Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

PADA MASA PRA SEKOLAH

Disusun oleh :

Di susun oleh : kelompok 4

Nurhayati Br Tampubolon (1711025)


Ratna Dewi W. (1711026)
Rismawati (1711027)
Septa Rezita K. (1711028)
Siti Fatmawati (1711029)
Siti Hari (1711030)
Siti Winarni (1711031)
Suci Dewani A (1711032)

PROGRAM STUDI S1 NON REG KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya,serta doa restu dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya tugas penulisan makalah
ini dapat diselesaikan.

Penulisan ini disusun guna melengkapi tugas untuk mata kuliah Keperawatan Anak yang
berjudul “Pertumbuhan dan Perkembangan Anak pada Usia Pra Sekolah ” di Stikes Hang Tuah
Surabaya.

Penulis menyadari bahwa hasil makalah ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan ,
karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh kami . Oleh sebab itu kami
mengharap kritik dan saran yang positif demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Kami berharap semoga makalah ini berguna bagi perkembangan dunia pendidikan pada
umumnya dan kemajuan STIKES Hang Tuah Surabaya.

20 September 2017

                                                                                                             
                       Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Cover......................................................................................................................

Kata pengantar....................................................................................................................... i

Daftar isi.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................

1.1 Latar belakang.................................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah............................................................................................................2

1.3 Tujuan .............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................

2.1 .........................................................................................................................................

2.2 ..........................................................................................................................................

2.3...........................................................................................................................................

2.4...........................................................................................................................................

2.5...........................................................................................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................................

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................

3.2 Saran................................................................................................................................

Daftar pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anak Prasekolah adalah anak yang berusia antara usia 3-6 tahun, serta biasanya sudah mulai
mengikuti program presschool (Dewi,Oktiawati, Saputri, 2015). Pada masa ini anak sedang
menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga membutuhkan
stimulasi yang intensif dari orang di sekelilingnya agar mempunyai kepribadian yang berkualitas
dalam masa mendatang (Muscari, 2005).
Menurut data Kemenkes RI (2014) populasi anak usia 1-4 tahun di Indonesia mencapai
sekitar 19,3 juta. Jumlah tersebut meliputi anak usia balita 1-4 tahun yang Indonesia. Kedepan
anak merupakan calon generasi penerus bangsa, oleh sebab itu kualitas tumbuh kembang balita
di Indonesia perlu mendapat perhatian khusus, salah satunya dengan upaya pembinaan yang
tepat akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang berkualitas salah satunya
dengan memberikan stimulasi secara intensif, deteksi dan intervensi dini sangat tepat di lakukan
sedini mungkin untuk mengetahui penyimpangan pertumbuhan perkembangan balita. Anak
prasekolah memiliki masa keemasan (the golden age) dalam perkembanganya disertai dengan
terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon dari berbagai aktivitas
yang terjadi di lingkunganya. Pada masa ini merupakan waktu yang tepat untuk mengembangkan
berbagai pontensi dan kemampuan antara lain motorik halus dan kasar, sosial, emosi serta
kognitifnya (Mulyasa, 2012). Di samping itu menurut Gardner dalam buku Yus Anita (2012)
masa anak prasekolah masa dimana terjadinya peningkatan kecerdasan dari 50% menjadi 80%.
Peningkatan ini dapat tercapai secara maksimal bila lingkungan sekitar mampu memberikan
rangsangan dan stimulasi yang tepat kepada anak itu sendiri, tetapi apabila anak tidak mampu
memperoleh rangsangan dan stimulasi dengan tepat maka otak anak tidak akan mampu
berkembang dan berfungsi secara maksimal.

Untuk memilih metode pembelajaran yang sekiranya tepat untuk perkembangan motorik
halus anak usia dini, orang tua dan guru berperan sebagai pedoman serta pendidik harus benar-
benar mengerti dan menguasai metode yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran
sehingga aspek motorik halus dapat terbentuk secara optimal. Pada umumnya jika perkembangan
motorik halus mampu terlewati dengan baik, maka akan berdampak pada perkembangan kognitif
anak, misal anak bisa membaca dengan baik, menulis dengan baik, dan memiliki konsentrasi
yang baik.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari tumbuh kembang usia prasekolah?
2. Apakah ciri-ciri usia prasekolah?
3. Apakah faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan?
4. Bagaimana teori-teori perkembangan?
5. Bagaimana stimulasi pada anak usia 60-72 bulan?
6. Bagaimana bimbingan anak selama fase prasekolah?
7. Apakah masalah-masalah yang terjadi pada usia prasekolah?
8. Bagaimana perawatan untuk masalah kesehatan pada usia prasekolah?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari tumbuh kembang usia prasekolah?
2. Untuk mengetahui ciri-ciri usia prasekolah?
3. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan?
4. Untuk mengetahui teori-teori perkembangan?
5. Untuk mengetahui stimulasi pada anak usia 60-72 bulan?
6. Untuk mengetahui bimbingan anak selama fase prasekolah?
7. Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada usia prasekolah?
8. Untuk mengetahui perawatan untuk masalah kesehatan pada usia prasekolah?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Tumbuh Kembang Usia Pra Sekolah
2.1.1. Pengertian Anak Usia Prasekolah
Anak usia pra sekolah adalah masa keemasan (golden age) yang mempunyai arti
penting dan berharga karena masa ini merupakan pondasi bagi masa depan anak. Masa ini
anak memiliki kebebasan untuk berekspresi tanpa adanya suatu aturan yang menghalangi
dan membatasinya.
Anak usia prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi.
Potensi- potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang
secara optimal. Di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental,
dengan karakteristik sebagai berikut, berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris,
rasa ingin tahu, imajinasi, belajar menimbang rasa, munculnya kontrol internal (tubuh),
belajar dari lingkungannya, berkembangnya cara berfikir, berkembangnya kemampuan
berbahasa, dan munculnya perilaku (Wong, 2009).
2.1.2. Ciri-ciri usia prasekolah
Ciri-ciri anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya berada di Taman Kanak-Kanak.
Ciri-ciri yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.
1) Aspek fisik
Anak usia prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka memiliki penguasaan (kontrol)
terhadap tubuhnya dan sangat suka melakukan kegiatan yang dilakukan sendiri. Setelah
melakukan berbagai kegiatan, anak usia prasekolah membutuhkan istirahat yang cukup.
Otot-otot besar pada anak usia prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari
dan tangan. Oleh karena itu, mereka biasanya belum terampil dalam melakukan
kegiatan yang agak rumit seperti mengikat tali sepatu. Anak usia prasekolah juga sering
mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan perhatiannya pada objek-objek yang
kecil ukurannya. Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala mereka
masih lunak. Selain itu, walaupun anak laki-laki lebih besar, akan tetapi anak
perempuan lebih terampil dalam tugas yang praktis
2) Aspek sosial
Umumnya pada tahap ini mereka mempunyai satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini
cepat berganti. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisir
dengan baik. Anak yang lebih muda sering kali bermain bersebelahan dengan anak
yang lebih tua. Selain itu permainan mereka juga bervariasi sesuai dengan kelas sosial
dan gender. Sering terjadi perselisihan tetapi kemudian berbaikan kembali. Pada anak
usia prasekolah juga sudah menyadari peran jenis kelamin dan sextyping.
3) Aspek emosional
Anak usia prasekolah cenderung mengekspresikan perasaan secara bebas dan terbuka.
Iri hati juga sering terjadi diantara mereka dan anak usia prasekolah pada umumnya
sering kali merebut perhatian guru.
4) Aspek kognitif
Anak usia prasekolah umumnya sudah terampil dalam berbahasa. Kompetensi anak
juga perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, memahami dan kasih
sayang.
2.1.3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan yaitu: keturunan, nutrisi,
hubungan interpersonal, tingkat sosial ekonomi, penyakit, bahaya lingkungan, stres pada
masa kanak–kanak dan pengaruh media, pola asuh orang tua.
1. Keturunan
Dalam semua budaya, sikap dan harapan dalam semua jenis budaya berbeda sesuai
dengan jenis kelamin anak. Jenis kelamin dan determinan keturunan sangat kuat,
mempengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan untuk mendapatkan
hasil akhir tersebut. Pada deminsi kepribadian dapat kita lihat saat temperamen, tingkat
aktivitas, koresponsifan, dan kecendrungan ke arah rasa malu, diyakini dapat
diturunkan. Anak yang mengalami gangguan mental dan fisik yang diturunkan akan
mengubah atau menggangu pertumbuhan emosi, fisik dan interaksi anak dengan
lingkungan sekitar
2. Nutrisi
Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap perkembangan. Selama periode
pertumbuhan pranatal yang cepat, nutrisi buruk dapat mempengaruhi perkembangan
dari waktu invlantasi ovum sampai kelahiran. Selama bayi dan anak–anak, kebutuhan
kalori dan protein lebih tinggi dibandingkan pada saat periode perkembangan
pascanatal. Nafsu makan anak akan berfluktuasi sebgai respon terhadap keberagaman
samapai pertumbuhan turbulen dimasa remja
3. Hubungan interpersonal
Pada masa anak – anak, hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting
dalam perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual dan
keperibadian. Anak yang melakukan kontal dengan orang lain dapat memberikan
pengaruh pada anak yang sedang berkembang. Tetapi dengan luasnya rentang kontak
dapat menjadi pelajaran dalam perkembangan kepribadian sehat
4. Tingkat sosial ekonomi
Keluarga dengan tingkat perekonomian yang rendah mungkin akan kurang memiliki
pengatahuan atau sumber daya yang diperlukan untuk memberikan lingkungan yang
aman, menstimulasi dan kaya nutrisi untuk membantu perkembangan optimal anak.
Pada anak yang sosial ekonominya rendah tidak mampu memenuhi nutrisi yang
lengkap untuk anaknya sehingga dapat mempengaruhi proses perkembangan anak baik
perkembangan psikososial dan perkembangan kognitif anak karena gizi yang masuk
tidak memenuhi kebutuhan anak 
5. Penyakit
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu manifestasi klinis dan
sejumlah gangguan herediter, gangguan pertumbuhan pada anak – anak terlihat pada
gangguan skeletal, seperti berbagai bentuk dwarfisme dan sedikitnya satu anomaly
kromosom, gangguan pada pencernaan dan gangguan absropsi nutrisi tubuh pada anak
akan menyebabkan efek merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan anak 
6. Bahaya lingkungan
Agen berbahaya yang paling sering dikaitan dengan resiko kesehatan adalah bahan
kimia dan radiasi. Air dan udara serta makanan yang terkontaminasi dari berbagai
sumber telah didokumentasikan dengan baik. Inhabilasi asap rokok secara pasif oleh
ana sangat berbahaya pada proses perkembangan anak
7. Stres pada masa kanak kanak
Dari sudut pandang fsikologis dan emosi pada intinya stres adalah ketidakseimbangan
anatara tuntutan lingungan dan sumber koping individu yang mengandung ekulibrium
individu tersebut. Pada anak tampak lebih rentang mengalami stres bila dibandingkan
dengan yang lain. Respon terhadap stresor dapat berupa prilaku, psikologis, atau
fisiologis. Dengan adanya stres tersebut maka akan terbentuknya strategi koping yang
dapat melindungi dirinya menghadapi stress
8. Pengaruh media masa
Media dapat memperluas pengetahuan anak tentang dunia tempat mereka hidup
dan berkonstribusi untuk mempersempit perbedaan antar kelas. Namun media juga
besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak, karena anak masa kini terpikat seperti
pada beberapa dekade lalu. Anak–anak masa ini lebih cendrung memilih media dan
figur olah raga sebagai model peran ideal mereka, sedangkan di masa lalu anak lebih
suka meniru orang tua atau walinya
Menurut Chairinniza (2008), faktor penghambat penyelesaian tugas
perkembangan yaitu tingkat perkembangan anak yang mudur, tidak mendapatkan
kesempatan yang cukup, dan tidak mendapat bimbingan dan arahan yang tepat, tidak
ada motivasi, kesehatan buru, cacat tubuh, dan tingat kecerdasan yang rendah.
9. Pola asuh orang tua
Untuk membantu anak berhasil dalam kehidupanya kelak, orang tua perlu mencermati
hal-hal yang mendasar yang dibutuhkan anak sebagai pondasi keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan anak bukan hanya pondasi. Tetapi, hal yang mendasar
juga harus diperhatikan seperti konsep diri anak, sikap, rasa tanggung jawab, dan
motivasi dalam diri yang tinggi 

2.1.4. Teori-Teori Perkembangan


1. Teori Perkembangan kognitif (Jean Piaget)
Perkembangan kognitif menurut Piaget merupakan perubahan-perubahan yang
terkait usia yang terjadi dalam aktifitas mental. Ia juga menyebutkan bahwa kesuksesan
perkembangan kognitif mengikuti prosses yang urutannya melewati empat fase, yaitu
fase sensorimotorik (0-2 tahun), fase pra-operasional (2-7 tahun), fase operasional (7-11
tahun) dan fase operasional formal (>11 tahun) (Wong, 2009)
Dalam teori perkembangan ini anak prasekolah termasuk dalam fase
praoperasional, fase pra-operasional anak belum mampu mengoperasionalisasikan apa
yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak (Wong, 2009)
Pada tahap ini anak mengalami fase pra operasional, dari usia 2 sampai 7 tahun.
Anak membentuk konsep yang kurang lengkap dan logis dibandingkan dengan konsep
orang dewasa,anak menampilkan pemikiran egosentris, anak menjadi mampu membuat
klasifikasi,menjumlahkan dan menghubungkan obyek-obyek, anak mampu untuk melihat
sudut pandang orang lain,anak menggunakan banyak kata yang sesuai,tetapi kurang
memahami makna sebenarnya. Dalam segi bahasa rata-rata anak usia 3 tahun berbicara
kalimat dengan tiga atauempat kata, dan berbicara terusmenerus, rata-rata usia 4 tahun
mengatakan cerita yang dilebih-lebihkan dan bernyanyi lagu yang sederhana, rata-rata
usia 5 tahun mengetahui 4 warna atau lebih dan dapat menamakan hari-hari dalam satu
minggu dan bulan.
Pada anak usia 2 -3 tahun, anak berada diantara sensoris-motor dan pra
operasional, yaitu anak mulai mengembangkan sebab-akibat, trial and error dan
menginterpretasi benda atau kejadian.

2. Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)


Menurut Santrock (2011), Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson
yang mengemukakan bahwa perkembangan anak selalu dipengaruhi oleh motivasi sosial
dan mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk
mencapai kematangan kepribadian psikososial anak harus melewati beberapa tahap
yaitu : tahap percaya dan tidak percaya (1-3 tahun), tahap kemandirian versus malu-malu
(2-4 tahun), tahap inisiatif versus rasa bersalah (3-6 tahun), tahap terampil versus minder
(6-12 tahun), tahap identidas versus kebingungan peran (12-18 tahun)
Dalam teori perkembangan psikososial anak prasekolah termasuk dalam tahap
perkembangan inisiatif versus rasa bersalah. Pada tahap ini anak mulai mencari
pengalaman baru secara aktif. Apabila anak menapat dukungan dari orang tuanya untuk
mengekplorasikan keingintahuannya maka anak akan mengambil inisiatif untuk suatu
tindakan yang akan dilakukan, tetapi bila dilarang atau dicegah maka akan tumbuh
perasaan bersalah pada diri anak (Wong, 2009)
Anak mengalami fase Inisiatif versus rasa bersalah, perkembangan ini diperoleh
dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan Indranya. Orang terdekat anak
usia pra sekolah adalah keluarga. Anak, normal telah menguasai perasaan otonomi,
dengan clukungan orang tua dalam imajinasi dan aktifitas, anak berupaya menguasai
perasaan inisiatif. Kesadaran moral (suara dari dalam hati yang mengingatkan dan
mengancam) mulai berkembang.
Rasa takut yang umumnya terjadi antara lain : kegelapan, ditinggal sendiri
terutama pada saat menjelang tidur, takut dengan binatang terutama binatang yang besar,
hantu,nyeri dan obyek serta orang-orang yang berhubungan dengan pengalaman yang
menyakitkan.Perasaan takut pada anak mudahmuncul dan berasai dari tindakan dan
penilaian orang tua. Membiarkan anak tidur dengan lampu tetap menyala dan
menganjurkan bermain untuk menghalau rasa takut dengan boneka atau mainan lain yang
dapat membantu mengembangkan kendali terhadap rasa takut.
Hubungan anak dengan orang lain, selain orang tua meluas termasuk kakek
nenek, saudara kandung dan guru-guru disekolah. Anak memerlukan interaksi yang
teratur dengan teman sebaya untuk membantu mengembangkan ketrampilan sosial.

3. Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud)


Teori perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh Sigmun Freud,
ia menggunakan istilah psikoseksual untuk menjelaskan segala kesenangan seksual.
Selama masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh tertentu memiliki makna psikologik yang
menonjol sebagai sumber kesenangan baru dan konflik baru yang secara bertahap
bergeser dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain pada tahap-tahap perkembangan
tertentu. Dalam perkembangan psikoseksual anak dapat melalui tahapan yaitu: tahap oral
(0-1 tahun), tahap anal (1-3 tahun), tahap falik (3-6 tahun), tahap laten (6-12 tahun), dan
tahap genital (>12 tahun).
Dalam teori perkembangan psikoseksual anak prasekolah termasuk dalam tahap
phalilc, dalam tahap ini genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif anak mulai
mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut
(Wong, 2009).
Anak mengalami fase Falik, selama fase ini genetalia menjadi area yang menarik
dan area tubuh yang sensitif. Fase ini ditandai dengan kecemburuan dan persaingan
terhadap orang tua sejenis dan cinta terhadap orang tua lain jenis. Anak mulai
mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan
mengetahui adanya perbedaan alat kelamin.
Orang tua harus bijak dalam memberi penjelasan tentang hal ini sesuai
dengankemampuan perkembangan kognitifnya agar anak mendapat pemahaman yang
benar. Selain itu untuk memahami identitas gender, anak sering meniru ibu atau
bapaknya,misalnya dengan menggunakan pakaian ayah dan ibunya. Secara psikologis
pada fase ini mulai berkembang superego, yaitu anak mulai berkurang sifat ego
sentrisnya.

4. Teori Perkembangan Moral (Kohlberg)


Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Kohlberg dengan memandang
tumbuh kembang anak ditinjau dari segi moralitas anak dalam menghadapi kehidupan,
tahapan perkembangan moral yaitu: tahap prakonvensional (orientasi pada hukum dan
kepatuhan), tahap prakonvensional (orientasi instrumental bijak), tahap konvensional,
tahap pasca konvensional (orientasi kontak sosial).
Dalam teori perkembangan moral anak prasekolah termasuk dalam tahap
prakonvensional, dalam tahap perkembangan ini anak terorientasi secara budaya dengan
label baik atau buruk, anak-anak menetapkan baik atau buruknya suatu tindakan dari
konsekuensi tindakan tersebut. Dalam tahap ini anak tidak memiliki konsep tatanan
moral, mereka menentukan prilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang memuaskan
kebutuhan mereka sendiri meskipun terkadang kebutuhan orang lain. Hal tersebut
diinterprestasikan dengan cara yang sangat konkrit tanpa kesetiaan, rasa terimakasih atau
keadilan (Wong, 2009).
Anak usia pra sekolah berada dalam tahap Konvensional yang terjadi hingga usia
10 tahun. Pada saat ini perasaan bersalah muncul dan penekanannya adalah pada
pengendalian eksternal. Standar moral anak adalah apa yang ada pada orang lain dan
anak mengamati mereka untuk menghinclari hukuman atau mendapatkan penghargaan.
Anak belajar baik dan buruk, atau benar dan salah melalui budaya sebagai dasar
dalam peletakan nilai moral. Fase ini terdiri atas tiga tahapan yaitu,
a. Tahap1 : didasari oleh adanya rasa egosentris pada anak,
b. Tahap2 : orientasi hukuman dan ketaatan, baik dan buruk sebagai konsekuensi dari
tindakan. Oleh karena itu hati-hati apabila anak memukul temannya dan orang tua
tidak memberi sanksi, anak akan berpikir bahwa tindakannya bukan merupakan
sesuatu yang buruk.
c. Tahap selanjutnya yaitu anak berfokus pada motif yang menyenangkan sebagai suatu
kebaikan . Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang memuaskan mereka
sendiri.
2.1.5. Stimulasi pada Anak Usia 60- 72 Bulan
1. Kemampuan gerak kasar usia 60-72 bulan
a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan :
Dorong agar anak dan temannya main bola, permainan menjaga keseimbangan tubuh,
berlari, lompat dangan 1 kaki, lompat jauh dan sebagainya.
b. Naik sepeda, bermain sepatu roda
Ajari anak naik sepeda atau bermain sepatu roda. Beritahu anak hal- hal untuk
keamanannya. Bila anak sudah bias naik sepeda atau main sepatu rod ddan mengerti
serta mematuhi peraturan untuk keselamatan dan keamanan beri anak kesepatan
untuk bersepdea atau main sepatu roda agak jauh dari rumah.
2. Kemampuan gerak halus usia 60-72 bulan :
a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan :
- Bantu anak menulis namanya, kata- kata pendek serta angka-angka, ajak anak
bermain “ berhitung”
- Buat anak mau menggambar, berhitung, memilih, mengelompkkan,
menggunting , bermain puzzle dll
b. Mengerti urutan kegiatan
Bantu anak untuk mengerti urutan kegiatan dalam mengerjkan sesuatu. Misalnya
mencuci tangan, menyiapkan makanan, dengan beri tahu langkah-langkahnya secara
berurutan.
c. Berlatih mengingat- ingat
Bila anak sudah mengenal angka 1-6 tulis setiap angka tersebut pad apotongan kertas
kecil. Ajak anak melihat setiap tulisan angka tersebut, kemudian letakkan terbalik.
Minta anak menunjukkan kertas dan menunjuk kertas dan menyebut angka nya. Bila
anak sudah mengusai permainan ini , tambahkan jumlah potongan kertas bertuliskan
angka.
d. Membuat sesuatu dari tanah liat
Sediakna tanah liat atau malem, bantu anak untuk membuat binantang , gelas,
magkok dll. Bicarakan tentang apa yang dibuatnya dan beri pujian atas hasil karyanya
e. Mengenal waktu dan kalender
Buat jam dai kertas karton dengan 2 buah jarum jam letakkan jarum jam pada waktu
makan siang makan malam dan wktu yang lain yang berarti bagi anak. Ajarkan anak
dengan belajar mengenal waktu dengan mudah . belajar kalender dengan beri
kalender di kamar anak. Bantu anak menghitung jumlah hari , jumlah hari ( minggu/
bulan )
2.1.6. Penyakit dan Hospitalisasi pada Usia Preschool
1. Reaksi terhadap penyakit
b. Anak usia prasekolah merasa fenomena nyata yang tidak berhubungan sebagai
penyebab
c. Cara berpikir magis menyebabkan mereka memandang penyakit sebagai suatu
hukuman. Selain itu, anak usia prasekolah mengalami konflik psikoseksual dan takut
terhadap mutilasi, menyebab anak terutama takut terhadap pengukuran suhu rektal dan
katerisasi urine
1. Reaksi terhadap hospitalisasi
b. Mekanisme pertahanan adalah regresi. Mereka akan bereaksi terhadap perpisahan
dengan regresi dan menolak untuk bekerja sama.
c. Merasa kehilangan kendali karena mereka mengalami kehilngan kekuatan mereka
sendiri.
d. Takut terhadap cedera tubuh dan nyeri, mengarah kepada rasa takut terhadap
mutilasi dan prrosedur yang menyakitkan
e. Menginterpretasikan hospitalisasi sebagai hukuman dan perpisahan dengan orang tua
sebagai kehilangan kasih sayang.
2.1.7. Bermain dan Mainan Prasekolah
1. Permainan anak usia prasekolah biasanya bersifat asosiatif ( interaktifdan kooperatif )
2. Memerlukan hubungan dengan teman sebaya.
3. Permainan Anak Usia 3- 5
Tujuan Bermain :
1) Mengembangkan kemampuan berbahasa
2) Membedakan benda-benda dengan perabaan
3) Mengembangkan kepercayaan diri
4) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, dan Mengurangi
5) Memperkenalkan suasana kompetisi, gotong royong
6) Mengembangkan koordinasi motoric ( melompat, memanjat, lari dll)
4. Alat Permainan yang Dianjurkan
 Berbagai benda dari sekitar rumah, buku gambar, alat gambar dan alat tulis, dokter-
dokteran , masak – masakan , lempar bola ke keranjang dan main tebak- tebakan.
2.1.8. Bimbingan anak selama fase prasekolah
1. Usia 3 tahun
a) Persiapkan orang tua untuk peningkatan ketertarikan anak dalam hubungan yang
lebih luas.
b) Anjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke play group atau TK.
c) Tekankan tentang pentingnya pengaturan waktu.
d) Anjurkan orang tua untuk menawarkan pilihan-pilihan ketika anak sedang
ragu/bimbang.
e) Perubahan pada anak usia 3.5 tahun : anak akan menjadi kurang koordinasi, gelisah
dan menunjukkan perubahan tingkah laku, seperti bicara gagap.
f) Orang tua harus memberikan perhatian yang ekstra sebagai refleksi dari
kegelisahan emosi anak dan rasa takut anak kehilangan kasih sayang orang tua
g) Ingatkan orang tua tentang keseimbangan yang telah dicapai pada usia 3 tahun akan
berubah menjadi tingkah laku yang agresif pada usia 4 tahun.
h) antisipasi tentang adanya perubahan nafsu makan, seleksi makanan anak.
i) Tekankan tentang perlunya perlindungan dan pendidikan untuk mencegah cedera.
2. Usia 4 tahun
a) Persiapkan pada tingkah laku anak yang lebih agresif, termasuk aktifitas motorik
dan penggunaan bahasa-bahasa yang mengejutkan.
b) Eksplorasi perasaan orang tua berkenaan dengan tingkah laku anak.
c) Masukkan anak ke TK
d) Persiapkan untuk peningkatan keingintahuan anak tentang seks
e) Tekankan tentang pentingnya menanamkan disiplin pada anak
f) Anjurkan orang tua untuk melatih anak berenang jika belum dilakukan diusia
sebelumnya
3. Usia 5 tahun
a) Masa tenang pada anak
b) Siapkan anak untuk memasuki lingkungan sekolah
c) Pastikan kelengkapan imunisasi lingkungan sekolah
4. Usia 6 tahun
Pada usia ini anak sudah memasuki masa sekolah.
2.1.9. Masalah-masalah yang terjadi pada usia prasekolah
a) Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti; diare, cacar air,
difteri, dan campak.
b) Hubungan keluarga
Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan kehadiran anggota
keluarga baru (adik). Anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang tua sehingga anak
sering membuat olah untuk mendapatkan perhatian orang tua.
c) Bahaya fisik
1) Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan
ketrampilan tertentu.
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik namunkecelakaan dianggap sebagai
kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi psikologisnya
sehingga anak akan takut terhadap kegiatan fisik. Jika hal ini terjadi bisa
berkembang menjadi masa malu.
2) Keracunan
Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang dia lihat tanpa
mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak.
d) Bahaya Psikologis
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berprestasi. Rasa
bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih pemarah, mengalami
regresi, yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan
menghisap jempol.
e) Gangguan tidur
Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur REM (rapid eye
movement). Seorang anak yang mengalami mimpi buruk biasanya akan benar-benar
terbangun dan dapat mengingat kembalimimpinya secara terperinci.
Mimpi buruk yang terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan satu-satunya
tindakan yang perlu dilakukan orang tua adalah menenangkan anak. Tetapi mimpi
buruk yang sering terjadi adalah abnormal dan bisa menunjukkan masalah psikis.
Pengalamam yang menakutkan (termasuk cerita menakutkan atau film tentang
kekerasan di televisi) bisa menyebabkan terjadinya mimpi buruk. Hal ini terutama
sering ditemukan pada anak-anak yang berumur 3-4 tahun, karena mereka belum bisa
membedakan antara khayalan dan kenyataan.
Teror dimalam hari adalah suatu keadaan dimana sesaat setelah tertidur anak setengah
terbangun dengan kecemasan yang luar biasa. Anak tidak dapat mengingat kembali
apa yang telah dialaminya.
Tidur sambil berjalan adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan tertidur anak
bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan-jalan. Teror dimalam hari dan tidur sambil
berjalan biasanya berlangsung selama tidur dalam (Non REM) dan terjadi dalam 3
jam pertama setelah anak tertidur. Tiap episode berlangsung dari beberapa detik
sampai beberapa menit. Teror dimalam hari sifatnya dramatis karena anak menjerit-
jerit dan panik, keadaan ini paling sering ditemukan pada anak yang berumur 3-8
tahun.
Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
1) Ajak anak kembali ketempat tidurnya.
2) Berikan cerita yang pendek.
3) Tawari untuk ditemani oleh boneka atau selimut kesayangannya.
4) Gunakan lampu redup.
f) Masalah Pelatihan Buang Air (Toileting)
Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3
tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun. Pada
umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air sendiri; melepas
pakaian dalamnya sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun
anusnya sendiri serta kembali memakai pakaian dalamnya sendiri.
Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 tahun dan 10% anak berusia 6 tahun masih
mengompol pada malam hari.
Cara terbaik untuk menghindari masalah pelatihan buang air (toilet training) adalah
dengan mengenali kesiapan anak. Adapun tanda dari kesiapan anak adalah:
1) Selama beberapa jam pakaian dalamnya masih kering.
2) Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah.
3) Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk di atas Potty Chair (pispot
khusus untuk anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus).
4) Anak mampu mengikuti petunjuk atau aturan lesan yang sederhana.

2.1.10. Perawatan untuk masalah kesehatan pada usia prasekolah


BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

3.2. Saran
Daftar Pustaka

Wong DL. 2009. Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC

https://www.scribd.com/doc/100283808/Askep-Pada-Anak-Prasekolah. Diakses tanggal 27


September 2017
https://www.academia.edu/10187897/perkembangan_anak. Diakses tanggal 27 September 2017

Anda mungkin juga menyukai