Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL TERAPI BERMAIN DI RUANG PINANG BELAKANG

RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh : KELOMPOK 2

YUSRAN SYUKUR
NUR ADELIA ARIF
SRI YULIANA
MARIA GABRIELLA B.
SUKMA UMASANGADJI
WIWIN USMAN

CI LAHAN CI INSTITUSI

(......................................) (.....................................)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan Proposal kegiatan terapi bermain di Ruang Anak Pinang
Belakang RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar. Kami menyadari bahwa penulisan
Proposal kegiatan ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasaan yang ada.
Untuk itu demi menyempurnakan proposal ini, kami membutuhkan dukungan dan
sumbangan pikiran yang berupa kritik atau saran yang bersifat membangun.

Maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih dan


penghargaan yang tidak terhingga kepada:

1. Dosen pembimbing akademik Ibu Herti Haerani,S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah


memberikan motivasi dan bimbingan sehingga kegiatan ini dapat tersusun
dengan baik
2. Pembimbing klinik yang telah memberikan motivasi dan bimbingan sehingga
kegiatan ini
dapat tersusun dengan baik

Kami juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan kegiatan ini. Kami berharap, semoga kegiatan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Aamiin.

Makassar,11 Mei 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktifitas anak yang meningkat namun kondisi daya tahan tubuh lemah
menjadikan anak rentang terserang penyakit, sehingga anak perlu
menjalanihospitalisasi (Supartini, 2012). Perawatan di rumah sakit merupakan
pengalaman yang penuh dengan hai baru: lingkungan baru, orang-orang asing,
kebiasaan baru, dan kegiatan baru. Selain itu beberapa kondisi juga menyebabkan
ketidaknyamanan, antara lain: nyeri dan perlukaan, pembatasan aktifitas,
menjalankan program terapi yang traumatik. Situasi ini mengharuskan perawat
mampu melakukan pengkajian yang spesifik sebagai dampak hospitalisasi.
Diagnosis keperawatan yang diidentifikasi juga seharusnya mampu
mendiskripsikan dengan teliti seluruh respon yang terjadi selama proses adaptasi
hospitalisasi (Rohman, 2018)
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan yang
berencana atau darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggai di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah Selama
proses tersebut anak dan orangtua dapat mengalami kejadian yang menurut
beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman trauman dan penuh dengan
stress Perasaan yang sering muncul aita cemas, marah, sedih, takut, dan rasa
bersalah (Wulandan & Erawan, 2016).
Menurut WHO pada tahun tahun 2008 didapatkan sebanyak hampir 80%
anak mengalami perawatan di rumah sakit. Pada tahun 2010 di Indonesia sebanyak
33,2% dari 1.425 anak mengalami dampak hospitalisasi berat, 41,6% mengalami
hospitalisasi sedang. Menurut hasil dari (SUSENAS) pada tahun 2010 jumlah anak
usia prasekolah di Indonesia sebesar 72% dari jumlah total penduduk Indonesia,
diperkirakan dari 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya
mengalami kecemasan. Selain membutuhkan perawatan yang special dibanding
pasien lain, waktu yang dibutuhkan untuk merawat penderita anak-anak 20%-45%
melebihi waktu untuk merawat orang dewasa Perasaan cemas merupakan dampak
dari hospitalisasi, cemas dan stress yang dialami anak disebabkan oleh karena
adanya perubahan status kesehatan dan kebiasaan saat sakit, atau adanya 2
perpisahan dengan keluarga kegiatan pada saat sehat maupu saat masa perawatan
(Wong, 2008).
Respon anak secara umum yang terjadi saat dirawat inap antara lain
mengalami regresi, kecemasan perpisahan, apatis, ketakutan, dan gangguan tidur,
terutama terjadi pada anak dibawah usia 7 tahun (Hockkenberry & Wilson, 2007).
Menurut penelitian yang dilakuakan oleh Wowiling pada tahun 2014 didapatkan
pasien anak tahun sebanyak 79 pasien yang menjalani perawatan, menangis
terutama saat dilakukan tindakan perawatan. Selain menangis, pasien anak juga
tidak mau berpisah dengan orangtua/walinya dan menghindar ketika akan
dilakukan tindakan perawatan.
Terapi bermain diharapkan dapat berpengaruh pada anak untuk
menghilangkan batasan, hambatan dalam diri, stres, frustasi serta mempunyai
masalah emosi dengan tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai
menjadi tingkah laku yang diharapkan dan anak yang sering diajak bermain akan
lebih kooperatif dan mudah diajak kerjasama selama masa perawatan (Yusuf dkk,
2013). Bermain di rumah sakit banyak manfaatnya, antara lain dapat
memberikanpengalihan dan menyebabkan relaksasisehingga menghilangkan
ketakutan danketegangan, membantu anak merasa lebih amandilingkungan asing
atau baru baginya, membantu mengurangi stres akibat perpisahan danperasaan
rindurumah, mengurangi stres akibat tindakan keperawatan yang dilakukan dan
sebagaialat ekspresi ide-ide dan minat (Wong, 2009).
Terapi bermain yang dapat dilakukan terhadap Respon anak secara umum
yang terjadi saat dirawat inap antara lain mengalami regresi, kecemasan
perpisahan, apatis, ketakutan, dan gangguan tidur, terutama terjadi pada anak
dibawah usia 7 tahun (Hockkenberry & Wilson, 2007). Menurut penelitian yang
dilakuakan oleh Wowiling pada tahun 2014 didapatkan pasien anak tahun
sebanyak 79 pasien yang menjalani perawatan, menangis terutama saat dilakukan
tindakan perawatan. Selain menangis, pasien anak juga tidak mau berpisah dengan
orangtua/walinya dan menghindar ketika akan dilakukan tindakan perawatan.
Terapi bermain diharapkan dapat berpengaruh pada anak untuk menghilangkan
batasan, hambatan dalam diri, stres, frustasi serta mempunyai masalah emosi
dengan tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku
yangdiharapkan dan anak yang sering diajak bermain akan lebih kooperatif dan
mudah diajak kerjasama selama masa perawatan (Yusuf dkk, 2013). Bermain di
rumah sakit banyak manfaatnya, antara lain dapat memberikanpengalihan dan
menyebabkan relaksasi sehingga menghilangkan ketakutan danketegangan,
membantu anak merasa lebih aman dilingkungan asing atau baru baginya,
membantu mengurangi stres akibat perpisahan dan perasaan rindurumah,
mengurangi stres akibat tindakan keperawatan yang dilakukan dan sebagaialat
ekspresi ide-ide dan minat (Wong, 2009).anak usia toddler reperti, per balok-
balok, bola-bola dan permainan tebak gambar, bentuk, dan warna kertas,
memenempelkan stiker pada kotak yang sudah disediakan menyusun mesar dan
sebagainya, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap
anak usia toodler yang mengalami kecemasan hospitalisasi.
Hasil observasi kelompok selama kurang lebih 1 minggu berada di Ruang
Anak Pinang Belakang RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar, sebagian besar
pasien berusia 1-3 tahun atau toddler. Berdasarkan uraian diatas kelompok ingin
memberikan terapi bermain yang sesuai dengan usia pasien yaitu diantaranya
permainan ring donat dan menyusun puzzle.

B. Tujuan Terapi
1. Tujuan Umum
Untuk mengurangi kecemasan pada anak selama hospitalisasi dengan
terapi bermain.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk meningkatkan hubungan perawat dengan klien anak yang sedang
menjalani masa hospitalisasi dan sebagai alat komunikasi antara perawat-
klien
b. Untuk meningkatkan kreativitas pada anak
c. Untuk membina tingkah laku positif
d. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak
e. Untuk melatih kemampuan kognitif, visual dan auditori pada anak
f. Untuk melatih perkembangan personal sosial
g. Untuk mengurangi tingkat kecemasan pada anak saat menjalani hospitalisasi
C. Manfaat Terapi
1. Bagi Anak
Sebagai sarana atau metode yang dapat memacu anak untuk menemukan
ide-ide kreativitas, seta membantu perkembangan kognitif dan memberi
kontribusi pada perkembangan intelektual atau kecerdasan berpikir dengan
menentukan jalan menuju berbagai pengalaman yang tentu saja memperkaya
cara berpikirnya serta menurunkan atau meminimalkan stres anak saat
hospitalisasi.
2. Bagi Orang Tua
Sebagai masukan bagi orang tua dan tenaga pengajar agar menggunakan tera
bermain sebagai salah satu metode dalam usaha mengembangkan aktivis dan
kreativitas melalui terapi bermain permainan menyususn menara donat dan
menyusun puzzle.
3. Bagi Perawat
Sebagai masukan agar menggunakan terapi bermain sebagai salah satu
metode dalam usaha mengembangkan aktivitas dan kreativitas melalui terapi
bermain menyusun menara donat dan menyusun puzzle.
4. Bagi Mahasiswa
Sebagai informasi untuk mengembangkan ilmu keperawatan khususnya
keperawatan anak dalam pemberian terapi modalitas bermain dengan
sebagai salah satu metode dalam usaha mengembangkan aktivitas dan
kreativitas melalui terapi bermain menyususn menara donat dan menyusun
puzzle
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bermain
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan
sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karenadengan
bermain, anakanak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal
waktu, jarak serta suara (Wong, 2009).
Permainan yang terapeutik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak
merupakan aktifitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh
kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan
perasaan dan pikiran anak, mengalihkan perasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan
demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integrai dari pelayanan
kesehatan anak di rumah sakit(Saparuni 2014).
Menurut Nasution (2018), bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang
sangat penting. Melalui bermain akan semakin mengembangkan kemampuan dan
keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan dunia
nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih banyak
lagi manfaat lainnya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: "Kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama
dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar
berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar
mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak."

B. Terapi Bermain di Rumah Sakit


Perawatan di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan hal
baru: lingkungan baru, orang-orang asing, kebiasaan baru, dan kegiatan baru.
Selain itu beberapa kondisi juga menyebabkan ketidaknyamanan, antara lain: nyeri
dan perlukaan, pembatasan aktifitas, menjalankan program terapi yang traumatik.
Situasi ini mengharuskan perawat mampu melakukan pengkajian yang spesifik
sebagai dampak hospitalisasi. Diagnosis keperawatan yang diidentifikasi juga
seharusnya mampu mendiskripsikan dengan teliti seluruh respon yang terjadi
selama proses adaptasi hospitalisasi.
Beberapa tindakan telah banyak direkomendasikan untuk meminimalkan
dampak hospitalisasi, namun sampai saat ini yang paling banyak digunakan dan
diyakinin paling efektif adalah dengan terapi bermain. Pada saat bermain anak
memiliki kesempatan untuk memainkan perasaan dan permasalahannya, anak
merasa menjadi orang yang paling penting, mengatur situasi dan dirinya, tidak ada
kritikan. Situasi seperti ini sangat kondusif untuk anak yang sedang mengalami
kecemasan, sehingga rasa amannya terpenuhi.

C. Manfaat Bermain pada Anak di Rumah Sakit


Saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit perawat dan orang tua harus dapat
memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan kondisi anak
yang sedang sakit Keuntungan aktivitas bermain yang dilakukan pada anak yang
dirawat di rumah sakit Keuntungan aktivitas bermain yang dilakukan pada anak
yang dirawat di rumah sakit antara lain:
1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dengan perawat,
karenandengan melaksanakan kegiatan bermain perawat mempunyai
kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan menyenangkandengan
anak dan keluarganya.
2. Bermain merupakan alat komunikasi yang efektif antara perawat dan klien
Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.
Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada
anak
3. Permainan anak di rumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang
pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan
pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri.
4. Permainan yang terapiutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.
5. Permainan yang memberi kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi
secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarganya
(Nikmatur, 2018).

D. Jenis Permainan/ Karakteristik Bermain.


1. Mainan yang dianjurkan untuk Bayi usia 6-12 bulan:
a. Blockies warna-warni jumlah ukuran
b. Buku dengan gambar menarik
c. Balon,cangkir dan sendok
d. Boneka bayi
2. Todler (1-3 Tahun)
a. Mulai berjalan memanjat lari
b. Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya
c. Senang melempar mendorong mengambil sesuatu
d. Perhatiannya singkat
e. Mulai mengern memiliki" Ini milikko
f. Karakteristik bermain Paralet Play"
g. Toddler selalu bertengkar saling memperchutkan mainan sesuatu
h. Senang musik irama
i. Mainan Untuk Toddler
1) Mainan yang dapat ditarik dan didorong
2) Alat masak
3) Malam/lilin
4) Boneka Blockies, Telepon, gambar dalam buku,bola,dram yang dapat
dipukul krayon, kertas.
3. Pre-School (3-6 tahun)
a. Cross motor and fine motors
b. Dapat melompat bermain dan bersepeda.
c. Sangat energik dan imaginative
d. Mulai terbentuk perkembangan moral
e. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok
f. Karakteristik bermain
g. Assosiative play
h. Dramatic play
i. Skill play
j. Laki-laki aktif bermain di luar
k. Perempuan didalam rumah
l. Mainanuntuk Pre-school
1) Peralatan rumah tangga
2) Sepeda roda Tiga
3) Papan tulis/kapur
4) Lilin boneka kertas
5) Drum, buku dengan kata simple,kapal terbang mobil, truk
6) Menyusun puzzle
4. Usia Sekolah (6-12 tahun)
a. Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
b. Dapat belajar dengan aturan kelompok
c. Belajar Independent.cooperative bersaing menerima orang lain.
d. Karakteristik "Cooperative Play
b. Laki-laki Mechanical
c. Perempuan Mother Role
d. Manainan untuk usia Sekolah6-8 tahun yaitu Kurtu boneka robot buku alat
olair
e. ragaskasutuk melukis mencuat sepeda
f. Mainan untuk Usia Sekolah 8-12 tahun yaitu buku mengumpulkan
g. perangko,uang logam,pekerjaan tangan kartu,olah raga bersama sepeda,
sepatu roda.

E. Permainan Menara Donat


Menara Donat adalah permainan yang terdiri dari beberapa donat warna-warni
yang dapat disusun menjadi sebuah menara. Terdiri dari donat ukuran kecil hingga
ukuran besar (Afriani,2004)

F. Manfaat Menara Donat


1. Mengenal bentuk dan warna
2. Melatih kemampuan motorik halus
3. Merangsang kreativitas
4. Meningkatkan daya konsentrasi
5. Melatih kesabaran

G. Cara Bermain Dengan Menara Donat


Permainan menyusun donat cara memainkannya pertama-tama dengan
melepas tiap donat dan kemudian disusun kembali sesuai besar donatnya. Latih
anak untuk menyususn berdasarkan ukurannya,berikan pujian jika anak berhasil
melakukannya.

H. Manfaat Bermain Puzzle


1. Mempertajam ingatan
2. Mengasah kemampuan motorik
3. Melatih koordinasi mata dan tangan
4. Merangsang kemampuan dalam memecahkan masalah
5. Melatih kemampuan sosial
I. Cara Bermain Puzzle
1. Acak puzzle
2. Ajak anak mencocokan potongan puzzle tersebut
3. Setelah selesai berikan pujian pada anak

J. Permainan Menyusun Puzzle


Adalah konsep permainan menyususn gambar secara benar, dengan melihat
bentuk,warna,dan juga ukuran. Keunggulannya yaitu memiliki macam-macam
warna sehingga menarik minat anak untuk belajar dan meningkatkan konsentrasi
anak dalam belajar.

K. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit-perkembangan psikomotor kognitif tergangg
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan lokasi, negara, kultur.
5. Alat permainan serang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status social ekonomi.

L. Bermain Di Rumah Sakit


1. Tujuan
a. Melanjutkan tumbuh kembang selama perawatan
b. Mengembangkan kreativitas melalui c.pengalaman permainan yang tepat
c. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
d. Mengurangi tingkat kecemasan
2. Prinsip
a. Tidak banyak mengeluarkan energi, smgkat, dan sederhana.
b. Mempertamb.mgkin keamanan
c. Kelompok orourtesia klin sama
d. Mebbikin kelemgau orang tua
e. Tidak bertengan menu pengobatan
3. Upaya Perawatan Dalam Pelaksanaan Bermain
a. Lakukan saat tidak sedang tindakan keperawatan
b. Lakukan diluar jadwal makan, istirahat dan terapi
c. Mencari kesempatan khusus
4. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan
a. Alat bermain
b. Tempat bermain
c. Kondisi peserta
d. Pendampingan orang tua
e. Pendampingan perawat ruangan
5. Pelaksanaan Bermain di RS Dipengaruhi Oleh:
a. Faktor pendukung (Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS,kerjasama
Tim dan keluarga)
b. Faktor penghambat
1) Anak lelah
2) Anak bosan
3) Anak merasa takut dengan lingkungan
4) Kecemasan pada orang tua.
5) Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain
BAB III
RANCANGAN BERMAIN

Topik : Terapi aktivitas bermain anak pada usia toddler (1-3 tahun) di
Ruangan Pinang Belakang
Sub Topik :
a. Stimulasi fungsi kognitif
b. Stimulasi motorik
c. Stimulasi sensorik
Tempat : Pinang Belakang
Waktu : Pukul 10.00 WITA (30 menit)

A. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti terapi bermain diharapkan anak dapat mengembangkan
keterampilannya dan dapat mengekspresikan perasaannya selama dirawat di
rumah sakit untuk melanjutkan tumbuh kembang anak dan meminimalkan
hospitalisasi pada anak
2. Tujuan Instruksional Khusus
1. Menstimulus perkembangan motorik anak dan kognitifnya
2. Menghilangkan/mengurangi perasaan takut dan kecemasan
3. Mengurangi rasa sakit yang diderita
4. Memnuhi kebutuhan aktifitas bermain

B. Perencanaan
1. Jenis Program Bermain
Jenis permainan yang dipilih adalah permainan menyusun menara donat dan
menyusun puzzle.
2. Karakteristik Permainan
Pasien dibimbing untuk melatih kemampuan kognitif, motoric, dan sensori
melalui permainan menyusun menara donat dan menyusun puzzle.
Kegiatan Bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
 Anak usia toodler yaitu 3 tahun
 Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
 Tidak terpasang alat-alat invasif (NGT, Kateter)
 Tidak Bedrest
b. Kriteria Eksklusi:
 Suhu tubuh meningkat (> 38°C)
 Bedrest
3. Sasaran I
 Anak usia toodler (3 tahun) yang dirawat di ruang Pinang Belakang
 Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
 Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain.
4. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Kamis, 11 Mei 2023
Waktu : Pukul 10.00 s/d selesai
Tempat: Ruang Pinang Belakang RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar
Waktu yang dipilih untuk memberikan permainan ini pada anak,
yaitu pada saat anak tersebut sedang santai. Durasi atau lamanya bermain
adalah sekitar 30 menit untuk menghindari anak merasa bosan dengan
permainan tersebut.
5. Pengorganisasian
Leader : Nur Adelia Arif
Co. Leader : Wiwin Usman
Fasilitator : Maria Gabriela Bebe Ea dan Sri Yuliana
Moderator : Sukma Umangsadji
Observer : Yusran Syukur
6. Pembagian Tugas
A. Leader
Peran Leader
a. Menjelaskan tujuan bermain
b. Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
c. Menjelaskan aturan bermain pada anak
d. Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan
B. Co Leader
Peran Co Leader
a. Membantu leader dalam mengorganisasi anggota.
C. Fasilitator
Peran Fasilitator
a. Menyiapkan alat-alat permainan
b. Memberi motivasi kepada anak untuk mendengarkan apa yang sedang
dijelaskan.
c. Mempertahankan kehadiran anak
d. Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun
dalam.
D. Moderator
Peran Observer
Membuka kegiatan dan memandu jalannya terapi bermain
E. Observer
Peran Observer
a. Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan non verbal
b. Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
c. Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program bermain
7. Metode Permainan
Metode yang dilakukan adalah demonstrasi secara langsung yang
dilakukan anak sesuai dengan instruksi yang diberikan Langkah-langkah :
a. Leader membuka acara, kontrak waktu menjelaskan tujuan dan cara
bermain
b. Leader menunjukan cara menyusun menara donat dan menjelaskan
warna apa saja yang terdapat pada menara donat serta menjelaskan
urutan sesuai ukuran, dan anak kemudian anak mulai menyusun
menara donat sesuai ukuran dan warna.
c. Leader mulai membongkar susunan puzzle kemudian memasang
kembali sesuai bentuk dan warna gambar pada puzzle. Setelah anak
memperhatikan gambar kemudian anak mulai menyusun puzzle sesuai
bentuk dan warna puzzle.
d. Peserta diinstruksikan dan dibimbing oleh fasilitator saat bermain
e. Peserta diinstruksikan dan dibimbing oleh fasilitator untuk
menyebutkan gambar pada puzzle yang ditunjukkan leader
f. Selalu memberi reward untuk respon kooperanf dan positif dan peserta
8. Media
a. Puzzle
b.Menara Donat
C. Strategi/Rencana Pelaksanaan
No Kegiatan Waktu Respon
1. Persiapan Ruangan, alat, dan anak
 Menyiapkan Ruangan 5 menit bersama keluarga sudah
 Menyiapkan Alat siap
 Menyiapkan Anak dengan keluarga

2. Proses 20 menit
Membuka proses terapi bermain dengan  Menjawab salam
mengucap salam, do’a, memperkenalkan  Memperkenalkan diri
diri, kontrak waktu  Anak mau bermain
 Menjelaskan kepada anak dan dengan antusias
keluarga tentang tujuan dan manfaat Memperhatikan
bermain
 Menjelaskan cara terapi bermain
 Memberi kesempatan untuk
bertanya/klarifikasi
 Mengajak anak bermain
 Mengevaluasi respon anak dan
keluaarga (perasan)
 Menyimpulkan
(reward/ reinforcement positif)
dilanjutkan dengan do’a
5 menit Menjawab salam
Penutup :
 Menyimpulkan
 Mengucapkan salam

D. Antisipasi Memininalkan Hambatan


Untuk mengantisipasi hambatan-hambatan dalam proses terapi
bermain, maka langkah-langkah yang dapat diambil diantaranya:
1. Saat permainan berlangsung dilandasi dengan pengertian, kasih sayang
juga kesabaran dalam menghadapi sifat dan karakteristik anak yang
berbeda-beda.
2. Dilakukan berjenjang dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak.
3. Jika menggunakan alat dalam permainan, bisa menggunakan alat yang
sederhana, murah dan mudah didapat, disesuaikan dengan keadaan.
4. Selalu berikan pujian atas keberhasilan yang dilakukan anak.
5. Ciptakan suasana menyenangkan, bervariasi, dan nyaman sehingga tidak
membosankan
6. Meminta nasehat kepala ruangan atau CI lahan jika ditemukan kesulitan
dalam mencapai tujuan terapi bermain.
E. Evaluasi yang diharapkan
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir ditempat terapi bermain
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilaksanakan di ruang Pinang
Belakang RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar, Pengorganisasian
penyelenggaraan terapi bermain dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi terapi bermain
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat terapi bermain
2. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
3. Evaluasi Hasil
a. Kecemasan akibat hospitalisasi pada anak menurun
b. Jumlah hadir dalam terapi bermain minimal 1 orang anak didampingi
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana (2011). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Salemba Medika:
Jakarta.
Kusumaningtyas, Dwi. (2020). The Effect Of Image Playing Therapy To Reduce
Hospitalization Anxietyin Toddler Age Patients In Rumah Sakit Umum Negara
Indonesian Journal Of Health Research 1 (1), 6-9
Lippincott Williams & Wilkins Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik (Vol. Volume 1). Jakarta: EGC.
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak 1999. EGC: Jakarta.
Puspita A. N. dil, (2016) Pengaruh Terapi Bermain Origami Pada Anak Usia
Toodler yang Mengalami Kecemasan Akibat Hospitalisasi Diruang Astar
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Purwokerto
Rohmah, Nikmatur. (2018). Terapi Bermain. Jember: LPPM Universitas
Muhammadiyah Jember.
Stuart, W. G., & Sundeen, J. S. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Soetjiningsih, Ranuh. IG.N.G (2013). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta:
EGC
Supartini. (2014). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak Jakarta EGC.
Susilaningrum, R.. Nursalam, & Utami, S. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai