Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN “MEWARNAI”PADA ANAK PRE SCHOOL


USIA 2-5 TAHUN DI ………….
SURABAYA

Oleh:

Kelompok 2E

1. Ni Made Wahyu (2030077)


2. Heny Nurjannah (2030045)
3. Meilasar Sukmayani (2030069)
4. Ifvadatu (2030048)
5. Diana Anggi (2030025))
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU HANG TUAH SURABAYA
2021

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL
TERAPI BERMAIN “MEWARNAI”PADA ANAK PRE SCHOOL
USIA 2-5 TAHUN DI.................
SURABAYA

Disusun oleh

1. Ni Made Wahyu (2030077)


2. Heny Nurjannah (2030045)
3. Meilasar Sukmayani (2030069)
4. Ifvadatul (2030048)
5. Diana Anggi (2030025))

Mengetahui,

Pembimbing Intitusi
Iis Fatimawati, S.Kep., Ns., M.Kes
NIP. 03045

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah
agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak usia
pre school (1-5 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia
pre school dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta senang bermain
dengan warna, oleh karena itu bermain dengan mewarnai gambar menjadi
alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat
kecemasan pada anak selama dirawat. Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu
media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil
warna akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga
merangsang motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan bermain
terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat
hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia pre school
dengan cara mewarnai gambar.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi bermain dapat meminimalkan dampak hospitalisasi
pada anak sehingga dapat mempercepat proses kesembuhan anak.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak
b. Meningkatkan perkembangan mental, imajinasi dan kreativitas anak
usia pre-school.
c. Melatih meningkatkan kognitif anak dalam hal pemilihan warna dalam
mewarnai gambar.
d. Dapat menerapkan waktu yang tepat untuk melakukan permainan sehingga
anak tidak kehilangan waktu bermain.

1.3 Manfaat
a. Bagi anak-anak
1. Memberikan kesempatan pada anak untuk berekspresi
2. Mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan keterampilan
motorik halus
3. Mengurangi kecemasan karena hospitalisasi
4. Meningkatkan ekspresi emosional
b. Bagi perawat
1. Mengatasi hospitalisasi pada anak
2. Meningkatkan komnikasi yang efektif
3. Meningkatkan efektifitas dan efisien kerja
4. Menjalin hubungan yang saling percaya

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bermain


Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua
yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak
menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena
beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan jiwa anak.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela
untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil
akhir (Suhendi, 2001). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat
melakukan atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap
pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku
dewasa (Aziz A, 2005). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk
memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran,
tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

2.2 Kategori Bermain


a. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak
sendiri. Contoh: bermain sepak bola.
b. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan
aktivitas (hanya melihat). Contoh: Memberikan support.

2.3 Ciri-Ciri Bermain


a. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
b. Selalu ada timbal balik interaksi
c. Selalu dinamis
d. Ada aturan tertentu
e. Menuntut ruangan tertentu

2.4 Klasifikasi Bermain Menurut Isi


a. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat
bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya,
dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air
atau pasir.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu
dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai
sepeda.
d. Dramatic play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

2.5 Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial


a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang
lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak pre school.
b. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak
ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre
school. Contoh : bermain balok
c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,
anak bermain sesukanya.

d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah Adolesen.
2.6 Berdasarkan Kelompok Usia Anak
a. Bayi usia 0-3 bulan. Seperti yang disinggung pada uraian sebelumnya
karakteristik khas permainan bagi usia bayi adalah adanya interaksi social
yang menyenangkan antara bayi dan orang tua dan atau orang dewasa
sekitarnya. Selain itu, perasaan senang juga menjadi cirri khas dan
permainan untuk bayi usia ini. Alat permainan yang biasa digunakan
misalnya mainan gantung yang berwarna terang dan bunyi music yang
menarik.
b. Bayi usia 4-6 bulan. Untuk menstimulasi penglihatan dapat dilakukan
permainan seperti mengajak bayi menonton TV, member mainan yang
mudah dipeganggnya dan berwarna terang, serrta dapat pula dengan cara
member cermin dan meletakkan bayi di depannya sehingga memungkinkan
bayi dapat melihat bayangan di cermin.stimulasi pendengaran dapat
dilakukan dengan cara selalu membiasakan memanggil namaya. Untuk
stimulasi taktil berikan mainan yang dapat digenggamnya lembut dan lentur,
atau pada saat memandikan biar bayi bermain air di dalam bak mandi. Bayi
usia 7-9 bulan. Untuk stimulasi penglihatan dapat dilakukan dengan
memberikan mainan yang berwarna terang atau berikan kepadanya kertas
dan alat tulis biarkan ia mencoret-coret sesuai keinginannya.
c. Anak usia pre school (2-5 tahun). Anak usia pre school kegiatan belajar
menunjukan karakteristik yang khas yaitu banyak bergerak, tidak bias diam,
dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk dapat
mandiri.jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia pre school
adalah solitary play dan parallel play. Sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangannya, anak usia prasekolah mempunyai kemampuan motorik
kasar dan halus yang lebih matang daripada anak usia pre school anak sudah
lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan
berhubungan social dengan temannya semakin meningkat. Oleh karena itu
jenis permainan yang sesuai adalah associative play, dramatic play, dan skill
play.
d. Anak usia sekolah (6-12 tahun). Karakteristik permainan untuk anak usia
sekolah dibedakan menurut jenis kelaminnya. Anak laki-laki tepat jika
diberikan mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi kemampuan
kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki misalnya mobil-
mobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan permainan yang dapt
menstimulasi untuk mengembangkan perasaan, pikiran, dan sikapnya dalam
menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk
memasak dan boneka.
e. Anak usia remaja (13-18 tahun). Melihat karakteristik ank remaja demikian,
mereka perlu mengisi kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan
melakukan permainan berbagai macam olahraga, mendengar, dan atau
bermain music serta melakukan kegiatan organisasi remaja yang positif
serta kelompok basket, sepak bola, karang taruna dan lain-lain.prinsipnya,
kegiatan bermain bagi anak remaja tidak hanya sekedar mencari kesenagan
dan meningkatkan perkembangan fisiemosional, tetapi juga lebih kearah
menyalurkan minat. Bakat, aspirasi, serta membantu remaja untuk
menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bias
berupa berbagai macam alat olahraga, alat musik, dan alat gambar atau
lukis.
2.7 Fungsi Bermain
Anak dapat melangsungkan perkembangannya:
a. Perkembangan Sensorik Motorik
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,
misalnya meraih pensil.
b. Perkembangan Kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
c. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menyusun balok.
d. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari
belajar dalam kelompok.
e. Kesadaran Diri (Self Awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku
terhadap orang lain.
f. Perkembangan Moral
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan
kejujuran
g. Terapi
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak
enak, misalnya: marah, takut, benci.
h. Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat
mengatakan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain peran.
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
b. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan à lokasi, negara, kultur
e. Alat permainan à senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi
2.9 Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
2.10 Bermain Di Rumah
a. Tujuan
1. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
2. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
3. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
4. Meningkatkan hubungan antara pasien (anak keluarga) dan perawat
karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai
kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan menyenangkan
dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan alat komunikasi
yang elektif antara perawat dan pasien.
5. Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan
mandiri pada anak.
6. Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri. Pada
beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran
secara verbal dan atau pada anak yang kurang dapat
mengekspresikannya, permainan menggambar, mewarnai, atau melukis
akan membantunya mengekspresikan perasaan tersebut.
7. Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak
untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
8. Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk
berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada
anak dan keluarganya.
b. Prinsip
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan yang
tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada pada
anak dan/atau yang tersedia diruangan. Kalaupun akan membuat suatu
alat permainan, pilih yang sederhana, supaya tidak melelahkan anak
(misalnya, menggambar/mewarnai, bermain boneka dan membaca buku
cerita
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. Kelompok umur sama. Apabila permainan dilakukan khusus di kamar
bermain secara berkelompok dirumah, permainan harus dilakukan pada
kelompok umur yang sama. Misalnya, permainan mewarnai pada
kelompok usia prasekolah.
4. Melibatkan keluarga/orangtua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk
tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak
walaupun sedang dirawat dirumah sakit termasuk dalam aktivitas
bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga
apabila permainan diinisiasi oleh perawat orang tua harus terlibat secara
aktif dan mendampingi anak dari awal permainan sampai mengevaluasi
permainan anak bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya.
c. Upaya Perawatan Dalam Pelaksanaan Bermain
1. Lakukan saat tindakan keperawatan
2. Sengaja mencari kesempatan khusus
d. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan
1. Alat bermain
2. Tempat bermain
e. Pelaksanaan Bermain Di Rumah Sakit
1. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat, kerjasama Tim dan keluarga
2. Faktor penghambat
Pada masa pandemi saat ini banyak tetangga yang menutup diri,
sehingga sasaran terapi bermain hanya kami lakukan pada keluarga
terdekat
2.11 Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangannya dan yang berguna untuk perkembangan aspek fisik, bahasa,
kognitif, dan social anak (soetjningsih, 1995). Agar orang tua dapat memberikan
alat permainan yang edukatif pada anaknya, syarat – syarat berikut ini yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Keamanan Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya
tidak terlalu kecil, cat tidak beracun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak
mudah pecah, karena pada usia ini anak kadang – kadang suka memasukkan
benda kedalam mulut.
b. Ukuran dan berat Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan
usia anak. Apabila mainan terlalu besar atau berat, anak akan sukar
menjangkau atau memindahkannya. Sebaliknya, bila terlalu kecil, mainan
akan mudah tertelan.
c. Desain APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal ukuran,
susunan, ukuran dan warna serta jelas maksud dan tujuannya. Selain itu, APE
hendaknya tidak terlalu rumit untuk menghindari kebingungan anak.
d. Fungsi yang jelas APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk
menstimuli perkembangan anak.
e. Variasi APE APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat
dibongkar pasang), namun tidak terlalu sulit agar anak tidak frustasi dan tidak
terlalu mudah, karena anak akan cepat bosan.
f. Universal APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya
dan bangsa. Jadi, dalam menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang bisa
dimengerti oleh semua orang.
g. Tidak mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh masyarakat luas
Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak, maka
setiap lapisan masyarakat, baik yang dengan tingkat social ekonomi tinggi
maupun rendah, hendaknya dapat menyediakannya. APE bias didesain sendiri
asal memenuhi persyaratan.
Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus.
Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong,
tali, dll. Motorik halus: gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat
yang benar.Contoh alat permainan: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio,
tape, TV, dll.
Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan: buku bergambar, buku cerita, puzzle,
boneka, pensil warna, radio, dll.
Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan: alat
permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll.
2.12 Bermain Mewarnai Gambar
a. Definisi
Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai
gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah
bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif
untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi
pada anak.
b. Manfaat
1. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat
terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”).
2. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan
motorik halus.
3. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia pre school, karena
menggunakan media kertas gambar dan crayon.
4. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak
suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
5. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena
proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya
tidak akurat dan negative.
6. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk
meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman
dari rasa marah dan benci.
7. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan
metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama
dirawat di rumah sakit.
8.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TERAPI BERMAIN “MEWARNAI GAMBAR”

Hari / Tanggal : Hari,…… Maret2021


Waktu : ...... WIB
Pokok Bahasan : Terapi Bermain “Mewarnai Gambar”
Sub Pokok Bahasan : Mewarnai Gambar
Sasaran : Anak Usia Pre School (2-5 tahun) di ruang.....
Tempat : Surabaya

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman
bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diajak bermain selama 15 menit, anak diharapkan:
a. Gerakan motorik halusnya lebih terarah
b. Berkembang kognitifnya
c. Dapat mewarnai gambar yang disukainya
d. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang
dirawat di ruang yang sama
e. Kejenuhan selama dirawat di rumah sakit berkurang
III. Sasaran
Keluarga pasien dan anak di..............
IV. Metode
a. Mewarnai gambar dengan crayon
V. Media dan Alat Peraga
a. Crayon
b. Kertas bergambar
c. Lembar penilaian
VI. Pengorganisasian
Pembawa Acara:
Pemandu terapi :
Fasilitator :
Dokumentasi :
VII. Strategi Pelaksanaan
No. Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi 3. Memperhatikan
bermain
4. Kontrak waktu anak dan orang tua 4. Memperhatikan
2. 20 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan 1. Memperhatikan
  terapi bermain mewarnai kepada
anak
2. Memberikan kesempatan kepada 2. Bertanya
anak untuk bertanya jika belum
jelas
3. Membagikan kertas bergambar dan 3. Antusias saat
crayon menerima peralatan
4. Fasilitator mendampingi anak dan 4. Memulai untuk
memberikan motivasi kepada anak mewarnai gambar
5. Menanyakan kepada anak apakah 5. Menjawab
telah selesai mewarnai gambar pertanyaan
6. Memberitahu anak bahwa waktu 6. Mendengarkan
yang diberikan telah selesai
7. Memberikan pujian terhadap anak 7. Memperhatikan
yang mampu mewarnai gambar
sampai selesai
3. 5 menit Terminasi:
1. Memberikan motivasi dan pujian 1. Memperhatikan
kepada seluruh anak yang telah
mengikuti program terapi bermain
2. Mengucapkan terima kasih kepada 2. Mendengarkan
anak dan orang tua
3. Mengucapkan salam penutup 3. Menjawab salam

VIII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Sarana disiapkan pagi hari sebelum acara dimulai
b. Media dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
c. Kontrak dengan keluarga pasien/anak yang akan diberi terapi bermain
dilakukan 1 hari sebelum dan pagi hari sebelum kegiatan dilaksanakan
2. Evaluasi Proses
a. Praktikkan memandu terapi bermain dari awal hingga akhir kegiatan
b. Respon anak baik selama proses bermain berlangsung
c. Anak tampak aktif selama proses bermain berlangsung
d. Anak mau dan dapat mewarnai gambar dengan baik didampingi oleh
praktikkan
e. Keluarga ikut membantu anak selama pelaksanaan proses bermain
f. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan
baik
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan bermain dimulai tepat pada waktu yang telah ditentukan
b. Anak dapat melakukan pemilihan warna sesuai dengan yang disukainya
c. Anak mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir
d. Pasien/anak ikut berpartisipasi aktif dalam terapi bermain dan dapat
menyelesaikan proses mewarnai hingga selesai.
LEMBAR ABSENSI TERAPI BERMAIN DI ………SURABAYA

Hari/Tgl :
Tempat:
Jam :

N NAMA TANDA TANGAN


O
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

LEMBAR ABSENSI PENYULUHAN DI ……………..SURABAYA

Hari/Tgl :
Tempat:
Jam :

N NAMA TANDA TANGAN


O
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Anda mungkin juga menyukai