STROKE
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, yang
telah memberikan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
III.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pengarang buku maupun
artikel yang telah membantu kami dengan tulisannya, Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini, serta teman -
teman yang telah memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah
ini.
BAB I..............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORITIS..................................................................................................................5
Konsep Teoritis...........................................................................................................................5
A. Definisi.................................................................................................................................5
B. Etiologi.................................................................................................................................6
C. Klasifikasi............................................................................................................................9
D. Patofisiologi.......................................................................................................................10
E. WOC..................................................................................................................................12
F. PENATALAKSANAAN/TERAPI....................................................................................13
Asuhan Keperawatan................................................................................................................19
BAB III.........................................................................................................................................41
PENUTUP.....................................................................................................................................41
A. Kesimpulan........................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini.
Stroke menjadi masalah serius yang dihadapi di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan Stroke
adalah penyebab kematian ketiga terbanyak setelah penyakit jantung koroner dan kanker. Stroke
merupakan suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita
kelumpuhan bahkan kematian (Batticaca B Fransisca, 2011). Yang dimana pada tahun 2013,
diperkirakan 6,4 juta kematian (11,8% dari semua kematian) disebabkan oleh stroke (Kim,
Cahill, & Cheng, 2015).
Stroke dibagi dalam dua kategori mayor yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke
non hemoragik terjadi karena aliran darah ke otak terhambat akibat aterosklorosis atau
pembekuan darah. Sedangkan stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak
sehingga menyebabkan terhambat aliran darah ke otak, darah merembas ke area otak dan
merusaknya(Batticaca B Fransisca, 2011).
Otak sangat bergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika aliran
darah kesetiap bagian otak terhambat karena thrombus dan embolus, maka mulai terjadi
kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat
menyebabkan nekrosisi mikroskopik neuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebut infark,hal
ini menyebabkan terjadinya infark pada otak yang akan mempengaruhi kontrol motorik karena
neuron dan jalur medial atau venteral berperan dalam kontrol otot-otot (Wijaya & Putri, 2013)
Amerika serikat, stroke merupakan penyebab utama kecacatan orang dewasa jangka Panjang
dan penyebab kematian nomor lima dengan 795.000 peristiwa setiap tahun. Diperkirakan akan
meningkat prevalensi stroke oleh 3,4 juta orang antara tahun 2012 dan 2030 (A. Boehme, C.
Esenwa, 2018).
Prevalensi penyakit stroke tertinggi didunia adalah china dengan prevalensi stroke 69,6%,
perdarahan intraserebral 23,8% dan 15,8%, perdarahan subarachnoid 4,4% dan 4,4%, dan tipe
yang tidak ditentukan 2,1% dan 2,0%, dengan hipertensi 88%, merokok 48%, dan penggunaan
alcohol 44% (Wang et al., 2017).
Penyakit Stroke di Indonesia merupakan terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia.
Jumlah kematian yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60
tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Wilayah Kalimantan Timur merupakan wilayah
tertinggi pengidap penyakit stroke dengan (14,7%), diikuti Di Yogyakarta (14,3%) Bangka
Belitung dan DKI Jakarta masing-masing (11,4%) dan Bali berada pada posisi 17 dengan
(10,8%) (RISKESDAS 2018).
Hasil studi pendahuluan di RSUD klungkung menunjukkan bahwa data pasien stroke
hemoragik menduduki posisi pertama selama 2 tahun terakhir, pasien stroke hemoragik yang
rawat jalan pada tahun 2017 berjumlah 265 orang dan meningkat di tahun 2018 dengan jumlah
413 orang. Sejalan dengan kunjungan pasien stroke hemoragik rawat jalan, prevalensi pasien
stroke hemoragik yang mendapatkan perawatan inap juga tidak mengalami penurunan yang
berarti pada tahun 2017 terdapat 68 orang, pada tahun 2018 terdapat 51 orang pasien stroke
hemoragik dan terjadi peningkatan di tahun 2019 sebanyak 70 pasien stroke hemoragik yang
rawat inap. Dari data yang terdapat di ruang Jambu RSUD Klungkung tanggal 28 januari 2020
menunjukkan bahwa 7 pasien rawat inap yang menderita stroke hemoragik terdapat 4 pasien
dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik.
Stroke menempati posisi pertama sebagai penyebab kematian dirumah sakit. Stroke tidak
hanya menyerang masyarakat berkecukupan tapi juga warga sosial ekonomi rendah. Di
Indonesia diperkirakan tiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke dan sekitar
25% atau 125.000 orang meninggal sedangkan sisanya mengalami kecacatan (Ratna, 2011).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas,penulis tertarik membahas tentang asuhan keperawatan pada
pasien stroke yang di tuangkan dalam makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Sistem
Persarafan (Stoke)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Konsep Teoritis
A. Definisi
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal (atau gl dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau yang
menyebabkan kematian tapa adanya penyebab lain yang selain vaskular.
Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagaian atau seluruh fungsi neurologis (defisit
neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih 24 jam
atau menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak karena berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh
darah secara spontan (stroke perdarahan).(dr. R. Yoseph Budiman, Sp.S. 2013)
Stroke merupakan salah penyakit yang berbahaya, dapat menyebabkan cacad pada
penderita, yang tentu saja akan menghambat produktifitas. Stroke dapat menyebabkan kematian
dan menempati urutan ketiga di Indonesia setelah penyakit kanker dan jantung (Batticaca. 2008,
Adibhatla et al. 2008, Muljadi.2011)
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf
(deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak (Junaidi, 2011). Stroke merupakan
salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh terhadap arteri utama menuju dan berada
di otak (National Stroke Association, 2012).
Stroke dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Umumnya sekitar 50% kasus
stroke hemoragik akan berujung kematian, sedangkan stroke iskemik hanya 20% yang berakibat
kematian. Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah arteri ke otak sehingga
terhalangnya suplai darah menuju otak. Penyebab arteri pecah tersebut misalnya tekanan darah
yang mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat (Junaidi, 2011).
B. Etiologi
Etiologi dari Stroke Hemoragik:
1. Perdarahan intracerebral
Perdarahan intracerebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri dari 80% di
hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.
Gejala klinis:
Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas cans el eat
adida/ului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual,
muntah, gangguan memori, bingung perdarahan retina, dan epistaksis.
Penurunan kesadaran yang: berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat
disertai kejang fokal/umum.
Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola mata
menghilang dan deserebrasi.
. Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papi-edema dan
perdarahan subhialoid.
2. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan di mana terjadi perdarahan diruang
subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinis:
Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis,berlangsung
dalam 1 - 2 detik sampai 1 menit.
Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah dan
kejang.
Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit
sampai beberapa jam.
Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala karakteristik
perdarahan subarakhnoid.
Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi,
banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan. (dr. R. Yoseph
Budiman, Sp.S. 2013)
Menurut Taufan Nugroho Bunga Tamara Putri Dara Kirana Putri 2015) Beberapa keadaan
dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan edema dan kongesti di
sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal
ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam
sete;ah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
Atherosklerosisa.
Atherosklerosis adalah menserarau pembuluh de sera berturanany Manfiestast kind
astisiased sembulah darah. Manifestasi kanis atherosting bermacam-macam. Kerusakan
dapat teriadi melalui mekanisme berikut :
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkanbe kurangnya aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terig thrombosis.
Tempat terbentuknya thrombus, kemudian me paskan kepingan thrombus (embolus).
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneuris kemudian robek dan terjadi perdarahan.
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat RheumatikHeart Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi
3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam rang subarachnoid
atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan
hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi
infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emits septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persan. bungan pembuluh darah arteri,
sehingga darah arter-langsung masuk vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi gag menimbulkan penebalan dan degenerasi
pembuluh darah.
4. Hypoksia Umum
a) Hipertensi yang parah.
b) Cardiac Pulmonary Arrest
c) Cardiac output turn akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdaratan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kenala migraine.
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke hemoragik) disebabkan
oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang
mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak
tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan tekanan lainnya, seperti
mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya. Pembuluh darah pecah umumnya
karena arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri yang
lecet bekas plak aterosklerotik (Junaidi, 2011).
Stroke non hemoragik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis
yaitu penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak (Pudiastuti, 2011).
Stroke non hemoragik terjadi pada pembuluh darah yang mengalami sumbatan sehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah pada jaringan otak, thrombosis otak, aterosklerosis dan
emboli serebral yang merupakan penyumbatan pembuluh darah yang timbul akibat
pembentukan plak sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang dikarenakan oleh
penyakit jantung, diabetes, obesitas, kolesterol, merokok, stress, gaya hidup, rusak atau
hancurnya neuron motorik atas (upper motor neuron) dan hipertensi (Muttaqin, 2011).
C. Klasifikasi
Menurut Buku dr. R. Yoseph Budiman, Sp.S. 2013
D. Patofisiologi
a) Patologi serangan stroke
Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh
perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma
kapitis, disebabkan oelh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak
dibagi dua, yaitu;
1. Perdarahan Intra Cerebral
Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke
dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
edema otak.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pemeriksaan penunjang
Tergantung gejala dan tanda, usia, kondisi pre dan pasca stroke, risiko pemeriksaan,
biaya, kenyamanan pemeriksaan penunjang.
Tujuan : membantu menentukan diagnosa, diagnosa banding, faktor risiko, komplikasi,
prognosa, dan pengobatan (dr.R.Yoseph Budiman, Sp.S. 2013)
Laboratorium: darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan serebrospinal, AGD, biokimia
darah, elektrolit.
CT Scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan
juga untuk memperlihatkan adanya edema hematoma, iskemia, dan
adanva infark.
Ultrasonografi doppler: mengidentifikasi penyakit arterio vena.
Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
MRI: menunjukkan darah yang mengalami infark, hemoragic.
EEG: memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
Sinar X tengkorak: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi
karotis interna terdapat pada trombosit serebral, klasifikasi parsial
dinding aneurisme pada perdarahan sub arachhnoid.
(Batticaca, 2008)
Menurut Junaidi (2011), dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai
berikut :
Computed Tomography Scanning (CT scan)
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak
yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan
biasanya di dapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
Electrocardiograph (ECG)
Menunjukkan grafik detak jantung untuk mendeteksi penyakit jantung yang mungkin
mendasari serangan stroke serta tekanan
darah tinggi. Electroencephalogram (EEG)
Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
Angiogram
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma
atau malformasi vaskuler.
Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa
yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral, klasifikasi
parsial dinding aneurisma pada perdarahan subaraknoid.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasiendengan stroke non hemoragik
adalah sebagai berikut (Radaningtyas, 2018).
Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seprti perdarahan, obstruktif
arteri, oklusi / nuptur.
Elektro encefalography
Mengidentifikasi masalah didasrkan pada gelombang otak atau mungkin memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik.
Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawan dari masa
yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral. Klasifikasi persial
dinding, aneurisma pada pendarahan sub arachnoid.
Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis /alioran darah
/muncul plaque / arterosklerosis.
CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
Magnetic Resonance Imagine (MRI)
Menunjukan adanya tekanan anormal dan biasanya ada thrombosis, emboli, dan TIA,
tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukan, hemoragi sub arachnois /
perdarahan intakranial.
Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran vertrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
Pemeriksaan laboratorium
a. Fungsi lumbal: tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan
TIA. Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan subarachnoid atau intracranial. Kadar protein total
meninggal pada kasus thrombosis sehubungan dengan proses inflamasi.
b. Pemeriksaan darah rutin.
c. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah
mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
Pemeriksaan penunjang untuk cedera kepala antara lain :
Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic yang diperlukan pada klien dengan cedera kepala menurut
Wijaya dan Yessie (2013) meliputi :
a. CT scan (dengan atau kontras)
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler
dan perubahan jaringan otak
b. MRI
MRI digunakan sama dengan CT scan dengan / tanpa kontras radioaktif
c. Cerebral Angiopraphy
Menunjukkan anomaly sikrulasi serebral seperti perubahan jaringan otak sekunder
menjadi emea, perdarahan dan trauma
d. Serial EEG
Pemeriksan yang dapat melihat perkembangan patologis pasien
e. Sinar –X
Untuk mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan/edema), fragmen tulang
f. BAER
Untuk pemeriksaan mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil
g. PET
Pemeriksaan untuk Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
h. CSS
Lumbal pungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
i. Kadar Elektrolit
Cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi natrium, retensi Na
dapat berakhir beberapa hari, diikuti dengan dieresis Na, peningkatan letargi, konfusi
dan kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit. Untuk mengoreksi keseimbangan
elektrolit sebagai peningkatan tekanan intracranial
j. Screen Toxicology
Untuk mendeteksi pengaruh obat yang menyebabkan penurunan kesadaran.
k. Rontgen thorax 2 arah ( PA/AP dan lateral)
Rontgen thorak menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleura
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
1) Umur
Pada stroke hemoragik dengan perdarahan intraserebral lebih sering ditemukan
pada usia 45-60 tahun, sedangkan stroke hemoragik dengan perdarahan subarachnoid
2) Jenis Kelamin
wanita, dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali pada usia lanjut laki-laki dan
wanita hampir tidak berbeda. Laki-laki yang berumur 45 tahun bila bertahan
hidup sampai 85 tahun kemungkinan terkena stroke 25%, sedangkan risiko bagi
3) Pekerjaan
sarjana, yang memiliki kecenderungan adanya perubahan gaya dan pola hidup
2. Keluhan Utama
sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak pada saat
pasien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat antikoagulan, aspirin,
kontrasepsi yang disertai hipertensi dan meningkatnya kadar estrogen, dan riwayat
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus atau
a. Keadaan Umum
b. Tanda-Tanda Vital
tekanan darah dengan tekanan systole > 140 dan diastole > 80
mmHg
d) Suhu tubuh : pada pasien stroke tidak ada masalah suhu pada
a) Pemeriksaan Kepala
normocephalik
b) Pemeriksaan Integumen
tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan
jelek.
refill timenya < 3 detik bila ditangani secara cepat dan baik
c) Pemeriksaan Dada
d) Pemeriksaan Abdomen
e) Pemeriksaan Genitalia
neurologis luas.
f) Pemeriksaan Ekstremitas
1) Ekstremitas Atas
2) Ekstremitas Bawah
jari kaki juga tidak beresponn (reflek caddok (+)). Pada saat
respon fleksi atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan pada saat
(+)).
g) Pemeriksaan Neurologis
tubuh.
2) Pemeriksaan Motorik
Biasanya didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi
pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparise atau kelemahan salah satu sisi
3) Pemeriksaan Refleks
fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark jaringan otak
7. Kurangnya pengetahuan
C. Intervensi Keperawatan
kesadaran jantung
menurun. kesadaran.
karakteristik,drainase cairan
serebrospinal
serebrospinal.
- kalibrasi transduser.
pemantauan .
leher netral.
- dokumentasikan hasil
pemantauan,jika perlu.
kondisi pasien.
E:
pemantauan.
2 Gangguan Setelah O:
otot T:
menurun pergerakan
meningkatkan pergerakan
E:
mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
K:
Konsultasi kesehatan
No SDKI SLKI SIKI
meningkat muntah.
membaik T:
selang
yang tepat
pemberian makan
pasien
E:
langkah prosedur
K:
selang,jika perlu
- Kolaborasi pemilihan jenis dan
4 Konstipasi Sestelah O:
meningat T:
meningkat perlu
halusinasi manual
-gelisah perlu
menurun E:
cairan
konstipasi.
K:
tentang penurunan/peningkatan
freuensi usus
pencahar,jika perlu
-minat melakukan T:
- fasilitas menggosok
gigi,sesuai kebutuhan
- fasilitas mandi,sesuai
kebutuhan
- pertahankan kebiasaan
kebersihan diri
tingkat kemandirian
E:
terhadap kesehatan
-kemampuan dengan
mendengar bicara(mis,memori,penden
-pemahaman komunikasi
komunikasi T:
komunikasi alternative
- sesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan(mis,berdiri di
depan pasien,dengarkan
secara seksama )
- modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bantuan
sampaikan pasien
- berikan dukungan
psikologis
perlu
E:
- anjurkan berbicara
perlahan
keluarga proses
kognitif,anatomis,dan
fisiologisyang
berhubungan dengan
kemampuan berbicara
k:
- rujuk ke ahli
terapis
meningkat sehat
-kemampuan T:
dengan kesepakatan
-pertanyaan E:
menurun kesehatan
-persepsi yang - ajarkan perilaku hidup
menurun.
D. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam (2015), evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis, yaitu :
Evaluasi formatif : evalusi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi ini dilakukan sampai dengan
tujuan tercapai. Pada evaluasi formatif ini penulis menilai klien tentang ketepatan gerak pada saat
melakukan latihan ROM (Range Of Motion) yang penulis ajarkan terlebih dahulu kepada klien.
1) Evaluasi somatif : evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP
(Subjektif, Objektif, Analisa, Planning). Pada evaluasi somatif ini penulis menilai tujuan akhir dari
latihan ROM (Range Of Motion) yang penulis ajarkan yaitu baik atau tidaknya rentang gerak
ataupun mobilitas fisik pada klien setelah melakukan latihan ROM (Range Of Motion) tersebut.
Pada tahap ini penulis melakukan penilaian secara subjektif melalui ungkapan klien dan secara
objektif. Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan kriteria hasil, yaitu sebagai berikut :
berpindah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern
saat ini. Stroke menjadi masalah serius yang dihadapi di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan
Stroke adalah penyebab kematian ketiga terbanyak setelah penyakit jantung koroner dan
kanker. Stroke merupakan suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan bahkan kematian (Batticaca B Fransisca,
2011). Yang dimana pada tahun 2013, diperkirakan 6,4 juta kematian (11,8% dari semua
kematian) disebabkan oleh stroke (Kim, Cahill, & Cheng, 2015).
Stroke dibagi dalam dua kategori mayor yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Stroke non hemoragik terjadi karena aliran darah ke otak terhambat akibat aterosklorosis
atau pembekuan darah. Sedangkan stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh
darah otak sehingga menyebabkan terhambat aliran darah ke otak, darah merembas ke area
otak dan merusaknya(Batticaca B Fransisca, 2011).
B. Saran
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas
wawasan mengenai Stroke Iskemik ( Non Hemoragik ) karena dengan adanya
pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan mampu mengembangkan diri
dalam masyarakat dan memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai
Stroke Iskemik (Non Hemoragik) dan fakor –faktor pencetusnya serta bagaimana
pencegahan untuk kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA