Anda di halaman 1dari 25

SATUAN ACARA BERMAIN

TERAPI BERMAIN (MENARA DONAT PELANGI)


RUANG PERAWATAN ANAK RSD IDAMAN BANJARBARU

Tanggal 24-30 Januari 2021

Oleh :

Amelina Ramadhani, S.Kep


NIM 2030913720020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021

LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA BERMAIN
TERAPI BERMAIN (MENARA DONAT PELANGI)
RUANG PERAWATAN ANAK RSD IDAMAN BANJARBARU

Tanggal 24-30 Januari 2021

Oleh :

Amelina Ramadhani, S.Kep


NIM 2030913720020

Banjarbaru, Januari 2021


Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Eka Santi, S. Kep., Ns., M. Kep.


NIP. 197080615 200812 2 001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus
dihadapi anak (Wong et al, 2009). Hospitalisasi akan menyebabkan anak
mengalami trauma baik jangka pendek ataupun jangka panjang (Hockenberry
dan Wilson, 2007 dalam Sulistiyani, 2009). Dampak negatif ini berkaitan
dengan lamanya dan banyaknya jumlah pasien, berbagai prosedur invasif,
serta kecemasan orangtua, gejala yang timbul berupa respon regresi, cemas
terhadap perpisahan, apatis, ketakutan, gangguan tidur (Hockenberry, 2007
dalam Sulistiyani, 2009).
American Heart Association (AHA) tahun 2003, menyatakan anak-anak
sangat rentan terhadap stress yang berhubungan dengan prosedur tindakan
invasif. Pemasangan infus tentu saja akan menimbulkan nyeri, rasa sakit pada
anak, dan juga akan menimbulkan trauma sehingga anak akan mengalami
kecemasan dan stres. Kadang-kadang kecemasan juga disebut dengan
ketakutan atau perasaan gugup. Beberapa kasus kecemasan (5- 42%),
merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis. Kecemasan ini dapat
disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik
emosional (Stuart dan Sunden, 2007 dalam Astuti, 2012). Anak-anak yang
mendapat perawatan di rumah sakit akan mengalami kecemasan. Tindakan
yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak apapun bentuknya harus
berlandaskan pada prinsip atraumatic care atau asuhan yang terapeutik.
Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan
keluarganya merupakan asuhan terapeutik karena bertujuan sebagai terapi
bagi anak (Supartini, 2004).
Hasil penelitian Sherlock (1990) dalam Supartini (2004) menunjukkan
bahwa lingkungan rumah sakit yang dapat menimbulkan trauma bagi anak
adalah lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan baik dari sikap maupun
pakaian putih, alat-alat yang digunakan, dan lingkungan sosial antara sesama
pasien. Lory Huff et al., (2009) menyatakan bahwa implementasi atraumatic
care pada anak yang dirawat di rumah sakit dapat menurunkan trauma pada
anak dan orang tua akibat prosedur invasif. Alasan tersebut membuat perawat
dituntut untuk memberikan pelayanan perawatan yang berkualitas kepada
anak maupun orang tua dengan pelaksanaan atraumatic care sehingga dapat
meminimalkan kecemasan pada anak saat hospitalisasi.
Terapi bermain adalah bentuk-bentuk pengalaman bermain yang
dengan sengaja direncanakan dengan pertimbangan-pertimbangan terapi
atraumatic care, dilaksanakan, diobservasi dan dievaluasi dalam hubungannya
dengan objek yang dituju. Dalam kaitannya dengan terapi bermain pada anak
dengan hospitalisasi didefinisikan sebagai permainan yang diberikan dan
digunakan anak untuk menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal
lingkungan, belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta
staf rumah sakit yang ada (Whaley & Wong, 2008).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan
salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah
kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat
dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan
suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting
untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak selanjutnya (Nursalam, 2005).
Salah satu terapi bermain untuk meningkatkan perkembangan anak
yaitu terapi bermai dengan keterampilan kolase. Menurut M.Saleh Kasim
(2008) kolase adalah menggambar dengan teknik tempelan. Selanjutnya
kolase dipahami sebagai suatu teknik seni menempel berbagai macam materi
selain cat seperti kertas, kain, kaca, logam, kulit telur, biji dan lain sebagainya
kemudian dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat mendukung tumbuh kembangnya, melatih
motoric kasar/ halus, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui
pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena
prosedur tindakan dan penyakit, serta rasa ketidak nyamanan selama
dalam perawatan.

2. Tujuan Khusus:
a. Dapat lebih efektif dalam proses penyesuaian diri terhadap stress
selama proses kesembuhan rumah sakit
b. Dapat mendukung proses tumbuh kembang selama perawatan di
rumah sakit
c. Dapat mengembangkan kreatifitas motoric kasar dan halus melalui
pengalaman bermain yang tepat
d. Mengatasi konflik atau kecemasan yang dialami anak
e. Membantu mengekspresikan kemampuan anak agar merasa nyaman di
lingkungan asing
f. Penurunan tingkat kecemasan anak dengan mengalihkan perhatian dari
respon tubuh yang dirasa kurang nyaman
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Alat peraga edukasi menara adalah menyusun kepingan/potongan balok
yang disusun sesuai dengan bentuk. Saat bermain menara dari balok ini anak
diminta untuk membongkar balok kemudian disusun kembali sesuai dengan
bentuk. Bahan yang digunakan terbuat dari kayu/pelastik berbentuk donat
yang dikerjakan dengan rapi dan dilapisi dengan cat non toxic sehingga aman
digunakan untuk media pembelajaran anak usia dini dan taman kanak kanak.
Banyak kegunaan dan fungsi dari bermain, salah satu fungsi utama
bermain adalah merangsang perkembangan sensorik, motorik, perkembangan
intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral, dan bermain sebagai terapi (Supartini,
2004, hlm 125). Pemainan adalah stimulasi yang sangat tepat bagi anak.
Usahakan memberi variasi permainan dan sangat baik jika orang tua ikut
terlibat dalam permaian, yaitu melalui kegiatan bermain, sehingga daya pikir
anak terangsang untuk mendayagunakan aspek emosional, sosial, serta
fisiknya. Bermain juga dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman
dan pengetahuannya, serta berkembang keseimbangan mental anak (Dian,
2011, hlm. 46).
Bermain menara donat pelangi ini adalah dengan menyusun ring donat
dari yang besar paling bawah dan berurutan ukurannya semakin keatas
semakin kecil ring donat nya hingga membuat menara yang bagus, permainan
ini dinamakan menara donat pelangi karena bentuk ring nya bulat seperti kue
donat, dan berwarna warni seperti warna pelangi. Terbuat dari kayu pilihan,
pengerjaan dengan cara dibubut sehingga hasilnya sangat presisi, setiap ring
donat ada lubang ditengahnya yang berfungsi untuk memasukkan ring ke
tiang pada base permainan.
Manfaat alat peraga edukasi menara :
 Mengenal bentuk. Pada permainan balok menara ini anak mengenal
berbagai bentuk menara seperti , menara telur, menara panda, menara
kunci 4 tiang, menara kerucut, menara jamur, menara donat hitung,
menara geometri, menara geometri panjang, menara huruf, menara 
bentuk, menara angka dan menara hijaiyyah.
 Meningkatkan kreativitas. Menara bentuk dapat meningkatkan
kreativias anak karena pada permainan ini anak diminta untuk
menyusun potongan balok secara runtut.
 Melatih konsentrasi. Dalam bermain anak pasti merasa senang apalagi
dengan permainan yang menarik salah satunya bermain menara. Pada
saat bermain menara anak membutuhkan konsentrasi untuk mengamati
dan menyusun kembali balok yang telah dibongkar, agar sesuai dengan
bentuk semula.
 Melatih motorik halus. Ketika anak di libatkan menggunakan jari
tangan dapat melatih keterampilan  motorik halus pada anak.
 Mengembangkan daya ingat. Saat anak mengamati bentuk menara
kemudian membongkar dan menyusun kembali, dari situlah dapat
mengembangkan daya ingat anak.
Permainan menara donat pelangi ini biasanya menggunakan yang diwarnai
dengan cat khusus yang berpengencer air, non toxic, aman untuk anak,
sudah sesuai dengan standar SNI. Menara donat ini secara keseluruhan
tingginya 18cm, diameter ring donat bagian dasarnya yang paling bawah
adalah 9cm, semakin keatas semakin kecil ukuran diameter ring donat nya.
B. Fungsi terapi bermain
Menurut Suherman (2010), fungsi bermain diantaranya yaitu:
a. Perkembangan sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot.
b. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenai
warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek. Pada saat bermain
pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
c. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social damn belajar memecahkan masalah dari
hubunga tersebut.
d. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
e. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku.
f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
g. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan
nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan
rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas
dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan
permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
C. Prinsip terapi bermain pada anak dengan hospitalisasi
Dalam pelaksanaan terapi bermain perlu diperhatikan beberapa prinsip
mendasar yaitu:
a. Bermain dalam kelompok umur yang sama
Permainan yang diberikan dapat disesuaikan dengan usia anak dan tingkat
perkembangan anak.
b. Memperhatikan pertimbangan keamanan dan infeksi silang
Alat bermain yang digunakan merupakan alat bermain yang mudah dicuci
dan aman bagi anak sehingga infeksi silang dapat dihindari.
c. Tidak banyak mengeluarkan energi serta bermain dalam waktu yang
singkat.
Sakit menyebabkan anak kehilangan sebagian dari energi tubuhnya
sehingga permainan yang diberikan sebaaiknya merupakan permainan
yang tidak banyak menghabiskan energi anak.
d. Permainan sederhana, tidak kompleks dan tidak bertentangan dengan
pengobatan dan perawatan
e. Saat melakukan terapi bermain, orangtua dilibatkan.
Hubungan antara orangtua dan anak akan lebih akrab dan terjalin
kepercayaan antara keduanya.
D. Katagori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain
aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.
1. Bermain aktif
a) Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
b) Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan. Dll.
c) Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.
d) Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya.
Contohnya:
a) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b) Mendengarkan cerita atau musik
c) Menonton televisi, Dll
Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.
E. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain.
Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
F. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia
1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
a) Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.
b) Melatih kerjasama mata dan tangan.
c) Melatih kerjasama mata dan telinga.
d) Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e) Melatih mengenal sumber asal suara.
f) Melatih kepekaan perabaan.
g) Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a) Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b) Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c) Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d) Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e) Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
a) Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b) Memperkenalkan sumber suara.
c) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d) Melatih imajinasinya.
e) Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a) Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b) Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c) Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir
yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air),
balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas
untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25 – 36  bulan
Tujuannya adalah :
a) Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b) Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c) Melatih motorik halus dan kasar.
d) Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal
dan membedakan warna).
e) Melatih kerjasama mata dan tangan.
f) Melatih daya imajinansi.
g) Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a) Alat-alat untuk menggambar.
b) Lilin yang dapat dibentuk
c) Pasel (puzzel) sederhana.
d) Manik-manik ukuran besar.
e) Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda.
f) Bola.
4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah  :
a) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b) Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi.
d) Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-
pura (sandiwara).
e) Membedakan benda dengan permukaan.
f) Menumbuhkan sportivitas.
g) Mengembangkan kepercayaan diri.
h) Mengembangkan kreativitas.
i) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
k) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang
diluar rumahnya.
l) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a) Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-
anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air,
dll.
b) Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.
G. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan à lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan à senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi
H. Tahap Perkembangan Bermain
1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
I. Hambatan Yang Mungkin Muncul
1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.
J. Antisipasi hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga
kesehatan lainnya
K. Bahan yang digunakan
Bahan yang akan digunakan dalam latihan menyusun menara donat
pelangi adalah:
a. Mainan menara donat pelangi
b. Hand sanitizer
L. Prosedur
Dalam pelaksanaan terapi bermain dengan menggunakan metode menyusun
menara donat pelangi membutuhkan langkah yang terencana sehingga anak
balita meningkatkan konsentrasi agar dapat menyusun kembali menara donat
pelangi dengan benar sesuai urutan besar dan warnanya.
Langkah-langkah menyusun menara donat pelangi yaitu:
a. Lepaskan semua bijinya
b. Beri contoh anak untuk belajar identifikasi bentuk bentuk
c. Bantulah jika masih kesulitan dalam memasukannya ke dalam tempat
yang benar.
d. Bantu dengan putar arah atau lebih baik lagi dengan arahan bicara saja.

M. Prinsip terapi menyusun menara donat pelangi


Bermain menyusun menara donat pelangi harus mencakup 3 perlakuan
yaitu memilih, menyesuaikan dan menyusun. Dalam tiga perlakuan ini akan
melatih koordinasi otot-otot jari tangan secara perlahan-lahan motorik halus
anak akan terlatih dengan sendirinya. Dengan demikian anak dapat belajar
untuk melemaskan jari-jari tangan karena proses menyusun benda-benda
dalam ukuran kecil sampai besar, dan visualisasi dari anak dapat mengenali
perbedaan warna yang mencolok pada menara donat pelangi.
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN

Pokok bahasan : Terapi Bermain Menyusun Menara Donat Pelangi di


RSD Idaman Banjarbaru
Sub pokok bahasan : Terapi bermain pada anak sakit yang dirawat di
rumah sakit dengan cara stimulasi motorik halus,
mengenal bentuk, kreativitas dan kognitif,
mengembangkan daya ingat, sosial spiritual,
Tema SAB : Keterampilan Menyusun Menara Donat Pelangi
Tujuan Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan dan
Pengalihan Perhatian Proses Traumatik Hospitalisasi
Anak
Waktu : 30 menit
Hari/tanggal : : Rabu, 29 Januari 2021
Tempat : Ruang perawatan anak
Sasaran : - Anak usia pra sekolah usia 1-5 tahun
- Anak yang dirawat di ruang Mekar RSDI
Banjarbaru
- Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau
akibat terapi lain) yang dapat
menghalangi proses terapi bermain
- Kooperatif dan mampu mengikuti proses
kegiatan sampai selesai
- Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi
bermain mewarnai gambar 
Pelaksana : Amelina Ramadhani, S.Kep

I. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah  dilakukan terapi bermain pada anak di ruang perawatan
anak RSD Idaman Banjarbaru selama 30 menit, diharapkan dapat
menurunkan kecemasan anak, mengusir kebosanan/ kejenuhan anak,
anak merasa tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi
terhadap perawatan dan pengobatan, serta dapat melanjutkan tumbuh
kembang anak yang normal atau sehat.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu kali diharapkan anak mampu:
a. Merasa tenang selama dirawat.
b. Ketakutan dan kejenuhan selama dirawat di rumah sakit menjadi
berkurang.
c. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan
perawat.
d. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat.
e. Menstimulasi perkembangan motorik halus anak.
f. Meningkatkan perkembangan mental, imajinasi dan kreativitas anak
usia pra-sekolah.
g. Melatih meningkatkan kognitif anak dalam hal pemilihan warna,
mengingat dan menyesuaikan bentuk dalam permainan menyusun
menara donat pelangi.
h. Dapat menerapkan waktu yang tepat untuk melakukan permainan
sehingga anak tidak kehilangan waktu bermain.
i. Sarana untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran anak.
II. MANFAAT TERAPI BERMAIN
1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar.
2. Membantu untuk mengurangi stress terhadap perpisahan.
3. Memberi tempatdistraksi dan relaksasi.
4. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing.
5. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan
perasaan.
6. Menganjurkan anak untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap
yang positif terhadap orang lain.
7. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat.
8. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik.
9. Membantu kedekatan dan kerjasama social terhadap orang lain dan orang
tuanya.
III. RENCANA KEGIATAN TERAPI BERMAIN
1. Jenis Program Bermain
Keterampilan menyusun menara donat pelangi.
2. Karakteristik Bermain
a. Melatih kemampuan bahasa anak
b. Melatih kemampuan sosial anak
c. Melatih kemampuan kognitif anak
d. Melatih kemampuan daya ingat dan konsentrasi
e. Melatih kreativitas anak
f. Melatih perasaan atau emosi.
3. Karakteristik Peserta
a. Usia 2-5 tahun
b. Jumlah peserta 1 orang anak dan didampingi orang tua
c. Anak dapat duduk
d. Keadaan umum anak mulai membaik
e. Peserta kooperatif
4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari/tanggal : Jum’at , 29 Januari 2021
b. Waktu : 30 menit
c. Tempat : Ruang Bermain Perawatan Anak RSD
Idaman Banjarbaru
5. Metode
Menyusun menara donat pelangi
6. Alat yang Digunakan
a. Menara donat pelangi
b. Hand sanitizer
7. Pelaksana : Amelina Ramadhani, S.Kep
Terapis Waktu Subjek Terapi
Persiapan (Pra Interaksi) 5 menit Ruangan, alat-alat
Persiapan Pasien permainan, anak, dan
A. Anak dan orang tua diberitahu keluarga sudah siap.
tujuan bermain.
b. Melakukan kontrak waktu dan
tempat pelaksanaan.
c. Mengecek kesiapan dan
kondisi anak untuk bermain (anak
tidak mengantuk, anak tidak
rewel, kondisi anak
memungkinkan untuk diajak
bermain, keadaan umum anak
membaik).
d. Bermain dapat dilakukan di
tempat tidur anak atau
duduk/disesuaikan dengan kondisi
anak.
Persiapan Peralatan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan seperti mainan menara
donat pelangi dan hand sanitizer.
b. Mencek kembali kelengkapan
peralatan yang akan dipergunakan.
Pembukaan (Orientasi) 5 menit Anak dan keluarga
a. Mengucapkan salam. menjawab salam, anak
b. Memperkenalkan diri. saling berkenalan, anak,
c. Anak yang akan bermain saling dan keluarga
berkenalan. memperhatikan terapis.
d. Memanggil anak dengan nama
panggilan yang dia senangi.
e. Menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah pelaksanaan kegiatan
terapi bermain dengan bercerita
pada orang tua/anak.
f. Memberi kesempatan pada anak
dan orang tua untuk bertanya
kalau ada hal yang belum jelas.
g. Menanyakan kesiapan anak
sebelum kegiatan dilakukan.
h. Meminta persetujuan (informed
consent) orang tua responden.
Tahap Kerja 15 menit Anak dan keluarga
a. Memberi petunjuk pada anak memperhatikan
tentang prosedur bermain. penjelasan terapis, anak
b. Memotivasi keterlibatan anak dan melakukan kegiatan yang
orang tua. diberikan oleh terapis,
c. Mempersilahkan anak untuk anak dan keluarga
memilih tempat duduk yang memberikan respon yang
disenangi. baik.
d. Anak mulai diajari mengingat dan
mengidentifikasi bentuk ataupun
warna pada mainan menara donat
pelangi, pada tamhap
membongkar mainan menara
donat pelangi didampingi oleh
orang tua anak, leader, co. leader,
dan fasilitator selama 10 menit.
e. Pada tahap pemasangan kembali
orang tua anak, leader, co. leader,
dan fasilitator memberikan
dorongan dan semangat melalui
beberapa penjelajasan untuk
memberikan petunjuk kepada anak
dalam menyusun dengan rasa
sabar yang dikomunikasikan
dengan nada suara yang
menyenangkan bagi anak.
f. Mengobservasi emosi dan
hubungan interpersonal anak.
g. Menanyakan perasaan anak
apakah sudah merasa bosan.
h. Memberi pujian ketika anak
mampu mengembangkan
kreatifitasnya
i. Meminta anak menceritakan hasil
karyanya
j. Memberikan Reward kepada anak.
k. Mengakhiri permainan.
Terminasi 5 menit Anak dan keluarga
a. Menanyakan perasaan anak tampak senang,
setelah bermain menyusun menara menjawab salam
donat pelangi
b. Menanyakan perasaan dan
pendapat orang tua tentang
bermain dengan bercerita.
c. Berpamitan dengan anak dan
orang tua.
d. Membereskan peralatan.
e. Mengembalikan alat ke tempat
semula.
f. Mencuci tangan.
g. Mencatat respon anak dan orang
tua.
8. Evaluasi yang Diharapkan
a. Evaluasi Struktur
1) Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
2) Posisi tempat di tempat bermain yang telah disediakan berada di
ruang bermain perawatan anak RSD Idaman Banjarbaru
3) Anak sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4) Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
b. Evaluasi Proses
1) Anak mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
2) Anak antusias dalam kegiatan bermain menyusun menara donat
pelangi
3) Anak tidak yang rewel atau malas dalam bermain menyusun menara
donat pelangi
c. Evaluasi Hasil
Anak dapat memahami mengenal warna melalui permainan menyusun
menara donat pelangi
Kriteria Penilaian:
1) Aspek kognitif
a. Pengetahuan anak tentang bentuk dan warna dari menara donat
pelangi
b. Pemahaman anak tentang tahapan penyusunan sesuai bentuk dari
besar sampai kecil
c. Kemampuan mengingat dan konsentrali anak dalam bentuk /
susunan objek yang dilihatnya .
Hasilnya dapat diukur melalui:
 Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku anak selama
proses bermain.
 Anak mampu mengikuti proses bermain dari awal hingga
akhir.

2) Aspek afektif
a. Anak dapat memberi respon rangsangan dari pembimbing.
Menyampaikan perasaan setelah melakukan kegiatan. (anak
merasa gembira setelah berhasil menyelesaika kolase)
b. Anak menyatakan rasa senangnya (misalnya: sangat senang
karena menyusun ulang bentuk menara pelangi dengan benar).
3) Aspek psikomotor
a. Anak mampu mengembalikan susunan menara sesuai bentuknya
b. Anak mampu mengembalikan susunan menara sesuai warnanya
4) Aspek sosial
a. Anak dapat berinteraksi dengan orang tua, teman sebaya dan
pembimbing.

e. Antisipasi hambatan/masalah
a. Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di
jadwalkan atau selesai tidak tepat waktu).
Solusi: Jadwal terapi bermain disesuaikan (dimulai tidak pada waktu
terapi dan tetap diselesaikan walaupun waktu telah habis)
b. Anak tiba-tiba tidak mau bermain
Solusi: Tanyakan mengapa anak tidak mau bermain, jika
memungkinkan bujuk anak untuk bermain.
c. Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain.
Solusi: Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi
anak selama program terapi.

Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

1. Saleh, Kasim M. 2000. Kerajinan Tangan. Jakarta : Depdiknas.


2. Nursalam. 2014. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan
Bidan). Jakarta: Salemba Medika.
3. Suherman. 2010. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: EGC.
4. Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
5. Whaley dan Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 2.
Jakarta: EGC
6. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai