Anda di halaman 1dari 8

Paliative Care

PERAWATAN PALIATIF
DALAM PERSPEKTIF
AGAMA DAN SPIRITUAL
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
ZELLYN THANIA
TENDRI SAKNA
NABILA PARAMESWARI
Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak)
dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam
jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan
penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik,
psikologis, sosial atau spiritual (World Health Organization
(WHO), 2016).
A. Tinjauan Agama dalam Paliatif
Bila merujuk pada definisi perawatan paliatif maka secara umum kita dapat menyimpulkan bahwa perawatan paliatif
merupakan suatu upaya untuk mengurangi penderitaan pasien melalui perawatan secara holistik yang mana tujuan utamanya
adalah untuk meningkatkan kualitas hidup baik pasien sebagai subyek yang mengalami penyakit yang mengancam jiwa mau-pun
keluarga atau orang terdekatnya (Amoah, 2011).

Sejak dimulainya pelayanan hospis yang kemudian dikembang-kan menjadi pelayanan paliatif, spiritualitas telah diperkenat-kan
sebagai elemen dasar dalam perawatan paliatif (Puchalski,2013). Sebagai pendiri hospis, Dame Cicely Saunders teal mendedikasikan
hidupnya untuk merawat pasien yang men-jelang akhir hayat dengan mendampingi pasien yang menge lami ‘’Total Pain’’. Total pain
yang dimaksudkan oleh Saunders adalah istilah untuk menggambarkan kondisi distress pasien akibat dari distress spiritual,
psikososial dan fisik

Atas dasar permikiran tersebut maka lahirlah sebuah model yang saat ini. alikenal dengan model biopsikososio spiritual, dan
model tersebut menjadi acuan dalam perawatan pelayanan paliatif. Perawatan paliatif yang merupakan sebuah disiplin yang
dkhususkan untuk menyediakan perawatan secara holistic pada pasien dengan penyakit stadium lanjut, dan penyakit yang
mengancam jiwa (Penderell & Brazil, 2010).
Sebagaimana diketahui bahwa perawatan paliatif merupakan pelayanan yang verupaya untuk memberikan kualitas hidup yang
terbaik pada passen dalam menghadapi kematian. Sehingga penting adanya inik memberikan perawatan yang komprehensit, tidak
haha fisik, emosional, psikologis, namun juga memberikan pe-agenan untuk kebutuhan spiritual pasien. Olehnya itu, maka Piling
adanya seorang praktisi kesehatan mengetahui akan elitingnya peran spiritualitas terhadap pasien dan keluarganya. selipen WHO
telah menyatakan bahwa perawatan spita. seupakan bagian dari komponen perawatan paliatif, namun hal ini sering terabalkan
dalar tatanan kilinis. (Selman, young,vemandere, Stirling Leget, 2014).
• Spiritualitas dan Religiusitas
Spiritualitas didefinisikan sebagai aspek dari kemanuasiaan yang mana hal
tersebut merujuk pada cara seseorang mencari dan mengekspresikan makna, tujuan
atau maksud, dan cara pengalaman mereka yang mana semua hal tersebut saling
ber-hubungan pada waktu atau kejadian, pada diri sendiri, pada yang lainnya, pada
alam, pada orang terdekat, maupun pada yang kuasa (Puchalski, 2013). Definsi ini
menggaris bawahi tentang universalitas dari spiritualitas itu sendiri, yang mana
semua orang mencari makna dan tujuan hidupnya di dalam kehidupan mereka.
2. Praktik Keagamaan
Saunders (2000 dalam Wynne, 2013) mempercayai bahwa meninggal dengan
baik sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan seseorang terhadap sesuatu
seperti melakukan sesuatu dengan keyakinan bahwa la akan bersama dengan yang
Maha Kuasa atau melakukan sesuatu itu hanya Karena dorongan yang bersifat
duniawi semata. Hal tersebut terjadi pada pasien setelah melakukan suatu
keterlibatan secara mendalam sehingga menimbulkan suatu hubungan yang kuat,
membangun keyakinan berdasarkan kepercayaan, kejujuran dan dengan proses
mendengar secara aktif. Perawatan spiritual yang baik seharusnya dilakukan secara
individual, dengan hubungan yang lebih dekat, dan apa yang terpikirkan dan
dirasakan akan menjadi suatu kebenaran.
3. Kematian Dalam Prespektif Agama
Penelitian yang dilakukan oleh Simha, Noble & Chaturved,(2013) pada kelompok
pasien kanker disalah satu rumah hospis di daerah Kerala, India menemukan bahwa
semua pasien yang menjadi sampel penelitian tersebut telah memikirkan tentans
Kematiannya. Yang menariknya, tak seorangpun yang menunjukan rasa takut akan
kematian. Beberapa diantaranya justru menunjukan keinginan agar kematian segera
menjemputnya. Hal tersebut mungkin diakibatkan oleh penderitaan yang air alami
akibat penyaktinya. Lebih lanjult, beberapa aspek terkait agama dan Kepercayaan
fidak dicantumkandan dielaskan dalam beberapa literature di Negara barat seperti
"Karma" dan "Pooja atau ibadah" dalam agama Hindu.
4. Spiritual Assessment
Selain pengkajian terkait spiritual, penelusuran mengenai riwayat spiritual yang
merupakan bagian dari riwayat sosial pasien juga menjadi hal penting untuk
dilakukan (Puchalski,2015). Selain riwayat spiritual, perawat juga penting
menanyakan mengenai distress spiritual sebagai bagian dari proses penelusuran
kejadian distress pada pasien. Beberapa tool yang sering digunakan untuk
menelusuri riwayat spiritual pasien yaitu FICA, SPIRII, dan HOPE. HOPE merupakan
tool yang sering digunakan karena singkat, mudah digunakan, dan dapat membantu
dalam menggali riwayat spiritual individu (Abbas & Dein, 2011).
5. Barrier dan Strategi Spiritual Care

Berbagai barrier dalam pelaksanaan spritual care yang di identifikasi yaitu waktu, takut alan
terungkapnya sesuatu yang berupaya untuk disembunyikan, masalah yang tidak terselesaikan, kurangnya
perhatian akan privasi pasien, Kurangnya keterampilan atau skill yang dimiliki oleh perawat, dan adanya
perbedaan keyakinan antara pasien dan perawat (Keal, Clayton & Butow,2014).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Balboni et al (2014) pada kelompok perawat dan dokter
menemukan beberapa faktor yang menjadi barrier sehingga pelaksanaan spiritual care kurang dilakukan oleh
kedua tenaga kesehatan tersebut yaitu baik perawat maupun dokter menilai spiritual care bukan bagian dan
peran mereka sebagai tenaga kesehatan profesional, khawatir akan terjadi ketidak seimbangan sehingga
spiritual care dapat mengganggu aktifitas pengobatan, dan kurangnya pelatihan mengenai spiritual care
terhadap perawat dan dokter.

6. Peran Perawat Dalam Spiritual Care


Peran perawat dalam spiritual care berdasarkan rekomendast The NCP Clinical Practice Guidelines for Quality Palliative Care
yaltu:

1.Melakukan pengkajian spiritual pada pasien termasuk pa-sien yang memiliki agama dan kepercayaan dengan kategor
minoritas, yang agama dan kepercayaan yang diyakininga tersebut dapat menimbulkan konflik selama masa perawatan.
2. Bekerjasama dengan klien untuk mengurangi distress spiritual pada pasien terutama pasien yang merasa terabaikan.
3. Menggunakan keterampilan komunikasi yang baik untuk memberikan dukungan pada pasien seperti melakukan wawancara
mengenal kehidupan pasien masa lalu, berusaha melupakan dan memaatkan kejadian yang telah lalu, atau ketika konflik religi
dan kepercayaan dalam keluarga sehingga akan mengakibatkan konflik selama masa perawatan terkait intervensi medik atau
lainnya.
Kesimpulan
Spiritualitas merupakan suatu kekuatan yang menyatakan intisari
seseorang yang meresap kedalam seluruh kehidupan, serta
bermanifestasi pada diri, pemahaman, dan tindakan seseorang serta
keterhubungan dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan.

atau juga diartikan sebagai pemahaman dari jawaban untuk tujuan


akhir hidup yang dicari oleh seseorang dan berkaitan dengan makna,
hubungan suci atau tersenden yang memimpin dan berkembang dari
ritual keagaman atau bentukan dari komunitas

Spiritualitas diyakini sebagai Sumber harapan dan kekuatan serta


merupakan kebutuhan dasar bagi setiap individu pada setiap individu.
Spiritualias memberi kekuatan yang dapat menyatukan antara individu,
memberi makna pada kehidupan dan mempererat ikatan antar
individu.
Sekian dari kelompok 2

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai