Anda di halaman 1dari 7

ULASAN JURNAL

TEMA : KEPERAWATAN ANAK

Disusun untuk memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

Dosen coordinator : Metia

Disusun Oleh :

Della Maulida Munasantika (P17320123461)

Rafly Maulana Akbar

Sinta Sofiariani (P17320123483)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG


SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN INTERNATIONAL CLASS
TAHUN 2023-2024
DAFTAR ISI
TEKS ULASAN

A. Ulasan Jurnal 1
1. Identitas
Judul : Permainan Boneka Tangan Terhadap Kecemasan Anak 4-6 Tahun di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
Penulis : Marwan Riki Ginanjar, Septi Ardianty, Dian Apriani
Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Keperawatan Anak
Vol., No., Tahun : Vol.5, No.1, Tahun 2022
Link Jurnal : https://journal.ppnijateng.org/index.php/jika/article/view/1126/669

2. Orientasi
Jurnal ini berisi seputar keperawatan anak, ada banyak sub judul di dalamnya. Salah
satunya adalah “Permainan boneka tangan terhadap kecemasan anak 4-6 tahun di rumah
sakit Muhammadiyah Palembang”. Disini dijelaskan bahwa hospitalisasi anak di Rumah
Sakit adalah sebuah prosedur tindakan medis membuat anak merasa tidak nyaman dan
merasa terancam sehingga menimbulkan cemas. Permainan boneka tangan adalah
permainan yang dilakukan dengan media boneka tangan yang bisa membuat anak
berimajinasi menggunakan teknik bercerita. Upaya ini dilakukan untuk menurunkan
tingkat kecemasan pada anak, terlebih lagi anak yang punya temperamen tinggi dan
rendah. Penelitian juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh permainan boneka tangan
terhadap kecemasan anak hospitalisasi 4-6 tahun.

3. Ringkasan
Anak merupakan seseorang yang berumur di bawah 18 tahun yang masih dalam tahap
perkembangan baik itu fisik maupun psikologis. Kurang dari sepertiga dari sepertiga
dari 30 juta anak usia 0-6 tahun di Indonesia memiliki akases pada program
Pendidikan anak usia dini (PAUD). Di Indonesia, jumlah anak usia prasekolah
(4-6 tahun) berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2016 jumlah anak usia pra sekolah 9.603.173 jiwa. Penelitian menunjukkan bahwa
anak umur 4-6 tahun sangat rentan terkena penyakit dan mengalami rawat inap di rumah
sakit yang menyebabkan populasi anak menjalani hospitalisasi menjadi meningkat.
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang menyebabkan anak harus di rawat inap.
Respon yang sering muncul ketika anak diharuskan menjalani hospitalisasi adalah cemas
dan murung serta mudah menangis. Respon tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti ketakutan dengan orang atau lingkungan yang asing, kekhawatiran ketika
dilakukan pengobatan, adanya trauma, serta hilangnya kebebasan untuk melakukan
aktivitas yang biasanya mereka lakukan.
Perasaan cemas terhadap anak yang sedang rawat ianp harus dikurangi. Terapi bermain
dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak karena aktifitas bermain yang
dilakukan oleh anak di rumah sakit dapat memberikan keuntungan seperti
meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat karena dengan
melaksanakan kegiatan bermain perawat mempunyai kesempatan untuk membina
hubungan baik dan menyenangkan, baik dengan anak maupun keluarganya. Bermain
merupakan alat komunikasi yang efektif antara perawat dan klien. Setelah diberikan
terapi bermain anak lebih merasa tenang. Berdasarkan penelitian, terapi boneka tangan
ada pengaruhnya untuk mengurangi tingkat kecemasan anak tetapi hanya sedikit.
Intervensi yang dilakukan yaitu terapi permainan boneka tangan ada aspek
kecemasan yang hanya sedikit mengalami penurunan terutama pada aspek anak tidak
ingin melihat teman sekamarnya dan tidak ingin mengobrol dengan teman sekamarnya
hal ini disebabkan karena pada saat dilakukan terapi permainan boneka
tangan, permainan tidak dilakukan secara berkelompok hanya dilakukan perorangan,
dilakukan bersama orangtua dan peneliti saja, sehingga anak sedikit mengenal
dengan lingkungan sekitarnya dan komunikasi anak kurang dengan teman
sekamarnya. Pada aspek selanjutnya yaitu anak memeluk ibu saat akan diperiksa
oleh perawat atau dokter hal itu disebabkan karena pada saat dilakukan terapi
permainanboneka tangan anak didampingi oleh orang tuanya. Anak tidak bisa
dipisahkan dengan orang tua sehingga anak sedikit mengalami perubahan dalam
aspek anak memeluk ibu saat akan diperiksa perawat atau dokter. Pada aspekanak
mengatakan takut apabila ada bekasluka akibat disuntik hal tersebut disebabkan karena
pada saat terapi bermain boneka tangan tidak dilakukan tindakan pengobatan dan
anak tidak sedang disuntik serta isi cerita tidak menceritakan tentang tindakan
prosedur pengobatan disuntik dan bekas luka akibat disuntik. Berdasarkan
hasil tersebut maka terapi permaianan boneka tangan dapat dijadikan sebagai
alternatif tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan kecemasan
terutama bagi anak yang mengalami hospitalisasi. Peneliti menyadari bahwamasih
banyak aspek yang mempengaruhi kecemasan anak akibat hospitalisasi.

B. Ulasan Jurnal 2
1. Identitas
Judul : Efektifitas Lingkungan Terapetik Terhadap Reaksi
Hospitalisasi Pada Anak
Penulis : Umi Solikhah
Nama Jurnal : Jurnal Keperawatan Anak Persatuan Perawatan Nasional Indonesia
Vol., No., Tahun : Volume 1, No. 1, Mei 2013
Link Jurnal : https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKA/article/view/899

2. Orientasi
Jurnal ini membahas tentang reaksi hospitalisasi pada anak yang dirawat di rumah sakit,
yang sering kali ditandai dengan perilaku anak yang rewel, ketakutan, tidak kooperatif,
dan tampak cemas selama masa perawatan di rumah sakit. Penulis mengutip pendapat
dari Ball dan Bindler (2003) bahwa anak-anak yang dirawat di rumah sakit seringkali
menghadapi lingkungan yang asing dan menakutkan, yang menyebabkan reaksi
hospitalisasi.

Penelitian ini menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut tentang penerapan lingkungan
terapetik oleh perawat, baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik, agar dapat
memberikan masukan kepada manajemen rumah sakit untuk meningkatkan kualitas
pelayanan. Lingkungan terapetik diharapkan dapat mengurangi reaksi hospitalisasi
negatif, termasuk melalui penataan ruangan, penggunaan restraint terapetik, sikap dan
komunikasi perawat yang terapetik, permainan terapetik, seni, dan terapi musik.

Jurnal ini memiliki tujuan yang jelas, yaitu untuk mengevaluasi efektivitas lingkungan
terapetik terhadap reaksi hospitalisasi pada anak. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan wawasan penting tentang bagaimana menciptakan lingkungan yang lebih
baik untuk anak-anak yang dirawat di rumah sakit agar mereka dapat menghadapi
hospitalisasi dengan lebih baik.
3. Ringkasan
anak yang dirawat di rumah sakit berada pada lingkungan asing yang tidak diketahuinya,
dikelilingi orang-orang asing, peralatan, dan pemandangan sekitar menakutkan sehingga
menimbulkan reaksi hospitalisasi. Reaksi hospitalisasi pada anak
diasumsikan dapat diminimalisir dengan keberadaan lingkungan yang terapetik. Menurut
Smith dan Watkins (2010), lingkungan terapetik meliputi efek psikososial lingkungan,
efek lingkungan terhadap sistem immune, dan bagaimana pengaturan ruangan yang
menarik. Setting ruang rawat anak yang menarik diharapkan memberikan kesenangan
tersendiri sehingga anak menjadi tidak cemas selama hospitalisasi. Anak yang kooperatif
ketika dilakukan tindakan keperawatan merupakan salah satu tanda anak yang tidak
cemas akibat hospitalisasi.

Respon anak ketika menghadapi efek hospitalisasi, bisa dalam bentuk kecemasan, takut
prosedur invasif, tidak kooperatif, tantrum, dan menolak petugas kesehatan. Pada anak
usia sekolah cenderung mulai matur baik fisik maupun mental, konsep waktu difahami
dengan baik, sehingga orang tua tinggal menganjurkan sesuatu ketika berkunjung ke
rumah sakit. Stress terhadap prosedur tindakan yang dilakukan berperan penting
terhadap kemunduran atau perubahan perilaku (Ball & Bindler, 2003). Walaupun
tingkat pemahaman mereka tentang konsep tubuh sudah mulai ada, efek hospitalisasi
tetap menjadi masalah bagi anak usia sekolah.

Reaksi hospitalisasi yang ditunjukkan pada anak usia sekolah lebih ringan
dibandingkan dengan anak usia toddler dan pra sekolah. Anak yang pernah merasakan
sakit sebelumnya akan merespon sakitnya saat ini dengan lebih positif. Perpisahan
dengan rutinitas sehari-hari bagi anak usia sekolah menjadi faktor penting penyebab
munculnya reaksi negatif hospitalisasi. Anak yang pernah dirawat di rumah sakit
yang sama akan merasa lebih terbiasa dibandingkan dengan yang baru pertama
kali di rawat. Pembawaan anak yang tenang dan kemampuan ketrampilan
koping yang baik akan lebih menunjukkan reaksi positif. Kegawatan diagnosa
menjadi sumber ketakutan anak dan orang tua. Support system yang cukup dari
keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial terutama dari teman sebaya.

Karakteristik lingkungan terapetik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah


adanya perlakuan untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik. Perlakuan
yang di laksanakan meliputi komunikasi terapeutik saat melakukan tindakan,
pencitraan lingkungan tempat tidur (memasang stiker bergambar di kamar,
penggunaan sprei bermotif kartun, penggunaan bidai restrain infus yang bergambar, dan
pemakaian rompi bergambar saat melakukan tindakan keperawatan.

Hasil uji antara reaksi hospitalisasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
menunjukkan bahwa angka signifikansi dari variabel reaksi hospitalisasi yang
meliputi kecemasan anak (p-value=0,004), sikap kooperatif (p-value=0,000), respon
anak (p-value=0,000), mood anak (pvalue=0,000), dan sikap penerimaan pada
petugas (p-value=0,000) adalah efektif. Anak yang dirawat di rumah sakit
menunjukkan reaksi menangis karena kesakitan dan hospitalisasi. Penyebab
penurunan mood antara lain perubahan status kesehatan dan lingkungan yang jauh
dari rutinitasnya sehari hari

Anda mungkin juga menyukai