STIKES BANYUWANGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
analisis jurnal dengan judul “Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap
Perilaku Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada Saat Hospitalisasi” dengan
tepat pada waktunya. Sedikit banyak hambatan yang kami hadapi dalam
penyusunannya. Namun berkat kerja sama dari anggota kelompok kami serta
bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga kami dapat menyelesaikan analisis
jurnal tersebut.
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Yang Menyetujui,
Dosen Pembimbing
NIP.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
2.1 Metode.......................................................................................................4
2.2 Hasil........................................................................................................... 4
2.3 Pembahasan..............................................................................................5
BAB 3 KESIMPULAN........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................8
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Hopitalisasi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kondisi
yang mengharuskan untuk mendapatkan perawatan dirumah sakit untuk
mengatasi sakitnya. Hospitalisasi pada anak dapaat menimbulkan kecemasan
dimana hal itu diakibatkan karena adanya perpisahan, lingkungan baru, rasa
tidak menyenangkan serta nyeri dimana kondisi tersebut belum pernah dialami
sebelumnya. Hospitalisasi juga akan berdampak pada perkembangan anak
dimana juga akan mengakibatkan terganggunya proses pengobatan. Dampak
yang lain akibat hospitalisasi salah satunya adalah diare, nafsu makan menurun
dan kesulitan untuk tidur (Saputro et al., 2017).
Anak prasekolah menganggap sakit adalah sesuatu hal yang menakutkan
dan stresor bagi anak karena kehilangan lingkungan yang aman dan tidak
menyenangkan (Saputro, 2017). Stres pada anak ini dapat diperlihatkan dengan
kecemasan yang timbul pada sikap anak. Kecemasan adalah suatu ketegangan,
rasa tidak aman, kekhawatiran yang dirasakan karena mengalami kejadian yang
tidak menyenangkan (Amallia, 2018).
Dampak dari kecemasan pada anak yang menjalani perawatan, apabila
tidak segera ditangani akan membuat anak melakukan penolakan terhadap
tindakan perawatan dan pengobatan yang diberikan sehingga akan berpengaruh
terhadap lamanya hari rawat anak dan dapat memperberat kondisi penyakit yang
diderita anak (Widianti, 2011). Untuk mengurangi dampak akibat hospitalisasi
yang dialami anak selama menjalani perawatan, diperlukan suatu media yang
dapat mengungkapkan rasa cemasnya yaitu dengan terapi bermain (Sujatmiko,
2013).
Perawat sangat berperan untuk mengurangi kecemasan akibat
hospitalisasi dan mempunyai strategi untuk menghadapi anak yang sedang
menjalani perawatan dengan cara salah satunya adalah komunikasi terapeutik.
Teknik komunikasi terapeutik yang dapat digunakan perawat untuk mengurangi
kecemasan adalah mendengarkan dan memberikan perhatian penuh (caring)
terhadap anak sehingga efektif untuk menurunkan kecemasan (Amallia, 2018).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terjadi antara perawat
dengan pasien atau keluarga pasien yang didasari hubungan saling percaya
untuk pertukaran informasi dan dapat digunakan sebagai kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik antara perawat dan anak adalah hubungan kerjasama,
membina hubungan saling percaya yang ditandai dengan tukar-menukar
perilaku, perasaan pikiran dan pengalaman. Dalam proses membina hubungan
2
terapeutik perawat harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Cara berkomunikasi pada anak prasekolah itu berbeda, komunikasi pada anak
hendaknya selalu memperhatikan nada suara, jarak interaksi dengan anak,
sentuhan yan diberikan kepada anak harus atas persetujuan anak (Saputro,
2017).
3
BAB 2
HASIL ANALISIS
2.1. Metode
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
responden.
2.2. Hasil
Didapatkan nilai p-value sebesar 0,017 (α = 0,05) hasil uji statistik yang
kecemasan anak usia prasekolah yang dirawat di RSUD Dr. Soedarso dan RSU
Yarsi Pontianak, dengan jenis kelamin anak terbanyak yaitu perempuan (60,0%),
lama rawat paling lama 1-3 hari (56,7%). Pendidikan terbanyak DIII (73,3%),
lama bekerja paling lama yaitu 1-3 tahun (22,9%). Data tingkat kecemasan
4
masuk dalam kategori tinggi (56,7%), dan komunikasi terapeutik perawat
terjalin rasa percaya, rasa kasih sayang, dan anak akan merasa memiliki suatu
penghargaan pada dirinya. Komunikasi juga dapat mengurangi rasa cemas anak
akibat perawatan dirumah sakit. Pasien anak akan merasa nyaman selama
yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh perhatian serta komunikasi yang
2.3. Pembahasan
tingkat kecemasan pada anak prasekolah di ruang anak diperoleh hasil bahwa
dalam kategori kurang dengan kecemasan pada anak prasekolah kategori tinggi
(65,6%) mengalami kecemasan kategori sedang dan pada hasil uji Sperman
Rank dipadatkan p value = 0,001 (p< 0,05) yang menunjukkan bahwa ada
5
hubungan komunikasi terapeutik perawat terhadap perilaku kecemasan anak
usia prasekolah pada saat prosedur nebulizer di Ruang Sandat Rumah Sakit Tk.
II Udayana.
6
BAB 3
KESIMPULAN
dengan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang dirawat di RSUD Dr.
perawat terhadap perilaku kecemasan anak usia prasekolah pada saat nebulizer
usia prasekolah di ruang Sandat Rumah Sakit Tk. II Udayana sebagian besar
Sandat Rumah Sakit Tk. II Udayana. Oleh sebab itu, disarankan kepada perawat
7
DAFTAR PUSTAKA