Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TERAPI AKTIVITAS BERMAIN ANAK USIA PRA SEKOLAH


DI RSUD KUSUMA HUSADA SURAKARTA

Dosen Pengampu : Endang Zulaicha Susikaningsih, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :

1. Alifa Dzuhri Alhayyu (SN201086)


2. Dian Fatmawati (SN201244)
3. Febriana Lukita Wulandari (SN201127)
4. Latifatul Isnaini (SN201159)
5. Novita Indriyani Safitri (SN201183)
6. Rara Suci Ramadhan (SN201189)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020
BAB I

PEBDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya tubuh manusia rentan dari penyakit. Penyakit bisa datang

kepada siapa saja yakni dari lansia, dewasa, remaja hingga anak-anak.

Menurut Badan Pusat Statistik Kesejahteraan Rakyat tahun 2017

mengemukakan bahwa penduduk Indonesia yang jatuh sakit berkisar 41,81%.

Di Provinsi Banten riwayat penduduk yang sakit berkisar 13,87% sedangkan

penduduk Banten yang dirawat inap berkisar 3,25% (BPS, 2017). Penduduk

yang jatuh sakit dan dirawat inap di Banten sebagian kecil dari anak-anak.

Saat anak yang mengalami sakit dan menjalani perawatan di rumah sakit,

mereka akan terpaksa berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman,

penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu rumah, permainan, dan teman

sepermainannya. Proses ini dikatakan sebagai proses hospitalisasi

(Suryanti,dkk, 2012).

Hospitalisasi adalah masuknya individu ke rumah sakit sebagai pasien

dengan berbagai alasan seperti pemeriksaan diagnostik, prosedur operasi,

perawatan medis, pemberian obat dan menstabilkan atau pemantauan kondisi

tubuh. Hospitalisasi ini merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak

sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini (hospitalisasi) terjadi karena

anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu

rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi stresor baik terhadap anak

maupun orang tua dan keluarga, perubahan kondisi ini merupakan masalah
besar yang menimbulkan ketakutan, kecemasan bagi anak yang dapat

menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis pada anak jika anak tidak

mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Dampak jangka pendek dari

kecemasan dan ketakutan yang tidak segera ditangani akan membuat anak

melakukan penolakan terhadap tindakan perawatan dan pengobatan yang

diberikan sehingga berpengaruh terhadap lamanya hari dirawat, memperberat

kondisi anak dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada anak. Dampak

jangka panjang dari anak sakit dan dirawat yang tidak segera ditangani akan

menyebabkan kesulitan dan kemampuan membaca yang buruk memiliki

gangguan bahasa dan perkembangan kognitif, menurunnya kemampuan

intelektual dan sosial serta fungsi imun (Saputro, 2017).

Salah satu cara yang efektif untuk menurunin kecemasan hospitalisasi

yaitu dengan menggunakan terapi bermain. Terapi bermain adalah suatu

aktivitas bermain yang dijadikan sarana untuk menstimulasi perkembangan

anak, mendukung proses penyembuhan dan membantu anak lebih kooperatif

dalam program pengobatan serta perawatan (Sari, 2018). Adapun tujuan dari

terapi bermain bagi anak yang dirawat di rumah sakit adalah mengurangi

perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri (Saputro & Fazrin, 2011).

Bermain adalah aktivitas yang sangat penting untuk perkembangan

anak. Dengan bermain, anak dapat mengembangkan emosi, fisik, dan

pertumbuhan kognitifnya (Saraswati, 2011). Walaupun anak mengalami sakit

dan atau dirawat inap, tugas perkembangan tidaklah berhenti. Hal ini

bertujuan melanjutkan tumbuh dan kembang selama perawatan sehingga


kelangsungan tumbuh kembang dapat berjalan, dapat mengembangkan

kreativitas dan pengalaman, anak akan mudah untuk beradaptasi terhadap

stress karena penyakit yang dirawat (Suriani & Yuliani, 2011).

Menurut penelitian yang di lakukan oleh Suryanti dan kawan kawan di

RSUD Dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga tahun 2011 di peroleh

Hasil uji statistik diperoleh nilai p =0,0001 < α = 0,05, sehingga Ha diterima

(Ho ditolak) yang berarti ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan

sesudah dilakukan terapi bermain (mewarnai dan origami). Terapi bermain

(mewarnai dan origami) dapat menurunkan tingkat kecemasan anak usia

prasekolah, dari tingkat kecemasan sedang menjadi tingkat kecemasan ringan

(Suryanti,dkk, 2011).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi hospitalisasi anak pada saat berada dirumah sakit ?

2. Bagaimana terapi bermain UNO STACKO dapat menurunkan ketakutan

akibat hospitalisasi anak ?

C. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan terapi bermain selama 40 menit, diharapkan

kreativitas anak-anak berkembang baik anak merasa tenang dan senang


selama berada di bangsal Anggrek RSUD KUSUMA HUSADA

SURAKARTA dapat bersosialisasi dengan teman sebaya sesuai

tumbuh kembang anak dan dapat membantu mengurangi tingkat

kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat

hospitalisasi

2. Tujuan Khusus

Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan :

a. Bisa merasa tenang dan senang selama berada di instalasi

keperawatan anak

b. Anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya

c. Anak tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi

d. Anak menjadi lebih percaya dan tidak takut dengan perawat

D. Manfaat Kegiatan

1. Kepada Keluarga

Kegiatan ini diharapkan dapat mengurangi strees keluarga akibat

mengetahui kondisi anak yang sedang sakit dan mengalami kecemasan

2. Anak

Kegiatan ini diharapkan dapat mengurangi kecemasan pada anak akibat

hospitalisasi

3. Perawat

Kegiatan ini diharapkan menjadi salah satu intervensi kepada anak yang

mengalami kecemasan akibat hospitaslisasi sehingga terapi medis dan


keperawatan dapat bekerja secara maximal
BAB II

TARGET DAN LUARAN KEGIATAN

A. Target

Terapi bermain dengan Uno Stacko merupakan permainan yang terdiri

dari balok-balok berisi angka dan warna (Widianto dkk, 2017). Balok dengan

berbagai macam warna yang disusun berbentuk menara dan dimainkan 2

sampai 10 orang. Uno Stacko merupakan balok Frobel berupa bangunan

Blokdoos atau Bluwdoos yaitu balok besar dengan ukuran 20 x 20 cm yang

tersusun dari balok-balok kecil (Rizkillah dan Rosy, 2017). Target yang hendak

dicapai dengan menggunakan gambar dan mewarnai sebagai berikut:

1) Mengatasi ketegangan, terutama pada saat balok akan rubuh.

2) Meningkatkan daya konsentrasi

3) Menumbuhkan aspek kognitif, membantu anak untuk mengingat  dan

memahami.

4) Memperkuat aspek motorik halus dan kasar, dalam hal

mengkoordinasikan gerak anggota tubuh.

5) Memperkuat logika, meningkatkan kemampuan berpikir secara tepat

dan teratur.

6) Aspek sosial/emosi, meningkatkan kemampuan menjalin hubungan

interpersonal

7) Aspek kreatif/imajinatif, meningkatkan kemampuan menghasilkan ide

sesuai keadaan.
8) Aspek visual, melatih mata anak mengingat warna, bentuk, dan posisi

obyek.

9) Meningkatkan sense 3D dan struktur bangunan.

10) Melatih kesabaran dan ketekunan dalam menyelesaikan permainan.

Permainan Uno Stacko dapat menjadi alat terapi bermain yang dapat

membantu mengekspresikan diri, mengeksplorasi pikiran dan perasaan

seseorang serta memahami pengalaman hidup mereka. Terapi bermain juga

dapat memfasilitasi dalam memvalidasi dan menafsirkan pengalaman yang

mereka alami (Roziqin, 2018).

B. Luaran yang diharapkan

Luaran dari kegiatan ini diaharapkan dapat menurunkan kecemasan dan

ketakutan pada anak akibat hospitalisasi yang dialami, sehingga terapi yang

diberikan kepada anak dapat bekerja secara maximal dan anak segera pulih

dari sakit yang dialami.


BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN

A. Lokasi dan Waktu Kegiatan

1. Lokasi

Di taman bermain di RSUD Kusuma Husada Surakarta

2. Waktu Kegiatan

Hari/tanggal : Selasa, 15 Desember 2020

Waktu : 10.00 - 11.00 WIB

B. Metode Alat Dan Bahan

1. Media (Alat dan Bahan)


Alat bermain
a. Daftar hadir
b. Uno Stacko
c. Alas / meja

C. Tahapan Kegiatan

Disamping memperhatikan keterampilan dasar dalam melakukan

konseling dengan klien anak, perlu diperhatikan prosesnya. Proses ini

menandakan hubungan yang terjadi sepanjang kegiatan konseling berjalan

yang didalamnya mencakup upaya konselor dalam menyarankan berbagai

perubahan, juga berkaitan dengan cara konselor dalam membangun hubungan

yang penuh dengan kepercayaan dari anak. Salah satu cara yang dapat

digunakan untuk memperoleh kepercayaan dari anak adalah melalui acticve

listening dan unconditional acceptance. Fokus yang hendak yang dicapai


dalam hal ini adalah terjadinya perubahan atas tingkah laku anak yang

menyimpang, yang dapat membantu konselor dalam melihat pergerakan dan

kemajuan yang dicapai. Melalui media bermain seperti cat, tanah liat dan air,

anak-anak menyatakan dirinya secara kiasan dan simbolik. Oleh karenanya

dengan mengetahui langkah-langkah dan tema dalam konseling anak, dapat

membantu konselor dalam proses konseling yang dilakukannya. Langkah-

langkah yang perlu diketahui dan dilaksanakan dalam kegiatan ini meliputi :

1. Mengenal langkah-langkah konseling anak. Hal pokok yang harus

disadari oleh para konselor, yaitu setting, struktur sesi atau pertemuan

yang disesuaikan dengan dunia anak-anak. Terdapat 3 (tiga) fase yang

perlu diperhatikan ketika konselor akan berinteraksi dengan anak-anak,

yaitu:

a. Langkah Awal

Dalam tahap awal ini, kegiatan utamanya adalah bagaimana

membangun hubungan anak-konselor. Konselor harus mampu

membangun hubungan yang hangat, yang didalamnya ada

kepercayaan anak terhadap konselor. Untuk mencapai tujuan tersebut,

konselor harus berusaha masuk secara total pada dunia anak, sehingga

anak betul-betul merasa aman dan menganggapnya sebagai sahabat.

Langkah ini bisa dilakukan oleh konselor dengan menyediakan

berbagai permainan yang digemari anak. Melalui fasilitas permainan

ini konselor bisa mengajar anak-anak bermain dengan tujuan agar

anak merasa aman. Ketika anak sudah merasa aman, konselor bisa
menyiapkan berbagai perangkat konseling dalam menggali berbagai

gejala dan informasi yang ia butuhkan, yang ditunjukkan anak melalui

berbagai aktifitas komunikasi dan interaksi termasuk didalamnya

aktifitas bermain mereka.

b. Langkah Pertengahan

Langkah pertengahan dimulai ketika anak sudah asyik dengan

permainan dan perhatian mereka. Konselor dapat memfasilitasi

kegiatan ini dengan menyediakan berbagai sarana bermain agar anak

dapat mengekspresikan berbagai perasaan baik sesuatu yang pernah

dialaminya di masa lampau atau keinginan yang ia harapkan pada

masa yang akan datang. Pada kondisi ini konselor bisa melibatkan diri

pada aktifitas yang sedang dilakukan anak, misalnya anak yang

sedang menggambar, konselor bisa melakukan eksplorasi berbagai

informasi yang dibutuhkan melalui upaya terlibat langsung dengan

aktifitas yang sedang dilakukan anak. Melalui menggambar anak akan

mengekspresikan suasana emosinya. Konselor bisa juga menggunakan

cerita dengan karakter pelaku cerita orang-orang yang ada dalam

kehidupan anak, dengan permasalahan yang serupa dengan apa yang

dialami anak. Melalui teknik ini, konselor dapat membantu anak untuk

mengembangkan kreatifitasnya secara lebih luas, seperti kemampuan

bahasa, seni, gerak, drama dan dapat mengembangkan kemampuan

emosi anak dalam menjalin hubungan dengan alam sekitarnya.


c. Langkah Akhir

Pada tahap ini konselor dapat mengakhiri proses konseling bila

pada diri anak telah menunjukkan kemajuan dalam berbagai bentuk

perilaku positif. Bila anak telah mampu menunjukkan kebutuhan

minimalnya, secara simbolik mampu mengekspresikan emosinya dan

secara lisan mampu mendiskusikan berbagai isu. Konseling dapat

dihentikan bila anak telah mampu menunjukkan kreatifitasnya dalam

seni, mampu bermain peran, melakukan permainan yang melibatkan

kerjasama dengan teman sebayanya, atau menampilkan perubahan

perilaku yang positif lainnya


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

Rizkillah A. W dan Rosy, B. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran


Berbasis Permainan Uno Stacko pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi
Cara Membuat Komunikasi Tulis Kelas X Apk 2 Di Smk Muhammadiyah 1
Taman Sidoarjo. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Universitas Negeri
Surabaya: Surabaya.
Roziqin, Purwanto. (2018). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak.
Jakarta : Salemba Medika
Saputro & Fazrin, 2011). Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; Proses, Manfaat
dan Pelaksanaannya. Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)
Saraswati, Sylvia. (2011). Saraswati. Aneka Permainan Bayi dan Anak.
Jogjakarta: Katahati
Sari, A. M. & Endang Zulaicha, S. (2018). Pengaruh Terapi Bermain Felt Puppets
Terhadap Tingkat Kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Sekolah Di RSUD
Surakarta. UMS Library Online. http://eprints.ums.ac.id/59791. Diakses pada
Tanggal 15 Desember 2020
Suriani & Yuliani. (2011). Asuhan Keperawatan pada Anak Ed 2. Jakarta : PT
Peretakan Penerbar Swadaya.
Suryanti, Sodikin & Yulistiani, L. (2012. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai
dan Origami Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi
Pada Anak Usia Pra Sekolah di RSUD dr. R. Goetheng Taruna Dibrata
Purbalingga.http://isjd.pdii.lipi.go.id. Diakses pada tanggal 15 Desember
2020

Anda mungkin juga menyukai