Anda di halaman 1dari 11

RESUME PENGKAJIAN SPIRITUAL PADA PASIEN PALIATIF

TUGAS PERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

Oleh
Kelompok 3 – Kelas B
Siti Kholidah 162310101122
Yuli Agustin 162310101238
Dina Kholifatul J. 162310101239
Adinia Maghfiroh 162310101243
Jenny Amalina A.R. 162310101262
Faizatul Ulya 162310101264
Emha Ayu Leganing Z.D 162310101267
Mellynda Dwi A. 162310101275
Ari Wijaya 162310101276
Hafidah Mardatillah 162310101285
Fatkhiyatur Rosyidah 162310101291
Syafira Nabillah W. 162310101295

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
RESUME

Spiritual care merupakan hal yang penting bagi pasien kanker. Namun,
pelayanan keperawatan masih terfokus pada aspek fisik, sehingga data mengenai
kebutuhan spiritual pasien kanker di Indonesia belum komprehensif. Secara fisik
penderita akan mengalami nyeri, fatigue, serta penurunan fungsi fisik dan
kelelahan yang dirasakan terus menerus. Kondisi ini akan mengakibatkan
timbulnya masalah psikologis pada pasien. Respon psikologis yang sering terjadi
pada penderita kanker antara lain sedih, syok, apatis, berduka, cemas, takut
terhadap kekambuhan maupun kematian, harga diri rendah, persepsi diri rendah,
penurunan gambaran diri, isolasi diri dan depresi. Pada pasien kanker, terutama
kanker stadium lanjut, upaya penyembuhan berlangsung sangat sulit, sedikit
sekali pasien yang dapat kembali pulih dari penyakitnya. Disisi lain, pasien
merasakan pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual.
Pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual juga diperkuat oleh Puchalski
(2009) yang menyatakan bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan. Namun
selalu ada ruang untuk “healing” atau penyembuhan. Penyembuhan dapat
dimaknai sebagai penerimaan terhadap penyakit dan ketentraman dalam
kehidupan dan spiritual yang menjadi inti dari penyembuhan. Puchalski, et al
(2009) mengungkapkan bahwa penyembuhan mengacu pada kemampuan
seseorang mendapatkan kebahagiaan, kenyamanan, koneksi, makna, dan tujuan
hidup dalam penderitaan maupun rasa sakit yang dialami. Adapaun sebagai tenaga
kesehatan, perawat dalam memulai mengintegrasikan spiritualitas ke dalam
praktik pelayanan kesehatan dapat melalui 3 cara yakni : 1) melalui berbagai
penelitian; 2) melalui pengkajian spiritualitas pasien dan nyeri spiritual yang
dialami pasien dan 3) integrasi terapeutik (Anandarajah dan Hight, 2001).
Pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien tidak hanya bermanfaat bagi pasien
saja tetapi dapat berdampak terhadap profesionalisme kerja perawat (Kociszewski,
2004) dan pelayanan kesehatan.
Upaya pemenuhan kebetuhan spiritual pasien diawali dengan kajian
kebutuhan spiritual. Berdasarkan kajian tersebut perawat dapat mengetahui
kebutuhan spiritual mana yang perlu dan belum terpenuhi bagi pasien, karena
spiritual bagi setiap orang berbeda, tergantung dari cara pandang dan latar
belakang seseorang. Menurut Hawari (2004) serta Burkhardt dan Nagai-Jacobson,
spiritualitas bersifat personal atau individual. Terdapat bebagai hal yang melatar
belakanginya yang mana setiap individu memiliki cara pandang dan pemahaman
tersendiri tentang spiritualitas. Perbedaan konsep spiritual dipengaruhi oleh
budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan persepsi seseorang tentang hidup
dan kehidupan.
Pemahaman yang berkembangan mengenai spiritual care di Indonesia
sangat kental dengan praktik religius keagamaan, seperti mentalkinkan pasien
dying, membacakan ayat-ayat Al-Quran ataupun kitab suci lainnya dan berdoa.
Hal ini diperkuat oleh penelitian lain yang menunjukkan bahwa persepsi perawat
tentang cara atau bentuk pemenuhan kebutuhan spiritual kepada pasien masih
terbatas pada membantu kegiatan ibadah pasien, melibatkan keluarga dan tokoh
agama serta memberikan semangat (Ariyani, Suryani dan Nuraeni, 2014).
Padahal, dalam berbagai penelitian keperawatan konsep spiritual care ternyata
lebih luas dari hanya praktik keagamaan saja, tetapi berhubungan juga dengan arti
keberadaan manusia.
Kebutuhan spiritualitas menurupakan kebutuhan yang penting untuk
dipenuhi pada pasien dengan penyakit kanker selain aspek kebutuhan lainnya,
karena penyakit ini dapat berdampak terhadap seluruh aspek kehidupan seluruh
penderitanya. Spiritual menurut Puchalski (2001), dapat digunakan sebagai salah
satusumber koping selain itu spiritualitas memberikan dampak yang positif bagi
kesehatan dan dapat dijadikan sebagai sumber penyembuhan (healing).
Berdasarkan hasil penelitian, semua aspek dari kebutuhan spiritual dirasakan
sebagai kebutuhan oleh sebagian besar responden, hanya sebagian kecil dari
responden saja yang tidak membutuhkan aspek spiritual tertentu. Aspek
kebutuhan spiritual yang dipilih oleh hampir sebagian beasr responden adalah
aspek kebutuhan religi (Aan Nuraeni, 2015). Berdasarkan Bussing, et al (2010)
kebutuhan spiritual meliputi: kebutuhan religi atau keagamaan; kebutuhan
mendapatkan kedamaian; eksistensi diri; serta kebutuhan untuk memberi. Setiap
orang memiliki kebutuhan ini, namun demikian berbeda dalam aspek maupun
tingkat kebutuhannya masing-masing, sehingga penting untuk dilakukan kajian
terlebih dahulu dalam menentukan kebutuhan spiritual pasien.
1. Kebutuhan religi atau keagamaan
Merupakan kebutuhan spiritual yang paling banyak dibutuhkan dibanding
kebutuhan spiritual pada dimensi lainnya. Aspek dalam dimensi kebutuhan
keagamaan atau religi yakni kebutuhan berdoa dengan orang lain serta
didoakan oleh orang lain menjadi aspek kebutuhan yang paling banyak
dipilih. Terkait dengan keyakinan ini, perawata sebagai tenaga kesehatan
yang selama 24 jam mendampingi pasien perlu membantu pasien dalam
memenuhi kebutuhan akan keagamaannya, hal ini dapat dipenuhi dengan
kegiatan sederhana seperti doa bersama dengan pasien, menyediakan buku-
buku keagamaan dan memfasilitasi ibadah pasien.
2. Kebutuhan akan kedamaian (inner peace)
Adalah spiritualitas yang muncul dari rekonsiliasi pada diri sendiri, sebagai
hasil dari negosiasi terhadap konflik yang dihadapi. Setiap orang disepanjang
hidupnya pasti pernah merasakan inferioritas, tidak percaya diri, egois, malu,
bahkan benci terhadap diri sendiri, dan kedamaian dapat muncul dari self
reconsiliation terhadap masalah yang dialami, sehingga memberikan
penghargaan yang baik bagi diri sendiri (Chao, et al, 2002). Menurut Bussing
(2010), kebutuhan akan kedamaian antara lain terdiri dari aspek berikut ini:
berharap berada di tempat yang tenang dan sunyi, menikmati keindahan alam,
menemukan kedamaian dari dalam, berbicara dengan orang lain tentang
ketakutan dan kekhawatiran, dan ketaatan. Berdasarkan uraian tersebut
pemenuhan kebutuhan kedamaian ini bisa dilakukan perawat melalui
beberapa hal yakni fasilistasi, tempat yang tenang dan sunyi, memberikan
waktu-waktu tertentu bagi pasien untuk menyendiri serta mendorong
penerimaan pasien akan peyakitnya, selain itu perawat juga dapat
mendekatkan pasien dengan alam dengan cara menambahkan ornamen alam
di ruang rawat dapat melalui suara gemericik air, lukisan tentang alam dan
sebagainya.
3. Kebutuhan eksistensi diri
Kebutuhan eksistensi diri menurut Bussing (2010), meliputi refleksi
kehidupan, berbicara dengan seseorang tentang ketakutan, dan kehidupan
setelah kematian. Frankl (1997) menyatakan bahwa inti dari keberadaan
seseorang manusia (eksistensi) adalah melalui pencarian makna dan tujuan
hidup. Lebih jauh Buchhardt dan Nagai-Jacobson mendefinisikan spiritualitas
sebagai esensi dari keberadaan manusia, menanamkan kesadaran tentang
siapa kita, apa tujuan hidup dan sumber batin seseorang manusia. Perawat
dapat membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan ini melalui komunkasi
ataupun memfasilitasi dan mendorong pasien dalam hal melakukan
interospeksi diri, bebicara tentang makna dan tujuan hidup, makna sakit dan
penderitaan serta kehidupan setelah kematian.
4. Kebutuhan untuk memberi
Menurut Bussing (2010) kebutuhan untuk memberi terdiri dari: secara aktif
dan atas kesadaran sendiri menghibur orang lain, untuk berbagi pengalaman
kepada orang lain, dan untuk memastikan bahwa hidup ini memiliki nilai dan
makna. Hal ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Walton (2002)
bahwa spiritualitas adalah keseimbangan setelah seseorang mendapatkan
bantuan, pertolongan dari orang lain pada saat mengalami krisis, akan timbul
keinginan untuk dapat memberi atau berguna bagi orang lain, agar dia
mendapatkan keseimbangan.

Pengkajian Spiritual Pada Pasien Paliatif

Pengkajian kebutuhan spiritual seharusnya dilakukan dengan pendekatan


secara sistematik dimana perawat melakukan pendekatana pengkajian disemua
aspek. Pengkajian yang efektif tergantung pada terciptanya hubungan saling
percaya dan penghormatan terhadap nilai dan kepercayaan yang ada pada klien.
Observasi keperawatan meliputi lingkungan disekitar pasien, perasaan,
kemampuan fungsi tubuh dan observasi data keperawatan. Perawat seharusnya
mulai melakukan pengkajian riwayat kesehatan klien dengan pertanyaan-
pertanyaan tentang pandangan klien tentang masalah utama yang dihadapi
kemudian melangkah kearea yang lebih sensitif sebagai wujud pemahaman dari
kondiri klien. Pertanyaan langsung berhunungan dengan spiritualitas secara umum
yang ditanyakan oleh perawat sehausnya merupakan sebuah pemahaman yang
lebih baik darinkondisi klien dan mampu membuat pokok-pokok pertanyaan
dalam sebuah format yang tepat disesuaikan dengan bahasa klien dan dengan cara
memperhatikan kenyamanan baik dari perawat dan klien.
Pada sebuah konsep yang menjelaskan bahwa kebutuhan perawatan
spiritual dapat dilihat dari beberapa domain. Domain yang pertama yaitu domain
fisik, contohnya dengan adanya pengalaman terhadap nyeri dapat menyebabkan
individu lebih berfokus pada spiritualitasnya. Sama halnya dengan harapan, rasa
takut, permasalahan yang diakibatkan oleh hubungan di dalam keluarga atau
teman sekolah, masalah finansial, stigma adat dan perawatan medis merupakan
contoh dari pengalaman yang biasa dijumpai dan dapat dihubungkan dengan
konsep spiritualitas.
Menurut NANDA 2005-2006 diagnosa keperawatan yang berkaitan
dengan masalah spiritual yang masing-masing merupakan satu diagnosa
keperawatan aktual, satu diagnosa resiko dan satu diagnosa wellness atau
kesejahteraan. Antara lain distres spiritual, resiko distress spiritual, dan potensial
peningkatan spiritual yang lebih baik. Hubungan perawat-klien dibangun
berdasarkan rasa percaya, proses perawatan, komitmen serta menunjukkan rasa
hormat merupakan hal yang penting untuk memberikan intervensi spiritual yang
efektif. Pengembangan spiritualitas perawatan merupakan hal yang penting dalam
memberikan perawatan spiritual. Untuk memahami spiritualitas klien, perawat
harus melakukan pengkajian secara personal perkembangan spirituaitas dirinya.
Perawat harus mengembangkan identitas spiritualnya supaya lebih sensitif
terhadap kebutuhan spiritualitas klien. Hubungan terapeutik terjalin seiring
dengan pemberian perawatan spiritual yang tepat.
SOAL DAN JAWABAN
1. Di suatu rumah sakit masalah yang dialami oleh pasien kanker meliputi
seluruh aspek psikologis, sosial dan spiritual, meskipun masalah yang di
hadapi pasien kanker kompleks, namun upaya yang di berikan oleh rumah
sakit tersebut adalah hanya terfokus pada penanganan penyakit atau
permasalahan fisik saja. Pada pasien kanker, terutama kanker stadium
lanjut, upaya penyembuhan menjadi sangat sulit. Sedikit sekali pasien
yang dapat kembali pulih dari penyakitnya. Di sisi lain pasien merasakan
pentingnya pemenuhan spiritual. Bagaimana tindakan peran perawat
dalam mengatasi hal ini ?
a. Advokat
b. Konselor
c. Care Giver
d. Manager
e. Educator
2. Nn. C menderita Ca Serviks stadium 3, Nn. C merasa bahwa hidupnya
telah berakhir dan tidak ada guna bagi Nn C untuk hidup sehingga
keluarga memberikan dukungan berupa nasehat, pengarahan, memberikan
solusi. Dari dukungan yang diberikan oleh keluarga tersebut termasuk
dalam dukungan keluarga?
a. Appraisal
b. Emosional
c. Fisik
d. Instrumental
e. Informasional
3. Ny. A didiagnosis HIV/AIDS oleh dokter sejak 1 minggu yang lalu,
mengetahui dirinya didiagnosis HIV/AIDS, Ny. A tidak percaya,
menyalahkan Tuhan atas penyakitnya dan terganggu dalam melaksanakan
ibadahnya. Masalah yang dihadapi oleh Ny. A adalah ?
a. Distress keyakinan
b. Distress ketuhanan
c. Distress spiritual
d. Distress keagamaan
e. Distress social
4. Ny.Z berusia 70 tahun mengalami penyakit kanker ovarium, metastase ke
paru-paru, liver dan peritoneum serta mengalami ascites. Pasien
terdiagnosa sejak satu tahun yang lalu pasien sudah menjalani berkali-kali
siklus kemoterapi dan telah berhenti dari pengobatan kemoterapi sejak
beberapa bulan yang lalu dikarenakan penyakitnya yang bertambah
progresif serta kelelahan yang meningkat. Pasien tidak mau makan,
minum dan lebih banyak tidur. Pasien tinggal bersama tiga anaknya.
Anaknya mengatakan bahwa sang ibu tidak mau untuk berinteraksi dan
juga beribadah, selalu menolak dikarenakan mengganggap bahwa dirinya
menjadi orang yang tidak beruntung dan menyalahkan Tuhan dengan
kondisinya saat ini.
Dari kasus diatas data yang dapat digunakan sebagai pengkajian spiritual
adalah?
a. Tidak mau makan dan minum
b. Tidak mau berinteraksi
c. Pasien selalu tidur
d. Pasien menyalahkan Tuhan dan menolak diajak beribadah
e. Pasien tinggal dengan ketiga anaknya.
5. Ny. U merupakan seorang ibu rumah tangga yang sedang menderita
kanker serviks. Ny. U selalu memeriksakan kondisi kesehatannya kepada
dokter spesialis kanker, namun pada saat periksa Ny. U disarankan untuk
melakukan kemoterapi. Dalam kondisi ekonomi yang hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, Ny. U merasa kebingungan jika harus
melakukan kemoterapi karena yang Ny. U ketahui biaya kemoterapi itu
sangat mahal. Dari kasus tersebut, bagaimana peran perawat dalam
pengkajian spiritual pada Ny. U...
a. Menyarankan Ny. U untuk beribadah dan berdo’a kepada Tuhan
b. Menyarankan Ny. U untuk bekerja agar mendapat uang yang banyak
c. Menyarankan Ny. U untuk selalu bersedih
d. Memberikan Ny. U saran agar kemoterapi tidak dilakukan
e. Memberi tahu Ny. U bahwa biaya kemoterapi sangat mahal
6. Tn.A adalah seorang yang berprofesi sebagai tukang becak yang sedang
mengalami penyakit kanker prostat. Tn.A adalah seorang kepala keluarga
sekaligus tulang punggung keluarga yang berusaha untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya meskipun dengan kondisinya saat ini yang sedang
tidak memungkinkan untuk bekerja. Pasien tidak pernah melakukan
kemoterapi setelah terakhir kalinya melakukan kemoterapi satu tahun lalu
ketika mendapat bantuan dari pemerintah. Tn.A selalu taat dalam
melakukan ibadah dan percaya kepada Tuhan atas apa yang terjadi pada
dirinya. Tn.A selalu berdoa dan optimis akan kesembuhan penyakitnya.
Dari kasus diatas, bagaimana aspek spiritual dari Tn.A?
a. Tidak mempercayai adanya Tuhan
b. Sangat baik, dan sangat percaya dan selalu memohon atas
kesembuhan penyakitnya
c. Acuh tak acuh
d. Hanya fokus bekerja daripada beribadah
e. Menyalahkan diri sendiri
7. Diagnosa keperawatan dalam Nanda Nursing 2005-2006 yang berkaitan
dengan masalah spiritual, diantaranya yaitu:
1. Distress spiritual
2. Risiko distress spiritual
3. Potensial peningkatan spiritual yang lebih baik
4. Resiko harga diri rendah
Jawaban a (1,2, dan 3)
8. Seorang pasien di sebuah rumah sakit X didiagnosa menderita penyakit
penyakit meningitis stadium 4 dan dokter menyatakan bahwa pasien
berada dalam DNR sehingga membutuhkan peratan paliatif. Setelah pasien
mengetahui bahwa hidupnya tidak lama lagi, pasien marah dan
mengamuk. Berdasarkan tahap-tahap kematian pasien tersebut
dikategorikan dalam tahap apa?
a. Denial
b. Anger
c. Bargining
d. Depression
e. Acceptance
9. Seluruh dimensi kebutuhan spiritual penting untuk dipenuhi dengan
tingkatan kebutuhan dari nilai tertinggi sampai terendah adalah sebagai
berikut: 1) kebutuhan religi; 2) kebutuhan kedamaian; 3) kebutuhan
eksistensi diri; dan 4) kebutuhan untuk memberi. Berdasarkan deskripsi
tersebut merupakan kebutuhan dalam perawatan paliatif yang harus
dipenuhi, yaitu:
a. Kebutuhan sosial
b. Kebutuhan penghargaan
c. Kebutuhan spiritual
d. Kebutuhan psikologi
e. Kebutuhan ekonomi
10. Peranan keluarga penting dalam perkembangan spiritual individu. Selain
keluarga perawat juga mempunyai peranan penting apabila individu
tersebut dirawat di Rumah Sakit, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual yang seperti ibadah. Uraian di atas termasuk faktor yang yang
mempengaruhi kebutuhan spiritual jenis ?
a. System hubungan
b. System perubahan
c. System kebudayaan
d. System internal
e. System eksternal
DAFTAR PUSTAKA

Khoiriyati, Azizah. 2008. Perawatan Spiritual dalam Keperawatan: Sebuah


Pendekatan Ssitematik. Mutiara Medika. Vol. 8 (1): 48-51

Nuraeni, et al. 2015. Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Kanker. Jurnal


Keperawatan Padjajaran. Vol. 3 (2): 57-66

Anda mungkin juga menyukai