Anda di halaman 1dari 69

KEPERAWATAN KOMUNITAS

INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Paska Trince Sirait, S.Kep

Nim : 2005098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
karuniaNYA, kami mahasiswa dapat menyelesaikan kegiatan praktek belajar
lapangan (PBL) mata kuliah Keperawatan Komunitas sampai dengan penyusunan
laporan ini selesai tepat pada waktunya di lingkungan kerja kami masing-masing.
Adapun laporan ini dapat diselesaikan, berkat bantuan bimbingan dan
kerjasama dari berbagai pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan Praktek
Belajar Lapangan (PBL), untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada
seluruh masyarakat dilingkngan tempat kerja kami masing-masing yang namanya
tidak dapat disebutkan satu persatu. Demikian juga terima kasih kami ucapkan
kepada dosen Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Komunitas dan juga rekan-
rekan sejawat mahasiswa program Studi Profesi Ners yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan komunitas ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini belum sempurna dan
masih terdapat kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan saran-saran kritik
yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
Sebagai penutup, saya mengucapkan terima kasih dan kami mengharapkan
kiranya laporan ini dapat berguna bagi pembaca serta dapat menjadi pegangan
dalam memperkaya ilmu dan pengetahuan khususnya dalam ilmu keperawatan
komunitas.

Medan, April 2021

Paska Trince Sirait


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Tujuan...............................................................................................................3
1.3. Manfaat............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................4
2.1. Keperawatan Komunitas.............................................................................4
BAB III TINJAUAN LAPANGAN..............................................................................16
3.1. Aplikasi Asuhan Keperawatan Komunitas di Desa
Tuntungan 16
3.2 Analisa Data 26
3.3. Prioritas Masalah 28
3.4. Planning of Action (POA) 31
3.5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Komunitas 39
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................................48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................52
5.1. Kesimpulan 52
5.2. Saran 53
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................54
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu prioritas reformasi kesehatan adalah meningkatkan dan pemerataan
pelayanan yang bermutu bagi masyarakat di daerah terpencil dan kepulauan dengan
berbagai rencana aksinya. Terbentuknya rencana aksi tersebut diharapkan
pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar semakin terpenuhi, sehingga
masyarakat di wilayah terpencil dan kepulauan akan terjamin kesehatannya.
Kebijakan kesehatan di Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan rencana pembangunan
kesehatan menuju Indonesia sehat
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa
kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan
aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis (Agoes & Jacob, 1996).
Dalam mewujudkan Indonesia sehat secara menyeluruh, diharapkan masyarakat
Indonesia terlibat aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan yang
optimal. Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
dukungan masyarakat secara aktif dan dinamis dalam berbagai upaya kesehatan
masyarakat dan mendorong kearah kemandirian dalam memecahkan masalah
kesehatan dengan penuh tanggungjawab.
Berbagai upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan terus dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan dalam usahauntuk mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Sebagaimana telah diamanatkan dalam UU No. 36/2009 tentang
Kesehatan pada Bab XII Kesehatan Kerja Pasal 164-166 menyebutkan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas
dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.
Upaya kesehatan kerja dimaksud meliputi pekerja di sektor formal dan informal,
berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja dan

1
juga bagi kesehatan pada lingkungan tentara nasional Indonesia baik darat, laut,
maupun udara serta kepolisian Republik Indonesia. Selain itu, pemerintah harus
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap masyarakat dan terhadap setiap
penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang
kesehatan dan upaya kesehatan.
Tujuan pendidikan tahap profesi adalah mempersiapkan mahasiswa melalui
penyesuaian profesional dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan lapangan secara
komprehensif, sehingga memiliki kemampuan profesional yang salah satunya adalah
menerapkan konsep, teori dan prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial, ilmu biomedik, dan
ilmu keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada masyarakat
terutama mengkoordinasikan sumber-sumber yang di komunitas untuk meningkatkan
kesehatan komunitas yaitu puskesmas.
Menurut Permenkes RI Nomor 75 tahun 2014 bahwa puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan pusat pengembangan,
pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat sekaligus merupakan pos terdepan
dalam pembangunan kesehatan masyarakat untuk maksud tersebut, puskesmas
berfungsi melaksanakan tugas teknis dan administratif.
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) atau praktik profesi keperawatan

komunitas akan mengarahkan mahasiswa dalam melaksanakan pelayanan/asuhan

keperawatan komunitas secara mandiri dan profesional, melalui tahapan proses:

pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi keperawatan komunitas dari masalah sederhana sampai masalah yang

kompleks melalui upaya promotif, preventif, dengan tidak mengabaikan aspek-aspek

kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan batas kewenangan, tanggung jawab, dan

kemampuan perawat berlandaskan pada etika profesi keperawatan. Praktik profesi

keperawatan komunitas ini dilaksanakan di lahan praktik pada puskesmas, wilayah

binaan komunitas, keluarga binaan, panti sosial, panti werda, sekolah-sekolah, dan

masyarakat (Dermawan, 2012).


Pelayanan keperawatan komunitas secara aktif harus mampu memberikan
pelayanan kesehatan meliputi aspek promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh
dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan komunitas
untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri
dalam pencapaian upaya kesehatan (Harnilawati, 2013).
Dengan adanya praktek keperawatan komunitas yang dilaksanakan
mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara di Puskesmas Medan
Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan diharapkan mampu mengembangkan
program pelayanan puskesmas, sehingga pelayanan kesehatan di puskesmas dapat
lebih terintegrasi sesuai dengan tujuan kesehatan nasional demi tercapainya
Indonesia Sehat 2025 serta menghasilkan lulusan perawat profesional
1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan sesuai dengan kompetensi yang dapat
dicapai dalam praktek belajar lapangan pada komunitas adalah:
1. Melakukan pengkajian keluarga di lingkungan masyarakat
2. Mengidentifikasi masalah yang ada dalam suatu lingkungan masyarakat
3. Melakukan kegiatan yang dapat membantu mengurangi masalah kesehatan yang
terdapat di masyarakat
4. Mengaplikasikan penerapan asuhan keperawatan komunitas
1.3. Manfaat
Diharapkan praktik program pendidikan profesi Ners Keperawatan
Komunitas ini akan memberikan manfaat kepada:
1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang didapat di tahap akademi ke dalam
situasi nyata di lapangan dengan menggunakan prinsip keperawatan komunitas
di lapangan.
2. Meningkatkan kepercayaan diri dalam melaksanakan asuhan keperawatan di
komunitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keperawatan Komunitas


2.1.1. Pengertian
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
risiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan (Stanhope, 2014).
Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui
proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas pada hakekatnya adalah proses
keperawatan yang diterapkan pada klien komunitas, yang langkah-langkahnya
meliputi pengkajian, analisa data komunitas, diagnosa keperawatan komunitas,
rencana asuhan keperawatan komunitas, implementasi asuhan keperawatan
komunitas dan evaluasi asuhan keperawatan komunitas, dimana proses ini
bervariasi dalam setiap situasi dan memiliki elemen-elemen penting yaitu
kesungguhan (deliberative), kesesuaian (adaptable), siklus (cyclic), berfokus pada
klien (client focused), interaktif (interactive) dan berorientasi pada kebutuhan
komunitas (need-oriented) (Harnilawati, 2013).
Praktik keperawatan komunitas didasarkan atas sintesa dari praktik
kesehatan komunitas dan praktik kesehatan komunitas, bertujuan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan pada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya-upaya pencegahan,
peningkatan dan mempertahankan kesehatan. Dalam konteks ini, keperawatan
komunitas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
dimana sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan menyeluruh, lebih banyak
tidak langsung dan diberikan secara terus menerus melalui kerja sama. Pendekatan
yang digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas adalah pendekatan
keluarga binaan dan kelompok kerja komunitas. Strategi yang digunakan untuk
pemecahan masalah adalah melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna
serta memanfaatkan kebijaksanaan pemerintah (Dermawan, 2012).

Asumsi dan kepercayaan terhadap keperawatan kesehatan komunitas


menurut ANA (American Nurses Association ).
a. Asumsi
1) Sistem pemeliharaan yang kompleks.
2) Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
3) Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar
praktek penelitian.
4) Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
5) Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.

b. Kepercayaan
1) Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
2) Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
3) Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan
kesehatan.
4) Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
5) Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
6) Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu
yang lama.
7) Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
8) Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara
mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.
(Mubarak, 2013).

2.1.3. Tujuan keperawatan kesehatan komunitas


1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan
sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat dalam hal:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/
keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/
keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
(self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
i. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi,
ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok-kelompok risiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan (Mubarak, 2013).

2.1.4. Sasaran
Sasaran keperawatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat
diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah
tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan
lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa
anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang
ada di sekitarnya.
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan.
Termasuk diantaranya adalah :
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan
dan pertumbuhannya, seperti;
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit
kelamin lainnya.
2) Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, diantaranya:
1) Wanita tuna susila
2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1) Panti wredha
2) Panti asuhan
3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
4) Penitipan balita
4. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup
lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri
mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan
dengan jelas.
Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling
tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi
sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik
permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan
khususnya (Harnilawati, 2013).
2.1.5. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya
kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.

2.1.6. Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat
mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan
kesehatan, wilayah kerja perawat tetapi secara umum kegiatan praktek
keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan:
a. Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang
program praktek.
b. Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah
dan kesehatan utama.
c. Penyusunan instrumen data.
d. Uji coba instrumen pengumpulan data.
e. Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan,
penjelasan program praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.
f. Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader
kesehatan setempat.
g. Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi,
epidemiologi dan statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.
h. Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan,
menyiapkan dan melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah
dan menyebarkan undangan.
i. Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:
a) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat
b) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah,
garis besar rencana kegiatan
c) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang
telah ditetapkan.
d) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas
kesehatan dari instansi terkait.
2. Tahap Pelaksanaan:
a. Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan
kelompok kerja kesehatan.
b. Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok
kerja kesehatan:
a) Pelatihan kader kesehatan
b) Penyuluhan kesehatan
c) Simulasi/demonstrasi
d) Pembuatan model/percontohan
e) Kunjungan rumah (home health care)
f) Kerja bakti, daan lain-lain.
c. Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan
kegiatan.
3. Tahap Evaluasi
Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal
kesesuaian, kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari
komunitas.
Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan,
keberhasilan pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam
pemecahan masalah (Dermawan, 2012).

2.1.7. Tahap Asuhan Keperawatan Komunitas


Tahap asuhan keperawatan komunitas menggunakan pendekatan proses
keperawatan, dengan langkah-langkah : (Dermawan, 2012).
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan
mengidentifikasi data yang penting mengenai klien. Yang perlu dikaji pada
kelompok atau komunitas adalah :
a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri:
umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan
serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
1) Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi
dan kepadatan.
2) Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan.
3) Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah
tidak menimbulkan stress.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah
cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah
terjadi.
6) System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan
terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi, radio, Koran atau
leaflet yang diberikan kepada komunitas.
7) Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah
UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis
makanan sesuai status ekonomi tersebut.
8) Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah
biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat
digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
c. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic,
antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan
imunisasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka
kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang
mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul pada
masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disusun diagnose
keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan, Karakteristik
populasi, karakteristik lingkungan.
3. Perencanaan
Tahap selanjutnya dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan
apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan
adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang
telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam menentukan
tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor
yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut
yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga
yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut :
a) Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan
cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama
dengan masyarakat.

b) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk
menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat.
Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang
dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri
mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan
kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat
berperanserta dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya.

c) Tahap pendidikan dan latihan


1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
4) Melatih kader
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat

d) Tahap formasi kepemimpinan


e) Tahap koordinasi intersektoral
f) Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi
serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja
kesehatan lebih lanjut. Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat
diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium
4) Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan
lingkungan atau komunitas bila stressor dari lingkungan
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4. Pelaksanaan
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya:
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan
kesehatan.
b. Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat


pencegahan, yaitu :
a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan
gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah
kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan
tindakan untuk menghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji
keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dan lain-lain. c.
Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan
keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan
risiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur
ke Posyandu.
5. Evaluasi.
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan
dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi
rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari
evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target
pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan,
peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya
serta keuntungan program.
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat
puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan
tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.
BAB III
TINJAUAN LAPANGAN

Aplikasi Asuhan Keperawatan Komunitas di Lingkungan III Wilayah


Kerja Puskesmas Tuntungan
Berdasarkan uraian konsep asuhan keperawatan komunitas, mahasiswa
Program Pendidikan Profesi Ners INKES Sumatera Utara, berusaha untuk
menerapkan asuhan keperawatan tersebut di Lingkungan III Wilayah Kerja
Puskesmas Tuntungan.
3.1.1 Tahap Persiapan
Pada persiapan, langkah awal yang dilakukan oleh mahasiswa yaitu
mengadakan pertemuan dengan kepala lurah, kepala lingkungan, tokoh
masyarakat, kader posyandu dan masyarakat di Lingkungan III. Pertemuan ini
awal dari membina hubungan saling percaya antar mahasiswa dengan masyarakat
Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan.

3.1.2 Tahap Pengkajian


Asuhan keperawatan memiliki lima tahapan proses, yang diawali dengan
pengkajian, perumusan masalah atau diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap pengkajian mahasiswa dapat menggali
masalah kesehatan yang ada di masyarakat- Pada tahap pengkajian ini mahasiswa
melakukan beberapa proses pengumpulan data yang terdiri dari :
Tahap I : Melakukan orientasi tempat dan masyarakat Lingkungan III
Kecamatan Medan Tuntungan.
Tahap II : Melakukan observasi langsung terhadap keadaan yang
ada di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan.
termasuk kegiatan kesehatan seperti Posyandu Batita dan lansia.
Tahap III : Wawancara dengan kepala lingkungan, tokoh masyarakat.
pimpinan dan staf Puskesmas Kader Posyandu dan masyarakat
di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan.
Tahap IV : Melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari asuhan
keperawatan komunitas penanganan masalah yang ada.
3.1.3 Dimensi Lokasi
1. Karakteristik batasan wilayah (Zona)
Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan. dibatasi oleh wilayah
merupakan area pemukiman penduduk dan sungai.
2. Lokasi Pelayanan Kesehatan
a. Tempat pelayanan kesehatan : Sarana pelayanan kesehatan yang sering
digunakan oleh masyarakat Lingkungan III Kecamatan Medan
Tuntungan. yaitu Puskesmas Tuntungan
b. Cara mencapai lokasi pelayanan : Untuk menuju ke lokasi pelayanan
kesehatan dapat dicapai dengan jalan kaki dan kendaraan, dimana
kondisijalan yang ada di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan.
dapat dikategorikan bagus karena jalan sudah beraspal.
2. Gambaran Geografis
Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan. mempunyai daerah
pemukiman penduduk dimana mayoritas masyarakatnya memiliki banyak
tanaman yang tumbuh subur di wilayah ini seperti tanaman hias, mangga,
singkong, pepaya, sayur-sayuran, ubi, dan Lain-lain.
3. Flora dan fauna
 Jenis tanaman di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan.
diantaranya : tanaman hias mangga, pepaya, sayur-sayuran, dan Iain-lain.
 Jenis hewan : hewan yang terdapat di Lingkungan III Tuntungan
diantaranya : ayam, kucing, anjing, burung Iain-Iain.
3.1.4 Dimensi Populasi
Dimensi populasi yang tercantum di bawah ini merupakan gambaran di
Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan.
1. Ukuran
a. Jumlah kepala keluarga
Jumlah kepala keluarga di Lingkungan III Tuntungan adalah 156 kepala
keluarga, namun yang dapat dilakukan pengkajian data dasar
penduduk oleh mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners INKES
Sumatera Utara hanya 15 kepala keluarga.
b. Lansia
Dari 15 KK yang dikaji terdapat lansia sebanyak 5 orang.
c. Pasangan Usia Subur (PUS)
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada 15 kepala keluarga terdapat
pasangan usia subur sebanyak 10 pasang.
2. Kepadatan
Jika dilihat dari luas Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan dapat
dikatakan kepadatan penduduknya yaitu padat dimana jarak antara rumah
saling berdekatan.
3. Komposisi Penduduk
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap masyarakat didapatkan data mengenai
distribusi penduduk sebagai berikut;
Diagram 3.1
Distribusi Penduduk Berdasarkan Tempat Pembuangan Limbah di
Lingkungan III Medan Tuntungan Tahun 2021

Masyarakat di Lingkungan III Pada 15 Keluarga yang dikaji membuang limbah

di resapan sebanyak sebesar 80%, di sungai/kebun sebesar 20%.


Diagram 3.2
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kualitas Air di Lingkungan III
Tuntungan Tahun 2021

Kualitas air di Lingkungan Desa III Pada Pengkajian 15 KK yang tidak


berasa dan tidak berwarna 75%, berwarna dan berbau sebesar 2%,
berwarna sebesar 10%, tidak berbau 11%, berwarna dan berasa sebesar
2%.
Diagram 3.3
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Jenis WC di
Lingkungan III Medan Tuntungan Tahun 2021

Jenis WC yang digunakan masyarakat di Lingkungan III yaitu


menggunakan WC jongkok sebesar 90%, WC duduk sebesar 10% .
Diagram 3.4
Distribusi Penduduk Berdasarkan Informasi Tentang Kesehatan di
Lingkungan III Medan Tuntungan Tahun 2021

Masyarakat mendapat informasi dari televise/Media Online sebesar 70%,


koran/majalah sebesar 20%, dan dari penyuluhan di Puskesmas/Posyandu
sebesar 10%.
Diagram 3.5
Distribusi Penduduk Berdasarkan Cara Mengisi Waktu Luang Baik
Remaja Maupun Lansia di Lingkungan III Tahun 2021

Cara mengisi waktu luang warga di Lingkungan III adalah dengan

menonton TV sebesar 35%, Main Gadget/hp sebesar 55% dan lain-lain

sebesar 10%.
Diagram 3.6
Distribusi Penduduk Berdasarkan Penyakit Paling Sering di Derita di
Lingkungan III Medan Tuntungan Tahun 2021

Penyakit yang paling sering di derita oleh warga di Lingkungan III


Tuntungan dari hasil pengkajian 15 KK adalah Arteritis Rheumatoid
sebesar 35%, Hipertensi 30%, ISPA 25%, DM 5% dan lain-lain 5%.
Diagram 3.7
Distribusi Penduduk Berdasarkan Berobat Bila Sakit di Lingkungan
III Tahun 2021

Apabila ada warga yang sakit, mayoritas penduduk di Lingkungan III


Tuntungan akan berobat ke Puskesmas, yaitu sebanyak 35%, ke Rumah
Sakit sebanyak 20%, Praktek Dokter sebanyak 10%, dan Bidan/Perawat
sebanyak 35%.
Diagram 3.8
Distribusi Penduduk Berdasarkan Pasangan Usia Subur di
Lingkungan III Medan Tuntungan Tahun 2021

Dari hasil pengkajian, terdapat sekitar 65% pasangan usia subur di


Lingkungan III Tuntungan dari jumlah keluarga yang dikaji sebanyak 15 KK.
Diagram 3.9
Distribusi Penduduk Berdasarkan Ibu Hamil di Lingkungan III Tahun
2021

Dari data yang didapat, terdapat 1% ibu hamil dil Lingkungan III
Tuntungan dari 15 keluarga yang dikaji.
Diagram 3.10
Distribusi Penduduk Berdasarkan Ibu Menyusui di Lingkungan III
Tuntungan Tahun 2021

Dari hasil pengkajian yang terdata di Lingkungan III Tuntungan


terdapat 15% Ibu yang memberikan ASI pada bayinya.
Diagram 3.11
Distribusi Penduduk Berdasarkan Lamanya Memberi ASI di
Lingkungan III Medan Tuntungan Tahun 2021

Dari data yang didapat selama pengkajian, ternyata ibu yang menyusui
rata-rata menyusui selama >12 bulan ada sebanyak 10%, dan < 1 bulan
sebanyak 2%.
Diagram 3.12
Distribusi Penduduk Berdasarkan Hasil Timbang KMS di
Lingkungan III Medan Tuntungan Tahun 2021

Kartu Menuju Sehat yang dimiliki balita hasil timbang KMS


menunjukkan didaerah garis hijau dengan persentase sebesar 25%.

Diagram 3.13
Distribusi Penduduk Berdasarkan Memiliki Anak dan Remaja di
Lingkungan III Medan Tuntungan Tahun 2021

Dari hasil pengkajian yang terdata di Lingkungan III Tuntungan terdapat


75% warga yang memiliki anak dan remaja.
Diagram 3.14
Distribusi Penduduk Berdasarkan Terdapatnya Lansia di
Lingkungan III Medan Tuntungan Tahun 2021

Jumlah lansia yang terdata di Lingkungan Desa III Tuntungan adalah


sebanyak 30%.
Diagram 3.15
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Penyakit Lansia di
Lingkungan III Medan Tuntungan Tahun 2021

Jenis penyakit yang paling sering dialami oleh lansia di Lingkungan III
Tuntungan adalah Hipertensi dengan persentase sebesar 28%, diikuti oleh
Rhematoid Artritis sebanyak 22%, dan Diabetes Mellitus sebanyak 20%.
A. Diagnosa Keperawatan
No Data Etiologi Masalah
Kesehatan

1  Subjektif : Kurangnya Resiko


pengetahuan peningkatan
Warga mengatakan banyak
masyarakat ISPA (Infeksi
anak yang mengalami batuk
tentang Saluran
pilek, serta sesak nafas
pemahaman Pernafasan Akut)
 Objektif : kesehatan Di Lingkungan

Hasil Observasi : khususnya III Tuntungan


tentang penyakit
- Hasil observasi didapati
ISPA
bahwa sebagian warga
khususnya anak-anak
mengalami batuk pilek serta
sesak nafas.

- Dari hasil pengkajian penyakit


paling sering diderita
masyarakat adalah ISPA
dengan persentase sebesar
40%.

2  Subjektif : Kurangnya Resiko


pengetahuan Peningkatan
Sebagian warga mengatakan
masyarakat Angka Kejadian
menderita penyakit hipertensi
tentang Hipertensi di
 Objektif : pemahaman III

- Hasil observasi didapati kesehatan Tuntungan

bahwa sebagian warga khususnya


mengalami hipertensi tentang penyakit
khususnya pada lansia. hipertensi Kecamatan
Meda
n
- Dari hasil pengkajian penyakit
Tuntungan
yang paling sering diderita
oleh masyarakat salah satunya
adalah Hipertensi dengan
persentase sebesar

14%.

3  Subjektif : Kurangnya Resiko terjadinya


pengetahuan perubahan status
- Sebagian warga mengatakan
masyarakat kesehatan pada
jarang mencuci tangan dengan
khususnya anak- masyarakat
sabun terutama anak-anak
anak tentang khususnya anak-
- Sebagian warga mengatakan pentingnya anak di III
tidak mengetahui cara perilaku hidup Tuntungan
mencuci tangan yang benar bersih dan sehat

- Sebagian anak-anak tidak (PHBS)


mengetahui jajanan yang sehat Kecamatan
Meda
n
 Objektif :
Tuntungan
- Kurangnya pengetahuan
mengenai cuci tangan
menggunakan sabun

- Kurangnya perhatian orang


tua terhadap kebersihan anak

4  Subjektif : Kurangnya Tingginya angka


pengetahuan kejadian perilaku
Sebagian masyarakat
mengatakan punya kebiasaan masyarakat merokok di III
merokok tentang bahaya Tuntungan
merokok
 Objektif :

Dari hasil observasi didapati Kecamatan


sebesar 38% warga merokok Medan
Tuntungan

a. Resiko peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Lingkungan


III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang pemahaman kesehatan khususnya tentang
penyakit ISPA.
b. Resiko Peningkatan Angka Kejadian Hipertensi di Lingkungan III
Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang penyakit Hipertensi.
c. Resiko terjadinya perubahan status kesehatan pada masyarakat khususnya
anak-anak di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya anak-anak tentang
pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
d. Tingginya angka kejadian perilaku merokok di Lingkungan III Kecamatan
Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang bahaya merokok.
B. Perencanaan
Diagnosa 1
Resiko peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Lingkungan
III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang pemahaman kesehatan khususnya tentang
penyakit ISPA.
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan komunitas selama 1 bulan
diharapkan masyarakat mampu mengenal/mengerti tentang masalah
kesehatan khususnya masalah penyakit ISPA.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masyarakat dapat mengerti
dan menjelaskan tentang ISPA yang meliputi:
a. Pengertian ISPA
b. Penyebab ISPA
c. Tanda dan gejala ISPA
d. Pencegahan ISPA

Diagnosa 2
Resiko Peningkatan Angka Kejadian Hipertensi di Lingkungan III
Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang penyakit Hipertensi.
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan komunitas selama 1 bulan
diharapkan masyarakat mampu mengenal/mengerti tentang masalah
kesehatan khususnya masalah penyakit Hipertensi.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masyarakat dapat mengerti
dan menjelaskan tentang penyakit Hipertensi yang meliputi:
a. Pengertian Hipertensi
b. Penyebab Hipertensi
c. Tanda dan gejala Hipertensi
d. Pencegahan Hipertensi

Diagnosa 3

Resiko terjadinya perubahan status kesehatan pada masyarakat khususnya


anak-anak di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya anak-anak tentang
pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Tujuan Umum

Masyarakat mampu memahami/mengerti tentang perilaku hidup bersih dan


sehat (PHBS) dalam rumah tangga.
Tujuan Khusus
a. Masyarakat mampu mengetahui/memahami tentang PHBS
b. Masyarakat mampu menyebutkan manfaat PHBS
c. Masyarakat mampu menyebutkan tahapan PHBS
d. Masyarakat mampu memahami dampak buruk tidak menerapkan PHBS
Diagnosa 4
Tingginya angka kejadian perilaku merokok di Lingkungan III Kecamatan
Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang bahaya merokok.
Tujuan Umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masyarakat
memahami/mengerti bahaya merokok
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masyarakat dapat mengerti
dan menjelaskan tentang bahaya merokok yang meliputi:
a. Pengertian rokok
b. Kandungan rokok
c. Bahaya rokok
d. Upaya pencegahan
Rencana Perawatan Komunitas
No Diagnosa TUM TUK Intervensi Rencana Evaluasi Sum Tempat PJ
Keperawatan Kegiatan ber
Kriteria Standar

Lingkunga
1 Resiko Setelah Setelah  Diskusikan Penyuluhan 1. 80% warga 1. Pengertian Maha- n III Warga :
peningkatan dilakukan dilakukan dengan kesehatan memahami penyakit siswa
Ibu Kepling
ISPA (Infeksi tindakan asuhan masyarakat tentang pengertian ISPA
Saluran keperawatan keperawatan tentang ISPA penyakit
2. Tips
Pernafasan komunitas diharapkan : rencana ISPA
menangani
di
Akut) Lingkun selama 1 tindakan
masyarakat 2. 80% warga penyakit Mahasiswa :
III bulan yang akan
dapat memahami ISPA
berhubungan diharapkan dilakukan Paska
mengerti dan gejala
dengan masyarakat
menjelaskan  Berikan penyakit
kurangnya mampu
tentang ISPA penyuluhan ISPA
pengetahuan mengenal/me
yang tentang
masyarakat ngerti 3. 80% warga
meliputi: pentingnya
tentang tentang memahami
pemahaman
pemahaman masalah b) Pengertian cara
masalah
kesehatan kesehatan menangani
khususnya khususnya c) Penyebab kesehatan penyakit
tentang masalah khususnya ISPA
d) Tanda dan
penyakit ISPA penyakit penyakit
gejala.
ISPA. ISPA
e) Nasehat
bagi ibu
bila anak
terkena

f) Cara
pembuatan
obat
tradisional
Rencana Perawatan Komunitas
No Diagnosa TUM TUK Intervensi Rencana Evaluasi Sum Tempat PJ
Keperawatan Kegiatan ber
Kriteria Standar

Lingkunga
2 Resiko Setelah Setelah  Diskusikan Penyuluhan 1. 80% warga 1. Pengertian Maha- n III Warga :
Peningkatan dilakukan dilakukan dengan kesehatan memahami penyakit siswa
Ibu Kepling
Angka tindakan asuhan masyarakat tentang pengertian Hipertensi
Kejadian keperawatan keperawatan tentang Hipertensi penyakit
2. Tips
Hipertensi di komunitas diharapkan rencana Hipertensi
menangani
Lingkungan selama 1 masyarakat tindakan
2. 80% warga penyakit Mahasiswa :
III bulan dapat yang akan
memahami Hipertensi
berhubungan diharapkan mengerti dan dilakukan Paska
gejala
dengan masyarakat menjelaskan
 Berikan penyakit
kurangnya mampu tentang
penyuluhan Hipertensi
pengetahuan mengenal/me penyakit
tentang
masyarakat ngerti tentang Hipertensi 3. 80% warga
pentingnya
tentang masalah yang memahami
pemahaman
penyakit kesehatan meliputi: cara
masalah
khususnya menangani
Hipertensi masalah a. Pengertian kesehatan penyakit
penyakit Hipertensi khususnya Hipertensi
Hipertensi penyakit
b. Penyebab
Hipertensi
Hipertensi

c. Tanda dan
gejala
Hipertensi

d. Pencegahan
Hipertensi
Rencana Perawatan Komunitas
No Diagnosa TUM TUK Intervensi Rencana Evaluasi Sum Tempat PJ
Keperawatan Kegiatan ber
Kriteria Standar

Lingkumg
3 Resiko Masyarakat a. Masyarak  Diskusikan  Beri 1. 80% warga Pengertian Maha an III Warga : Ibu
terjadinya mampu at mampu dengan penyuluhan memahami PHBS siswa Kepling
perubahan memahami/ mengetahui masyarakat tentang pengertian meliputi :
Mahasiswa :
status mengerti /memahami tentang perilaku PHBS
 Pengertian
kesehatan tentang tentang rencana hidup Paska
2. 80% warga perilaku
pada perilaku PHBS tindakan bersih dan
memahami hidup
masyarakat hidup bersih yang akan sehat di
b. Masyarak tahapan bersih dan
khususnya dan sehat dilakukan dalam
at mampu PHBS sehat
anak-anak di (PHBS) rumah
menyebutk  Berikan
Lingkungan dalam rumah tangga 3. 80% warga  Tahapan
an manfaat penyuluhan
III tangga memahami dalam
PHBS tentang
berhubungan manfaat perilaku
pengertian,
dengan c. Masyarak PHBS hidup
tahapan
kurangnya at mampu bersih dan
serta
pengetahuan menyebutk
masyarakat an tahapan manfaat sehat
khususnya PHBS tentang
 Manfaat
anak-anak Perilaku
d. Masyarak dalam
tentang Hidup
at mampu perilaku
pentingnya Bersih dan
memahami hidup
perilaku hidup Sehat
dampak bersih dan
bersih dan
buruk tidak sehat
sehat (PHBS).
menerapka
n PHBS
Rencana Perawatan Komunitas
No Diagnosa TUM TUK Intervensi Rencana Evaluasi Sum Tempat PJ
Keperawatan Kegiatan ber
Kriteria Standar

Lingkunga
4 Tingginya Setelah Setelah  Diskusikan Penyuluhan 1. 80% 1. Pengertian Maha n III Warga :
angka dilakukan dilakukan dengan kesehatan warga rokok siswa
Ibu Kepling
kejadian asuhan asuhan masyarakat tentang memahami
2. Tips
perilaku keperawatan keperawatan tentang bahaya pengertian
berhenti
merokok di diharapkan diharapkan rencana merokok rokok merokok Mahasiswa :
Lingkungan masyarakat masyarakat tindakan
2. 80% Paska
IIII memahami/ dapat yang akan
warga
berhubungan mengerti mengerti dan dilakukan
memahami
dengan bahaya menjelaskan
 Berikan kandungan
kurangnya merokok tentang
penyuluhan rokok
pengetahuan bahaya
tentang
masyarakat merokok 3. 80%

tentang yang a. Pengertian warga


bahaya meliputi: rokok memahami
bahaya
merokok. a. Pengertian b. Kandungan rokok
rokok rokok
4. 80%
b. Kandungan c. Bahaya warga
rokok rokok mengetahu
i cara
c. Bahaya d. Upaya
pencegaha
rokok pencegahan
n bahaya
d. Upaya rokok
pencegahan
Implementasi dan Evaluasi
No Masalah Kegiatan Evaluasi Analisa
Keperawatan
Strength Weakness Opportunity Threat

1 Tingginya - Mendiskusikan Struktur  Adanya  Masih banyak Dengan adanya Jika tidak diatasi
masalah dengan dukungan dari masyarakat yang penyuluhan dapat
 Mahasiswa siap melakukan
kesehatan masyarakat perangkat desa belum tentang penyakit menyebabkan
pendidikan kesehatan ISPA
terhadap tentang mengetahui ISPA, maka penyakit kronis
dan cara perawatannya  Adanya
penyakit tindakan yang tentang penyakit akan dapat
dukungan dari
khususnya akan dilakukan  Materi penyuluhan telah ISPA meningkatkan
para kader
penyakit ISPA siap sebelumnya pengetahuan
- Memberikan setempat  Masyarakat yang
pada warga di masyarakat
informasi  Tersedianya tempat, waktu, hadir hanya
Lingkungan  Adanya mengenai cara
tentang sarana dan prasarana untuk sedikit
III dukungan dari pencegahan dan
pentingnya kegiatan pendidikan
masyarakat pengobatannya
pemahaman kesehatan.
masalah  Kegiatan terlaksana dengan Motivasi  Masalah dapat
kesehatan baik walaupun tidak banyak masyarakat untuk teratasi sebagian
khususnya warga yang hadir mengikuti dengan
penyakit ISPA Proses penyuluhan penyuluhan dan
motivasi
 Warga menerima kehadiran
mahasiswa saat melakukan  Warga dapat
kegiatan penyuluhan melakukan
kesehatan. tindakan
pencegahan
 Penyuluhan berjalan lancar
95% sesuai rencana disertai
aktifnya masyarakat.

Hasil

Penyuluhan tentang
penyakit ISPA hanya
dihadiri oleh ibu-ibu yang
membawa anak balitanya
keposyandu.

No Masalah Kegiatan Evaluasi Analisa


Keperawatan
Strength Weakness Opportunity Threat
2 Resiko - Mendiskusikan Struktur  Adanya  Masih banyak Dengan adanya Jika tidak diatasi
Peningkatan dengan dukungan masyarakat yang penyuluhan dapat
 Mahasiswa siap melakukan
Angka masyarakat dari belum mengetahui tentang penyakit menyebabkan
pendidikan kesehatan
Kejadian tentang perangkat tentang penyakit Hipertensi, maka penyakit kronis
tentang penyakit hipertensi.
Hipertensi di tindakan yang desa Hipertensi akan dapat
Lingkungan akan dilakukan  Materi penyuluhan telah meningkatkan
 Adanya  Masyarakat yang
III siap sebelumnya. pengetahuan
- Memberikan dukungan hadir hanya sedikit
informasi  Tersedianya tempat, waktu, dari masyarakat
para
berhubungan mengenai cara
tentang saran dan prasarana untuk kader
dengan pencegahan dan
pentingnya kegiatan pendidikan setempat
kurangnya pengobatannya
pemahaman kesehatan.
pengetahuan  Adanya
masalah  Masalah dapat
masyarakat  Informasi tentang dukungan
kesehatan teratasi sebagian
tentang pendidikan kesehatan dari
khususnya dengan
penyakit tersebar pada peserta masyarakat
penyakit penyuluhan dan
Hipertensi penyuluhan yang hadir.
Hipertensi  Motivasi motivasi
Proses masyarakat
 Warga dapat
 Sebanyak 45 warga datang untuk
melakukan
untuk mengikuti kegiatan mengikuti tindakan
penyuluhan hipertensi. penyuluhan pencegahan

 Warga berpartisipasi aktif


dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.

Hasil

Hanya sedikit warga yang


mampu mengikuti kegiatan
pendidikan kesehatan
tentang penyakit hipertensi.
No Masalah Kegiatan Evaluasi Analisa
Keperawatan
Strength Weakness Opportunity Threat

3 Resiko - Mendiskusikan Struktur  Adanya  Masih banyak Dengan adanya Tingginya angka
terjadinya dengan dukungan dari masyarakat yang penyuluhan kejadian penyakit
 Pada saat lobbying, Kepala
perubahan masyarakat perangkat belum mengetahui tentang perilaku yang disebabkan
Lingkungan dan Kader
status tentang desa tentang perilaku hidup bersih dan oleh kurangnya
telah menerima dan
kesehatan tindakan yang hidup bersih dan sehat (PHBS), perilaku hidup
menyetujui rencana Adanya
pada akan dilakukan sehat (PHBS) maka akan dapat sehat di dalam
kegiatan yang akan dukungan dari
masyarakat meningkatkan rumah tangga.
- Memberikan dilaksanakan. para kader  Masyarakat yang
khususnya pengetahuan
informasi setempat hadir hanya sedikit
anak-anak di  Alat dan media telah masyarakat
tentang
lingkungan tersedia  Adanya tentang cara agar
pentingnya
III dukungan dari dapat berperilaku
pemahaman  Kontrak waktu dengan
masyarakat hidup bersih dan
perilaku hidup masyarakat Desa
berhubungan sehat di rumah
bersih dan Kutalimbaru  Motivasi
dengan tangga
sehat (PHBS) masyarakat
 Tempat pelaksanaan telah
kurangnya
pengetahuan - Memberikan disiapkan untuk  Masalah dapat
masyarakat informasi mengikuti teratasi sebagian
Proses
khususnya tentang penyuluhan dengan
anak-anak pentingnya  Waktu pelaksanaan penyuluhan dan
tentang pemahaman sesuai rencana motivasi
pentingnya cuci tangan  Peserta diskusi
perilaku hidup yang benar proaktif

bersih dan - Mempraktekka  Peserta memahami


sehat (PHBS).
n 6 langkah penjelasan yang diberikan
cuci tangan  Peserta
memanfaatkan waktu yang
disediakan untuk bertanya

Hasil

90% warga yang hadir


dipenyuluhan mengatakan
mengerti dan memahami
mengenai perilaku hidup
bersih dan sehat.

No Masalah Kegiatan Evaluasi Analisa


Keperawatan
Strength Weakness Opportunity Threat

4 Tingginya - Mendiskusikan Struktur  Adanya  Masih banyak Dengan adanya  Perilaku


angka kejadian dengan dukungan dari masyarakat yang penyuluhan, merokok di
 Pada saat lobbying, Kepala
perilaku masyarakat perangkat belum mengetahui maka akan dapat Desa
Lingkungan dan Kader
merokok di tentang desa tentang bahaya meningkatkan Kutalimbaru
telah menerima dan
lingkungan tindakan yang merokok pengetahuan yang sudah
menyetujui rencana  Adanya
III akan dilakukan masyarakat menjadi
kegiatan yang akan dukungan dari  Masyarakat yang
tentang bahaya kebiasaan
- Memberikan dilaksanakan. para kader hadir hanya sedikit
berhubungan merokok bukan hanya di
informasi setempat
dengan  Alat dan media telah rumah, namun
tentang  Masalah dapat
kurangnya tersedia  Adanya juga di tempat-
pentingnya teratasi sebagian
pengetahuan dukungan dari tempat umum
pemahaman  Kontrak waktu dengan
masyarakat bahaya masyarakat Desa masyarakat dengan lainnya
tentang bahaya merokok Kutalimbaru penyuluhan dan
 Motivasi
merokok. motivasi
 Tempat pelaksanaan telah masyarakat
disiapkan untuk  Warga dapat
mengikuti melakukan
Proses
penyuluhan tindakan
 Waktu pelaksanaan sesuai
pencegahan
rencana

 Peserta diskusi proaktif

 Peserta memahami
penjelasan yang diberikan

 Peserta memanfaatkan
waktu yang disediakan
untuk bertanya

Hasil

Seluruh warga yang hadir


mengatakan mengerti dan
memahami bahaya merokok
BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival individu dan


dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan.
Untuk sampai pada hal ini profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses
pemecahan masalah yang menggabungkan elemen yang diinginkan dari seni
keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori dengan
menggunakan metode ilmiah.
Sistem pelayanan asuhan keperawatan menggunakan langkah-langkah
pada proses keperawatan, mengumpulkan data, mengidentifikasi masalah atau
kebutuhan (diagnosa keperawatan), menetapkan tujuan-tujuan, mengidentifikasi
hasil dan memilih intervensi keperawatan untuk mencapai hasil serta tujuan.
Setelah intervensi dilakukan perawat mengevaluasi efektivitas rencana
keperawatan dalam mencapai hasil serta tujuan yang diharapkan dengan
menentukan apakah masalah-masalah telah diselesaikan atau belum. Bila masalah
yang telah teridentifikasi masih belum terselesaikan sampai waktu yang telah
ditetapkan, rencana harus dibuat untuk pengkajian lebih lanjut, identifikasi
masalah tambahan, perubahan hasil dan tujuan yang diharapkan dan atau
mengubah intervensi (Anderson & McFarlan, 2013).
Meskipun digunakan istilah pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan,
implementasi dan evaluasi secara terpisah, langkah-langkah progresif pada
kenyataannya semua elemen ini saling berhubungan kesemuanya membentuk
siklus yang kontinyu tentang pemikiran dan tindakan melalui kontrak dengan
individu dan masyarakat melalui asuhan keperawatan komunitas. Proses asuhan
keperawatan komunitas menggunakan pemikiran kritis, membuat metode
pemecahan masalah yang dinamis dan bersiklus. (Anderson & McFarlan, 2008).
Elemen penting yang memberikan asuhan keperawatan terencana yang
efektif adalah relevansinya sebagai pengidentifikasian dalam pengkajian individu,
yang membutuhkan area pengkajian fisik, psikologis, sosio kultural, spiritual,
kognitif, kemampuan fungsional, perkembangan, ekonomi dan gaya hidup.
Pengkajian ini digabungkan dengan hasil-hasil temuan medis serta pemeriksaan
diagnostik, dicatat dalam data dasar dan membentuk dasar yang kuat untuk
mengembangkan rencana asuhan keperawatan.
Kegiatan praktek keperawatan komunitas telah dilaksanakan oleh
mahasiswa program Profesi Ners INKES Sumatera Utara Medan. Dari hasil
kegiatan tersebut didapatkan beberapa masalah kesehatan yang dialami
masyarakat, yaitu meliputi :
1. Resiko peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Lingkungan
III Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang pemahaman kesehatan khususnya tentang penyakit ISPA.
2. Resiko Peningkatan Angka Kejadian Hipertensi di Lingkungan III Medan
Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
penyakit Hipertensi.
3. Resiko terjadinya perubahan status kesehatan pada masyarakat khususnya
anak-anak di Lingkungan III Medan Tuntungan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya anak-anak tentang pentingnya
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
4. Tingginya angka kejadian perilaku merokok di Lingkungan III Medan
Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
bahaya merokok.
Bila dikaitkan dengan konsep pelayanan utama akan didapatkan faktor-
faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman (Analisa SWOT) yang
berikut ini akan dibahas dalam tahapan asuhan keperawatan komunitas di
Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan.
1. Kekuatan (Strengh)
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas di wilayah Lingkungan III
Medan Tuntungan mendapatkan dukungan dari aparat wilayah setempat yang
sangat besar dalam mendukung kelancaran pelaksanaan pengkajian asuhan
keperawatan, selain itu peran serta aktif masyarakat dengan memberikan
dukungan sehingga memudahkan diadakan kegiatan-kegiatan untuk mengatasi
masalah kesehatan. Selain itu dengan adanya dukungan dari pihak kelurahan
dan institusi kesehatan masyarakat, dalam hal ini yaitu Puskesmas Tuntungan.
2. Kelemahan (Weakness)
Pada saat pengkajian data yang diperoleh dari Lingkungan III Medan
Tuntungan setempat masih kurang lengkap seperti peta lokasi dan jumlah
penduduk berdasarkan usia secara pasti. Dari pengumpulan data didapatkan
bahwa mayoritas dari warga bekerja pagi sampai sore hari dengan tingkat
pengetahuan tentang kesehatan masih rendah. Hal tersebut merupakan kendala
terutama untuk mengumpulkan warga saat dilakukan kegiatan, namun berkat
bantuan dari aparat lingkungan, dan model pendekatan secara persuasif dengan
mengikuti kebiasaan warga, maka permasalahan tersebut dapat diatasi. Faktor
kelemahan lainnya yang dirasakan saat pelaksanaan keperawatan komunitas
adalah alat pengumpul data yang digunakan kurang mewakili pengkajian untuk
mendapatkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat, karena rata-rata mata
pencaharian masyarakat III Medan Tuntungan adalah petani, dimana warga di
lingkungan tersebut tidak berada di rumah pada pagi hari dan siang hari,
sehingga mahasiswa merasa kesulitan dalam mengumpulkan data dikarenakan
keterbatasan waktu dalam melakukan pengkajian.

3. Kesempatan (Opportunity)
Kesempatan yang mendukung pada saat pengkajian berlangsung, yaitu adanya
izin dari Kepala Lingkungan III Medan Tuntungan bagi mahasiswa profesi
keperawatan INKES Sumatera Utara untuk melaksanakan praktek keperawatan
komunitas di wilayah Lingkungan III Medan Tuntungan serta dukungan dari
kader kesehatan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan kegiatan
pelayanan kesehatan di wilayah III Medan Tuntungan .
4. Ancaman (Threat)
Faktor ancaman yang dirasakan dalam pengkajian adalah masyarakat belum
mengenal/mengetahui keberadaan mahasiswa/i yang sedang praktek belajar
lapangan di lingkungannya sehingga menimbulkan kesalahpahaman dalam
tahap pengkajian.
Faktor ancaman lainnya yang dirasakan yaitu hanya sedikit warga yang hadir
pada saat penyuluhan dilakukan dikarenakan ada suatu urusan pribadi sehingga
dapat mempengaruhi keberhasilan dalam penyusunan rencana kegiatan.
5. Tindak Lanjut
Solusi yang bisa dilakukan dalam penyuluhan kesehatan mengenai penyakit
ISPA dan Hipertensi dimana tingginya prevelansi kejadian pada masyarakat
Lingkungan I berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pemahaman kesehatan khususnya tentang penyakit ISPA dan Hipertensi yaitu
agar lebih seringnya diadakan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit ISPA
dan Hipertensi di Lingkungan III Medan Tuntungan sehingga pengetahuan
masyarakat mengenai penyakit ini akan bertambah dan merata kesetiap warga.
Sedangkan solusi untuk penyuluhan kesehatan mengenau PHBS dan bahaya
merokok, yaitu dengan menghimbau masyarakat agar membudayakan perilaku
hidup bersih dan sehat terutama dalam rumah tangga. Namun karena kondisi
saat ini dan keterbatasan mahasiswa maka dari 15 keluarga yang dikaji,
mahasiswa akan mengangkat 1 masalah dalam 1 keluarga untuk diedukasi
lebih lanjut oleh mahasiswa, yaitu tentang asam urat yang terjadi pada Tn. TB.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Praktik keperawatan kesehatan komunitas yang dilaksanakan mahasiswa
Program Studi Profesi Ners INKES Sumatera Utara Medan, merupakan suatu
program profesi untuk mengaplikasikan konsep-konsep perawatan kesehatan
masyarakat dengan menggunakan proses keperawatan masyarakat sebagai suatu
pendekatan ilmiah.
Mahasiswa program Profesi Ners INKES Sumatera Utara Medan telah
melaksanakan praktik keperawatan komunitas di Lingkungan III Kecamatan
Medan Tuntungan. Setelah menyelesaikan praktek orientasi klinik keperawatan
komunitas ini, mahasiswa sudah melaksanakan asuhan keperawatan komunitas
melalui langkah-langkah proses perawatan, yaitu meliputi :
1. Setelah melakukan Wienshield Survey, mahasiswa melakukan pengkajian
yang meliputi : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, penentuan
masalah atau perumusan masalah kesehatan yang ada.
2. Diagnosa
a. Resiko peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di
Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemahaman kesehatan
khususnya tentang penyakit ISPA.
b. Resiko Peningkatan Angka Kejadian Hipertensi di Lingkungan III
Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang penyakit Hipertensi.
c. Resiko terjadinya perubahan status kesehatan pada masyarakat khususnya
anak-anak di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya anak-anak tentang
pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
d. Tingginya angka kejadian perilaku merokok di Lingkungan III Kecamatan
Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang bahaya merokok.
3. Perencanaan
Setelah dilakukan pengkajian, mahasiswa melakukan pengolahan data
dilanjutkan dengan analisa data. Berdasarkan hasil analisa didapatkan 4
(empat) masalah keperawatan yang kemudian didiskusikan bersama
perwakilan masyarakat, hasilnya mahasiswa merencanakan untuk melakukan
kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit ISPA, Hipertensi, PHBS, 6
(enam) langkah cuci tangan, bahaya merokok, jajanan sehat di sekolah.
4. Implementasi
Tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah dengan memberikan
penyuluhan penyakit ISPA, Hipertensi, penyuluhan PHBS dalam rumah
tangga, 6 (enam) langkah cuci tangan, bahaya merokok, dan jajanan sehat di
sekolah.
5. Evaluasi
Umumnya setiap kegiatan sudah berjalan dengan baik walaupun terdapat
kekurangan dan kendala saat dilakukan tindakan keperawatan di Lingkungan
III Kecamatan Medan Tuntungan, dan selanjutnya ditindaklanjutkan
sepenuhnya kepada Bapak Kepala Lingkungan dan masyarakat beserta kader
di III Medan Tuntungan .
5.2 Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka disarankan untuk :
1. Masyarakat Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan
a. Peran serta dari kader, masyarakat, tokoh masyarakat, dan pengurus
lingkungan perlu ditingkatkan terus dalam berbagai kegiatan di bidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan seoptimal
mungkin khususnya warga yang rentan terhadap penyakit ISPA dan
Hipertensi, serta memotivasi warga untuk aktif mengadakan kerja bakti
membersihkan lingkungan dan masyarakat aktif menjaga kebersihan dan
kesehatan rumah.
b. Pertemuan rutin kader kesehatan dilakukan dilakukan di Lingkungan III
Kecamatan Medan Tuntungan yaitu guna memantau kesehatan
masyarakat dengan cara melakukan penyuluhan kesehatan diperkumpulan
warga
2. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/i Program Studi Profesi Ners
INKES Sumatera Utara dan sebagai bahan ajar untuk staf pengajar
khususnya keperawatan komunitas.
3. Kelompok Praktik Sendiri
Sebagai bahan tambahan informasi dan pengalaman untuk menjalani profesi
keperawatan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Nasrul. 2013. Ilmu Keperawatan Komunitas, Jakarta: EGC.

Mubarak, Wahid Iqbal dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Komunitas II Teori


Aplikasi dan Praktik, Jakarta: CV Agung Seto.

Sumijatun, dkk. 2013. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC.

Sudiharto. 2014. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC.

Sanhope & Lancaster. 2014. Community & Public Health Nursing. St. Louis,
Mosby.

Wright & Leachey. 1994. Nursing and Familles : a Guide to Family Assessment
and Intervention. Phyladelphia. Davis Company.
Lampiran
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ASAM URAT
1. Topik : Asam urat
2. Sasaran:
a. Sasaran program : Lansia
b. Sasaran penyuluhan : Lansia
3. Tujuan :
a. Tujuan umum: setelah mendapat penyuluhan selama 1 hari Lansia
dapat merawat penderita asam urat dengan tepat
b. Tujuan khusus: setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 hari,
Lansiadapat:
 Menjelaskan pengertian asam urat
 Menjelaskan gejala asam urat
 Menjelaskan cara mengatasi asam urat
 Menyebutkan 7 prinsip diet penderita asam urat
 Memutuskan untuk taat menejemen asam urat (melakukan
pengobatan hingga kadar asam urat normal, control
makanan yang dikonsumsi dan menghindari makanan yang
menyebabkan asam urat)
 Memilih dan menentukan makanan yang boleh dikunsumsi,
boleh dikunsumsi sedikit dan makanan yang harus dihindari
4. Materi :
 Pengertian asam urat
 Gejala asam urat
 Pengelolaan asam urat (manajemen asam urat)
 7 prinsip diet penderita asam urat
5. Metode :
 Ceramah
 Diskusi
6. Media dan Alat :
- Leaflet meliputi pengertian, prinsip diet dan cara mengatasi asam
urat
- Alat tulis
7. Tempat : Lingkungan III Medan Tuntungan
8. Waktu : Rabu, 14 April 2021 Pukul 16.00-
17.00 Alokasi waktu

Kegiatan Waktu (menit)


No
1 Pembukaan dan perkenalan 2
Menyampaikan kontrak (tujuan,
2 2
materi waktu)
Menyampaikan materi
3 15
penyuluhan
Demonstrasi pemilihan makanan
4 10
asam urat yang tepat
5 Diskusi tanya jawab 15
6 Merangkum materi 5
Evaluasi aspek kognitif dan
7 5
afektif
8 Evaluasi aspek psikomotor 5
9 Penutup 1

9. Rencana evaluasi
Ranah Waktu Metode Instrumen Evaluator
Segera setelah Daftar
Kognitif Tanya jawab
penyuluhan Pertanyaan
Segera setelah Daftar
Afektif Wawancara
penyuluhan wawancara
Segera setelah Lembar
Psikomotor Observasi
penyuluhan observasi
Instrumen evaluasi
a. Daftar pertanyaan
 Apa pengertian asam urat?
 Apa saja gejala asam urat?
 Apa yang perlu diperhatikan untuk mengatasi asam urat Bapak A?
 Apa 7 prinsip diet asam urat?
b. Daftar wawancara
 Setelah mendapatkan informasi dari kami apa saja yang dapat
bapak lakukan untuk menjaga agar asam urat bapak tidak
memburuk?
 Setalah mendapat informasi dari kami apa saja yang akan
dilakukan ibu C untuk merawat bapak A?
c. Lembar observasi
NO KEGIATAN YA TIDAK
1 Pasien dapat memilih gambar makanan yang
boleh di makan dengan tepat
2 Pasien dapat memilih gambar makanan yang
boleh di makan dengan porsi sedikit dengan
tepat
3 Pasien dapat memilih gambar makanan yang
harus dihindari dengan tepat
MATERI

A. PENGERTIAN ASAM URAT


Asam urat adalah sisa metabolism zat purin yang berasal dari makanan
yang kita konsumsi. Ini juga merupakan hasil samping dari pemecahan sel
darah.
Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang
berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk
hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita makan makhluk hidup
tersebut , maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai
sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari
hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau penyakit
tertentu.
Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dalam tubuh melalui feses
(kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam
urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain
yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu banyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak purin. Asam urat yang
berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian sehingga
menyebabkan rasa nyeri atau bengkak

B. GEJALA ASAM URAT


1. Kesemutan dan linu
2. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
3. Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas,
dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi.

C. CARA MENGATASI ASAM URAT


1. Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali normal.
Kadar normalnya adalah 2,4 hingga 6 untuk wanita dan 3,0 hingga
7 untuk pria
2. Kontrol makanan yang dikonsumsi
3. Menghindari makanan-makanan yang dapat menyebabkan asam
urat
Jenis makanan yang sebaiknya dihinari oleh penderita asam urat antara
lain adalah:
1. Makanan laut seperti udang, kepiting, remis, tiram, cumi-cumi
2. Minuman yang mengandung alcohol seperti tape, bir, tuak pahit
3. Makanan kaleng seperti sarden, kornet sapiJeroan seperti usus,
hari, limpa, paru, otak, jantung, ginjal
4. Beberapa jenis buah-buahan seperti durian, alpokat, air kelapa
muda, emping melinjo
5. Kaldu daging
Jenis makanan yang boleh dikonsumsi dalam jumlah sedikit antara lain:
1. Tahu dan tempe
2. Ikan, daging kambing, daging ayam, daging sapi
3. Beberapa jenis sayuran tertentu seperti kangkung, bayam, brokoli,
tauge, daun pepaya, asparagus, kacang-kacangan, jamur
4. Makanan berlemak seperti santan, margarine, atau goreng-
gorengan. Lemak dapat menghambat pengeluaran asam urat lewat
urine.

1. Keju, susu, telur


2. Makanan sumber karbohidrat seperti beras, kentang, singkong,
terigu, tapioka, hunkwe, makaroni, mie, bihun, roti, dan biskuit.
Tetapi, karbohidrat sederhana golongan fruktosa seperti gula,
permen, arum manis, gulali, dan sirup sebaiknya dihindari karena
fruktosa meningkatkan kadar asam urat.
3. Buah-buahan seperti semangka, melon, nanas, belimbing manis,
dan jambu air. Buah-buahan lain juga boleh dimakan kecuali durian
dan alpokat.
Selain itu penderita asam urat dianjurkan untuk banyak minum, minimal 2
liter atau 10 gelas sehari, bertujuan membantu pengeluaran asam urat
lewat air seni dan mencegah penumpukan asam urat di ginjal atau kandung
kemih.Air minum ini bisa berupa air putih masak, teh, atau kopi.

Ada juga obat tradisional asam urat:


1. Sirsak, dimakan begitu saja atau dijus, dimakan/diminum setiap
hari
2. Daun salam 7 lembar direbus dengan dua gelas air, sampai tinggal
1 gelas, diminum pagi dan sore
3. Labu siam diparut kemudian disaring diambil airnya diminum tiap
hari
4. Cuka apel yang sudah jadi dan dicampur madu dengan ukuran satu
sendok madu ditambah 2 sendok makan cuka apel plus air hangat
dan diminum selama 1 minggu
5. Kentang mentah dan apel malang di jus
D. 7 PRINSIP DIET PENDERITA ASAM URAT
1. Membatasi asupan purin atau rendah purin
2. Asupan energi sesuai dengan kebutuhan
3. Mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat
4. Mengurangi konsumsi lemak
5. Mengkonsumsi banyak cairan
6. Tidak mengkonsumsi alkohol
7. Mengkonsumsi cukup vitamin dan mineral

DAFTAR PUSTAKA

Syafrudin, SKM., M.Kes. dkk. (2011). HIMPUNAN PENYULUHAN


KESEHATAN (Pada Remaja, Keluarga, Lansia, dan Masyarakat).
Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.

Ananggadipa, Muhammad. (2012). Lansia dengan Asam Urat (Artritis


Gout/ Pirai). http://muhammadanggadipa.wordpress.com .
Surabaya: Stikes Hang Tuah.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai