Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS JURNAL KOMUNIKASI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP


PERILAKU KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH PADA SAAT
HOSPITALISASI UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
KOMUNIKASI KEPERAWATAN DENGAN DOSEN PEMBIMBING
Ns. ANNISA NUR AZMI S.Kep., M.Kep.

Nama kelompok dan NIM :

1. Michelle Mayang Yufenanda (202102010)


2. Mariska Putri Alawati (202102023)
3. Qothruhnada Firdausi (202102035)
4. Fiki Aldiyanto (202102031)
5. Richo Rizkiyanto (202102032)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES BANYUWANGI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
analisis jurnal dengan judul “Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap
Perilaku Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada Saat Hospitalisasi” dengan
tepat pada waktunya. Sedikit banyak hambatan yang kami hadapi dalam
penyusunannya. Namun berkat kerja sama dari anggota kelompok kami serta
bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga kami dapat menyelesaikan analisis
jurnal tersebut.

Dengan adanya analisis jurnal ini di harapkan dapat membantu dalam


proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis
juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa untuk terselesaikannya
analisi jurnal ini. Seperti kata pepatah, “Tak ada manusia yang sempurna”, begitu
pula dalam penyusunan analisis jurnal ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman, dosen dan para
pembaca sekalian demi penyempurnaan analasis jurnal ini. Demikian sedikit kata
dari kami, semoga makalah ini bermanfaat.

Banyuwangi, 30 Maret 2022

Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN

Analisis jurnal dengan judul “Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat


Terhadap Perilaku Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada Saat Hospitalisasi”
telah disetujui pada:

Hari :

Tanggal :

Yang Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ns. Annisa Nur Azmi S.Kep, M.Kep.

NIP.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1

BAB 2 HASIL ANALISIS...................................................................................4

2.1 Metode.......................................................................................................4

2.2 Hasil........................................................................................................... 4

2.3 Pembahasan..............................................................................................5

BAB 3 KESIMPULAN........................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................8

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

Perkembangan anak usia prasekolah sebagian besar sudah memiliki


keterampilan verbal dan mampu beradaptasi dengan berbagai situasi. Pada usia
ini, anak membutuhkan lingkungan yang nyaman untuk proses tumbuh
kembangnya, seperti lingkungan bermain dan teman sepermainan yang
menyenangkan. Anak belum mampu membangun suatu gambaran mental
terhadap pengalaman kehidupan sebelumnya, dengan demikian harus
menciptakan pengalamannya sendiri (Soetjiningsih, 2013).
Selain itu, anak prasekolah merupakan populasi yang sangat rentan
terutama ketika menghadapi situasi yang membuat cemas dan stress, salah
satunya lingkungan yang baru seperti lingkungan rumah sakit (hospitalisasi)
(Kyle & Carman, 2015).
Berdasarkan survei dari WHO pada tahun 2008, hampir 80% anak
mengalami perawatan di rumah sakit. Sedangkan di Indonesia sendiri
berdasarkan survei kesehatan ibu dan anak tahun 2010 didapatkan hasil bahwa
dari 1.425 anak mengalami dampak hospitalisasi, dan 33,2% diantaranya
mengalami dampak hospitalisasi berat, 41,6% mengalami dampak hospitalisasi
sedang, dan 25,2% mengalami dampak hospitalisasi ringan (Rahma &
Puspasari, 2010).
Menurut Gomez (2015), penelitian di rumah sakit di Brazil diidentifikasi
kecemasan pada anak sebesar 88,5%. Prevalensi kecemasan anak saat
menjalani hospitalisasi mencapai 75%. Di Indonesia rata-rata anak yang
menjalani rawat inap di rumah sakit 2,8% dari jumlah total anak 82.666 orang.
Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di bulan September 2019
diperoleh data awal di Rumah Sakit Tk.II Udayana, menunjukkan anak usia
prasekolah yang dirawat di ruangan anak selama bulan Desember 2017-Januari
2018 berjumlah 130 anak, yang terdiri dari usia 1-3 tahun 30 anak, usia 4-5
tahun 60 anak, usia 6-10 tahun 40 anak.
Di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari lima juta anak mengalami
hospitalisasi dan lebih dari 50% anak mengalami kecemasan dan stress.
Diperkirakan juga lebih dari 1,6 juta anak usia 2-6 tahun menjalani hospitalisasi
disebabkan injury dan berbagai penyebab lainnya (Disease Control, National
Hospital Discharge Survey, 2015).

1
Hopitalisasi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kondisi
yang mengharuskan untuk mendapatkan perawatan dirumah sakit untuk
mengatasi sakitnya. Hospitalisasi pada anak dapaat menimbulkan kecemasan
dimana hal itu diakibatkan karena adanya perpisahan, lingkungan baru, rasa
tidak menyenangkan serta nyeri dimana kondisi tersebut belum pernah dialami
sebelumnya. Hospitalisasi juga akan berdampak pada perkembangan anak
dimana juga akan mengakibatkan terganggunya proses pengobatan. Dampak
yang lain akibat hospitalisasi salah satunya adalah diare, nafsu makan menurun
dan kesulitan untuk tidur (Saputro et al., 2017).
Anak prasekolah menganggap sakit adalah sesuatu hal yang menakutkan
dan stresor bagi anak karena kehilangan lingkungan yang aman dan tidak
menyenangkan (Saputro, 2017). Stres pada anak ini dapat diperlihatkan dengan
kecemasan yang timbul pada sikap anak. Kecemasan adalah suatu ketegangan,
rasa tidak aman, kekhawatiran yang dirasakan karena mengalami kejadian yang
tidak menyenangkan (Amallia, 2018).
Dampak dari kecemasan pada anak yang menjalani perawatan, apabila
tidak segera ditangani akan membuat anak melakukan penolakan terhadap
tindakan perawatan dan pengobatan yang diberikan sehingga akan berpengaruh
terhadap lamanya hari rawat anak dan dapat memperberat kondisi penyakit yang
diderita anak (Widianti, 2011). Untuk mengurangi dampak akibat hospitalisasi
yang dialami anak selama menjalani perawatan, diperlukan suatu media yang
dapat mengungkapkan rasa cemasnya yaitu dengan terapi bermain (Sujatmiko,
2013).
Perawat sangat berperan untuk mengurangi kecemasan akibat
hospitalisasi dan mempunyai strategi untuk menghadapi anak yang sedang
menjalani perawatan dengan cara salah satunya adalah komunikasi terapeutik.
Teknik komunikasi terapeutik yang dapat digunakan perawat untuk mengurangi
kecemasan adalah mendengarkan dan memberikan perhatian penuh (caring)
terhadap anak sehingga efektif untuk menurunkan kecemasan (Amallia, 2018).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terjadi antara perawat
dengan pasien atau keluarga pasien yang didasari hubungan saling percaya
untuk pertukaran informasi dan dapat digunakan sebagai kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik antara perawat dan anak adalah hubungan kerjasama,
membina hubungan saling percaya yang ditandai dengan tukar-menukar
perilaku, perasaan pikiran dan pengalaman. Dalam proses membina hubungan

2
terapeutik perawat harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Cara berkomunikasi pada anak prasekolah itu berbeda, komunikasi pada anak
hendaknya selalu memperhatikan nada suara, jarak interaksi dengan anak,
sentuhan yan diberikan kepada anak harus atas persetujuan anak (Saputro,
2017).

3
BAB 2

HASIL ANALISIS

2.1. Metode

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif non eksperimen

dengan menggunakan desain penelitian Observasional Analitik karena penelitian

ini hanya mengamati tanpa memberikan perlakuan yang bertujuan untuk

mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel yaitu penelitian untuk

mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat

kecemasan anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi di RSUD Dr.

Soedarso dan RSU Yarsi Pontianak dengan pendekatan Cross Sectional.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional dan rancangan

penelitian yang digunakan cross_sectional ialah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan

cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(point time approach). Dalam penelitian ini menggunakan non probability

sampling dengan teknik purposive sampling dengan menggunakan kriteria inklusi

dan ekslusi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 32

responden.

2.2. Hasil

Didapatkan nilai p-value sebesar 0,017 (α = 0,05) hasil uji statistik yang

artinya ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat

kecemasan anak usia prasekolah yang dirawat di RSUD Dr. Soedarso dan RSU

Yarsi Pontianak, dengan jenis kelamin anak terbanyak yaitu perempuan (60,0%),

lama rawat paling lama 1-3 hari (56,7%). Pendidikan terbanyak DIII (73,3%),

lama bekerja paling lama yaitu 1-3 tahun (22,9%). Data tingkat kecemasan

4
masuk dalam kategori tinggi (56,7%), dan komunikasi terapeutik perawat

sebagian besar kurang baik (53,3%)

Hasil penelitian yang dilakukan di ruang Sandat Rumah sakit Tk.II

Udayana didapatkan hasil ada hubungan komunikasi terapeutik perawat

terhadap perilaku kecemasan anak usia prasekolah. Komunikasi terapeutik

perawat yang cukup akan menghasilkan kecemasan anak menjadi sedang.

Komunikasi terapeutik pada anak merupakan bagian penting dalam membangun

kepercayaan diri perawat dengan anak. Melalui komunikasi terapeutik akan

terjalin rasa percaya, rasa kasih sayang, dan anak akan merasa memiliki suatu

penghargaan pada dirinya. Komunikasi juga dapat mengurangi rasa cemas anak

akibat perawatan dirumah sakit. Pasien anak akan merasa nyaman selama

perawatan dengan adanya dukungan sosial keluarga, lingkungan perawatan

yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh perhatian serta komunikasi yang

terapeutik yang mempercepat proses penyembuhan.

2.3. Pembahasan

Hasil analisis hubungan teknik komunikasi terapeutik perawat dengan

tingkat kecemasan pada anak prasekolah di ruang anak diperoleh hasil bahwa

responden yang menyatakan pelaksanaan teknik komunikasi terapeutik perawat

dalam kategori kurang dengan kecemasan pada anak prasekolah kategori tinggi

sebanyak 19 dari 30 orang (63,3%).

Dari hasil penelitian didapatkan 14 responden (43,0%) menyatakan

komunikasi terapeutik perawat dalam kategori cukup. Perilaku kecemasan anak

usia prasekolah pada saat hospitalisasi sebagian besar yaitu 21 responden

(65,6%) mengalami kecemasan kategori sedang dan pada hasil uji Sperman

Rank dipadatkan p value = 0,001 (p< 0,05) yang menunjukkan bahwa ada

5
hubungan komunikasi terapeutik perawat terhadap perilaku kecemasan anak

usia prasekolah pada saat prosedur nebulizer di Ruang Sandat Rumah Sakit Tk.

II Udayana.

6
BAB 3

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan analisis penelitian, secara umum dapat disimpulkan

bahwa Terdapat hubungan yang bermakna antara komunikasi terapeutik perawat

dengan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang dirawat di RSUD Dr.

Soedarso dan RSU Yarsi Pontianak.

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan komunikasi terapeutik

perawat terhadap perilaku kecemasan anak usia prasekolah pada saat nebulizer

di ruang sandat RS Tk. II Udayana dapat disimpulkan bahwa komunikasi

terapeutik perawat di ruangan Sandat Rumah Sakit Tk. II Udayana sebagian

besar dalam kategori cukup 14 responden (43,0%). Perilaku kecemasan anak

usia prasekolah di ruang Sandat Rumah Sakit Tk. II Udayana sebagian besar

dalam ketegori sedang 21 responden (65,6%). Ada hubungan komunikasi

terapeutik perawat terhadap perilaku kecemasan anak usia prasekolah di ruang

Sandat Rumah Sakit Tk. II Udayana. Oleh sebab itu, disarankan kepada perawat

dan staf medis lainnya untuk melaksanakan komunikasi terapeutik saat

melakukan tindakan medis maupun keperawatan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Yustiari, N. W., Sukmandari, N. M. A., & Purwaningsih, N. K. (2021). Hubungan


Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Perilaku Kecemasan Anak Usia
Prasekolah Pada Saat Hospitalisasi Di Ruang Sandat Rumah Sakit Tk. II
Udayana. Jurnal Citra Keperawatan, 9(2), 81-86.

Siswanti, D. (2017). Hubungan KomunikasinTerapeutik Perawat Dengan Tingkat


Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang Dirawat di RSUD Dr. Soedarso
dan RSU Yarsi Pontianak. Jurnal ProNers, 3(1).

Anda mungkin juga menyukai