Anda di halaman 1dari 20

Tugas 4

Nama Kelompok :
1. Yeyen Afriani (2026010004)
2. Reva Arya Ningtyas (2026010026)

Pengaruh Terapi Bermain terhadap Kecemasan Anak Usia Sekolah Saat Hospitalisasi di
Ruangan Catelia Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu

The Influence of Therapeutic Play on The Anxiety of Hospitalized School –Age Childreninthe
Catelia Room of Public Hospital of Undata

PaluSelvi Alfrida Mangundap

Poltekkes Kemenkes Palu

ABSTRAK

Hospitalisasi adalah keadaan yang menyebabkan seseorang harus tinggal dirumah sakit
untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan. Salah satu akibat anak yang mengalami
hospitalisasi adalah kecemasan. Kecemasan yaitu suatu respon emosional terhadappenilaian
sesuatu yang dianggap membahayakan, dimana cemas sangat berkaitan dangan
perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan. Salah satu intervensi keperawatan anak
untuk membantu mengurangi kecemasan anak sekolah selama menjalani hospitalisasi
adalah terapi bermain. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh terapi bermain
terhadap kecemasan anak usia sekolah saat hospitalisasi di ruangan Catelia Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu Tahun 2017.Desain penelitian ini adalah penelitian
kuantitatifdengan rancangan quasi eksperimentdengan one group pre test and post test
design. Pada penelitian ini responden diberikan perlakuan bermain menggunakan model
permainan bola kaki mini yang dirancang sendiri, proses pengambilan data dilakukan
sebelum dan sesudah bermain. Hasil menunjukkan bahwa terdapat berbedaan yang
signifikan antara kecemasan sebelum diberikan terapi bermain dan sesudah dilakukan
terapi bermain pada anak usia sekolah saat hospitalisasi di ruangan Catelia Rumah
Sakit Umum Daerah Undata Palu. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat
berbedaan yang signifikan antara kecemasan anak usia sekolah sebelum dan sesudah bermain.
Saran, perawat perlu memberikan terapi bermain sebagai salah satu paket dalam merawat pasien
anak karena merupakanbagian dari tindakan mandirinya.

Kata Kunci: Bermain; kecemasan; hospitalisasi;anak sekolah


.ABSTRACT

Hospitalization is a condition that causes a person to stay in hospital for treatment and
treatment. One of the consequences of a hospitalized childhood anxiety. Anxiety is an
emotional response to the assessment of something that is considered dangerous, where anxiety
is closely related to the feelings of uncertainty and helplessness. One of the child nursing
interventions to help reduce the anxiety of school children during hospitalization is play
therapy. The purpose of this study is to know the effect of play therapy on school-age
anxiety during hospitalization in the Catelia Room of Public Hospital of Undata Palu Area in
2017.This research design is quantitative research with quasi experiment design with one
group pretest and posttest design. In this study respondents were given play treatment
using a mini football game model which is self-designed, the process of data retrieval done
before and after play.The results showed that there was a difference between anxiety
before being played and playing therapy in the Catelia Room of General Hospital of
Undata Palu.The conclusion of this study is that there is a difference between school-aged
anxiety before and after play. Suggestions, nurses need to provide play therapy as one package in
caring for pediatric patients as it is part of the independent action.Keywords: playing;
anxiety;hospitalization;schoolchildren.Vol.1 No.1 Oktober2020: Hal. 1-5p-ISSN: 0000-0000e-
ISSN: 0000-0000Lentora Nursing Journalhttp://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/LNJ© 2020
by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of
the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license
(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).

PENDAHULUAN

Hospitalisasi adalah keadaan yang menyebabkan seseorang harus tinggal dirumah sakit untuk
mendapatkan perawatan dan pengobatan. Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab
stres bagi anak, terutama disebabkan oleh perpisahan dari lingkungan, dan orang tua.
Anak yang sedang sakit hampir selalu memperlihatkan sikap yang sangat mudah
tersinggung, mudah cemas, marah-marah, agresif, penakut, curiga dan sensitive.1Salah satu
akibat anak yang mengalami hospitalisasi adalah kecemasan. Kecemasan yaitu suatu
respon emosional terhadap penilaian sesuatu yang dianggap membahayakan, dimana cemas
sangat berkaitan dangan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan.2Kecemasan anak
usia sekolah saat menjalani hospitalisasi adalah kecemasan akan kerusakan tubuh.
Beberapa prosedur atau tidakan yang dilakukan selama hospitalisasi baik yang
menimbulkan nyeri maupun tidak dan menimbulkan stressor yang berupa takut dan cemas
jika tubuhnya terluka.3Selain itu, peran orangtua yang baik juga dapat mengurangi dampak
hospitalisasi pada anak.4Salah satu intervensi keperawatan anak untuk membantu
mengurangi kecemasan anak sekolah selama menjalani hospitalisasi adalah terapi bermain.
Bermain dapat membebaskan anak dari tekanan dan stress akibat situasi lingkungan.
Saat bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan melepaskan dorongan
yang tidak dapat diterima dalam bersosialisasi. Anak-anak bisa berekspresi dan
mengungkapkan lebih banyak tentang dirinya dalam bermain, mengkomunikasikan beberapa
kebutuhan, rasa takut dan keinginan yang tidak dapat mereka ekspresikan dengan ketrampilan
bahasa mereka yang terbatas.5Sehingga bermain merupakan cara koping yang efektif
untuk mengurangi kecemasan.3Kebutuhan bermain anak usia sekolah penting untuk
dipenuhi karena pada periode ini merupakan periode kritis dalam perkembangan konsep diri
anak, sehingga kegagalan perkembangan tahap ini akan mengganggu konsep diri anak
dikemudian hari. Bentuk permainan yang lebih kompleks pada anak usia sekolah adalah
berinteraksi dengan teman sebaya, karena dapat berperan terhadap pertumbuhan
hubungan sosial, intelektual, dan keterampilan anak. Anak usia sekolah sangat tertarik
dengan permainan papan atau kartu yang semakin rumit atau permainan monopoli dalam
peningkatan keterampilan anak yang dimainkan dengan teman sebayanya.3Berdasarkan
data dari Rumah Sakit Umum daerah Undata Palu, Jumlah pasien yang dirawat
diruang perawatan anak Catelia sejak bulan November 2016 sampai dengan bulan Agustus
2017 berjumlah 1.117 anak, dan dari data tersebut terdapat 307 (27,5%) anak usia sekolah.
Dari 307 orang anak usia sekolah, terdiri dari jenis kelamin anak laki-laki 164 orang
(53,4%) dan anak perempuan 143 orang (46,6%). Berbagai penyakit pada anak dirawat
diruangan Catelia dan berdasarkan data yang diperoleh bahwa kasus penyakit terbanyak yaitu
urutan kesatu; Diare, kedua ISPA danketiga Demam Thypoid.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap
kecemasan anak usia sekolah saat hospitalisasi di ruangan Catelia Rumah Sakit Umum
Daerah Undata Palu Tahun 2017.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian yang digunakan
adalah quasi eksperiment dengan one group pre test and post test design. Penelitian ini
telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu ruangan perawatan anak
Catelia pada tanggal 2 sampai dengan 31 Oktober 2017. Populasi dalam penelitian ini
adalah anak usia sekolah yang dirawat di ruangan perawatan anak Catelia Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu pada bulan Oktober 2017. Sampel dalam penelitian berjumlah 24
orang anak usia sekolah yang dirawat dan yang memenuhi kriteria inklusi selama
penelitian. Data dikumpulkan dengan cara menilai pre-post test. Alat pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yaitu yang berisi tentang
reaksi atau perilaku anak usia sekolah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
bermain yang terdiri dari 10 item. Variabel bebas adalah terapi bermain sedangkan
variabel terikat adalah kecemasan. Analisis statistik dari variabel penelitian ini adalah
paired sampel t test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi umur responden yang terbanyak adalah
umur 7 tahun yaitu 7 orang responden (29,2%), dan umur responden 12 tahun
berjumlah 0 responden (0,0%). Berdasarkan distribusi jenis kelamin responden yang
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 16 orang responden (66,7%), dan berjenis
kelamin perempuan 8 orang responden (33,3 %). Tabel 1.Perbedaan rata-rata kecemasananak
usia sekolah sebelum dan sesudah terapi bermain di ruangan Catelia Rumah Sakit Umum
Daerah Undata PaluOktober 2017 (n=24)NMean Std. DeviationP value Pre testPost
test241.3331.4040,000Sumber : Data Primer, 2017Berdasarkanhasil analisis statistik pada tabel
1 diketahui bahwa terdapat berbedaan yang signifikan antara kecemasan anak sebelum
diberikan terapi bermain dan sesudah dilakukan terapi bermain. Hal ini dapat dilibat dari nilai
sig. (probabilitas) p = 0,000yang lebih kecil dari taraf nyata 5%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh permberian terapi bermain terhadap kecemasan anak usia sekolah saat
hospitalisasi.

PEMBAHASAN

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang
dicintainya, selain itu banyak rutinitas rumah sakit seperti; tirah baring yang di paksakan,
penggunaan pispot, ketidakmampuan memilih menu, kurangnya privasi dan yang lainnya
dapat menjadi ancaman langsung bagi rasa aman mereka. Berbagai perasaan yang sering
muncul pada anak yaitu, cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah.3Berkembangnya
gangguan emosional jangka panjang dan tidaksegera diatasi merupakan dampak
dari hospitalisasi. Gangguan emosional tersebut terkait dengan lama dan jumlah masuk
rumah sakit, dan jenis prosedur yang dijalani di rumah sakit.Anak usia sekolah yang
mengalami kecemasan akibat hospitalisasi ditunjukan dengan kehilangan kontrol,
kehilangan privasi dan kontrol fungsi tubuh, ketakutan pada hal yang menyakitkan dan
prosedur infasif, dan ketakutan pada kematian. Kecemasan pada anak ini akan
menyebabkan terganggunya tidur dan nafsu makan, dapat meyebabkan gangguan perkembangan
dan dapat menunda proses pemulihan penyakit sehingga membuat hari rawatan menjadi
lama.6Kecemasan anak saat hospitalisasi juga dipengaruhi faktor pengalaman hospitaliasi
anak tersebut. Anak yang sudah pernah mengalami hospitalisasi terlihat lebih mudah
beradaptasi dengan tenaga kesehatan dibandingkan dengan anak yang baru pertama kali
mengalami hospitalisasi Kecemasan yang dialami anak dapat dilihat dengan adanya
perubahan-perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah, nadi dan pernafasan. Gerakan-
gerakan tidak tidak terkontrol, telapak tangan lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan
yang sama berulang kali, sulit tidur dan lain-lain.7Selama anak dirawat di rumah sakit, anak
mengalami perpisahan dengan keluarga, berada dilingkungan yang baru dan asing,
dan karena kondisi kesehatan anak terganggu, menyebabkan anak tidak dapat
melakukan aktivitasnya termasuk aktivitas bermain. Hal inilah yang dapat mengakibatkan
kecemasan anak akan bertambah jika tidak dilakukan tindak untuk mengatasinya.Bermain
adalah salah satu intervensi keperawatan untuk meminimalkan dampak hospitalisasi.
Bermain adalah suatu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif
untuk menatalaksana stress. Karena sakit dan hospitalisasi menimbulkan krisis dalam
kehidupan anak, dan karena situasi tersebut menimbulkan stress yang berlebihan,
maka anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami
sebagai alat koping dalam menghadapi stress dan kecemasan tersebut, dengan bermain
pada anak yang mengalami hospitalisasi dapat mendatangkan manfaat seperti
menjauhkan anak dari ketakutan perpisahan, kehilangan pengendalian, dan cedera
tubuh, mereka dapat bekerja dengan perasaan mereka tanpa ancaman, suasana yang nyaman
dan sikap mereka yang paling alami

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kecemasan anak sebelum diberikan terapi bermain dan sesudah dilakukan terapi bermain
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh permberian terapi bermain terhadap
kecemasan anak usia sekolah saat hospitalisasi. Menurut asumsi peneliti aktifitas khusus
berupa bermain sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak dan bermain
sebagai fasilitas pemulihan emosional pada anak dalam menghadapi situasi sulit seperti
hospitalisasi, dan bermain merupakan kebutuhan dasar dan psikologi serta dunianya. Terapi
bermain dapat dilakukan pada anak selain usia sekolah, karena merupakan salah satu
bentuk tindakan keperawatan dengan tujuan untuk membantu anak usia sekolah
menangani permasalahan kesehatan selama dirawat di rumah sakit sebagai sarana untuk
melepaskan diri dari ketegangan dan stress yang dihadapi selama hospitlaiasi Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa pemberian terapi
bermain yang dilakukan anak dengan teman sebayanya seperti permainan kartu, cerita
bersambung, anatomi tubuh dan puzzle berpengaruh 66% efektif menurunkan kecemasan
pada anak usia sekolah yang dirawat di Rumah Sakit Bayumas.8Terapi bermain
membebaskan anak dari konflik dan mengurangi efek akibat pengalaman traumatik. Terapi
bermain dengan model yang berfokus pada hubungan mengandung beberapa unsur yang
dapat menurunkan kecemasan anak saat hospitaliasi. Saat bermain anak mengekspresikan
perasaannya sehingga anak dapat melepaskan ketegangan dan beradaptasi terhadap stressor.
Akibat bermain ini merupakan strategi koping mekanisme sederhana untuk menghadapi
kecemasan, seperti distraksi yaitu mengalihkan perhatian anak pada kegiatan yang disukainya
yang bermanfaat untuk menurunkan kecemasan selama hospitalisasi sehingga anak akan
memiliki sikap kooperatif selama menjalani perawatan di rumah sakit, terbukti saat
penelitian berlangsung ada beberapa anak yang masih menjalani perawatan mendatangi
penulis meminta sendiri untuk diberikan kesempatan lagi bermain, meskipun bukan
jadwad mereka untuk bermain. Ketika anak-anak itu bermain tampak mereka begitu
bersemangat seakan mereka lupa akan gangguan kesehatan yang mereka alami
sehingga mengalami hospitalisasi Hampir semua bentuk bermain dapat digunakan untuk
pengalihan dan relaksasi,tetapi aktivitas tersebut harus dipilih berdasarkan usia,minat dan
keterbatasan anak, sebab bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang
dewasa.Hal yang penting pada saat kondisi anak sedang menurun atau anak terkena sakit,bahkan
dirawat dirumah sakit, orangtua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat
dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat dirumah sakit.
Selain itu alat permainan serta ruang untuk bermain harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak serta memilik iunsur edukatif bagi anak.Bermain sangat penting bagi
mental, emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan perkembangan mereka,
kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anak-anak sakit atau di
rumahsakit.Sebaliknya,bermaindirumah sakit memberikan manfaat utama yaitu meminimalkan
munculnya masalah perkembangan anak. Mereka menyadari bahwa mereka tidak
diabaikan,dimutilasi,atau dihukum.Pada kenyataanya mereka dicintai,dirawat,dan diperlakukan
denganhormat sesuai masalah mereka masing-masing. Permainan harus memperhatikan
keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda
yang dikenalnya, seperti boneka yang dipelukanak untukmemberi rasa nyaman dan dibawa ke
tempat tidur dimalam hari dan melibatkan orangtua .Satu hal yang harus diingat bahwa orangtua
mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh-kembang pada
anakwalaupun sedang dirawat dirumahsakit termasuk dalam aktivitas bermain anak.Perawat
hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diiniasi oleh perawat,orangtua
harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awa lpermainan sampai
menevaluasihasil permainan bersama dengan perawat dan orangtua anak lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara kecemasan anak usia sekolah saat
hospitalisasi sebelum diberikan terapi bermain dan sesudah dilakukan terapi bermain di
ruangan Catelia Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu Tahun 2017. Kepada perawat
RSUD Undata Palu khususnya di ruang Catelia kiranya dapat menjadikan terapi bermain
sebagai salah satu Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam merawat pasien anak
dan dapat menjadwal secara rutin kegiatan bermain sehingga dapat menurunkan
kecemasan yang dialami anak .

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Bapak Nasrul, SKM.M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palu dan Direktur RSUD Undata Palu, seluruh perawat di ruangan Catelia serta
seluruh pasien yang terlibat dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Handayani, R.D, Puspitasari, N.P.DHandayani, R.D, Puspitasari NP. Pengaruh terapi


bermain terhadap tingkat koopeartif selama menjalani perawatan pada anak usia
prasekolah (3 –5 tahun) di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. J Kesehat Surya Med
Yogyakarta. 2010; 2. Stuart, G.W, Sundeen S. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC; 1998. 3.
Wong D. L. HMJ. Wong’s Nursing care of infants and children. St Louis Missouri:
Mosby Company; 2008. 4. Nurfatimah N. Peran Serta Orang Tua dan Dampak Hospitalisasi
pada Anak Usia 3-6 Tahun di Ruang Anak RSUD Poso. J Bidan Cerdas [Internet]. 21
September 2019;1(3):122–8. Tersedia pada:
http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/JBC/article/view/2545. Wong D. L. W. Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik Alih bahasa Sunarno,Agus dkk. 6 ed. Jakarta: EGC; 2004. 6.
Sari FS, Sulisno M. Hubungan Kecemasan Ibu dengan Kecemasan Anak Saat Hospitalisasi
Anak. J Nurs Stud. 2012;1(1):51–9. 7. Direja AS. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta; 2011. 8. Sholikhah U. Pengaruh peer theraupetic play terhadap kecemasan dan
kemandirian anak usia sekolah selama hospitalisasi di rumah sakit wilayah Banyumas.
Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Indonesia; 2011. 9. Supartini Y. Buku ajar
konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: Egc; 2004. 10. Hurlock. E. B. Perkembangan Anak.
Jakarta: Erlangga; 2011.

Jadi berdasarkan jurnal diatas dapat kita analisa bahwa :

1. Judul Jurnal :
Pengaruh Terapi Bermain terhadap Kecemasan Anak Usia Sekolah Saat Hospitalisasi di
Ruangan Catelia Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
2. Kata Kunci :
Bermain; kecemasan; hospitalisasi;anak sekolah.
3. Penulis Jurnal :
Selvi Alfrida Mangundap

4. Latar Belakang Masalah :


Hospitalisasi adalah keadaan yang menyebabkan seseorang harus tinggal dirumah sakit
untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan. Hospitalisasi merupakan salah
satu penyebab stres bagi anak, terutama disebabkan oleh perpisahan dari
lingkungan, dan orang tua. Anak yang sedang sakit hampir selalu memperlihatkan
sikap yang sangat mudah tersinggung, mudah cemas, marah-marah, agresif,
penakut, curiga dan sensitive.Salah satu akibat anak yang mengalami hospitalisasi
adalah kecemasan.
5. Tujuan Penelitian :
untuk mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan anak usia sekolah
saat hospitalisasi di ruangan Catelia Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu Tahun
2017.
6. Metodelogi Penelitian :
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah quasi eksperiment dengan one group pre test and post test
design. Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Undata
Palu ruangan perawatan anak Catelia pada tanggal 2 sampai dengan 31 Oktober
2017. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah yang dirawat di
ruangan perawatan anak Catelia Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu pada bulan
Oktober 2017. Sampel dalam penelitian berjumlah 24 orang anak usia sekolah yang
dirawat dan yang memenuhi kriteria inklusi selama penelitian. Data dikumpulkan
dengan cara menilai pre-post test. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar observasi yaitu yang berisi tentang reaksi atau perilaku
anak usia sekolah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi bermain yang
terdiri dari 10 item. Variabel bebas adalah terapi bermain sedangkan variabel
terikat adalah kecemasan. Analisis statistik dari variabel penelitian ini adalah
paired sampel t test.
7. Hasil Penelitian :
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara kecemasan anak sebelum diberikan terapi bermain dan sesudah dilakukan
terapi bermain sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh permberian
terapi bermain terhadap kecemasan anak usia sekolah saat hospitalisasi. Menurut
asumsi peneliti aktifitas khusus berupa bermain sangat mendukung pertumbuhan
dan perkembangan anak dan bermain sebagai fasilitas pemulihan emosional pada
anak dalam menghadapi situasi sulit seperti hospitalisasi, dan bermain merupakan
kebutuhan dasar dan psikologi serta dunianya. Terapi bermain dapat dilakukan
pada anak selain usia sekolah, karena merupakan salah satu bentuk tindakan
keperawatan dengan tujuan untuk membantu anak usia sekolah menangani
permasalahan kesehatan selama dirawat di rumah sakit sebagai sarana untuk
melepaskan diri dari ketegangan dan stress yang dihadapi selama hospitlaiasi
8. Kelemahan penelitian yang di dapat pada jurnal ini, yaitu :
Penelitian kuantitatif skala kecil mungkin kurang dapat diandalkan karena jumlah data
yang rendah, diperlukan ukuran sampel yang besar untuk analisis yang lebih akurat.
9. Kelebihan penelitian yang didapat pada jurnal ini, yaitu :
Bersifat lebih detail dan mendalam, mengingat penelitian ini berfokus pada kualitas.
Hasil penelitian dapat menggambarkan pandangan realistis terhadap dunia sosial yang
telah dialami oleh narasumber, dimana hal ini tidak bisa diukur secara numerik
10. Manfaat penelitian yang di dapat pada jurnal ini bagi kesehatan, yaitu :
Memberikan sumber referensi bagi para peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian
dalam hal yang sama,perawat dapat menangani dengan baik permasalahan kesehatan
anak selama dirawat di rumah sakit sebagai sarana untuk melepaskan diri dari
ketegangan dan stress yang dihadapi selama hospitlaiasi
PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP KECEMASAN ANAK
YANGMENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MIRAH DELIMA RUMAH
SAKITWILLIAM BOOTH SURABAYA
Hale, M.A*, Tjahjono**
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William BoothJln Cimanuk No. 20 Surabaya

ABSTRAK
Hospitalisasi merupakan penyebab stress bagi anak terutama perpisahan dengan
lingkungankeluarga. Kecemasan adalah perasaan yang dialami oleh anak yang
timbul akibat hospitalisasi,biasanya dimunculkan dengan anak menangis dan takut
pada orang baru. Bermain merupakanterapi yang dilakukan pada anak yang menjalani
hospitalisasi, dimana metode ini dapat mengurangikonflik dan kecemasan yang dialami
anak. Pada saat bermain anak akan mampu mengekspresikanperasaan frustasi,
permusuhan, serta rasa marah, sehingga anak dapat melupakan ketegangan
danmampu beradaptasi terhadap kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan anak yang menjalani
hospitalisasi.Variabel independen adalah terapi bermain dan variabel dependennya
adalah kecemasan.Desain penelitian menggunakan pendekatan one group pra-post test
design dengan jumlah sampel 27 responden.Data penelitian diambil dengan memberikan
kuesioner kepada responden, setelah terkumpul data dianalisa dengan
UjiWilcoxon.Hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden berjenis kelamin laki-
laki sebanyak18 responden (67%), sebagian besar responden belum pernah dirawat
di rumah sakit sebanyak 19responden (71%), sebagian responden berusia 6 tahun
sebanyak 14 responden (52%), respondenter banyak sebelum diberikan terapi bermain
memiliki tingkat kecemasan Oversensitivity sebanyak15 responden (55%) dan setelah
diberikan terapi bermain didapatkan 13 orang mengalami perubahan/penurunan
skor/skala.Berdasarkan uji statistik terdapat pengaruh terapi bermain dengan kecemasan,
dengan tingkat kesignifikansinya 0,000 dimanaρ<0,05. Hal ini menunjukkan
bahwaterapi bermain di rumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang
pada anak, tetapi jugaakan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran
cemas, takut, sedih, tegang, nyeri dan anak akan lebih kooperatif terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan sehingga diharapkan dapat mempercepat proses
penyembuhan
Kata Kunci: Terapi bermain, Kecemasan, Hospitalisasi
ABSTRACT
Hospitalization is a cause of stress for children, especially parting with the family
environment.Anxiety is a feeling experienced by the child arising from
hospitalization, usually raised withcrying and afraid of new people. Playing therapy
is performed in children who undergohospitalization, where this method can reduce
conflict and anxiety experienced by children. At thetime of playing children will be able
to express feelings of frustration, hostility, and anger, so thatchildren can forget the
tension and able to adapt to anxiety. This study aims to determine the effectof play
therapy for children who undergo anxiety. Independent variable is playing therapy and
thedependent variable is anxiety. Research design approach with in one group pre-
post test designwith a sample of 27 responden.Data were taken by questionnaire to
respondents, afterthe collecteddata is analyzed with the Wilcoxon test.The results
obtained bythe majority of respondentsmalesexas much as18respondents(67%),the
majority ofrespondents had neverbeen hospitalizedmany as19respondents(71%),the
majorityof respondent saged 6 years as many as14 respondents(52%),respondents
mostpriortherapyanxiety levelsoversensitivityplayas many as15
respondents(55%)andafter theplaytherapyfound13 peopleto change/decrease
inscores/22scale.Based onstatisticaltestsareinfluencesplay
therapywithanxiety,with0,000 kesignifikan sinyal evel whereρ<0.05.This indicates that
play therapy in the hospital will not onlygive pleasure to the children, but also will
help the child to express feelings and thoughts ofanxiety, fear, sadness, tension, pain
and the child will be more cooperative given to nursing actionsthat are expected to
accelerate healing process.
Keywords: Playing therapy, Anxiety, Hospitalization

Pendahuluan
Dunia anak adalah dunia bermain, khususnya bagi anak yang berusia dibawah 5
tahun.Bermain bagi anak akan mengembangkan berbagai kemampuan seperti
kemampuan motorik dimana anak cepat untuk bergerak,berlari dan melakukan
berbagai kegiatan fisiklainnya. Hospitalisasi adalah penyebab stress bagi anak,
terutama disebabkan oleh perpisahan dari lingkungan. Perawatan dirumah sakit atau
hospitalisasi juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Anak yang
sakit hampir selalu memperlihatkan sikap yang sangat mudah tersinggung, mudah
cemas,pemarah, agresif,penakut, curiga dan sensitif (Hurlock,1999).Kecemasan
merupakan perasaan yang paling umum yang dialami oleh pasien anak
yangmengalami hospitalisasi. Kecemasan yangsering dialami seperti menangis,
dan takutpada orang baru. Respon kecemasan anaktergantung dari tahapan usia
anak. MenurutWright (1995), dalam Naviati (2011), yangmeneliti tentang efek
hospitalisasi padaperilaku anak menyebutkan bahwa reaksianak pada
hospitalisasi secara garis besar adalah sedih, takut dan bersalah karena
menghadapi sesuatu yang belum pernah dialaminya sebelumnya, rasa tidak aman,
rasa tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialami dan sesuatu yang
dirasakan menyakitkan.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Coyne (2006)
dalam Apriliawati (2011),menjelaskan bahwa anak yang dihospitalisasi mengalami
kecemasan dan kegelisahan karena perpisahan dengan orang tua dan keluarga,
prosedur pemeriksaan dan pengobatan, dan akibat berada di lingkungan asing.
Kecemasan akibat perpisahan pada hospitalisasi anak juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Folley (2000),dalam Apriliawati (2011). Penelitian
ini menggambarkan bahwa perpisahan dengan orang tua merupakan aspek yang
paling menimbulkan stress dan menimbulkan efek bagi anak dan orang tua. Orang
tua harus beradaptasi terkait perannya sebagai orangtua dengan anak sakit dan stress
yang dialami akibat hospitalisasi pada anak akan mengakibatkan anak merasa takut dan
cemas. Kortisol adalah mediator utamarespon terhadap stress yang berpartisipasi
dalam banyak interaksi antara HPA axisdengan inflamasi yang dimediasi
imunologis,sehingga menghambat akumulasi dan fungsilimfosit, monosit/makrofag,
oesonofil, dan neutrophil pada daerah inflamasi. Anak yang mengalami stres akan
terjadi peningkatan kortisol, yang mana kortisol tersebut akan menghambat
pembentukkan antibodi,menurunkan sel darah putih dan imunitas tubuh. Adanya
penekanan sistem imun inilahnampaknya akan berakibat padapenghambatan proses
penyembuhan.Sehingga memerlukan waktu perawatan yanglebih lama dan bahkan
akan mempercepat terjadinya komplikasi-komplikasi selama perawatan. Bermain
merupakan terapi padaanak yang menjalani hospitalisasi (Wong,2008). Saat
anak mengalami sakit dan mereka akan terpaksa berpisah dari lingkungan yang
dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan yaitu rumah,
permainan dan teman sepermainannya. Kebutuhan bermain tidak berhenti selama
anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Sehingga perlu dilakukanterapi
bermain.Karena dengan terapi bermain anak-akan lebih rileks dan
kooperatifsehingga dapat mempercepat prosespenyembuhan.Kondisi sakit pada anak
sangat memungkinkan anak membutuhkan pelayanan kesehatan dirumah sakit. Di
Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari 5juta anak menjalani hospitalisasi
karenaprosedur pembedahan dan lebih dari 50%dari jumlah tersebut, anak
mengalamikecemasan dan stres (Kain,dkk. 2006). DiIndonesia diperkirakan 35 per
1000 anak 23 menjalani hospitalisasi (Purwandari, 2009).Dalam jurnal Suparto,
pada tahun 2002 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya tentang perilaku anak sakit
menunjukkan bahwa 70%pasien pada awalnya menunjukan perilakuyang negatif
(agresif maupun depresif)dengan tidak melihat jenis diagnosanya.Sedangkan
menurut data dari RS William Booth Surabaya jumlah anak sakit selama 3bulan
terakhir yaitu bulan Juli sampai September 2013 adalah 302 orang. Di Ruang
Mirah Delima Rumah Sakit William Booth Surabaya tidak diterapkan terapi
bermain pada anak yang mengalami hospitalisasi.Sehingga anak yang dirawat selalu
menunjukkan respon kecemasannya. Perawat anak-anak sakit selama dirawat di
rumah sakit atau hospitalisasi menimbulkan krisis kecemasan tersendiri bagi anak
dankeluarganya. Di rumah sakit, anak harus menghadapi lingkungan yang
asing danpemberian asuhan yang tidak dikenal.Seringkali anak harus
berhadapan dengan prosedur yang menimbulkan nyeri,kehilangan kemandirian, dan
berbagai halyang tidak diketahui (Hockenbery& Wilson,2009).Rawat inap atau
hospitalisasi pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan danstres pada
semua tingkat manusia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor
dari petugas (perawat, dokter dantenaga kesehatan lainnya), lingkungan
barumaupun keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga atau orang
tua sering merasa cemas dengan perkembangan dan pengobatan anaknya.
Kecemasan yang terjadi pada anak dapat memperlambat proses penyembuhan,
menurunkan semangat untuksembuh dan tidak kooperatif terhadap tindakan
perawatan yang diberikan(Supartini, 2004). Hal tersebut menyebabkan waktu
perawatan yang lebih lama, bahkanakan mempercepat terjadinya komplikasi
selama perawatan (Nursalam, 2005). Oleh karena itu perlu adanya
penatalaksanaan untuk mengurangi kecemasan pada anak yang menjalani
hospitalisasi.Penatalaksanaannya yaitu dengan relaksasi,terapi musik, aktivitas fisik,
terapi seni dan terapi bermain. Melalui bermain anak dapatmenunjukan apa yang
dirasakannya selama hospitalisasi karena dengan melakukan permainan anak
dapat melupakan rasa sakitnya (Wong, 2008). Permainan yang terapeutik dapat
memperbaiki gangguan emosional dan penurunan kondisi selama dirawat di rumah
sakit. Anak-anak membutuhkan bermain, tetapi tidak semua permainan memilki sifat
terapeutik.Permainan terapeutik hendaknya disesuaikan dengan usia dan tahapan
perkembangan anak(Mahon, 2009). Menurut Subardiah (2009),permainan terapeutik
berpengaruh terhadap penurunan kecemasan, kehilangan kontrol,dan ketakutan
pada anak yang dirawat dirumah sakit.Pemberian terapi bermain dapat menurunkan
kecemasan pada anak sehingga dapat meningkatkan sikap kooperatif anak
selama menjalani hospitalisasi. Dengan terapi bermain anak juga akan memperoleh
kegembiraan dan kesenangan sehingga membuat anak lebih kooperatif
terhadap tindakan keperawatan yang akan diberikan selama anak menjalani
hospitalisasi. Perawat perlu mengupayakan agar perkembangan anak bisa tetap
berjalan dengan optimal selama hospitalisasi, selain berupaya untuk mengurangi
kecemasan pada anak. Misalnya dengan melaksanakan program terapi bermain. Dengan
mengenali masalah kecemasan akiba hospitalisasi.Penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai cara atau terapi yang tepat untuk menurunkan kecemasan pada
anak akibat hospitalisasi. Terapi bermain merupakan cara atau terapi yang akan
digunakan penulis dalam mengatasi kecemasan pada anak. Jenis-jenis terapi
bermain yang dapat digunakan dalam mengatasi kecemasan pada anak akibat
hospitalisasi yaitu permainan boneka atau mobil-mobilan, bercerita,mewarnai dan
menggambar. Karena dengan bermain anak dapat membebaskan diri daritekanan
dan kecemasan akibat situasilingkungan baru atau hospitalisasi.

Metode Peneliti
menggunakan desain penelitian pra-eksperimen dengan pendekatan one group pre-post
test design.Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak yang mengalami
kecemasan di ruang anak Mirah Delima Rumah Sakit William Booth Surabaya,
adapun sampelnya berjumlah 27responden. Teknik sampling menggunakan non-
probability sampling dengan pendekatan
24 purposive sampling.Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan alat ukur kecemasan berupa kuesioner kecemasan yaitu RCMAS
(TheRevised Children’s Manifest Anxiety Scale).Data kemudian dianalisa secara
univariat danbivariat dengan ujiWilcoxon.

Hasil dan Pembahasan


Hasil Data umum ini menggambarkan tentang karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin, dirawat dirumah sakit, umur,sedangkan data khusus meliputi derajat
kecemasan sebelum dan sesudah pemberian terapi bermain.
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di RuangMirah Delima
Rumah Sakit WilliamBooth Surabaya April 2014Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
Laki-laki1867%Perempuan933 %Total27100% Berdasarkan tabel 1didapatkan sebagian
besar responden berjenis kelaminlaki-laki sebanyak 18 responden (67%).
Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dirawat dirumah sakit diRuang Mirah
Delima Rumah SakitWilliam Booth Surabaya April 2014 Dirawat di Rumah Sakit
Frekuensi Prosentase Belum pernah1971%Sudah pernah829%Total27100% Berdasarkan
tabel 2 didapatkan sebagian besar responden belum pernah dirawat di Rumah
Sakit sebanyak 19responden (71%).Tabel 3. Distribusi frekuensi
respondenberdasarkan umur di Ruang Mirah DelimaRumah Sakit William Booth
Surabaya April2014UmurFrekuensiProsentase6 Tahun1452%7
Tahun1348%Total27100%Berdasarkan tabel 3 didapatkansebagian responden
berusia 6 tahun sebanyak14 responden (52%).Tabel 4. Derajat kecemasan responden
sebelum pemberian terapi bermainApril 2014 di Ruang Mirah DelimaRumah Sakit
William Booth Surabaya Derajat Kecemasan Frekuensi Prosentase Fisiologis 519%
Oversensitivity 1555% Concentration Anxiety 726% Total27100% Berdasarkan tabel
diatas didapatkan responden terbanyak sebelum diberikan terapi bermain memiliki
tingkat kecemasan Oversensitivity sebanyak 15 responden(55%). 25Tabel 5. Distribusi
frekwensi responden berdasarkan berubah/tidak berubahnya skala kecemasan RCMAS
sesudah pemberian terapi bermain pada tanggal April 2014 di Ruang MirahDelima
Rumah Sakit William Booth Surabaya NO Derajat Perubahan /penurunan skor /skala
KecemasanSkor /skala kecemasan sama /tetapTotal Uji Wilcoxonp=0,000 Berdasarkan
tabel diatas, responden dengan derajat kecemasan fisiologis setelah diberikan terapi
bermain didapatkan 4responden mengalami perubahan skor/ skala kecemasan dan
1 orang skor/ skalanya sama /tetap, untuk responden yang mengalami oversensitivity
setelah diberikan terapi bermain didapatkan 13 orang mengalami
perubahan/penurunan skor/skala dan 2 orangtidak, sedangkan untuk concentration
anxiety setelah diberikan terapi bermain didapatkan 3orang yang mengalami perubahan
skor/skala dan 4 orang skor/skala kecemasantetap/sama. Berdasarkan
ujiWilcoxondiperoleh hasil (p= 0,000) dimana adapengaruh derajat kecemasan
anak sebelum dan sesudah terapi bermain.Pembahasan Kecemasan sebelum terapi
bermain Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa derajat kecemasan pada
anak sebelum diberikan terapi bermain terbanyak yaitu Oversensitivity55% (15
orang). Kecemasan adalah sebagai respon individu terhadap suatu keadaan yang
tidak menyenangkan dandialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan
sehari-hari (Suliswati, 2005).Menurut Wong (2008), bermain merupakan media
yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan berkata-
kata(berkomunikasi),belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa
yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu,jarak serta suara. Respon
psikologikecemasan diantaranya adalah gelisah,gugup, tegang, khawatir,
waspada, merasa bersalah atau malu (Struart, 2002).Pada anak yang menjalani
hospitalisasi, sering kali kebutuhan untuk mengekspresikan sikap permusuhan, marah
atau perasaan negatiflainnya muncul dengan cara lain seperti irritabilitas dan
agresi terhadap orang tua,menarik diri dari petugas kesehatan, tidak mampu
berhubungan dengan teman sebaya,menolak sibling atau masalah perilaku sekolah.
Kecemasan yang terjadi pada anak saat menjalani hospitalisasi dapat memperlambat
proses penyembuhan,menurunkan semangat untuk sembuh dantidak kooperatif
terhadap tindakan yangdiberikan oleh petugas kesehatan sehingga akan
mempercepat terjadinya komplikasi selama perawatan.Berdasarkan tabel 4 dapat
diketahui bahwa derajat kecemasan Fisiologis pada anaksebelum diberikan
terapi yaitu 19% (5orang). Menurut Stuart danSundeen (1998)kecemasan berkaitan
dengan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan, pada keadaan cemas dan
seseorang cenderung memusatkan perhatian pada hal lain atau mengesampingkan
suatu hal. MenurutLandreth (2001) terapi bermain adalah salah satu saran yang
digunakan dalam membantu anak mengatasi masalahnya sebab bagi anak bermain
adalah simbol verbalisasi. Responfisiologis kecemasan anak akibat perpisahan akan
menunjukkan sakit perut, sakit kepala,mual, muntah, gelisah, sulit berkonsentrasi
danmudah marah (King & Bernstein, 2001dalam Pot & Modleco 2007). Penelitian
lainoleh Harrel (2003) memperkuat bahwa tindakan-tindakan keperawatan medis
yangdilakukan akan lebih mudah diterima jika dilakukan secara terapeutik dan anak
telah melalui adaptasi dengan lingkungannya.Permainan yang terapeutik akan
dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
Selainitu permainan terapeutik sesuai perkembangan anak dapat memperbaiki
gangguan emosional dan mengatasi kondisi fisik anak.Ketakutan anak terhadap
perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam
integritas tubuhnya. Hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah,
berontak,ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja
sama dengan perawat dan ketergantungan pada orang tua.Berdasarkan tabel 4 dapat
diketahui bahwaderajat kecemasan Concentration Anxietypada anak sebelum
diberikan terapi yaitu26% (7 orang). Respon emosional dari stres anak dapat
disebabkan karena perpisahan,lingkungan asing dan prosedur yang menyakitkan (Li
& Lopez, 2006). Stres dan kecemasan anak yang menjalani hospitalisasi dipengaruhi
oleh karakteristik personal anak,yang meliputi umur, jenis kelamin,
budaya,pengalaman hospitalisasi, dan pengalaman medis sebelumnya. Anak yang
menjalani hospitalisasi dapat bereaksi terhadap perpisahan dengan menunjukkan
kesendirian,kebosanan, isolasi dan depresi (Muscari,2001). Perawatan anak di
rumah sakit memaksa anak untuk berpisah denganlingkungan yang
dicintainya, yaitu keluargadan terutama kelompok sosialnya dan menimbulkan
kecemasan.Perawatan dirumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap
dirinya.Perawatan di rumahsakit yang mengharuskan adanya pembatasan aktivita anak
sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri.Perawatan di rumahsakit sering
dipersepsikan oleh anak sebagai hukuman sehingga anak merasa malu,bersalah,
atau takut.Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
berjenis kelaminlaki-laki yaitu 18 orang (67%) mengalami kecemasan dibandingkan
perempuan yaitu 9orang (33%). Reaksi anak terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh
faktor jenis kelamin (Hockenbery & Wilson, 2009).Penelitian oleh Battrick and
Glasper (2004)memperkuat bahwa anak laki-laki memiliki ketahanan yang lebih besar
terhadap adaptasi.Menurut Monks Knoers, dan Rahayu (2006),anak usia sekolah (6-7
tahun) mengalamikecemasan dan kecakapan verbal lebih banyak pada anak
perempuan, kecakapan pengamatan ruang dan kecakapan kuantitatif lebih banyak
pada laki-laki.Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa anak laki-laki lebih mudah
mengalami kecemasan dibandingkan dengan anak perempuan. Berdasarkan tabel 2
diketahui bahwa sebagian besar responden yang belum pernah dirawat di rumah sakit
yaitu 19 orang (70%)dibandingkan dengan responden yang sudah pernah dirawat
di rumah sakit yaitu terbanyak 8 orang (29%). Pada penelitian ini responden yang
belum pernah dirawat lebih banyak dibandingkan dengan responden yangsudah
pernah dirawat. Penelitian lain menyebutkan bahwa anak yang memiliki
pengalaman menjalani hospitalisasi memilikitingkat kecemasan lebih rendah
dibandingpada anak yang belum pernah memilik ipengalaman hospitalisasi (Tsai,
2007). Padaanak yang memiliki pengalaman hospitalisasi lebih mudah beradaptasi
dengan lingkungan di rumah sakit dan juga tindakan keperawatan yang akan
didapatkan.Anakyang pernah dirawat di rumah sakit akan merasa lebih terbiasa
dibandingkan dengan yang baru pertama kali dirawat. Tetapi tidaksemua anak yang
sudah pernah dirawat tidak mengalami kecemasan.Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa hal seperti caratenaga kesehatan melakukan pendekatan,sikap perawat
pada saat anak mendapatkan tindakan atau prosedur medis. Jika pengalaman pernah
dirawat yang lalu buruk maka anak justru akan mengalami kecemasan yang lebih
buruk bila dibandingkan dengan anak yang baru pertama dirawat. Dimana pada
anak yang menjalani hospitalisasi diRuang Mirah Delima Rumah Sakit
WilliamBooth Surabaya banyak mengalami kecemasan hal ini dikarenakan baik itu
dari pengalaman responden yang sudah pernah atau belum pernah di rawat dan
dimana kita ketahui bahwa ruangan juga tidak menyediakan saran atau alat bermain
untuk anak saat mengalami hospitalisasi.Kecemasan sesudah terapi bermain Berdasarkan
tabel 5 didapatkan setelah diberikan terapi bermain didapatkan 4
27responden mengalami perubahan skor/skala kecemasan dan 1 orang
skor/skalanya sama/tetap, untuk responden yang mengalami over sensitivity setelah
diberikan terapibermain didapatkan 13 orang mengalami perubahan/penurunan
skor/skala dan 2 orangtidak, sedangkan untuk concentration anxietysetelah diberikan
terapi bermain didapatkan 3orang yang mengalami perubahan skor/skaladan 4 orang
skor/skala kecemasantetap/sama. Keadaan ini menunjukan bahwaada pengaruh
penurunan kecemasan padaanak setelah diberikan terapi bermain(mewarnai).
Hal ini diperkuat oleh pendapatSupartini (2004) bahwa terapi bermain
dapatmengurangi dampak hospitalisasi pada anak,permainan yang terapeutik
didasari olehpandangan bahwa bermain bagi anakmerupakan aktifitas yang
sehat, diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anakdan memungkinkan
untuk dapat menggali,mengekspresikan perasaan atau pikiran anak,mengalihkan
perasaan nyeri, dan relaksasi.Kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari
pelayanan kesahatan anak dirumah sakit.Terapi bermain diberikan dalam upaya
mengurangi cemas yang dihadapi anak akibat hospitalisasi.Dengan terapi bermain
pertumbuhan dan perkembangan anak yangsakit tetap terus bisa berkambang
(Alimul,2007). Aktifitas bermain yang dilakukan oleh anak di rumah sakit dapat
memberikankeuntungan sebagai berikut: meningkatkan hubungan antara klien
(anak dan keluarga)dan perawat karena dengan melaksanakan kegiatan bermain
perawat mempunyai kesempatan untuk membina hubungan baik dan menyenangkan
baik dengan anak maupun keluarganya. Bermain merupakan alat komunikasi
yang efektif antara perawat dan klien..Setelah diberikan terapi bermain anak lebih
merasa tenang dan mau berinteraksi atau berkomunikasi dengan petugas
kesehatan.Pengaruh terapi bermain sebelum dan sesudah terapi bermain
Berdasarkan tabel 5 didapatkan setelah diberikan terapi bermain didapatkan
4responden mengalami perubahan skor/skala kecemasan dan 1 orang skor/skalanya
sama/tetap, untuk responden yang mengalami over sensitivity setelah diberikan terapi
bermain didapatkan 13 orang mengalami perubahan/penuruna skor/skala dan 2
orangtidak, sedangkan untuk concentration anxiety setelah diberikan terapi bermain
didapatkan 3orang yang mengalami perubahan skor/skala dan 4 orang skor/skala
kecemasan tetap/sama. Berdasarkan ujiWilcoxon diperoleh hasil (p= 0,000) dimana
ada pengaruh derajat kecemasan anak sebelumdan sesudah terapi bermain. Hal ini
didukung oleh penelitian Subardiah (2009) yang menunjukkan bahwa
permainan terapeutik mampu menurunkan kecemasan. Melalui kegiatan bermain
anak dapat memperoleh kesenangan (Hurlock, 1991; Foster, 1998;Whaley &
Wong, 1991). Kesenangan yang diperoleh anak ini terbukti dapat menurunkan
kecemasanpada anak dan dapat mempengaruhi kesiapan anak ketika dilakukan tindakan
keperawatan dan memberikan kesembuhan bagi anak-anak yang mengalami
gangguan emosi (Mahon,2009).Bila anak paham tentang penyakit,perpisahan dan
cidera tubuh selama anak dirawat, maka diharapkan dengan pemberian terapi
bermain dapat menurunkan ancaman terhadap integritas dan kecemasan yang
dialami oleh anak. Dengan berkurangnya ancaman integritas fisik maka akan
mengurangi stimulasi syaraf otonom mengeluarkan adrenalin sehingga responfisik
dan psikologis kecemasan akan menurun. Untuk memberikan ketenangan dan
kesenangan pada anak perawat dapat memberikan permaian terapeutik
ketika melakukan tindakan keperawatan maupun dalam kontrak waktu. Terapi
bermain (mewarnai) menjadi alternatif bagi rumah sakit untuk dilakukan karena
disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan anak.Permainan pada anak di
rumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga
akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut,
sedih, tegang, nyeri yang akan membuat anak lebih kooperatif terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan, maka anak menjadi lebih nyaman sehingga dapat
mengurangi lama rawat di rumah sakit dan dapat mempercepat proses penyembuhan.

Simpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dan analisisdiatas dapat disimpulkan bahwa
1) Sebagian besar responden mengalami derajat kecemasan Oversensitivity yaitu15
orang(55%),
2) Sebagian besar responden
28mengalami penurunan/perubahan skor/skaladerajat kecemasan Oversensitivity
yaitu13orang (65%),
3) Berdasarkan Uji Wilcoxon didapatkan hasil signifikan sebesar 0,000,terdapat
pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi di
Ruang Mirah Delima RumahSakit William Booth Surabaya.Sehingga,beberapa hal
yang dapat disarankan antaralain 1) memberi masukan kepada rumah sakituntuk
dapat menyusun program terapibermain selama anak dirawat,
memberimasukan untuk institusi pendidikan dalampengembangan materi
khususnyakeperawatan anak, dan untuk peneliti selanjutnya dapat digunakan
sebagai acuan dalam penelitian lanjutan terkait terapi bermain pada anak sakit.

Daftar Pustaka
Adriana, Dian.2011.Tumbuh Kembang danTerapi Bermain pada
Anak.Jakarta:Salemba MedikaAlfiyanty, N. 2010.UpayaMeningkatkanDaya Pikir
Anak Melalui Permainan
Edukatif.http://etd.eprints.ums.ac.id/9837/1/A520085042.pdfdiakses tanggal
13Nopember 2013Apriliawati Anita.2011.Pengaruh Bibloterapi Terhadap Tingkat
Kecemasan Anak Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi di Rumah
SakitIslam Jakarta.Fakultas IlmuKeperawatan Universitas IndonesiaArikunto,
Suharsimi.2006.ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka
CiptaAziz Alimul. 2007.Riset Keperawatan danTeknik Penulisan
Ilmiah.Jakarta:Salemba MedikaBudi Anna Keliat, dkk.2011.ManajemenKasus
Gangguan Jiwa:CMHN(Intermediate course).Jakarta :EGCBrockopp, Dorothy,
dkk.1999.Dasar-DasarRiset
Keperawatan.Jakarta:EGCCostello.2008.HospitalisasiDiunduhhttp://www.answers.com/
topic/hospitalization, tanggal 17 Oktober 2013Donna L.Wong. 2008.Buku
AjarKeperawatan Pediatrik Vol 2.Jakarta:EGCHarini Novita.2013.Terapi
WarnaUntukMengurangi Kecemasan. FakultasPsikologi Universitas
MuhammadiyahMalangHurlock, Elizabeth
B.1999.PerkembanganAnak.Jakarta:ErlanggaLi & Lopez.2006.Assessing
Children’sEmotional Responses to Surgery.Diunduh
darihub.hku.hk/bitstream/10722/48646/1/131669.pdf, pada tanggal 17 Oktober
2013McGuire, Leah A.2013.A ComparativeAnalysis of the Resived
Children’sManifest Anxiety Scale Scores ofTraumatized Youth With and
WithoutPTSD Relative to Non-TraumatizedControls.Columbia UniversityNaviati
Elsa.2011.Hubungan DukunganPerawat Dengan Tingkat KecemasanOrang Tua di
Ruang Rawat Anak RSABHarapan Kita Jakarta.Fakultas IlmuKeperawatan
Universitas IndonesiaNotoatmodjo,Soekidjo.2005.MetodologiPenelitian
Kesehatan.Jakarta: RinekaCiptaNursalam.2003. Konsep dan
PenerapanMerodologi Penelitian IlmuKeperawatan: Pedoman Skripsi, Tesisdan
Instrumen Penelitian Keperawatan.Jakarta: Salemba MedikaNursalam,dkk.
2005.Asuhan KeperawatanBayi dan Anak .Jakarta : Salemba
MedikaPurwandari,H.2009.Pengaruh Terapi Senuuntuk Menurunkan Tingkat
KecemasanAnak Usia Sekolah yang MenjalaniHospitalisasi di Wilayah
KabupatenBanyumas.Tesis. Universitas IndonesiaRiyadi Sujino & Sukarmin.
2009.AsuhanKeperawatan Pada Anak.Yogyakarta :Graha
MuliaSaryono.2010.Kumpulan InstrumenPenelitian Kesehatan. Yogyakarta:Mulia
MedikaSasroasmoro & Ismael. 2010.Dasar-dasarMetodoligi Penelitian.Jakarta:
SagungSetoSoetjiningsih.1995.Tumbuh KembangAnak.Jakarta: EGCSolikhah
Umi.2011.Pengaruh TherapeuticPeer Play Terhadap Kecemasan danKemandirian
Anak Usia Sekolah SelamaHospitalisasi di Rumah Sakit WilayahBanyumas.Fakultas
Ilmu KeperawatanUniversitas IndonesiaStruart & Sundeen.2002.Buku
SakuKeperawatan Jiwa.Jakarta:EGC
29Subardiah,LP.2009.Pengaruh PermainanTerapeutik Terhadap Kecemasan,Kehilangan
Kontrol, dan KetakutanAnak Prasekolah Selama Dirawat diRSUD Dr.H.Abdul
Moeloek PropinsiLampung.Fakultas Ilmu KeperawatanUniversitas
IndonesiaSugiyono.2010.Metode Penelitian KuantitatifKualitatif. Bandung:
AlfabetaSukoati ,Suci.2012.Aktivitas BermainMewarnai Dapat
MeningkatkanMekanisme Koping Adaptif SaatMenghadapi Stress Hospitalisasi
PadaAnak.Jurnal STIKES RS Baptis Kediri.Vol.5, No2Supartini, Yupi. 2004.Buku
Ajar KonsepDasar Keperawatan Anak.Jakarta:EGCTheofanidis.2006.Chronic Illness
inChildhood: Psychosocial Adaptationand Nursing Support for the Child
andFamily. Issue 2 Health Science
Journal.Diunduhhttp://www.hsj.gr/volume1/issue2/isseu02 rev01.pdftanggal, 17 Oktober
2013Yamin, Sofyan dan Kurniawan Heri.SPSSComplete: Teknik Analisis
Terlengkapdengan Software SPPS.Jakarta: SalembaMedikaZellawati Alice.2011. Terapi
Bermain UntukMengatasi Permasalahan Pada Anak.Fakultas Psikologi Universitas
AKI

Berdasarkan jurnal diatas maka dapat kita analisa bahwa :


1. Judul jurnal
PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP KECEMASAN ANAK YANG
MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MIRAH DELIMA RUMAH SAKIT
WILLIAM BOOTH SURABAYA
2. Kata kunci :
Kata Kunci: Terapi bermain, Kecemasan, Hospitalisasi
3. Penulis Jurnal :
Hale, M.A, Tjahjono
4. Latar belakang masalah
Dunia anak adalah dunia bermain, khususnya bagi anak yang berusia dibawah 5
tahun.Bermain bagi anak akan mengembangkan berbagai kemampuan seperti
kemampuan motorik dimana anak cepat untuk bergerak,berlari dan melakukan
berbagai kegiatan fisiklainnya. Hospitalisasi adalah penyebab stress bagi anak,
terutama disebabkan oleh perpisahan dari lingkungan. Perawatan dirumah sakit atau
hospitalisasi juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Anak yang
sakit hampir selalu memperlihatkan sikap yang sangat mudah tersinggung,
mudah cemas,pemarah, agresif,penakut, curiga dan sensitif (Hurlock,1999).
5. Tujuan penelitian
Supaya dapat menurunkan kecemasan pada anak sehingga dapat meningkatkan sikap
kooperatif anak selama menjalani hospitalisasi di ruang mirah delima rumah sakit
william booth surabaya.
6. Metodeologi penelitian
Metode peneliti menggunakan desain penelitian pra-eksperimen dengan
pendekatan one group pre-post test design.Populasi dalam penelitian ini adalah
semua anak yang mengalami kecemasan di ruang anak MirahDelima Rumah
Sakit William BoothSurabaya, adapun sampelnya berjumlah 27responden.
Teknik sampling menggunakan non-probability sampling dengan pendekatan
24 purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan alat ukur kecemasan berupa kuesioner kecemasan yaitu RCMAS
(TheRevised Children’s Manifest Anxiety Scale).Data kemudian dianalisa secara
univariat danbivariat dengan uji Wilcoxon.
7. Hasil penelitian
Hasil Data umum ini menggambarkan tentang karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin, dirawat dirumah sakit, umur, sedangkan data khusus meliputi derajat
kecemasan sebelum dan sesudah pemberian terapi bermain.Anak yang menjalani
hospitalisasi di Ruang Mirah Delima Rumah Sakit William Booth Surabaya banyak
mengalami kecemasan hal ini dikarenakan baik itu dari pengalaman responden
yang sudah pernah atau belum pernah di rawat dan dimana kita ketahui bahwa
ruangan juga tidak menyediakan saran atau alat bermain untuk anak saat
mengalami hospitalisasi.
8. Kelemahan penelitian yang didapat pada jurnal ini, yaitu :
Kelemahan penelitian pada jurnal ini yaitu hasilnya sangat subjektif karena
kemungkinan terjadi kesalahan dari peneliti dan dapat menciptakan situasi yang tidak
realistis.
9. Kelebihan penelitian yang di dapat pada jurnal ini, yaitu :
Kelebihan pada jurnal ini yaitu menawarkan tingkat kendali tertinggi yang berguna
disetiap industri dan subjek
10. Manfaat penelitian :
Dapat menyusun persiapan tindakan pelayanan kepada klien dengan lebih baik dan
menjadikan penelitian ini sebagai landasan rumah sakit dalam memberikan pelayanan
kepada anak –anak yang menjalani hospitalisasi di ruang mirah delima rumah sakit
william booth surabaya.

Anda mungkin juga menyukai