Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

STROKE

Dosen pengampu : Ns.Neni Triana S.kep,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok :

1. Mefti anggri yani (2026010028)


2. Gina Sonia (2026010015)
3. Intan cahya indah(2026010030)
4. Esy nuryanti (2026010037)
5. Reski permata sari (2026010023)
6. Chintya aprili (2026010009)
7. Adenila sari (2026010019)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
KOTA BENGKULU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, yang
telah memberikan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
III.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pengarang buku maupun
artikel yang telah membantu kami dengan tulisannya, Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini, serta teman -
teman yang telah memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah
ini.

Bengkulu, 04 November 2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2

BAB I..............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..........................................................................................................................3

A. Latar Belakang.....................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

TINJAUAN TEORITIS..................................................................................................................5

Konsep Teoritis...........................................................................................................................5

A. Definisi.................................................................................................................................5

B. Etiologi.................................................................................................................................6

C. Klasifikasi............................................................................................................................9

D. Patofisiologi.......................................................................................................................10

E. WOC..................................................................................................................................12

F. PENATALAKSANAAN/TERAPI....................................................................................13

Asuhan Keperawatan................................................................................................................19

BAB III.........................................................................................................................................41

PENUTUP.....................................................................................................................................41

A. Kesimpulan........................................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................42
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini.
Stroke menjadi masalah serius yang dihadapi di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan Stroke
adalah penyebab kematian ketiga terbanyak setelah penyakit jantung koroner dan kanker. Stroke
merupakan suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita
kelumpuhan bahkan kematian (Batticaca B Fransisca, 2011). Yang dimana pada tahun 2013,
diperkirakan 6,4 juta kematian (11,8% dari semua kematian) disebabkan oleh stroke (Kim,
Cahill, & Cheng, 2015).
Stroke dibagi dalam dua kategori mayor yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke
non hemoragik terjadi karena aliran darah ke otak terhambat akibat aterosklorosis atau
pembekuan darah. Sedangkan stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak
sehingga menyebabkan terhambat aliran darah ke otak, darah merembas ke area otak dan
merusaknya(Batticaca B Fransisca, 2011).
Otak sangat bergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika aliran
darah kesetiap bagian otak terhambat karena thrombus dan embolus, maka mulai terjadi
kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat
menyebabkan nekrosisi mikroskopik neuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebut infark,hal
ini menyebabkan terjadinya infark pada otak yang akan mempengaruhi kontrol motorik karena
neuron dan jalur medial atau venteral berperan dalam kontrol otot-otot (Wijaya & Putri, 2013)
Amerika serikat, stroke merupakan penyebab utama kecacatan orang dewasa jangka Panjang
dan penyebab kematian nomor lima dengan 795.000 peristiwa setiap tahun. Diperkirakan akan
meningkat prevalensi stroke oleh 3,4 juta orang antara tahun 2012 dan 2030 (A. Boehme, C.
Esenwa, 2018).
Prevalensi penyakit stroke tertinggi didunia adalah china dengan prevalensi stroke 69,6%,
perdarahan intraserebral 23,8% dan 15,8%, perdarahan subarachnoid 4,4% dan 4,4%, dan tipe
yang tidak ditentukan 2,1% dan 2,0%, dengan hipertensi 88%, merokok 48%, dan penggunaan
alcohol 44% (Wang et al., 2017).
Penyakit Stroke di Indonesia merupakan terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia.
Jumlah kematian yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60
tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Wilayah Kalimantan Timur merupakan wilayah
tertinggi pengidap penyakit stroke dengan (14,7%), diikuti Di Yogyakarta (14,3%) Bangka
Belitung dan DKI Jakarta masing-masing (11,4%) dan Bali berada pada posisi 17 dengan
(10,8%) (RISKESDAS 2018).
Hasil studi pendahuluan di RSUD klungkung menunjukkan bahwa data pasien stroke
hemoragik menduduki posisi pertama selama 2 tahun terakhir, pasien stroke hemoragik yang
rawat jalan pada tahun 2017 berjumlah 265 orang dan meningkat di tahun 2018 dengan jumlah
413 orang. Sejalan dengan kunjungan pasien stroke hemoragik rawat jalan, prevalensi pasien
stroke hemoragik yang mendapatkan perawatan inap juga tidak mengalami penurunan yang
berarti pada tahun 2017 terdapat 68 orang, pada tahun 2018 terdapat 51 orang pasien stroke
hemoragik dan terjadi peningkatan di tahun 2019 sebanyak 70 pasien stroke hemoragik yang
rawat inap. Dari data yang terdapat di ruang Jambu RSUD Klungkung tanggal 28 januari 2020
menunjukkan bahwa 7 pasien rawat inap yang menderita stroke hemoragik terdapat 4 pasien
dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik.
Stroke menempati posisi pertama sebagai penyebab kematian dirumah sakit. Stroke tidak
hanya menyerang masyarakat berkecukupan tapi juga warga sosial ekonomi rendah. Di
Indonesia diperkirakan tiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke dan sekitar
25% atau 125.000 orang meninggal sedangkan sisanya mengalami kecacatan (Ratna, 2011).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas,penulis tertarik membahas tentang asuhan keperawatan pada
pasien stroke yang di tuangkan dalam makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Sistem
Persarafan (Stoke)
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Konsep Teoritis

A. Definisi
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal (atau gl dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau yang
menyebabkan kematian tapa adanya penyebab lain yang selain vaskular.
Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagaian atau seluruh fungsi neurologis (defisit
neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih 24 jam
atau menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak karena berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh
darah secara spontan (stroke perdarahan).(dr. R. Yoseph Budiman, Sp.S. 2013)
Stroke merupakan salah penyakit yang berbahaya, dapat menyebabkan cacad pada
penderita, yang tentu saja akan menghambat produktifitas. Stroke dapat menyebabkan kematian
dan menempati urutan ketiga di Indonesia setelah penyakit kanker dan jantung (Batticaca. 2008,
Adibhatla et al. 2008, Muljadi.2011)
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf
(deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak (Junaidi, 2011). Stroke merupakan
salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh terhadap arteri utama menuju dan berada
di otak (National Stroke Association, 2012).
Stroke dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Umumnya sekitar 50% kasus
stroke hemoragik akan berujung kematian, sedangkan stroke iskemik hanya 20% yang berakibat
kematian. Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah arteri ke otak sehingga
terhalangnya suplai darah menuju otak. Penyebab arteri pecah tersebut misalnya tekanan darah
yang mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat (Junaidi, 2011).
B. Etiologi
Etiologi dari Stroke Hemoragik:
1. Perdarahan intracerebral
Perdarahan intracerebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri dari 80% di
hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.
Gejala klinis:
Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas cans el eat
adida/ului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual,
muntah, gangguan memori, bingung perdarahan retina, dan epistaksis.
 Penurunan kesadaran yang: berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat
disertai kejang fokal/umum.
 Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola mata
menghilang dan deserebrasi.
. Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papi-edema dan
perdarahan subhialoid.

2. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan di mana terjadi perdarahan diruang
subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinis:
 Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis,berlangsung
dalam 1 - 2 detik sampai 1 menit.
 Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah dan
kejang.
 Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit
sampai beberapa jam.
 Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
 Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala karakteristik
perdarahan subarakhnoid.
 Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi,
banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan. (dr. R. Yoseph
Budiman, Sp.S. 2013)
Menurut Taufan Nugroho Bunga Tamara Putri Dara Kirana Putri 2015) Beberapa keadaan
dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:

1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan edema dan kongesti di
sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal
ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam
sete;ah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
 Atherosklerosisa.
Atherosklerosis adalah menserarau pembuluh de sera berturanany Manfiestast kind
astisiased sembulah darah. Manifestasi kanis atherosting bermacam-macam. Kerusakan
dapat teriadi melalui mekanisme berikut :
 Lumen arteri menyempit dan mengakibatkanbe kurangnya aliran darah.
 Oklusi mendadak pembuluh darah karena terig thrombosis.
 Tempat terbentuknya thrombus, kemudian me paskan kepingan thrombus (embolus).
 Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneuris kemudian robek dan terjadi perdarahan.

 Hypercoagulasi pada polysitemia


Darah bertambah kental, peningkatan viskositas hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran dart serebral.
 Arteritis (radang pada arteri)

2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat RheumatikHeart Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi
3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam rang subarachnoid
atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan
hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi
infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emits septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persan. bungan pembuluh darah arteri,
sehingga darah arter-langsung masuk vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi gag menimbulkan penebalan dan degenerasi
pembuluh darah.

4. Hypoksia Umum
a) Hipertensi yang parah.
b) Cardiac Pulmonary Arrest
c) Cardiac output turn akibat aritmia

5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdaratan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kenala migraine.

Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke hemoragik) disebabkan
oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang
mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak
tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan tekanan lainnya, seperti
mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya. Pembuluh darah pecah umumnya
karena arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri yang
lecet bekas plak aterosklerotik (Junaidi, 2011).
Stroke non hemoragik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis
yaitu penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak (Pudiastuti, 2011).
Stroke non hemoragik terjadi pada pembuluh darah yang mengalami sumbatan sehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah pada jaringan otak, thrombosis otak, aterosklerosis dan
emboli serebral yang merupakan penyumbatan pembuluh darah yang timbul akibat
pembentukan plak sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang dikarenakan oleh
penyakit jantung, diabetes, obesitas, kolesterol, merokok, stress, gaya hidup, rusak atau
hancurnya neuron motorik atas (upper motor neuron) dan hipertensi (Muttaqin, 2011).

C. Klasifikasi
Menurut Buku dr. R. Yoseph Budiman, Sp.S. 2013

1) Berdasarkan kelainan patologis


a. Stroke hemoragik:
 Perdarahan intra serebral.
 Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid).
b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan):
 Stroke akibat trombosis cerebri.
 Emboli cerebri
 Hipoperfusi sistemik

2) Berdasarkan waktu terjadinya


a) Transient Ischemic Attack (TIA)
b) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
c) Stroke In Evolution (SIE)/Progressing Stroke
d) Completed stroke

3) Berdasarkan lokasi lesi vaskuler


a) Sistem karotis
 Motorik: hemiparese kontralateral, disartria (gangguan bicara/kelainan bicara artikulasi
tidak jelas).
 Sensorik: hemihipestesi (gangguan sensorik) kontralateral, parestesia (kesemutan).
 Gangguan visual: hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis fugaks.
 Gangguan fungi luhur: afasia (gangguan fungsi bicara, tidak mampu mengerti dan
menggunakan bahasa lisan), agnosia (kegagalan mengenali objek).
b) Sistem vertebrobasiler
 Motorik: hemiparese alternans, disartria.
 Sensorik: hemihipestesi alternans, parestesia.
 Gangguan lain: gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia

D. Patofisiologi
a) Patologi serangan stroke
 Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh
perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma
kapitis, disebabkan oelh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak
dibagi dua, yaitu;
1. Perdarahan Intra Cerebral
Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke
dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
edema otak.
2. Perdarahan sub arachnoid

 Stroke Non Hemoragik/Iskemik


Biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari. Tidak
terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat
timbul edema sekunder serta kesadaran umumnya baik.
1. Perjalanan penyakit/stadium.
a. TIA
Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai dengan
beberapa jam dan gejala yang timbul akan hilang dengan spon-tan dan sempurna dalam
waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke Involusi
Stroke yang mash terjadi terus sehingga gang-guan neurologis semakin berat/buruk
dan ber-langsung selama 24 jam/beberapa hari.
c. Stroke Komplet
Gangguan neurologis yang timbul sedah menetap, dapat diawali oleh serangan TIA
berulang.

(TAUFAN NUGROHO BUNGA TAMARA PUTRI DARA KIRANA PUTRI 2015).

Perdarahan Intra Serebral diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah intraserebral


sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan kemudian masuk ke dalam jaringan otak
(Junaidi, 2011). Penyebab PIS biasanya karena hipertensi yang berlangsung lama lalu terjadi
kerusakan dinding pembuluh darah dan salah satunya adalah terjadinya mikroaneurisma. Faktor
pencetus lain adalah stress fisik, emosi, peningkatan tekanan darah mendadak yang
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. Sekitar 60- 70% PIS disebabkan oleh hipertensi.
Penyebab lainnya adalah deformitas pembuluh darah bawaan, kelainan koagulasi. Bahkan, 70%
kasus berakibat fatal, terutama apabila perdarahannya luas (masif) (Junaidi, 2011).
Menurut (Samita, 2018) Stroke dibedakan menjadi 2 jenis yaitu, stroke iskemik dan
stroke hemoragik, sebagai berikut :
a. Stroke Iskemik (non hemoragik) adalah penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak berhenti sebagian atau seluruhnya. Stroke iskemik ini dibagi 3 yaitu :
 Stroke Trombotik : Proses pembentukan thrombus
 Stroke Embolik : Gumpalan darah membuat arteri membeku
 Hipoperfusion Sistemik : Akibat gangguan irama jantung, aliran darah ke seluruh bagian
tubuh berkurang(Samita, 2018).
b. Stroke Hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak.
Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada pasien hipertensi. Stroke hemoragik ada 2
jenis yaitu :
 Hemoragik Intraserebral : Perdarahan di jaringan otak
 Hemoragik (Di ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi
otak)
E. WOC
F. PENATALAKSANAAN/TERAPI
1. Umum:
Ditujukan terhadap fungsi vital: paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan elektrolit dan
cairan, gizi, higiene.
2. Khusus:
Pencegahan dan pengobatan komplikasi Rehabilitasi Pencegahan stroke: tindakan
promosi, primer dan sekunder.
Penatalaksanaan Khusus :
Menurut Seit Risoplehan
A. Stroke iskemik/infark:
 Anti agregasi platelet: Aspirin, tiklopidin, klopidogrel, dipiridamol, cilostazol.
 Trombolitik: rt-PA (harus memenuhi kriteria inklusif).
 Antikoagulan: heparin, LMWH, heparinoid (untuk stroke emboli [Guidelines stroke
2004]).
 Neuroprotektan
 Perdarahan subarakhnoid:
 Antivasospasme: Nimodipin
 Neuroprotektan
B. Perdarahan intracerebral:
Konsenvatif:
 Memperbaiki faal hemostasis (bila ada gangguan faal hemostasis).
 Mencegah/mengatasi vasospasme otak akibat perdarahan: Nimodipine.
 Neuroprotektan.
Operatif: dilakukan pada kasus yang indikatif/memungkinkan:
 volume perdarahan lebit, dar 30cc alau da meningranT kaka fos a Position,
 Letak lobal dan kortikal dengan tanda-landa peninggian TIK akut dan ancamp, herniasi
otak.
 Perdarahan serebellum.Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebellum.
 GCS > 7.
Terapi komplikasi:
 Antiedema: larutan Manitol 20%.
 Antibiotikal, antidepresan, Antikonvulsan: atas indikasi.
 Anti trombosis vena dalam dan emboli paru.
Menurut Dewanto, Et all (2009):
Umum
 Nutrisi
 Hidrasi intravena: koreksi dengan NaCl 0,9% jika hipovolemik
 Hiperglikemia: koreksi dengan insulin skala luncur. Bila stabil, beri insulin regular
subkutan.
 Neurorehabilitasi dini: stimulasi dini secepatnya dan fisioterapi gerak anggota badan
aktif maupun pasif.
 Perawatan kandung kemih: Kateter menetap hanya pada keadaan khusus (kesdaran
menurun, demensia, dan afasia global).
Khusus
 Terapi spesifik stroke iskemik akut:
 Trombolisis rt-PA intravena/intraarterial pada ≤ 3 jam setelah awitan stroke dengan dosis
0,9 mg/kg (maksimal 90 mg).Sebanyak 10% dosis awal diberi sebagai bentuk bolus,
sisanya dilanjutkan melalui infus dalam waktu 1 jam.
 Obat Neuroprotektif
 Trombosis vena dalam;
 Heparin 5000 unit/12 jam selama 5-10 hari
 Low Molecular Weight Heparin (enoksaparin/nadroparin) 2 x 0,3-0,4 IU SC abdomen
 Pneumatic boots, stoking elastic, fisioterapi, dan mobilisasi

Penatalaksanaan stroke menurut Muttaqin (2012) yaitu:


Pengobatan pembedahan:
 membuka arteri karotis di leher.
 Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
dirasakan oleh klien TIA
 Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
 Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
Penatalaksanaan Stroke
Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke dan dapat berupa terapi farmasi,
radiologi intervensional, atau pun pembedahan. Untuk stroke iskemik, terapi bertujuan untuk
meningkatkan perfusi darah keotak, membantu lisis bekuan darah dan mencegah trombosis
lanjutan, melindungi jaringan otak yangmasih aktif, dan mencegah cedera sekunder lain. Pada
stroke hemoragik, tujuan terapi adalah mencegah kerusakan sekunder dengan mengendalikan
tekanan intrakranial dan vasospasme, serta mencegah perdarahan lebih lanjut (Ummaroh, 2019).

Pemeriksaan penunjang
Tergantung gejala dan tanda, usia, kondisi pre dan pasca stroke, risiko pemeriksaan,
biaya, kenyamanan pemeriksaan penunjang.
Tujuan : membantu menentukan diagnosa, diagnosa banding, faktor risiko, komplikasi,
prognosa, dan pengobatan (dr.R.Yoseph Budiman, Sp.S. 2013)

 Laboratorium: darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan serebrospinal, AGD, biokimia
darah, elektrolit.
 CT Scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan
juga untuk memperlihatkan adanya edema hematoma, iskemia, dan
adanva infark.
 Ultrasonografi doppler: mengidentifikasi penyakit arterio vena.
 Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
 MRI: menunjukkan darah yang mengalami infark, hemoragic.
 EEG: memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
 Sinar X tengkorak: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi
karotis interna terdapat pada trombosit serebral, klasifikasi parsial
dinding aneurisme pada perdarahan sub arachhnoid.
(Batticaca, 2008)
Menurut Junaidi (2011), dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai
berikut :
 Computed Tomography Scanning (CT scan)
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak
yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan
biasanya di dapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
 Electrocardiograph (ECG)
Menunjukkan grafik detak jantung untuk mendeteksi penyakit jantung yang mungkin
mendasari serangan stroke serta tekanan
 darah tinggi. Electroencephalogram (EEG)
Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
 Angiogram
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma
atau malformasi vaskuler.
 Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa
yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral, klasifikasi
parsial dinding aneurisma pada perdarahan subaraknoid.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasiendengan stroke non hemoragik
adalah sebagai berikut (Radaningtyas, 2018).
 Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seprti perdarahan, obstruktif
arteri, oklusi / nuptur.
 Elektro encefalography
Mengidentifikasi masalah didasrkan pada gelombang otak atau mungkin memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik.
 Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawan dari masa
yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral. Klasifikasi persial
dinding, aneurisma pada pendarahan sub arachnoid.
 Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis /alioran darah
/muncul plaque / arterosklerosis.
 CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
 Magnetic Resonance Imagine (MRI)
Menunjukan adanya tekanan anormal dan biasanya ada thrombosis, emboli, dan TIA,
tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukan, hemoragi sub arachnois /
perdarahan intakranial.
 Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran vertrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
 Pemeriksaan laboratorium
a. Fungsi lumbal: tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan
TIA. Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan subarachnoid atau intracranial. Kadar protein total
meninggal pada kasus thrombosis sehubungan dengan proses inflamasi.
b. Pemeriksaan darah rutin.
c. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah
mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
Pemeriksaan penunjang untuk cedera kepala antara lain :
 Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic yang diperlukan pada klien dengan cedera kepala menurut
Wijaya dan Yessie (2013) meliputi :
a. CT scan (dengan atau kontras)
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler
dan perubahan jaringan otak
b. MRI
MRI digunakan sama dengan CT scan dengan / tanpa kontras radioaktif
c. Cerebral Angiopraphy
Menunjukkan anomaly sikrulasi serebral seperti perubahan jaringan otak sekunder
menjadi emea, perdarahan dan trauma
d. Serial EEG
Pemeriksan yang dapat melihat perkembangan patologis pasien
e. Sinar –X
Untuk mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan/edema), fragmen tulang
f. BAER
Untuk pemeriksaan mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil
g. PET
Pemeriksaan untuk Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
h. CSS
Lumbal pungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
i. Kadar Elektrolit
Cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi natrium, retensi Na
dapat berakhir beberapa hari, diikuti dengan dieresis Na, peningkatan letargi, konfusi
dan kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit. Untuk mengoreksi keseimbangan
elektrolit sebagai peningkatan tekanan intracranial
j. Screen Toxicology
Untuk mendeteksi pengaruh obat yang menyebabkan penurunan kesadaran.
k. Rontgen thorax 2 arah ( PA/AP dan lateral)
Rontgen thorak menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleura
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan pada klien stroke hemoragik adalah sebagai berikut :

1. Anamnesis (Khaira, 2018)

a. Identitas Klien

1) Umur
Pada stroke hemoragik dengan perdarahan intraserebral lebih sering ditemukan

pada usia 45-60 tahun, sedangkan stroke hemoragik dengan perdarahan subarachnoid

lebih sering ditemukan pada usia 20-40 tahun.

2) Jenis Kelamin

Laki-laki lebih cenderung terkena stroke lebih tinggi dibandingkan

wanita, dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali pada usia lanjut laki-laki dan

wanita hampir tidak berbeda. Laki-laki yang berumur 45 tahun bila bertahan

hidup sampai 85 tahun kemungkinan terkena stroke 25%, sedangkan risiko bagi

wanita hanya 20%.

3) Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan sebagaian besar (50%) berpendidikan

sarjana, yang memiliki kecenderungan adanya perubahan gaya dan pola hidup

yang dapat memicu terjadinya stroke.

2. Keluhan Utama

Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik kelemahan anggota gerak

sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan

sensorik, kejang, penurunan kesadaran (Gefani, 2017).


3. Riwayat Penyakit Sekarang

Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak pada saat

pasien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan

kejang sampai tidak sadar selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi

otak yang lain (Rahmayanti, 2019).

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Adanya riwayat hipertensi, riwayat diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia,

trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat antikoagulan, aspirin,

vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. Selain itu, pada riwayat penyakit

dahulu juga ditemukan riwayat tinggi kolesterol, merokok, riwayat pemakaian

kontrasepsi yang disertai hipertensi dan meningkatnya kadar estrogen, dan riwayat

konsumsi alcohol (Khaira, 2018).

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus atau

adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu (Khaira, 2018).


6. Pemeriksaan Fisik (Amanda, 2018)

a. Keadaan Umum

Tingkat kesadaran menurun karena terjadinya perdarahan yang

menyebabkan kerusakan otak kemudian menekan batang otak. Evaluasi tingkat

kesadaran secara sederhana dapat dibagi atas :

a) Compos mentis : kesadaran baik

b) Apatis : perhatian kurang

c) Samnolen : kesadaran mengantuk

d) Stupor : kantuk yang dalam pasien dibangunkan dengan rangsangan

nyeri yang kuat

e) Soparokomatus : keadaan tidak ada respon verbal

f) Tidak ada respon sama sekali

b. Tanda-Tanda Vital

a) Tekanan darah : pasien stroke hemoragik memiliki riwayat

tekanan darah dengan tekanan systole > 140 dan diastole > 80

mmHg

b) Nadi : pasien stroke nadi terhitung normal

c) Pernapasan : pasien stroke mengalami nafas cepat dan terdapat

gangguan pada bersihan jalan napas

d) Suhu tubuh : pada pasien stroke tidak ada masalah suhu pada

pasien denga stroke hemoragik


c. Pemeriksaan Head To Toe

a) Pemeriksaan Kepala

1) Kepala : Pada umumnya bentuk kepala pada pasien stroke

normocephalik

2) Rambut : Pada umumnya tidak ada kelainan pada rambut pasien

3) Wajah : Biasanya pada wajah klien stroke terlihat miring

kesalah satu sisi.

b) Pemeriksaan Integumen

1) Kulit : Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan

tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan

jelek.

2) Kuku : Biasanya pada pasien stroke hemoragik ini capilarry

refill timenya < 3 detik bila ditangani secara cepat dan baik

c) Pemeriksaan Dada

Pada inspeksi biasanya didapatkan klien batuk, peningkatan

produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan

peningkatan frekuensi pernafasan. Pada auskultasi biasanya

terdengar bunyi nafas


tambahan seperti ronchi pada klien dengan peningkatan produksi

sekret dan kemampuan batuk menurun yang sering didapatkan

pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma. Pada

klien dengan tingkat kesdaran compos mentis, pada pengkajian

inspeksi biasanya pernafasan tidak ada kelainan. Palpasi thoraks

didapatkan fremitus kiri dan kanan, dan pada ausklutasi tidak

didapatkan bunyi nafas tambahan

d) Pemeriksaan Abdomen

Biasanya pada klien stroke didapatkan distensi pada abdomen,

dapatkan penurunan peristaltik usus, dan kadang-kadang perut

klien terasa kembung.

e) Pemeriksaan Genitalia

Biasanya klien stroke dapat mengalami inkontinensia urinarius

sementara karena konfusi dan ketidakmampuan mengungkapkan

kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal

karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang- kadang

kontrol sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang. Selama

periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril,

inkontenesia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan

neurologis luas.

f) Pemeriksaan Ekstremitas

1) Ekstremitas Atas

Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT

biasanya normal yaitu < 2 detik.Pada pemeriksaan nervus XI

(aksesorius) : biasanya pasien stroke hemoragik tidak dapat


melawan tahanan pada bahu yang diberikan perawat. Pada

pemeriksaan reflek, biasanya saat siku diketuk tidak ada

respon apa-apa dari siku, tidak fleksi maupun ekstensi (reflek

bicep (-)) dan pada pemeriksaan tricep respon tidak ada.


fleksi dan supinasi (reflek bicep (-)). Sedangkan pada

pemeriksaan reflek hoffman tromer biasanya jari tidak

mengembang ketika diberi reflek (reflek Hoffman tromer (+)).

2) Ekstremitas Bawah

Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat pemeriksaan

bluedzensky I kaki kiri pasien fleksi ( bluedzensky (+)). Pada

saat telapak kaki digores biasanya jari tidak mengembang

(reflek babinsky (+)). Pada saat dorsum pedis digores biasanya

jari kaki juga tidak beresponn (reflek caddok (+)). Pada saat

tulang kering digurut dari atas ke bawah biasanya tidak ada

respon fleksi atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan pada saat

betis diremas dengan kuat biasanya pasien tidak merasakan

apa-apa (reflek gordon (+)). Pada saat dilakukan reflek patella

biasanya femur tidak bereaksi saat di ketukkan (reflek patella

(+)).
g) Pemeriksaan Neurologis

1) Pemeriksaan Nervus Cranialis

(a) Nervus I (Olfaktorius). Biasanya pada klien stroke tidak

ada kelainan pada fungsi penciuman

(b) Nervus II (Optikus). Disfungsi persepsi visual karena

gangguan jaras sensori primer diantara mata dan korteks

visual. Gangguan hubungan visual-spasial biasanya sering

terlihat pada klien hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak

dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena

ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian

tubuh.

(c) Nervus III (Okulomotoris), IV(Troklearis), dan VI


(Abdusen).

Pemeriksaan ini diperiksa secara bersamaan, karena saraf

ini bekerjasama dalam mengatur otot-otot ekstraokular.

Jika akibat stroke menyebabkan paralisis, pada satu sisi

okularis biasanaya didapatkan penurunan kemampuan

gerakan konjugat unilateral disisi yang sakit.


(d) Nervus V (Trigeminus). Pada beberapa keadaan stroke

menyebabkan paralisis saraf trigeminus, penurunan

kemampuan koordinasi gerakan mengunyah,

penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta

kelumpuhan satu sisi pterigoideus internus dan eksternus.

(e) Nervus VII (Fasialis). Pada keadaan stroke biasanya

persepsi pengecapan dalam batas normal, namun wajah

asimetris, dan otot wajah tertarik kebagian sisi yang sehat.

(f) Nervus VIII (Vestibulokoklearis/Akustikus). Biasanya

tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

(g) Nervus IX (Glosofaringeus) dan X (Vagus). Secara

anatomi dan fisisologi berhubungan erat karena

glosofaringeus mempunyai bagian sensori yang

mengantarkan rangsangan pengecapan, mempersyarafi

sinus karotikus dan korpus karotikus, dan mengatur sensasi

faring. Bagian dari faring dipersarafi oleh saraf vagus.

Biasanya pada klien stroke mengalami penurunan

kemampuan menelan dan kesulitan membuka mulut.

(h) Nervus XI (Aksesoris). Biasanya tidak ada


atrofi otot

sternokleisomastoideus dan trapezius


(i) Nervus XII (hipoglosus). Biasanya lidah simetris, terdapat deviasi pada

satu sisi dan fasikulasi serta indra pengecapan normal.

2) Pemeriksaan Motorik

Biasanya didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi

pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparise atau kelemahan salah satu sisi

tubuh adalah tanda yang lain. Juga biasanya mengalami gangguan

keseimbangan dan koordinasi karena hemiplegia dan hemiparese. Pada

penilaian dengan menggunakan kekuatan otot, tingkat kekuatan otot pada

sisi yang sakit adalah 0.

3) Pemeriksaan Refleks

Pada pemerikasaan refleks patologis. Biasanya pada fase akut reflek

fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks

fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan reflek patologis.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark jaringan otak

2. Gangguan mobilitas fisik b.d neuromukuler

3. Gangguan menelan b.d. gangguan saraf cranial

4. Konstipasi berhubungan dengan kekurangannya aktifitas fisik

5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular

6. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan saraf cranial

7. Kurangnya pengetahuan
C. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI

1 Ketidak efektifan Setelah dilakukan O:

perfusi jaringan pengkajian selama - identifikasi peningkantan

serebral 1x24 jam di dapatkan tekanan intracranial.

berhubungan dengan kriteria hasil : - monitor peningkatan TD.

infark jaringan otak -tingkat - monitor penurunan frekuensi

kesadaran jantung

meningkat. - monitor ireguleritas irama nafas

-gelisah - monitor penurunan tingkat

menurun. kesadaran.

-tekanan darah - monitor perlambatan atau ketidak

membaik simetrisan respon pupil.

- monitor kadar CO2 dan pertahankan

dalam rentang yang diindikasikan

- monitor tekanan perfusi serebral

- monitor jumlah kecepatan,dan

karakteristik,drainase cairan

serebrospinal

- -monitor efek stimulus


T:

- ambil sampel drainase cairan

serebrospinal.

- kalibrasi transduser.

- pertahankan sterilitas system

pemantauan .

- pertahankan posisi kepala dan

leher netral.

- dokumentasikan hasil

pemantauan,jika perlu.

- atur interval pemantauan sesuai

kondisi pasien.

- doumentasi hasil pemantauan.

E:

- -jelaskan tujuan dan prosedur

pemantauan.

No SDKI SLKI SIKI

2 Gangguan Setelah O:

mobilitas fisik dilakukan - Identifikasi adanya nyeri atau

berhubungan pengkajian keluhan fisik lainnya

dengan selama 1x24 - Identifikasi toleransi fisik

neuromukuler jam didapatkan melakukan pergerakan


hasil: - Monitor frekuensi jantung

-pergerakan dan tekanan darah sebelum

esktremitas memulai mobilisasi

meningkat - Monitor kondisi umum selama

-kekuatan melakukan mobilisasi

otot T:

meningkat - Fasilitasi aktivitas mobilitas

-nyeri menurun dengan alat bantu

-kecemasan - Fasilitasi melakukan

menurun pergerakan

- Libatkan kelurga untuk

membantu pasien dalam

meningkatkan pergerakan

E:

- Jelaskan tujuan dan prosedur

mobilisasi

- Anjurkan melakukan

mobilisasi dini

- Anjurkan mobilisasi sederhana

yang harus dilakukan (mis.

duduk ditempat tidur).

K:

Konsultasi kesehatan
No SDKI SLKI SIKI

3 Gangguan Setelah dilakukan O:

menelan pengkajian 1x24 - Periksa posisi NGT dengan

berhubungan jam di dapatkan memeriksa residu lambung

dengan hasil: atau mengakultasi hembusan

gangguan saraf -reflek menelan udara

cranial meningkat - Monitor tetesan makanan pada

-kemampuan pompa setiap jam

mengunyah - Monitor rasa penuh,mual,dan

meningkat muntah.

-batuk menurun - Monitor residu lambung tiap

-gelisah 4-6 jam selama 24 jam

menurun pertama, kemudian tiap 8 jam

-muntah selama pemberian makan via

menurun enteral,jika perlu

-penerimaan - Monitor pola buang air besar

makanan setiap 4-8 jam,jia perlu

membaik T:

- Gunakan teknik bersih dalam

pemberian makanan via

selang

- Berikan tanda pada selang


untuk mempertahankan lokasi

yang tepat

- Tinggikan kepala tempat tidur

30-45 derajat selama

pemberian makan

- Irigasi selang dengan 30 ml

air setiap 4-6 jam selama

pemberian makan dan setelah

pemberian makan intermitan

- Hindari pemberian makan

lewat selang 1 jam sebelum

prosedur atau pemindahan

pasien

- Hindari pemberian makan jika

residu lebih dari 150 cc atau

lebih dari 100-200 persen dari

jumlah makanan taip jam

E:

- Jelaskan tujuan dan langkah-

langkah prosedur

K:

- Kolaborasi pemberian sinar X

untuk konfirmasi posisi

selang,jika perlu
- Kolaborasi pemilihan jenis dan

jumlah makanan enteral

No SDKI SLKI SIKI

4 Konstipasi Sestelah O:

berhungan dilakukan - Pemeriksa tanda dan gejela

dengan pengajian 1x24 konstipasi

kurangnya jam di - pemeriksaan pergerakan usus,

aktifitas fisik dapatkan hasil: karateristik fases

-tingkat - identifiasi faktor resiko konstipasi

kesadaran (mis:obat-obatan, tirah baring,

meningkat dan diet rendah serat)

-memori - monitor tanda dan gejala rupture

jangka panjang usus dan peritonitis.

meningat T:

-memori - anjuran diet tinggi serat

jangka pendek - lakukan masase abdomen,jika

meningkat perlu

-perilaku - lakukan evakuasi fases secara

halusinasi manual

menurun - berikan enema atau irigasi,jika

-gelisah perlu
menurun E:

-fungsi otak - jelaskan etiologi masalah dan

membaik alasan tindakan

- anjurkan peningkatan asupan

cairan

- latih buang air besar secara teratur

- anjurkan cara mengatasi

konstipasi.

K:

- kolaborasi dengan tim medis

tentang penurunan/peningkatan

freuensi usus

- -kolaborasi penggunaan obat

pencahar,jika perlu

No SDKI SLKI SIKI

5 Defisit Setelah dilakukan O:

perawatan diri pengkajian selama - identifikasi usia dan

berhubungan 1x24 jam di budaya dalam membantu

dengan dapatkan hasil : kebersihan diri

kelemahan -kemampuan - identifikasi jenis bantuan

neuromuskuler. makan meningkat yang di butuhkan


-mempertahankan - monitor kebersihan tubuh

kebersihan mulut - monitor integritas kulit

-minat melakukan T:

perawatan diri - sediakan peralatan mandi

meningkat - sediakan lingkungan yang

aman dan nyaman

- fasilitas menggosok

gigi,sesuai kebutuhan

- fasilitas mandi,sesuai

kebutuhan

- pertahankan kebiasaan

kebersihan diri

- berikan bantuan sesu ai

tingkat kemandirian

E:

- Jelaskan manfaat mandi

dan dampak tidak mandi

terhadap kesehatan

- ajarkan kepada keluarga

cara memandikan pasien


No SDKI SLKI SIKI

6 Hambatan Setelah dilakukan O:

komunikasi pengkajian selama - monitor

verbal 1x24 jam di kecepatan,tekanan,

berhubungan dapatkan hasil kuantitasvolume,dan diksi

dengan sebagai berikut: bicara

gangguan saraf -kemampuan - monitor proses

cranial berbicara koknitif,anatomis dan

meningkat fisiologis yang berkaitan

-kemampuan dengan

mendengar bicara(mis,memori,penden

meningkat garan dan bahasa)

-kesesuaian - monitor frustasi,marah

ekspresi depresi atau hal lain yang

wajah/tubuh mengganggu bicara

meningkat - identifikasi perilaku

-kontak mata emosional dan fisik

meningkat sebagai bentuk

-pemahaman komunikasi

komunikasi T:

membaik - gunakan metode

komunikasi alternative

- sesuaikan gaya

komunikasi dengan
kebutuhan(mis,berdiri di

depan pasien,dengarkan

secara seksama )

- modifikasi lingkungan

untuk meminimalkan

bantuan

- ulangi apa yang di

sampaikan pasien

- berikan dukungan

psikologis

- gunakan juru bicara,jika

perlu

E:

- anjurkan berbicara

perlahan

- ajarkan pasien dan

keluarga proses

kognitif,anatomis,dan

fisiologisyang

berhubungan dengan

kemampuan berbicara

k:

- rujuk ke ahli

patologi bicara atau

terapis

No SDKI SLKI SIKI


7 Kurangnya Setelah dilakukan O:

pengetahuan pengkajian selama - identifikasi kesiapan dan

1x24 jam di kemampuan menerima

dapatkan hasil informasi

sebagai berikut: - identifikasi faktor-faktor

-perilaku sesuia yang dapat meningkatkan

anjuran meningkat dan menurunkan motivasi

-verbalisasi minat dan menurunkan motivasi

dalam belajar perilaku hidup bersih dan

meningkat sehat

-kemampuan T:

menjelaskan - sediakan materi dan

pengetahuan media pendidikan

tentang suatu topic esehatan

meningkat - jadwalkan pendidikan

-perilaku sesuai esehatan sesuai

dengan kesepakatan

pengetahuan - berikan kesempatan

meningkat untuk bertanya

-pertanyaan E:

tentang masalah - jelaskan faktor risiko yang

yang di hadapi dapat mempengaruhi

menurun kesehatan
-persepsi yang - ajarkan perilaku hidup

keliru terhadap bersih dan sehat

masalah menurun - ajarkan strategi yang

-menjalani dapat digunakan untuk

pemeriksaan yang meningkatkan perilaku

tidak tepat hidup bersih dan sehat

menurun.

D. Evaluasi Keperawatan

Menurut Nursalam (2015), evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis, yaitu :

Evaluasi formatif : evalusi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi ini dilakukan sampai dengan

tujuan tercapai. Pada evaluasi formatif ini penulis menilai klien tentang ketepatan gerak pada saat

melakukan latihan ROM (Range Of Motion) yang penulis ajarkan terlebih dahulu kepada klien.

1) Evaluasi somatif : evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP

(Subjektif, Objektif, Analisa, Planning). Pada evaluasi somatif ini penulis menilai tujuan akhir dari

latihan ROM (Range Of Motion) yang penulis ajarkan yaitu baik atau tidaknya rentang gerak

ataupun mobilitas fisik pada klien setelah melakukan latihan ROM (Range Of Motion) tersebut.

Pada tahap ini penulis melakukan penilaian secara subjektif melalui ungkapan klien dan secara

objektif. Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan kriteria hasil, yaitu sebagai berikut :

1. Pasien meningkat dalam aktivitas fisik

2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

3. Memverbalisasik an perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan

berpindah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern
saat ini. Stroke menjadi masalah serius yang dihadapi di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan
Stroke adalah penyebab kematian ketiga terbanyak setelah penyakit jantung koroner dan
kanker. Stroke merupakan suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan bahkan kematian (Batticaca B Fransisca,
2011). Yang dimana pada tahun 2013, diperkirakan 6,4 juta kematian (11,8% dari semua
kematian) disebabkan oleh stroke (Kim, Cahill, & Cheng, 2015).
Stroke dibagi dalam dua kategori mayor yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Stroke non hemoragik terjadi karena aliran darah ke otak terhambat akibat aterosklorosis
atau pembekuan darah. Sedangkan stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh
darah otak sehingga menyebabkan terhambat aliran darah ke otak, darah merembas ke area
otak dan merusaknya(Batticaca B Fransisca, 2011).

B. Saran
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas
wawasan mengenai Stroke Iskemik ( Non Hemoragik ) karena dengan adanya
pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan mampu mengembangkan diri
dalam masyarakat dan memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai
Stroke Iskemik (Non Hemoragik) dan fakor –faktor pencetusnya serta bagaimana
pencegahan untuk kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan


Pasien. Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

29. Muttaqin, Arif, 2012, Buku Ajar Keperawatan Klien dengan


Gangguan Sistem Persyarafan EGC: Salemba Medika

Anonymous (2009). Asma Bisa Sembuh atau Problem Seumur Hidup.Diperoleh


tanggal 29 Juni 2009, dari http://www.
medicastore.com/asma/

Anonymus. Surgeries and procedures. Available at: http:// pennhealth.com/ health


info /Surgery/tracheostomy 2.html.
Access on :July 10, 2007

Anonim. (2009). Kumpulan Artikel Keperawatan Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Luka Bakar (Combustio).
(Online) http://www.artanto.com.

Brunner & Suddart (2002) "Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah", Jakarta:


EGC.

Brooker; Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31.


Jakarta: EGC

Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.


EGC. Jakarta.
Cornenito. 1998. Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi

Anda mungkin juga menyukai