Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL TERAPI BERMAIN “MENGGAMBAR”

DI RUANG MELATI 2 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun Oleh :

1. Retno Hastuti (J230181102)


2. Datik Wahyuningsih (J230181074)
3. Tulus Dwi H. (J230181107)
4. Santika Primaratri (J230181078)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XX


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
TERAPI BERMAIN

A. Judul
“Menggambar “.

B. Latar Belakang
Hospitalisasi adalah suatu proses yang terjadi karena alasan yang
direncanakan maupun darurat yang mengharuskan anak untuk dirawat di rumah
sakit untuk mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa
perubahan pada psikis anak (Oktiawati dkk, 2017). Hospitalisasi merupakan
salah satu keadaan krisis pada anak, saat sakit dan dirawat di rumah sakit. Hal
ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru
dan asing yaitu rumah sakit. Kondisi tersebut dapat menjadi salah satu faktor
stressor bagi anak. Stressor utama hospitalisasi antara lain adalah perpisahan
dengan keluarga, kehilangan kendali, nyeri dan rasa takut, dan cedera tubuh.
Perasaan yang sering muncul saat menjalani hospitalisasi antara lain cemas dan
takut. Bagi seorang anak hospitalisasi dapat menimbulkan pengalaman yang
menakutkan, mengancam, membuat kesepian, dan dapat membuat kebingungan.
Kecemasan yang timbul akibat perpisahan adalah stress terbesar yang
diakibatkan oleh proses perawatan (Wong, 2009). Pemberi pelayanan
kesehatan harus memberikan pelayanan yang komprehensif
dalam memenuhi kebutuhan untuk menunjang proses
penyembuhannya. Jadi diperlukan intervensi untuk mengatasi
dampak hospitalisasi. Salah satu intervensi yang bisa di lakukan
yaitu dengan terapi bermain.
Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain yang dijadikan sarana untuk
menstimulasi perkembangan anak, mendukung proses penyembuhan dan
membantu anak lebih kooperatif dalam program pengobatan serta perawatan.
Bermain dapat dilakukan oleh anak sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang
dalam keadaan sakit tetapi kebutuhan akan bermainnya tetap ada. Melalui
kegiatan bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai

2
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih,
dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami
anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.
Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan
stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada
prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan
secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih
efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain
tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Salah satu terapi bermain yang dapat digunakan adala menggambar.
Melalui menggambar dan mewarnai gambar, seorang dapat menuangkan
simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang dialaminya kedalam coretan dan
pemilihan warna. Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa individu
dapat menyalurkan perasaan-perasaan yang tersimpan dalam bawah sadarnya
dan tidak dapat dimunculkan kedalam realita melalui gambar. Melalui
menggambar dan mewarnai gambar, seseorang secara tidak sadar telah
mengeluarkan muatan amigdalanya, yaitu mengekspresikan rasa sedih, tertekan,
stres, menciptakan gambaran-gambaran yang membuat kita kembali merasa
bahagia, dan membangkitkan masa-masa indah yang pernah kita alami bersama
orang-orang yang kita cinta. Melalui aktifitas menggambar dan mewarnai
gambar, emosi dan perasaan yang ada didalam diri bisa dikeluarkan, sehingga
dapat menciptakan koping yang positif. Koping positif ini ditandai dengan
perilaku dan emosi yang positif. Keadaan tersebut akan membantu dalam
mengurangi stres yang dialami anak (Hidayah, 2011).

Ruang Melati 2 merupakan salah satu ruang perawatan anak yang ada di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Ruang Melati II memiliki 1 ruaangan khusus
untuk bermain anak yang di rawat di ruang Melati II. Sasaran terapi bermain ini
adalah anak-anak yang di rawat di bangsal tersebut yang berumur 4 tahun

3
sampai 6 tahun. Terdapat anak yang menderita penyakit anemia, leukimia,
thalasemia, dan lain-lain.
Melihat pentingnya bermain bagi seorang anak terutama anak yang
mengalami kecemasan, maka kelompok akan mengadakan terapi bermain
menggambar yang diperuntukkan untuk anak usia 4 tahun sampai usia 6 tahun
yang dirawat di ruang Melati 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Kelompok
berharap dengan diadakannya terapi bermain ini, dapat meminimalkan dakpak
dari hospitalisasi.

C. Karakteristik Peserta
1. Kriteria Inklusi
a. Anak usia pre schol (4-6 tahun)
b. Tidak mempunyai keterbatasan fisik seperti tangan anak terdapat luka
c. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
d. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar
e. Tidak terpasang alat-alat invasive seperti NGT, kateter, inhalasi, dan lain-
lain.
f. Tidak bedrest
g. Tidak sedang dalam program isolasi.
2. Kriteria Eksklusi
a. Anak dalam keadaan darurat
b. Anak yang mendapat tindakan tranfusi darah
c. Anak yang mendapat tindakan kemoterapi
d. Anak yang dipindahkan ke HCU

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meminimalkan dampak hospitalisasi
b. Untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak
2. Tujuan Khusus
a. Menyalurkan energi anak
b. Mengembangkan kreativitas anak
c. Meningkatkan motivasi anak
d. Meningkatkan kognitif anak
e. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan
dirawat
f. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak

3. Media
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam terapi bermain menggambar adalah :

4
1. Pensil warna
2. Kertas gambar

4. Metode Permainan
Metode terapi bermain menggambar adalah sebagai berikut :
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Re-demonstrasi

5. Setting Tempat
Keterangan :

: Leader
: Fasilitator

: Observer
: Populasi peserta

Tugas :
1. Leader : Tulus Dwi H.
Tugas :
a. Membuka acara
b. Menjelaskan peraturan bermain
c. Memimpin jalannya permainan

5
d. Memberi semangat kepada peserta
e. Menciptakan suasana menjadi meriah
f. Mengambil keputusan
2. Fasilitator + Observer : Santika, Datik, Retno
Tugas :
a. Memfasilitasi peserta selama
permainan berlangsung
b. Mendampingi anak selama
bermain
c. Memberikan semangat dan
motivasi

6. Rencana Kegiatan Terapi Bermain

6
No. Kegiatan Waktu Subyek Terapi
1. Pembuka : 5 menit Menjawab salam
a. Membuka proses terapi Memperkenalkan diri
bermain dengan mengucap salam,
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan kepada anak dan
keluarga tentang tujuan dan
manfaat bermain

2. Inti : 20 menit Mengajak anak bermain


a. Perawat mengatur posisi klien bersama dengan
b. Perawat membagikan buku gambar, antusias dan
Pensil / bolpoint, pensil warna mengungkapkan
kepada klien perasaannya
c. Perawat mengajak dan memotivasi
klien (anak) untuk mengungkapkan
gambar yang diinginkan pada buku
gambar
d. Memulai mewarnai gambar dengan
didampingi oleh perawat
e. Perawat memberi semangat pada
anak selama proses mewarnai
f. Perawat memotivasi anak untuk
dapat memilih warna yang
disukainya
g. Apabila anak tidak mau aktif,
melibatkan orang tua atau
pendamping anak untuk membantu
anak mewarnai gambar
3. Penutup 5 menit Memperhatikan dan
a. Menyimpulkan menjawab salam
b. Mengucapkan salam
7. Susunan Pelaksanaaan Terapi Bermain
Teknik operasional terapi bermain menggambbar
1. Lakukan kontrak dengan anak dan orang tua.
2. Siapkan alat yang diperlukan, pensil warna dan kertas gambar
3. Mengumpulkan anak pada ruangan terapi bermain.
4. Memberikan petunjuk pada anak tentang prosedur menggambar
5. Memotivasi keterlibatan anak dan orang tua
6. Mempersilahkan anak untuk memilih tempat duduk yang disenangi
7. Anak mulai menggambar didampingi oleh orang tua anak
8. Anak mulai mewarnai gambar yang sudah dibuat
9. Mengobserbvasi emosi dan hubungan interpersonal anak

7
10. Menanyakan perasaan anak apakah sudah merasa bosan
11. Memeberikan pujian ketika anak sudah menggambar dan mewarnai
12. Kegiatan dipimpin oleh leader, dibantu dengan fasilitator.
13. Mengobservasi kondisi pasien selama terapi bermain berlangsung

8. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan pelaksanaan terapi dilakukan 10 menit sebelum acara
b. Peserta hadir di ruangan terapi bermain 5 menit sebelum acara dimulai
c. Terapi bermain dilaksanakan di Ruang Terapi Bermain Ruang Melati II
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias dan berperan aktif saat mengikuti terapi bermain
b. Peseta mengikuti terapi bermain dari awal sampai dengan selesai
c. Peserta mengikuti terapi bermain dengan semangat
d. Kebutuhan bermain anak terpenuhi
e. Peserta dapat mengikuti semua arahan yang diberikan sampai selesai
f. Peserta merasa senang selama mengikuti terapi bermain
3. Evaluasi Hasil
a. Anak mampu bersosialisasi dengan teman seusianya dalam kelompok
kecil
b. Setidaknya 80% peserta mengikuti acara terapi bermain dari awal sampai
akhir

8
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah. (2011). Terapi Bermain Mewarnai Gambar. http//www.umul_hidayah.


Oktiawati, A., Khodijah, Ikawati S., Rizki C. D. (2017). Teori dan Konsep
Keperawatan Pediatrik. Jakarta: Trans Info Media.
Wong, D. L. (2009). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Jakarta : EGC

9
MATERI SATUAN ACARA BERMAIN

A. Pengertian Terapi Bermain


Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak, baik fisik, emosi
mental, intelektual, kreativitas maupun sosial (Soetjiningsih, 2014). Terapi
merupakan penerapan sistematis dari sekumpulan prinsip belajar terhadap suatu
kondisi atau tingkah laku yang dianggap menyimpang dengan tujuan melakukan
perubahan. Terapi bermain adalah usaha mengubah tingkah laku yang
bermasalah dengan menempatkan anak dalam situasi bermain (Adriana, 2011).

B. Fungsi Bermain
Fungsi bermain menurut Adriana (2011) berfungsi untuk merangsang
perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual, sosialisasi, kreativitas,
kesadaran diri, nilai moral dan manfaat terapeutik.
1. Perkembangan sensorimotor : aktivitas sensorimotor adalah komponen
utama bermain pada semua usia. Permainan aktif penting untuk
perkembangan otot dan bermanfaat untuk melepaskan kelebihan energi.
Melalui stimulasi taktil, auditorius, visual dan kinestetik, bayi memperoleh
kesan. Todler dan prasekolah sangat menyukai gerakan tubuh dan
mengeksplorasi segala sesuatu diruangan.
2. Perkembangan intelektual : melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak
belajar mengenal warna, bentuk, ukuran, tesktur dan fungsi objek-objek.
Ketersediaan materi permainan dan kualitas keterlibatan orang tua adalah
dua variabel terpenting yang terkait dengan perkembangan kognitif selama
masa bayi dan prasekolah. Sosialisasi: perkembangan sosial ditandai dengan
kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui bermain, anak
belajar membentuk hubungan sosial dan menyelesaikan masalah, belajar
pola perilaku dan sikap yang diterima masyarakat.
3. Kreativitas : anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam
bermain. Kreativitas terutama merupakan hasil aktivitas tunggal, meskipun
berpikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam kelompok. Anak merasa puas
ketika menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
4. Kesadaran diri : melalui bermain, anak akan mengembangkan
kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar

10
mengenal kemampuan diri dan membandingkannya dengan orang lain.
Kemudian menguji kemampuannya dengan mencoba berbagai peran serta
mempelajari dampak dari perilaku mereka terhadap orang lain.
5. Nilai moral : anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya
terutama dari lingkungan. Melalui aktivitas bermain anak memperoleh
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya. Anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar
membedakan sesuatu dan bertanggung jawab.
6. Manfaat terapeutik : bermain bersifat terapeutik pad aberbagai usia. Bermain
bersifat terapeutik pada berbagai usia. Bermain memberikan sarana untuk
melepaskan diri dari ketegangann dan stress yang dihadapi di lingkungan.
Dalam bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan melepaskan impuls
yang tidak dapat diterima dalam cara yang dapat diterima masyarakat.
Melalui bermain anak-anak mampu mengkomunikasikan kebutuhan, rasa
takut, kecemasan dan keinginan mereka kepada pengamat yang tidak dapat
mereka ekspresikan.

C. Tujuan Bermain
Supartini (2012) mengemukakan beberapa tujuan dari terapi bermain antara lain:
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat
sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangannya,
walaupun demikian selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap di lanjutkan untuk
menjaga kesinambungannya.
2. Mengespresikan perasaan, keinginan dan fantasi, serta ide-idenya pada saat
anak sakit dan dirawat di rumah sakit anak mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat
mengespresikannya secara verbal, permainan adalah media yang sangat
efektif untuk mengeskpresikannya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah,
permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap sters karena sakit dan dirawat di
rumah sakit.

11
D. Jenis-jenis Permainan
Ada 2 jenis permainan yaitu permainan aktif dan permainan pasif. Kedua jenis
permainan tersebut harus diketahui orang tua atau siapapun yang berkaitan
dengan pendidikan dan perkembangan anak supaya dapat menyeimbangkan
antara keduanya.
1. Kategori permainan aktif adalah sebagai berikut
a. Permainan olahraga. Bagi anak olah raga bisa menjadi satu permainan
yang menyenangkan yang mengandung kesenangan, hiburan dalam
bermain tapi tidak juga terlepas dari unsure partisipasi dan keinginan
untuk unggul. Permainan Perkelahian (body Contact). Permainan yang
menuntut keseriusan anak untuk memenuhi kebutuhan kekuasaan. Hal
ini sehat dan positif bagi anak, berguna untuk menguji keunggulan dan
kekuatan dilingkungan sekitar bermain bebas dan spontan atau
eksplorasi. Anak dapat melakukan hal yang diinginkan. Anak akan terus
bermain dengan permaianan selama itu menimbulkan kesenangan.
b. Bermain drama atau peran. Menirukan karakter yang dikagumi dalam
kehidupan nyata maupun terdapat dalam media massa atau televisi.
Anak akan berfantasi dan meniru peran-peran. Perbendaharaan
bertambah dan kemampuan berkomunikasi semaakin baik. Mengajarkan
berbagai keterampilan sosial dan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak.
c. Bermain air atau pasir. Mengembangkan perasaan dan kebebasan serta
kepuasan. Belajar membentuk sesuatu yang baru sebagai modal awal
kreatifitas.
d. Bermain musik dan menari. Mengembangkan kepekaan, membebaskan
ekspresi dan mendorong anak untuk mengembangkan kepekaan,
membebaskan ekspresi dan mendorong anak untuk mengembangkan
tingkah laku sosialnya.
e. Permainan bongkar pasang (puzzle) dan menyusun balok. Melatih
kemampuan motorik halus, konsentrasi, dan melatih koordinasi mata
dan tangan. Anak belajar konsentrasi dan kreatifitas anak menjadi
terasah (Devianti, 2013).
2. Kategori permainan pasif adalah sebagai berikut:
a. Permainan mekanis. Alat tehnologi canggih seperti komputer bukan lagi
milik orang dewasa, tapi telah menjadi barang biasa untuk anak-anak.
Berbagai games atau permainan virtual telah tersedia didalam komputer.

12
Bermain komputer tidak sama bermain bersama teman. Anak bermain
sendiri dengan kesenangannya. Sisi negatif permainan mekanis ini
adalah kurangnya pembentukan sikap anak untuk menerima dan
memberi (take and give). Anak memegang sikap kendali penuh atas
“teman mainnya” dan Si teman mainnya” akan melakukan apapun yang
diinginkan anak. Kendali penuh ini akan menimbulkan reaksi serius bila
anak menyalurkannya dalam pertemanan dilingkungan sosialnya. Hal
positif, anak memiliki keterampilam computer yang akan diperlukan
anak sebagai sarana hidupnya.
b. Permainan elektronik seperti komputer dan playstation meningkatkan
refleks (rangsangan), perkembangan motorik halus anak dan
memberikan konstribusi pada perbendaharaan kata terutama bahasa
asing. Namun, stimulus (rangsangan) fisik dan interaksi sosial
ditawarkan dalam permainan tersebut bersifat artifisial (buatan), bahkan
sangat kurang. Permainan interaktif atau software bersifat edukatif yang
sering ada dalam computer dapat menjadi suatu alternatif permainan
(Yuriastien, 2009).
c. Permainan Fantasi. Anak dapat membentuk dunia sesuai dengan
keinginannya (imajinasi). Permainan fantasi selain proses kreatif
pengembangan kemampuan sisi otak kanan, juga untuk pembentukan
kecerdasan interpersonal.
d. Mendengarkan cerita. Dapat menumbuhkan dan mengembangkan
imajinasi anak. Anak akan belajar empati dari apa yang dialami tokoh
dan berimajinasi menjadi si tokoh dalam cerita tersebut. Hubungan anak
dengan orang tua akan menjadi lebih erat karena saling berinteraksi dan
akan menjadi sarana komunikasi yang baik antara keduanya.
e. Membaca. Menambah perbendaharaan kata, imajinasi, memperluas
wawasan serta pengetahuan anak.
f. Menonton televisi. Dengan menonton tv anak akan mendapatkan
tambahan pengetahuan serta ide-ide tentang hal-hal yang dapat
dimainkan. Televisi dapat membangun kemampuan anak untuk
menirukan atau mengembangkan kekuatan intuisi dan imajinasi anak
dalam memperkaya pengalaman. Tetapi televise dapat berpengaruh

13
negatif terhadap anak misalkan menirukan adegan-adegan kekerasan,
kriminalitas. (Yuriastien, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, jenis-jenis permainan yang dilakukan pada saat
anak bermain ada 2 macam yaitu permainan aktif dan permainan pasif.
Permainan aktif ketika anak banyak menggunakan aktifitas fisik saat
bermain sehingga anak banyak melakukan gerakan-gerakan dengan
menggunakan tubuhnya. Permainan pasif ketika anak hanya berdiam diri
tanpa mempergunakan aktifitas tubuh yang berlebihan dan menggunakan
alat-alat yang cenderung dapat dilakukan dengan hanya diam dan duduk
saja.

E. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Terapi Bermain


Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Soetjianingsih (2014) saat anak dalam
aktivitas bermain yaitu:
1. Energi ekstra/tambahan: bermain memerlukan energi tambahan, dimana anak
yang sakit, tidak memiliki energi yang banyak untuk bermain, sehingga
permainan yang di anjurkan yaitu permainan yang tidak memerlukan banyak
energi.
2. Waktu: anak yang hospitalisasi harus mempunyai cukup waktu untuk
bermain
3. Alat permainan: untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai
dengan umur dan taraf perkembangan anak.
4. Ruangan untuk bermain: ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa
bermain di halaman atau di tempat tidur disesuaikan dengan keadaan anak.
5. Pengetahuan cara bermain: anak belajar bermain melalui mencoba-coba
sendiri, meniru teman-temannya, atau dibimbing oleh orangtua atau
pengasuh
6. Teman bermain: anak harus yakin bahwa ia mempunyai teman bermain.
Anak dapat bermain dengan orang tua, teman sebaya atau saudara sehingga
anak tidak kehilangan kesempatan dalam bersosialisasi
7. Reward: pemberian reward akan membuat anak termotivasi, reward dapat
diberikan berupa semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil
melakukan sebuah permainan.

F. Jenis permainan pada anak Usia Prasekolah

14
Permainan anak usia prasekolah menurut Adriana (2011) biasanya bersifat
asosiatif (interaktif dan kooperatif) serta memerlukan hubungan dengan teman
sebaya. Alat permainan yang dianjurkan untuk anak usia prasekolah yaitu
berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat
gambar dan tulis, dokterdokteran atau masak-masakan (Soetjianingsih, 2014).

G. Terapi bermain di Rumah Sakit


Terapi bermain menurut Adriana (2011) membantu anak dalam beradaptasi
dengan lingkungan baru di rumah sakit, membantu mengurangi stress terhadap
perpisahan, dapat sebagai distraksi (pengalihan perhatian) dan relaksasi dan
mencapai tujuan terapeutik. Prinsip bermain di rumah sakit yaitu:
1. Permainan tidak bertentangan dengan terapi dan perawatan yang dijalani
2. Tidak membutuhkan energi yang banyak
3. Harus mempertimbangkan keamanan bagi anak
4. Dilakukan pada kelompok umur yang sama
5. Melibatkan orang tua atau keluarga

H. Pengertian Menggambar dan Mewarnai


Menggambar adalah membuat gambar dengan cara menggoreskan benda-benda
tajam (seperti pensil atau pena) pada bidang datar (misalnya permukaan papan
tulis, kertas, atau dinding) yang merupakan perwujudan bayangan angan-angan
ataupun suatu pernyataan perasaan/ekspresi dan pikiran yang diinginkan.
Perwujudan tersebut dapat berupa tiruan objek ataupun fantasi yang lengkap
dengan garis, bidang, warna, dan tekstur dengan sederhana.

I. Tujuan dan Manfaat Menggambar bagi anak


Menggambar memiliki tujuan yang antara lain :
1. Alat untuk mengutarakan/ekspresi isi hati, pendapat maupun gagasan
2. Media fantasi, imajinasi, dan sekaligus sublimasi
3. Stimulasi bentuk ketika lupa atau untuk menumbuhkan gagasan baru
4. Alat untuk menjelaskan bentuk serta situasi
Menurut Hajar Pamadhi, Evan Sukardi S, dan Azizah Muis (2010) menjelaskan
tentang fungsi menggambar bagi anak. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Menggambar sebagai alat bercerita (bahasa visual/bentuk)
2. Menggambar sebagai media mencurahkan perasaan
3. Menggambar sebagai alat bermain
4. Menggambar melatih ingatan
5. Menggambar melatih berfikir komprehensif (menyeluruh)
6. Menggambar sebagai media sublimasi perasaan
7. Menggambar melatih keseimbangan
8. Menggambar mengembangkan kecakapan emosional

15
9. Menggambar melatih kreativitas anak
10. Menggambar melatih ketelitian melalui pengamatan langsung
Anak-anak sangat suka memberi warna melalui berbagai media baik saat
menggambar atau meletakkan warna saat mengisi bidang bidang gambar yang
harus diberi pewarna (Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi S, 2011). Berdasarkan
pernyataan tersebut maka kegiatan mewarnai merupakan kegiatan yang
menyenangkan untuk anak. Menyenangkan yang dimaksud di sini terletak pada
proses memilih warna yang digunakan untuk mewarnai sebuah bidang gambar
kosong. Mewarnai pada anak usia dini bertujuan untuk melatih keterampilan,
kerapian serta kesabaran (Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi, 2011: 728).
Keterampilan diperoleh dari kemampuan anak untuk mengolah tangan yang
dilakukan secara berulang-ulang sehingga semakin lama anak bisa
mengendalikan serta mengarahkan sesuai yang dikehendaki. Kerapian dilihat
dari bagaimana anak memberi warna pada tempat-tempat yang telah ditentukan
semakin lama anak akan semakin terampil untuk menggoreskan media
pewarnanya karena sudah terbiasa. Kesabaran diperoleh melalui kegiatan
memilih dan menentukan komposisi yang tepat sesuai pendapatnya, seberapa
banyak warna yang digunakan untuk menentukan komposisi warnanya. Usaha
yang dilakukan secara terus-menerus akan melatih kesabaran anak. Berdasarkan
beberapa pendapat yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa
mewarnai merupakan kegiatan yang sangat cocok diterapkan untuk anak usia
taman kanak-kanak, karena mewarnai merupakan kegiatan yang menyenangkan.
Selain itu, melalui kegiatan mewarnai dapat melatih keterampilan, kerapian dan
kesabaran serta mengekspresikan keinginannya untuk memberi atau membuat
warna pada obyek gambar menggunakan pewarna dan alat yang digunakan
untuk mewarnai.

J. Manfaat Menggambar dan Mewarnai


As’adi Muhammad (2009: 15-27) mendeskripsikan bahwa kegiatan
menggambar dan mewarnai memberikan manfaat bagi anak, yakni :
1. Merangsang dan Membangkitkan otak kanan dengan memberikan pelajaran
atau pelatihan mengenai menggambar dan mewarnai, otak kanan akan
terasah yang akhirya akan membuatnya mempunyai kreativitas yang tinggi.

16
2. Menumbuhkan kreativitas. Lewat menggambar, anak bisa menuangkan
beragam imajinasi yang ada di kepala mereka. Lewat gambar yang
dibuatnya, anak bisa menuangkan segala gagasan dan pendapat-pendapat
yang terpendam. Dengan demikian, tidaklah keliru jika dikatakan bahwa
gambar dapat meningkatkan kreativitas anak.
3. Membuka wawasan. Sebagai contoh anak sedang belajar menggambar
seekor kuda yang tengah merumput di kehijauan padang lapang. Dalam
menggambar kuda tersebut, anak pasti akan banyak berusaha mengetahui
apa saja yang ada disekitar hewan tersebut.
4. Lukisan, cermin kreativitas dan kecerdasan anak. Apapun hasil lukisan yang
tertuang, merupakan hasil gagasan dan kemampuan anak. Jika anak
mempunyai kreativitas dan kecerdasan yang tinggi, maka lukisan yang
dihasilkan akan baik. Tetapi jika tidak, maka lukisan akan terlihat biasa-biasa
saja, bahkan kualitasnya akan cenderung di bawah standar lukisan anak pada
umumnya.

17
Daftar Pustaka

Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Devianti, Ayunita. (2013). Panduan Lengkap Mencerdaskan Otak Anak Usia 1-6
tahun. Yogyakarta : Araska
Hajar Pamadhi, Evan Sukardi S, & Azizah Muis. (2010). Seni Keterampilan Anak.
Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Muhammad, As’adi. (2009). Menghidupkan Otak Kanan Anak Anda. Yogyakarta:
Power books.
Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
EGC.
Supartini, Y. (2012). Konsep dasar keperawaatan anak. Jakarta : EGC.
Yuriastein. Effana. Dkk. (2009). Games Theraphy untuk Kecerdasan Bayi dan
Balita. PT. Wahyu Media : Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai