Purwodadi, Rt.05/Rw.04
2 Wulandari Purwodadi, Rt.05/Rw.04
3 Fitriyani Purwodadi, Rt.09/Rw.04
66

4 Sangidin Karangpucung, Rt.01/Rw.02


5 Kenzo Chiko Karangpucung, Rt.04/Rw.02
6 Rijal Tahajudi Karangpucung, Rt.05/Rw.02
7 Simin Solihin Karangpucung,Rt.05/Rw.03
8 Altaf Zain Rionaldo Pesantren, Rt.01/Rw.01
9 Fedi Praijitno Pesantren, Rt.05/Rw.02
10 Erni Silfiana Buniayu, Rt.05/Rw.03

Gambar 4.2. Gambaran penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas II Tambak


berdasarkan tempat

Gambaran penyakit Diare


berdasarkan tempat
4

3
Axis Title

2
Series1

0
Purwodadi Karangpucung Pesantren Buniayu

Berdasarkan data diatas, Presentase penyakit Diare terbanyak

di Desa Purwodadi 30%, Desa Karangpucung 40%, Desa Pesantren

20%, Desa Buniayu 10%.

4.1.3. Gambaran Penyakit Diare Menurut Waktu Pelaksanaan

Gambaran Penyakit Diare di wilayah Puskesmas II Tambak

berdasarkan waktu adalah sebagai berikut:


67

Tabel 4.3. Gambaran Penyakit Diare di wilayah Puskesmas II Tambak berdasarkan


waktu

No. Nama Pasien Waktu berkunjung ke puskesmas


1. Rijal Tahajudi Selasa, 6 Februari 2018
2. Fedi Praijitno Selasa, 6 Februari 2018
3. Kenzo Chiko Rabu, 7 Februari 2018
4. Simin Solihin Sabtu, 10 Februari 2018
5. Fitriyani Selasa, 13 Februari 2018
6. Erni Silfiana Kamis,15 Februari 2018
7. Miswati Sabtu, 17 Februari 2018
8. Wulandari Sabtu, 17 Februari 2018
9. Altaf Zain Rionaldo Selasa, 27 Februari 2018
10. Sangidin Rabu, 28 Februari 2018

Gambar 4.3. Gambaran Penyakit Diare di wilayah Puskesmas II Tambak


berdasarkan waktu

Gambaran penyakit Diare berdasarkan


waktu
3

0 Jumlah

Berdasarkan data diatas, kunjungan pasien Diare pada tanggal

6 Februari 2018 sebesar 20%, tanggal 7 Februari 2018 sebesar 10%,

tanggal 10 Februari 2018 sebesar 10%, tanggal 13 Februari 2018

sebanyak 10%, tanggal 15 Februari 2018 sebanyak 10%, tanggal 17


68

Februari 2018 sebanyak 20%, tanggal 27 Februari 2018 sebanyak 10%,

dan tanggal 28 Februari 2018 sebesar 10%.

4.2 Hasil Konseling

Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan

Lingkungan dengan pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan

masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi.

Pelaksanaan konseling tentang peyakit yang berbasis lingkungan

dilaksanakan di ruang klinik sanitasi. Berikut ini adalah daftar klinik sanitasi

didalam gedung untuk penyakit Diare yang dilaksanakan di Puskesmas II

Tambak adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4. Hasil konseling


No Nama Diagnosis Hasil Konseling Saran
Pasien
1. Rijal Diare a. Tidak menerapkan a. Jangan biarkan makan
Tahajudi Cuci Tangan Pakai matang berada di dapur atau
Sabun dengan meja dalam keadaan terbuka
baik, b. Tingkatkan PHBS
b. Makan makanan
sembarangan yang
tidak higienis

2. Fedi Diare a. Sering berada di a. Terapkan kebiasaan cuci


Praijitno sawah tangan pakai sabun sebelum
b. Tidak dan sesudah makan
membiasakan cuci b. Tingkatkan PHBS
tangan pakai sabun
sebelum dan
sesudah makan
3. Kenzo Diare a. Perubahan a. Jangan mengkonsumsi susu
Chiko kebiasaan minum coklat
susu, dari susu
putih ke susu
coklat sehingga
tubuh bereaksi
berupa diare
(buang air besar
terus menerus)
69

b. Alergi susu coklat


4. Simin Diare Makan makanan terlalu Jangan mengkonsumsi makanan
Solihin pedas terlalu pedas
5. Fitriyani Diare a. Tidak menerapkan a. Jangan biarkan makan
Cuci Tangan Pakai matang berada di dapur atau
Sabun dengan baik, meja dalam keadaan terbuka
b. Makan makanan b. Terapkan kebiasaan CTPS
sembarangan yang c. Tingkatkan PHBS
tidak higienis

6. Erni Diare Menggunakan air sumur Memakai air damiu yang


Silfiana yang tercemar lindi sudah teruji kebersihannya
karena jarak keduanya
sangat dekat
7. Miswati Diare Sering memakan Menggurangi konsumsi cabai
makanan yang terlalu agar tidak diare
pedas
8 Wulandari Diare Karena mengkonsumsi Tidak mengkonsumsi kembali
obat pelangsing yang obat pelangsing tersebut
komposisinya obat
keras
9. Altaf Zain Diare a. Kandang ternak a. Mencuci tangan
Rionaldo yang jaraknya dengan sabun setelah
berdekatan dengan berinteraksi dengan
rumah hewan ternak dan
b. Tidak mencuci sebelum makan
tangan saat setelah b. Menjauhkan kandang
memegang hewan ternak dari rumah agar
ternak tidak mengakibatkan
penyakit diare terjadi
kembali
10. Sangidin Diare Kesalahan dalam membeli Lebih berhati-hati saat
makanan yang ada di membeli makanan di warung
warung makan makan. Pastikan bahwa
warung tersebut bersih
penyajian nya dan terhindar
dari vektor

Dari konseling yang telah dilaksanakan pada penderita Diare, di

dapatkan bahwa hasil sebagian besar pasien terkena penyakit Diare, akibat:

a. Perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah dan belum di terapkan

seperti tidak di biasakan mencuci tangan.


70

b. Makanan matang berada di dapur atau meja dalam keadaan terbuka

c. Mengkonsumsi makanan yang tidak higienis dan terlalu pedas.

d. Rumah terlalu berdekatan dengan kandang.

4.3 Hasil Intervensi

Komponen perilaku dan komponen kesehatan lingkungan ini merupakan

dua faktor yang paling memungkinkan untuk diintervensi, sehingga telah

menjadi kiblat berbagai tindakan promotif dan preventif pada mayoritas masalah

penyakit dan masalah kesehatan.

Sedangkan intervensi pada faktor lingkungan dapat dilakukan antra lain

melalui :

1. Perbaikan sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor secara langsung.

2. Perbaikan sanitasi dapat diharapkan mampu mengurangi tempat

perindukan lalat. Cara yang bisa diambil di antaranya adalah menjaga

kebersihan kandang hewan, buang air besar di jamban yang sehat,

pengelolaan sampah yang baik, dan sebagainya.

3. Kunjungan Rumah

Pasien Diare yang datang ke Klinik Sanitasi selanjutnya akan

ditindaklanjuti dengan melakukan kegiatan kunjungan ke rumah pasien untuk

mencocokan hasil konseling di klinik sanitasi dengan kondisi sebenarnya di

lapangan (rumah pasien dan lingkungan). Form inspeksi kunjungan rumah

pasien terlampir.
71
72

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

5.1.1. Berdasarkan variabel orang, , jumlah penderita Diare berjenis kelamin

laki-laki sebesar 50 % dan perempuan sebesar 50 %.

5.1.2. Hasil presentase penyakit Diare berdasarkan tempat tertinggi di Desa

Karangpucung sebesar 40%. Sedangkan hasil presentase penyakit Diare

terendah berdasarkan tempat di Desa Buniayu sebesar 10 %

5.1.3. Berdasarkan dari hasil konseling di ruangan dapat diketahui bahwa faktor-

faktor yang mengakibatkan pasien menderita Diare yaitu pola makan,

perilaku yang tidak sehat, stress, konsumsi obat, dan memakan makanan

yang tercemar dan tidak higienis.

5.1.4. Berdasarkan dari hasil observasi lapangan rumah pasien dapat diketahui

bahwa faktor resiko lingkungan terhadap penyakit Diare yaitu hanya

karena penempatan kandang ternak yang terlalu dekat dengan rumah.

Selain itu faktor yang paling dominan yang menyebabkan pasien

menderita diare yaitu pola hidup dan perilaku penderita.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi Masyarakat

5.2.1.1. Masyarakat hendaknya selalu membuka jendela kamar dan

jendela ruang keluarga secara rutin khususnya pada pagi

hingga siang hari agar pertukaran udara lancar dan cahaya

matahari dapat masuk ke dalam rumah.

5.2.1.2. Tingkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat seperti menutup

mulut saat batuk, membuang dahak pada tempatnya,

membuang sampah di tempat sampah


73

5.2.1.3. Pengaturan jarak sumber pencemar dengan sumber air

5.2.1.4. Menyediakan tempat sampah yang tertutup dan kedap air di

rumah

5.2.1.5. Membersihkan lingkungan rumah setiap hari

5.2.2. Bagi Puskesmas

5.2.2.1. Meningkatkan program klinik sanitasi dengan menyediakan

perlengkapannya.

5.2.2.2. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor di

kecamatan ataupun kabupaten dalam upaya pengulangan

penyakit berbasis lingkungan beserta faktor resikonya.

5.2.3. Bagi Pemerintah

5.2.3.1. Mengadakan penyuluhan kesehatan terpadu dan dilakukan

terus-menerus kepada masyarakat untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang keseahatan lingkungan.

5.2.3.2. Mengadakan program-program kesehatan lingkungan baru

yang dapat meningkatkan aspek kesehatan lingkungan di

lingkungan masyarakat.

5.2.3.3. Penggalakan program STBM

DAFTAR PUSTAKA
74

LAMPIRAN
(foto-foto kegiatan)

Anda mungkin juga menyukai