Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN SPIRTUAL

PADA NY. T DI BANGSAL SAFA DENGAN KEBUTUHAN SPIRITUAL RS PKU


MUHAMMADIYAH WONOSARI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Spiritual

Disusun Oleh :
Pri Hagni Novitasari
24211525

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2022
PENDAHULUAN

A. Definisi

Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan ketidak pastian dan hal
yang tidak diketahui secara pasti dalam kehidupan, menemukan arti dalam yang
tidak diketahui secara pasti dalam kehidupan, menemukan arti dalam hidup,
menyadari lingkungan dan kemampuan untuk menggunakan sumber hidup,
menyadari lingkungan dan kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan
dari dalam diri sendiri serta mempunyai keterikatakan dengan dan kekuatan dari
dalam diri sendiri serta mempunyai keterikatakan dengan diri dan Tuhan Yang
Maha Esa (Rohmat, 2015). Keperawatan spiritual didefinisikan dengan
meringkasnya menjadi 5 R: reason and reflection reason and reflection, alasan
dan renungan tiap manusia yang yang mengalami situasi ekstrim atau wajar saja
mencari makna dan tujuan hidup; religion ( religi atau agama ), agama
merupakan sarana untuk mengungkapkan spiritualitas yang meliputi nilai – nilai
praktik kepercayaan dan relationships (relasi) relasi dengan sesama diri sendiri
dan Tuhan menjadi pusat spiritualitas tiap manusia, manusia restoration
(pemulihan) aspek ini mengacu pada kemampuan spiritualitas seseorang untuk
secara positif mempengaruhi keadaan fisiknya fisiknya (Winarti, (Winarti, 2016).

Kata spiritual berasal dari bahasa Latin yaitu spiritus yang berarti
hembusan atau bernafas, kata ini memberikan makna segala sesuatu yang penting
bagi hidup manusia. Seseorang dikatakan memiliki spirit yang baik jika orang
tersebut memiliki harapan penuh, optimis dan berfikir positif, sebaliknya jika
seseorang kehilangan spiritnya maka orang tersebut akan menunjukkan sikap
putus asa, pesimis dan berfikir negatif (Blais et al, 2002 ; Roper, 2002). Terdapat
berbagai defenisi spiritual menurut sudut pandang masing-masing.
Mahmoodishan (2010) dan Vlasblom (2012) mendefenisikan spiritualitas
merupakan konsep yang luas, sangat subjektif dan individualis, diartikan dengan
cara yang berbeda pada setiap orang.

Spiritual Care adalah praktek dan prosedur yang dilakukan oleh perawat
terhadap pasien untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien (Cavendish et al,
2003). Menurut Meehan (2012) spiritual care adalah kegiatan dalam
keperawatan untuk membantu pasien yang dilakukan melalui sikap dan tindakan
praktek keperawatan berdasarkan nilai-nilai keperawatan spiritual yaitu mengakui
martabat manusia, kebaikan, belas kasih, ketenangandan kelemahlembutan. Chan
(2008) dan Mc Sherry & Jamieson (2010) mengatakan bahwa spiritual care
merupakan aspek perawatan yang integral dan fundamental dimana perawat
menunjukkan kepedulian kepada pasien.

Spiritual care berfokus pada menghormati pasien, interaksi yang ramah


dan simpatik, mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan kekuatan
pada pasien dalam menghadapi penyakitnya (Mahmoodishan, 2010). Spiritual
care tidak mempromosikan agama atau praktek untuk meyakinkan pasien tentang
agamannya melainkan memberi kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan
nilai-nilai dan kebutuhan mereka, dan memberdayakan mereka terkait dengan
penyakitnya ( Souza et al, 2007 dalam Sartori, 2010).

B. Kebutuhan Spiritual

Setiap manusia memiliki dimensi spiritual dan semua pasien memiliki


kebutuhan spiritual dan kebutuhan ini menonjol pada saat keadaan stres
emosional, sakit, atau bahkan menjelang kematian. Oleh karena itu perawat
harus sensitif akan kebutuhan spiritual pasien dan berespon dengan tepat.
Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dapat meningkatkan perilaku koping
dan memperluas sumber-sumber kekuatan pada pasien (Kozier et al, 2004).

Hamid (2008) mengatakan bahwa kebutuhan spiritual merupakan


kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan
dicintai, adanya rasa keterikatan, kebutuhan untuk memberi dan mendapat
maaf. Speck (2005, dalam Sartori, 2010) menggambarkan kebutuhan spiritual
sebagai bagian penting dari kehidupan kita yang dapat membantu kita untuk
mengatasi kondisi kita, menemukan makna dan tujuan, serta harapan dalam
hidup. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hodge et al (2011) menemukan
enam kebutuhan spiritual pasien yaitu :

1. Makna, Tujuan, dan Harapan Hidup


Merupakan kebutuhan untuk memahami peristiwa dalam kehidupan
secara keseluruhan. Pasien membutuhkan penjelasan tentang penyakitnya,
mengapa penyakit ada pada dirinya, dengan adanya penjelasan diharapkan
pasien tidak putus asa, berfikir positif, mensyukuriberkat Tuhan, fokus pada
hal-hal yang baik,membuat hidup menjadi lebih berarti. Kebutuhan akan
makna, tujuan, dan harapan erat kaitannya dengan kebutuhan akan hubungan
dengan Tuhan.
2. Hubungan dengan Tuhan
Bagi pasien hubungan dengan Tuhan menjadi kebutuhan yang
sangat penting yang dapat membantu mereka menghadapi masa-masa
sulit, memberikan rasa yang utuh tentang makna dan tujuan serta
memberikan harapan untuk masa kini, masa depan, dan masa akhirat.
Perilaku yang ditunjukkan pasien adalah memohon, komunikasi dengan
Tuhan, menerima kehendak Tuhan, menerima rencana Tuhan, percaya
bahwa Tuhan yang menyembuhkan penyakitnya, yakin akan kehadiran
Tuhan pada masa-masa perawatan penyakitnya dan pasien percaya
Tuhan yang memelihara dan mengawasi mereka.

3. Praktek Spiritual
Pasien mempunyai keinginan untuk terlibat dalam kegiatan
ibadah secara rutin. Dengan kegiatan ibadah pasien berharap dapat
meningkatkan hubungan dengan Tuhan sehingga dapat mengatasi segala
cobaan yang mereka hadapi. Kegiatan yang dilakukan oleh pasien
adalah berdoa, membaca kitab suci, pelayanan keagamaan, mendengar
musik rohani dan membaca buku yang bertema rohani.

4. Kewajiban Agama
Hal ini berhubungan dengan tradisi agama pasien misalnya
adanya makanan yang halal dan tidak halal, kematian dan proses
penguburan yang harus dihormati.

5. Hubungan Interpersonal
Selain hubungan dengan Tuhan, pasien juga membutuhkan
hubungan dengan orang lain, termasuk hubungan dengan kaum ulama.
Kebutuhan ini meliputi : mengunjungi anggota keluarga, menerima doa
orang lain, meminta maaf, menerima dukungan, dihargai dan dicintai
orang lain.

6. Hubungan dengan Perawat dan Tenaga Kesehatan lainnya


Pasien berharap memiliki interaksi dengan perawat dan tenaga
kesehatan lainnya. Pasien membutuhkan para tenaga kesehatan memiliki
ekspresi wajah yang ramah, kata-kata dan bahasa tubuh yang baik,
menghormati, empati, peduli, memberikan informasi tentang penyakitnya
secara lengkap dan akurat, dan mendiskusikan tentang pilihan
pengobatan.

Narayanasamy (1991, 2001 dalam McSherry, 2006) mengatakan bahwa


kebutuhan spiritual pasien adalah kebutuhan akan makna dan tujuan,
kebutuhan akan cinta dan hubungan yang harmonis,kebutuhan akan
pengampunan, kebutuhan akan sumber pengharapan dan kekuatan, kebutuhan
akan kreativitas, kebutuhan akan kepercayaan, kebutuhan untuk
mengekspresikan keyakinan pribadi, kebutuhan untuk mempertahankanpraktek
spiritual, dan keyakinan pada Tuhan atau dewa. Penjelasan lebih rinci terkait
kebutuhan spiritual pasien menurut Narayanasamy (1991, 2001 dalam
McSherry,2006) :

1. Kebutuhan akan Makna dan Tujuan


Kita semua memiliki kebutuhan untuk mengidentifikasi makna dan
tujuan hidup kita, hal ini membantu kita menemukan motivasi atau
tujuan hidup kita.

2. Cinta dan Hubungan yang Harmonis


Tanpa adanya cinta dan hubungan yang harmonis dengan orang lain
misalnya pasangan kita atau teman dekat, kita akan merasa sendiri dan
kehilangan sentuhan, rasa aman dan cinta.

3. Kebutuhan akan Pengampunan


Dalam kehidupan kita pasti akan mengalami hal-hal yang dapat
mengganggu dan adanya konflik. Akibatnya kita marah dan merasa
bersalah, yang dapat mengakibatkan gangguan fisik, psikologis, sosial, dan
kesejahteraan spiritual. Untuk menjaga keseimbangan ini, kita mencoba
untuk menyelesaikan konflik dalam hidup kita dengan caramemaafkan dan
dimaafkan.

4. Kebutuhan akan Kreativitas


Kemampuan untuk menemukan makna, ekspresi dan nilai dalam aspek
kehidupan seperti kegiatan sastra, seni, dan musik yang berasal dari
kreativitas setiap individu memberikan ekspresi, makna, serta sarana
komunikasi. Kreativitas akan menciptakan emosi seseorang dan
perasaanyang indah dalam bentuk kreasi.
5. Kebutuhan akan Kepercayaan
Individu akan merasa terisolasi dan diabaikan ketika kehilangan
kepercayaan. Kepercayaan merupakan dasar untuk membangun
persahabatan dan membina hubungan dengan orang lain.

6. Kebutuhan untuk Mengekspresi Keyakinan Pribadi


Dalam kehidupan, ada kebutuhan yang mendasar untuk mengekspresikan
keyakinan pribadi seseorang. Ketidakmampuan untuk mengekspresikan
keyakinan pribadi dapat menyebabkan frustasi dan akhirnya permusuhan.

7. Kebutuhan untuk Mempertahankan Praktek Spiritual


Kegiatan akan kebutuhan ini adalah berdoa, menghadiri kebaktian gereja,
mesjid atau kuil. Selama periode sakit atau dirawat inap, pasien berharap
kebutuhan ini tetap terpenuhi.

8. Keyakinan pada Tuhan atau Dewa


Hal ini merupakan dimensi penting dari spiritual untuk beberapa individu.
Mereka yakin akan adanya kekuatan dari Tuhan atau dewa yang
menciptakan dunia.

Dalam mengidentifikasi kebutuhan spiritual pasien, perawat harus


memiliki pemahaman dasar tentang kebutuhan spiritual pasien,
menghormati setiap keinginan pasien, menyadari bahwa pemenuhan
kebutuhan spiritual pasien bukan mempromosikan agama, perawat harus
memahami spiritual mereka sendiri sebelum mereka memenuhi kebutuhan
spiritual pasien, memiliki komitmen dan benar-benar berusaha untuk
memahami kebutuhan pasien. Kebutuhan spiritual pasien dapat diketahui
perawat dengan mendengarkan secara aktif apa yang disampaikan atau
dikeluhkan oleh pasien melalui terciptanya komunikasi yang efektif dan
pengamatan terhadap pasien (Sartori, 2010).

C. Etiologi

Menurut Taylor & Craven (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual


seseorang adalah sebagai berikut:
1. Tahap perkembangan seseorang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat negara berbeda,
ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk
sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak
2. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Hal yang
penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak tentang Tuhan, tetapi
apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, diri sendiri dari perilaku
orang tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan
pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka
pandangan anak ada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam
berhubungan dengan saudara dan orang tua.
3. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya.
Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.
Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari
hubungan keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau
sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik
bagi setiap individu
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat
mempengaruhi spiritual seseorang. Pengalaman hidup yang menyenangkan seperti
pernikahan, kelulusan, atau kenaikan pangkat menimbulkan syukur pada Tuhan.
Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan pada
manusia untuk menguji imannya.
5. Krisis dan Perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis
sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses
penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Bila klien dihadapkan pada kematian,
maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang atau berdoa lebih
meningkat dibandingkan dengan pasien yang berpenyakit tidak terminal.
6. Terpisah dari ikatan spiritua
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu terpisah
atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup
sehari-hari juga berubah antara lain tidak dapat menghadiri acara sosial, mengikuti
kegiatan agama dan tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman yang biasa
memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan
spiritual beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritual.
7. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan
untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada juga agama yang menolak
intervensi pengobatan. Prosedur medis seringkali dapat dipengaruhi oleh ajaran
agama seperti sirkumsisi, transplantasi organ, sterilisasi,dll. Konflik antara jenis
terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan

D. Tanda Dan Gejala


Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien seharusnya diwaspadai
oleh perawat, karena mungkin saja klien sedang mengalami masalah spiritual:
1. Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya memverbalisasikan
distress yang dialaminya atau mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan
bantuan Misalnya seorang istri mengatakan “Saya merasa bersalah karena saya
seharusnya mengetahui lebih awal bahwa suami saya mengalami serangan jantung
biasanya klien meminta perawat untuk berdoa bagi kesembuhannya atau
memberitahu pemuka gama untuk mengunjunginya. Perawat juga perlu peka
terhadap keluhan klien tentang kematian atau merasa tidak berharga dan
kehilangan arti hidup kepekaan perawat sangat penting dalam menarik kesimpulan
dari verbalisasi klien tentang distress yang dialami klien.
2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual
klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan
setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress
spiritual ada yang bereaksi dengan mengintrospeksi diri dan mencari alasan
terjadinya suatu situasi dan berupaya mencari fakta yang dapat menjelaskan
situasi tersebut, tetapi ada yang bereaksi secara emosional dan mencari informasi
serta dukungan dari keluarga atau teman
3. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan ansietas mungkin menunjukkan
perubahan fungsi spiritual. Ambarawati, (2012).
E. Patofisiologi
Berhubungan dengan tantangan pada system keyakinan atau perpisahan dari
ikatan spiritual sekunder akibat: kehilangan bagian atau fungsi tubuh, penyakit
terminal, penyakit yang membut kondisi lemah, nyeri, trauma, keguguran, kelahiran
dan mati. Ambarawati, (2012).
F. Phatway

Faktor Predisposisi penyakit akut, kronis, terminal

Harga dirir rendah isolasi sosial

Perasaan bersalah takut perubahan perilaku verbalisasi distres


Dan depresi

Ansietas Ketidak efektifan koping Keputusasaan

Resiko Distres
Spiritual
G. Penatalaksanaan Medis
1. Menetapkan kehadiran klien telah melaporkan bahwa kehadiran
perawat dan aktivitas pemberi perawatan menunjang adanya perasaan
sejahtera dan memberikan harapan untuk pemulihan. Perilaku
pemberian perawatan spesifik yang menunjukan kehadiran perawat
meliputi memberi perhatian, dan mempunyai sikap positif dan
memberikan dorongan (tetapi realistis) Perawat dapat menunjukan
adanya rasa kehadiran dalam berbagai cara dengan sentuhan yang
lembut dengan hati-hati memposisikan klien tanpa menimbulkan rasa
nyeri dengan halus. Memberikan sentuhan yang menyegarkan dan
mendukung, menunjukan rasa percaya diri dan menyediakan waktu
bagi klien ketika terapi diberikan akan membantu menciptakan
kehadiran klien yang sakit mengalami kehilangn kontrol dan mencari
seseorang untuk memberikan arahan dan perawatan yang kompeten
2. Mendukung hubungan yang Menyembuhkan
Mendefiniskan tiga langkah yang ternyata terbukti ketika hubungan
yang menyembuhkan terbina antara perawat dan klien:
a) Mengerahkan harapan bagi perawat, demikian halnya bagi klien
b) Menemukan interprestasi yang dapat diterima atau memahami
tentang penyakit, nyeri, ketakutan, ansietas, atau emosi yang
menegangkan
c) Membantu klien menggunakan dukungan sosial, emosional, atau
spiritual
Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan
harapan klien harapan adalah motivator untuk merangkul individu dengan
strategi yang dibutuhkan untuk mengahdapi segala tantangan dalam hidup.
Perawat dapat membantu klien menemukan hal-hal yang dapat diajdikan
sebagai harapan klien yang menderita penyakit terminal mungkin berharap
dapat menghadiri anak wisuda perempuanya atau untuk menjalani hidup
setiap hari dengan penuh makna.
Untuk mendukung lebih lanjut hubungan yang menyembuhkan
perawat harus tetap menyadari tentang kekuatan dan kebutuhan spiritual
klien. Penting bagi klien untuk mampu mengekspresikan dan
menelaah keyakinannya, perawat yang menghargai kepercayaan klien dan
mengenali pengaruh spiritualitas yang diberikan terhadap
penyembuhannya akan dirasakan oleh klien sebagai sumber harapan.
Ketika penyakit atau pengobatan menimbulkan kebingungan atau
ketidakpastian bagi klien, maka perawat harus mengenali dampak dari hal
ini terhadap kesejahteraan klien Sumber spiritual apa yang dapat diperkuat
perawat dapat memulai dari apa yang ingin klien ketahui dan kemudian
memberika informasi terbaik untuk menghilangkan ketidakpastian klien.
Klien mungkin juga meminta kehadiran keluarga atau teman untuk
mempertahankan persahabatan yang diperlukan untuk penyembuhan.
3. Sistem dukungan
Sistem pendukung berfungsi sebagai hubungan manusia yang
menghubungakan klien, perawat dan gaya hidup klien sebelum terjadi
penyakit & bagian dari lingkungan. Pemberi perawatan klien adalah
kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang dipandang oleh klien
sebagai pendukung. Perawat merencankan perawatan bersama klien
dan pendukung klien untuk meningktakan ikatan interprersonal yang
sangat penting untuk penyembuhan, Sitem pendukung memberi
sumber kepercayaan yang memperbarui jati diri spiritual klien,
keluarga dan teman mungkin juga menjadi sumber penting dalam
melakukan ritual kebiasaan keagamaan yang dianut klien.
4. Berdoa
Tindakan berdoa adalah bentuk dedikasih diri yang memungkinkan
individu untuk bersatu dengan Tuhan atau yang Maha Esa. Berdoa
memberi kesempatan individu untuk memperbarui kepercayaan dan
keyakinannya kepada yang Maha Kuasa dalam cara yang lebih normal,
bagi banyak orang berdoa adalah suatu kesempatan untuk meninjau
kembali kelemahan yang mereka rasa dan untuk membuat komitmen
hidup lebih baik. Klien dapat berpartisipasi dalam berdoa secara
pribadi atau mencari kesempatan untuk kelompok berdoa dengan
keluarga, teman, atau kelompok rohaniawan berdoa telah ditemukan
sebagai suatu sumber yang efektif bagi seseorang untuk mengatasi
nyeri, stress, dan distres. Seringkali berdoa menyebabkan seorang
merasakan perbaikan susana hati dan merasakn kedamaian dan
ketenangan.
5. Mendukung ritual
Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan
adalah suatu sumber koping yang penting hal ini terutama benar bagi
seorang lansia. Perawat yang bertugas dilingkungan perawatan akut
dan perawatan jangka panjang menjadi aktif dalam perawatan spiritual
klien, mereka membekali diri dengan kebijakan rumah sakit mengenai
kunjungan, pelayanan gereja, dan semua hal-hal yang berkenan dengan
itu seperti penggunaan lilin untuk berdoa. Selain itu,perwat dapat
berkonsul dengan dokter dan farmasi tentang penggunaan obat-obat
pribadi klien. Perawat merencanakan perwatan pribadi terapi
pemeriksaan untuk memungkinkan pelayanan dari tempat ibadah ,
pembacaan keagamaan,atau kunjungan spiritual. Potter, (2005).

H. Aspek spiritual

Aspek spiritual meliputi 3 komponen dasar yaitu: spiritual ( keyakinan


spiritual ) kepercayaan dan agama.

1. Spiritual merupakan keyakinan dalam hubungannya dengan yang


maha kuasa dan maha pencipta dan percaya pada Allah atau Tuhan
yang maha kuasa dan maha pencipta
2. Kepercayaan, mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap
sesuatu atau seseorang juga dapat dikatakan upaya seseorang untuk
memahami tempat seseorang dalam kehidupan atau dapat dikatakan
bagai mana seseorang melihat dirinya dalam hubungannya dengan
3. Agama merupakan suatu system ibadah yang terorganisir atau teratur
mempunyai keyakinan sentral, ritual dan praktik yang biasanya
berhubungan dengan perkawinan dan keselamatan dan mempunyai
aturan-aturan tertentu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari
dalam memberikan keputusan bagi yang menjankannya (Rahmat,
2015).

I. Perkembangan spiritual
Perkembangan spiritual sesuai dengan perkembangan dan tugas tumbuh
kembangnya:
1. Bayi dan Toddler (0-2 tahun) Rasa percaya kepada yang mengasuh
belum memiliki rasa salah-benar dan keyakinan spiritual mulai meniru
kegiatan ritual
2. Pra Sekolah (3-5 tahun) Dipengaruhi oleh sikap orang tua meniru apa
yang lihat sering bertanya tentang moralitas dan agama Contoh: apa itu
surga ? dan sebaliknya meyakini orang tua seperti Tuhan
3. Usia (6-21 tahun) mengharapkan tuhan akan menjawab do’a masa
pubertas, anak sering mengalami kekecewaan, pubertas, anak msering
mengalami kekecewaan, karena tidak selalu do’anya karena tidak
selalu do’anya terkabulkan mulai dapat mengambil keputusan, mulai
membandingkan standar ilmiah dengan standar agama
4. Dewasa mulai menyadani arti agama setelah mendapat pertanyaan dati
anak atau generasi yang Iebih muda mengingatkan kembali pengajaran
agama dan orang tuanya dulu
5. Usia pertengahan dan lansia lebih banyak waktu untuk benibadah
perasaan kehilangan karena berperan aktif dalam kehidupan dan
merasa lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu sesuatu yang
tidak yang ditolak (Rahmat, 2015).

J. Karakteristik Kebutuhan Spiritual


1. Hubungan dengan diri sendiri
a. Kekuatan dalam dan self relience
b. Pengetahuan diri ( siapa dirinya, dan apa yang dapat dilakukan nya)
c. Sikap (percaya diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa
depan, ketenangan pikiran, harmoni atau keselarasan dengan diri
sendiri
2. Hubungan dengan alam atau Harmoni
a. Mengetahui tentang alam, iklim, margasatwa
b. Berkomunikasi dengan alam (berjalan kaki, Berkomunikasi dengan
alam (berjalan kaki, bertanam) mengabdikan dan melindungi alam
3. Hubungan dengan orang lain
a. Berbagi waktu
b. Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit
c. Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, dan melayat)
d. Tidak harmonis
e. Konflik dengan orang lain
f. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi
4. Hubungan dengan ketuhanan
a. Sembahyang, berdoa, meditasi
b. Perlengkapan keagamaan
c. Bersatu dengan alam

K. Tanda – Tanda Tidak Adanya Gangguan Spiritualitas


1. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)
2. Tingkat kesadaran yang tinggi
3. Kemampuan untuk menghadapi penderitaan
4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
5. Kecerdasan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
(perpandangan holistik)
6. Kecenderungan nyata untuk bertanya “Mengapa?” atau “Bagaimana
Jika?” untuk mencari jawaban - jawaban yang mendasar (Rosan, 2013).
L. Macam - Macam Gangguan Spiritual
Berdasarkan NANDA 2015-2017 gangguan spiritual terbagi atas beberapa
yaitu:
1. Hambatan religiositas adalah gangguan kemampuan untuk melatih
ketergantungan pada keyakinan atau berpartisipasi dalam ritual tradisi
kepercayaan tertentu. kepercayaan tertentu
2. Kesiapan meningkatkan religiositas adalah suatu pola kesadaran
terhadap keyakinan agama atau partisipasi dalam ritual tradisi
keyakinan tertentu, yang dapat ditingkatkan
3. Distres spiritual adalah suatu keadaan menderita yang berhubungan
dengan gangguan kemampuan untuk mengalami makna hidup melalui
dengan gangguan kemampuan untuk mengalami makna hidup melalui
hubungan dengan diri sendiri, dunia atau kekuatan yang tinggi.

M. Pasien Yang Membutuhkan Bantuan Spiritual


1. Pasien kesepian
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan
membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada
kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain
tuhan
2. Pasien ketakutan dan cemas
Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau
yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya
dan ketenangan yang paling besar adaalah bersama Tuhan
3. Pasien menghadapi pembedahan
Menghadapai pembedahan adalah sesuatu yang sangat
mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati
pada saat itulah keberadaan pencipta dalam hal ini adalah Tuhan
sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual
4. Pasien yang harus mengubah gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan
keberadaan Tuhan kebutuhan spiritual. Pola gaya hidup dapat
membuat kekacauan keyakinan bila kearah yang lebih buruk akan
tetapi bila perubahan gaya hidup ke arah yang lebih baik, maka pasien
akan lebih membutuhkan dukungan spiritual
N. Pengkajian Keperawatan
Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu
sebaiknya dilakukan setelah pengkajian aspek psikososial klien,
selanjutnya, jika klien menanyakan tentang aspek psikososial ini, perawat
langsung dapat menjelaskan bahwa keyakinan spritual seseorang juga
merupakan bagian penting untuk memelihara kesehatan. Pengkajian
dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan data objektif dalam buku
ajar ini akan digunakan proses keperawtan pada dasarnya, informasi awal
yang perlu digali secara umum adalah sebagai berikut:
1. Afiliasi agama
a) Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara
aktif atau tidak
b) Jenis patisipasi dalam kegiatan agama
2. keyakinan agama atau spritual mempengaruhi:
a) Praktik kesehatan diet, mencari dan menerima terapi, ritual atau
upacara agama
b) Persepsi penyakit hukuman cobaan terhadap keyakinan
c) Strategi koping
3. Nilai agama atau spritual mempengauhi
a) Tujuan dan arti hidup
b) Tujuan dan arti kematian
c) Kesehatan dan pemeliharaannya
d) Hubungan dengan Tuhan ,diri sendiri dan orang lain

Pengkajian data subjektif pedoman pengkaj ian spiritual yang mencakup 4


area yaitu:

1. Konsep tentang tuhan atau ketuhanan


2. Sumber harapan dan kekuatan
3. Praktik agama dan ritual
4. Hubungan antara keyakinan spritual dan kondisi kesehatan

Pertayaan yang dapat diaJukan perawat untuk memperoleh informasi


tentang pola fungsi spritual klien antara lain , sebagai berikut:
a) Apakah agama atau Tuhan merupakan hal penting dalam kehidupan
anda ?
b) Kepada siapa anda biasanya meminta bantuan ?
c) Apakah anda merasa kepercayaan agama membantu anda? Jika ya ?
Jelaskan bagaimana dapat membantu anda ?
d) Apakah sakit atau kejadian penting lainnya yang pernah anda alami
telah mengubah perasaan anda terhadap Tuhan atau praktik
kepercayaan yang anda anut ?
Untuk mengkaji data subjektif yaitu:
a) Mengapa anda berada di rumah sakit ?
b) Apakah kondisi yang anda alami telah mempengaruhi cara anda
memandang kehidupan?
c) Apakah penyakit yang anda telah mempengaruhi hubungan anda
dengan orang yang paling berarti dalam kehidupan anda ?
d) Apakah kondisi sakit, yang anda alami telah mempengaruhi cara anda
melihat diri sendiri ?
e) Apa yang paling anda butuhkan saat ini ?
f) Pertanyaan juga dapat diajukan untuk mengkaji kebutuhan spritual
anak, antara lain sebagai berikut bagaimana perasaanmu ketika dalam
kesulitan ?
g) Kepada siapa engkau meminta perlindungan ketika sedang merasa
takut selain kepada orang tua ?
h) Apakah kebiasaan yang dilakukan yang dilakukan ketika sedang
bersedih ?
2. Pengkajian data objektifdilakukan melalui melalui pengkajian klinis yang
meliputi pengkajian afek dan sikap, prilaku, verbalisasi hubungan
interpesonal dan lingkungan pengkajian data objektif terutama dilakukan
melalui observasi. Perawat perlu mengobservasi asfek berikut ini untuk
mendapatkan data objektif atau data klinis.
a) Afek dan sikap
- Apakah klien tampak kesepian, depresi, marah ,cemas, agitasi,
apatis atau preokupasi
b) Perilaku
- Apakah klien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci
atau buku keagamaan ?
- Apakah klien sering mengeluh tidak dapat tidur, bermimpi buruk
dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya , serta bercanda yang
tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahannya terhadap agama ?
c) Verbalisasi
- Apakah klien menyebut Tuhan , doa , rumah ibadah atau
topik keagamaan lainnya walaupun hanya sepintas ?
- Apakah klien pernah meminta dikunjungi oleh pemuka agama ?
- pakah klien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematiaan ,
kepedulian terhadap arti kehidupan , konflik batin tentang
kenyakinan agama, kepedulian tentang hubungan dengan penguasa,
pertanyaan tentang arti keberadaannya didunia, arti penderitaan
atau implikasi terhadap nilai normal/etik?
d) Hubungan interpersonal
- Siapa pengunjung klien ?
- Bagaimana klien berespon terhadap pengunjung ?
- Apakah pemuka agama datang mengunjungi klien ?
- Bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan dengan
tenaga keperawatan ?
e) Lingkungan
- Apakah klien membawa kitab suci atau perlengkapan sembahyang
lainnya ?
- Apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari
unsur keagamaan ?
Pada umumnya karakteristik klien yang berpotensi mengalami distres
spiritual adalah sebagai berikut:
1. Klien yang tampak kesepian
2. Klien yang mengepresikan rasa takut dan cemas
3. Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem kepercyaan
agama
4. Klien yang mengepresikan rasa takut terhadap kematian
5. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan
agama
6. Mengubah gaya hidup
7. Tidak mampu atau menolak melakukan ritual spritual
8. Memverbalisasikan bahwa penyakit yang dideritannya merupakan
hukuman dari Tuhan
9. Mengekspresikan kemarahannya rterhadap Tuhan
10. Mempertayakan rencana terapi karena bertentangan dengan keyakinan
agama

O. Diagnosa Keperawatan
Resiko Distress Spiritual
P. Intervensi Keperawatan

SLKI SIKI
Psikospiritul (l.09084) Promosi Dukungan Spiritual (I. 13488)
Setelah dilaukan intervensi selama 1x24 Observasi
jam, maka status spiritual membaik - Identifikasi keyakinan tentang makna dan tujuan
dengan kriteria hasil: hidup, sesuai kebutuhan
- Kemampuan beribadah membaik (5) - Identifikasi sperfektif spiritual, sesuai kebutuhan
- Perasaan takut menurun (5) Terapeutik
- Perasaan gelisah menurun (5) - Peralakukan pasien dengan bermartabat dan
- Verbalisasi perasaan tenang meningkat terhormat
(5) - Tunjukan keterbukaan, empati dan kesediaan
- Keyakinan terhadap agama meningkat mendengarkan pasien
(5) - Yakinkan bahwa perawat selalu ada dan
- Perasaan mengabaikan ibadah/ mendukung
spiritual menurun (5) - Motivasi untuk melakukan ibadah wajib
- Dorong privasi danwaktu tenang untuk aktivitas
spiritual.
Edukasi
- Anjurkan untuk ibdah wajib dan berdoa
- Ajarkan metode relaksasi
Anjurkan menggunakan media spiritual (mis.
gadget, televise,buku)
DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati, Citri Bespati dan Gita nasution, 2012 Buku Pintar


Asuhan Keperawatan Jiwa yogyakarta: cakrawala ilmu

Hamid, A. Y. (2008). Bunga rampai: Asuhan keperawatan kesehatan jiwa.

Jakarta: EGC. Hodge.,

Kozier, B., Berman, A., & Snyder, S. J. (2004). Fundamental of nursing:


Concept, process, and practice. New Jersey: Pearson Prentice Hall

McSherry, W. (2010). Nurses knowledge an attitudes:An online survey of nurse’


perceptions of spirituality an spiritual care. Journal of Clinical
Nursing,20, 1757-1767.

Meehan, T. (2012). Spirituality and spiritual care from a careful nursing


perspective. Journal of Clinical Management, 4, 1-11.

Mahmoodishan, G., Alhani, F., Ahmadi, F.,& Kazemnejd, A. (2010). Iranian


nurses’s perceptions of spiritual and spiritual care: A qualitative content
analysis study.Journal of Medical Ethics and History of Medicine, 3, 88-
95.

Potter dan Perry. (2010) Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC Potter dan
Perry. (2010) Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Potter, Patricia A, 2005 Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Jakarta EGC

Rosan, MR. (2013). Rosan, MR. (2013).Sholat Dhuha dan Kecerdasan


Spiritual Sholat Dhuha dan Kecerdasan Spiritual . Diakses dari
http://digilib.uinsby.ac.id/10660/5/Bab2.pdf

Sartori, P. (2010). Spirituality 2: Explorating how to address patients’ spiritual


need in practice. Nursing time, 106, 5-23.

SDKI, SLKI, SIKI.2018.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Dewan


Pengurus Pusat PPNI

Vlasblom, J. P. (2012). Spiritual care in a hospital setting: Nurses and patients


perspectives. Nursing Reports, 2, 39-45.
Winarti, R. (2016). Winarti, R. (2016). Pengaruh Penerapan Asuhan
Keperawata Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Spiritual
terhadap Kepuasan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang. httpeprints.undip.ac.id484302

PENGKAJIAN KEPERAWATAN SPIRITUAL


Di Ruang : Safa RS PKU Muhammadiyah Wonosari

Tanggal Masuk RS :17 Maret 2022


No Registrasi :057232
Tanggal Pengkajian : 21 Maret 2022
Diagnosa Medis : CHF ( Congestive Heart Failure )

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Nogosari, Playen, Gunungkidul
Penanggung Jawab : Tn. S
Riwayat Penyakit : Magh

KELUHAN UTAMA
1. Apakah saat ini pasien mempunyai masalah?
- Pasien mengatakan masalah yang di alaminya saat ini yaitu pasien
mengalami penyakit jantung sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu
2. Apakah pasien ada keluhan tentang kehidupan beribadahan?
- Pasien mengatakan ada keluhan saat beribadah yaitu cepat merasa lelah dan
sesak napas lemas ketika berjalan mengambil air wudhu selain itu juga
pasien cepat pegal berdiri terlalu lama pada saat solat.
- Pasien mengtakan bahwa merasa cemas dan takut akan kematian karena
memiliki penyakit jantung
- Pasien mengatakan bahwa belum terlalu mengerti tentang tata cara
tayamum

DATA FOKUS :
DATA SUBYEKTIF
1. Keyakinan dan makna
a. Menurut pasien, arti hidup seperti apa?
- Pasien mengatakan arti hidup seperti bisa menjalankan aktivitas
kehidupan sehari-hari dengan keadaan sehat
b. Menurut pasien, apa yang memberi arti hidup bagi pasien / misal kejadian,
peristiwa atau pengalaman tertentu yang berkesan dan membuat hidup
pasien berubah?
- Pasien mengatakan peristiwa yang merubah hidupnya adalah sakit
yang di alaminya saat ini pasien merasa menjadi beban keluarga atas
kondisinya saat ini
c. Bagi pasien, apa hal yang paling penting dalam kehidupan pasien?
- Pasien mengatakan hal penting dalam hidupnya adalah kesehatan
d. Apakah pasien merasa tujuan hidupnya berkurang?
Ya Tidak

2. Autoritas dan pembimbing


a. Apa yang membuat pasien kuat dalam menghadapi kehidupan?
- Pasien mengatakan hal penting di dalam hidupnya adalah dukungan
dari keluarga karena dukungan keluarga yang menjadi sumber
kekuatan untuk semangat menjalankan hidupnya terutama anak dan
cucunya
b. Ketika pasien memiliki masalah, siapa yang biasanya menolong pasien?
Sahabat
Keluarga
Pemuka agama
Lainnya, sebutkan

3. Ritual dan ibadah


a. Bagaimana kebiasaan beribadah pasien, baik dalam keluarga maupun
masyarakat ?
- Pasien mengatakan sejak sakit jarang sholat, pasien terkadang sholat
tapi dengan tata cara tayamum yang dimengerti saja
b. Bagaimana peran anggota keluarga atau sahabat pasien dalam
menjalankan kebiasaan beribadah ?
- Pasien mengatakan kelurga selalu mengingatkan untuk sholat dan
selalu berdo’a ketika waktu sholat tiba
c. Berapa kali pasien mengikuti kajian keagamaan?
- Seminggu sekali pada hari jum’at
d. Apakah pasien pernah membutuhkan kegiatan spiritual?
Ya Tidak
e. Dalam keadaan seperti apa pasien membutuhkan dukungan spiritual ?
- Pasien mengatakan membutuhkan dukungan spiritual ketika pasien
merasa stres dan merasa hanya menjadi beban keluarga
f. Apakah masalah yang sedang pasien alami mempengaruhi/mengganggu
pola kepercayaan pasien dalam beribadah?
Ya Tidak
g. Apakah pasien menerapkan prinsip moral, aturan kepercayaan personal,
nilai personal pada saat mengambil keputusan?
Ya Tidak
h. Apakah pasien kesulitan mentaati aturan kepercayaan dan ritual?
Ya Tidak
i. Apakah pasien tetap yakin berdoa ketika masalah datang seperti keuangan
menipis?
Ya Tidak
j. Bagaimana upaya spiritual dalam menyelesasikan masalah yang sedang
dihadapi ?
- Pasien mengatakan ketika mendapat masalah berdoa dan
bermusyawarah dengan keluarga agar masalah dapat terselesaikan
k. Bagaimana cara pasien menjalankan ibadah saat sakit ?
- Pasien mengatakan sholat sambil duduk dan tidak mengambil wudhu
hanya saja masih kurang memehami tayamum

4. Dorongan dan pertumbuhan


a. Bagaimana kebiasaan beribadahan pasien sekarang dibanding dulu ?
- Pasien mengatakan semenjak sakit lebih jarang sholat karena terkadang
nyeri jantung dan sesak nafas sehingga untuk melakukan aktifitas
beribadah menjadi menurun
b. Apakah ada perubahan tentang pandangan pasien mengenai keyakinan
dalam beragama pada saat ini dan masa lalu?
Ya Tidak

5. Spiritualitas dan kesehatan Spiritual


a. Hal apa yang memberikan kekuatan saat pasien mengalami masa sulit?
- Pasien mengatakan yang memberikan kekuatan saat mengalami
masalah yaitu keluarga selalu memberi dukungan untuk pasien dalam
menghadapi masalah
b. Aspek spiritual apa yang pasien rasakan sangat membantu?
- Pasien mengatakan dengan berdoa karena berdoa bisa membuat pasien
merasa lega
c. Masalah spiritual apa yang pasien diskusikan ?
- Pasien mengatakan ingin meningkatkan pengetahuan tentang tata cara
tayamum yang benar dan sholat secara berbaring dan duduk
6. Kepercayaan, keyakinan, Kelompok dan Komunnitas
a. Bagaimana peran keyakinan dan kepercayaan pasien dalam membantu
beradaptasi dengan kondisi saat ini?
- Pasien menganggap sakit yang di alaminya saat ini sebagai penggugur
dosa-dosanya
b. Apa yang bisa saya lakukan untuk mendukung kepercayaan dan keyakinan
pasien?
- Memberikan motivasi dan edukasi trkait tata cara tayamum serta
meningkatkan kepercayaan diri pasien meskipun dalam kondisi
kesehatan yang sedang kurang baik dengan aktivitas spiritual dengan
sholat dan berdoa

7. Keterhubungan
a. Perasaan apa yang pasien rasakan setelah selesai berdoa?
- Pasien mengatakan merasa tenang setelah berdoa
8. Pekerjaan
a. Apakah pekerjaan pasien mengganggu ibadah pasien?
- Pasien mengatakan pekerjaan tidak menggangu ibadah pasien karena
pasien adalah seorang ibu rumah tangga
b. Apakah kondisi tersebut akan meningkatkan atau menurunkan keimanan
pasien ?
Ya Tidak
c. Bagaimana penyakit ini mempengaruhi pasien dari segi spiritual, di rumah,
atau di tempat pasien bekerja ?
- Pasien mengatakan sakit ini mempengaruhi ibadahnya karena pasien
masih mudah lelah dan sesak nafas ketika melakukan aktifitas
DATA OBYEKTIF
1. Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas, agitasi, apatis atau
preokupasi?
Ya Tidak
2. Apakah pasien selalu berdoa apabila mendapat masalah?
Ya Tidak
3. Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan?
Ya Tidak
4. Apakah pasien tampak membaca kitab suci atau buku keagamaan?
Ya Tidak
5. Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah atau topic keagamaan?
Ya Tidak
6. Apakah pasien pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama?
Ya Tidak
7. Apakah pasien mengekpresikan rasa takutnya terhadap kematian?
Ya Tidak
8. Apakah pemuka agama datang mengunjungi pasien?
Ya Tidak
9. Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah lainnya?
Ya Tidak
10. Apakah pasien menerima kiriman simpati dari unsur keagamaan?
Ya Tidak
11. Apakah pasien memakai symbol keagamaan? (memakai Jilbab, memakai
kalung salib ).
Ya Tidak
12. Bagaimana pola beribadahan pasien?
- Sebelum sakit : pasien mengatakan ibadah sebelum sakit menjalankan
sholat 5 waktu
- Saat sakit : pasien mengatakan saat sakit jarang melaksanakan sholat
5 waktu, hanya subuh, dzuhur, magrib. Pasien tampak tata cara tayamum
masih kurang benar
13. Apakah kebutuhan untuk peribadahan pasien terpenuhi?
Ya Tidak
14. Apakah pasien berserah kepada Tuhannya setelah melakukan pengobatan?
Ya Tidak
DATA FOKUS

No Tgl/jam Data Subjektif (DS) Data Objektif (DO)


1. 08/01/2021 - Pasien mengatakan masalah yang di alaminya saat ini - Pasien terlihat cemas, dan gelisah
08: 00 yaitu pasien mengalami penyakit jantung sejak kurang - Di samping pasien tampak ada jilbab warna hitam
lebih 1 tahun yang lalu - Pasien tampak tata cara tayamum masih kurang benar
- Pasien mengatakan ada keluhan saat beribadah yaitu - Pasien tampak tidak membaca kitab suci
cepat merasa lelah dan sesak napas lemas ketika - Pasien terlihat mengekspresikan ketakutan terhadap
berjalan mengambil air wudhu selain itu juga pasien kematian
cepat pegal berdiri terlalu lama pada saat solat. - Pasien tampak tidak membawa kitab suci atau buku
- Pasien mengtakan bahwa merasa cemas dan takut keagamaan lainnya
akan kematian karena memiliki penyakit jantung
- Pasien mengatakan bahwa belum terlalu mengerti
tentang tata cara tayamum
- Pasien merasa menjadi beban keluarga atas
kondisinya saat ini
- Pasien mengatakan sejak sakit jarang sholat, pasien
terkadang sholat tapi dengan tata cara tayamum yang
dimengerti saja
- Pasien mengatakan membutuhkan dukungan spiritual
ketika pasien merasa stres dan merasa hanya menjadi
beban keluarga
- Pasien mengatakan semenjak sakit lebih jarang sholat
karena terkadang nyeri jantung dan sesak nafas sehingga
untuk melakukan aktifitas beribadah menjadi menurun
- Pola beribadahan pasien
- Sebelum sakit : pasien mengatakan ibadah sebelum
sakit menjalankan sholat 5 waktu
- Saat sakit : pasien mengatakan saat sakit jarang
melaksanakan sholat 5 waktu, hanya subuh, dzuhur,
magrib
ANALISA DATA

No Tgl / Jam Data (Subjektif & Objektif) Etiologi Problem


1. 21/03/2022 DS: Penyakit kronis Resiko Distres Spiritual
08:10 - Pasien mengatakan masalah yang di alaminya saat ini yaitu
pasien mengalami penyakit jantung sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu
- Pasien mengatakan ada keluhan saat beribadah yaitu cepat
merasa lelah dan sesak napas lemas ketika berjalan mengambil
air wudhu selain itu juga pasien cepat pegal berdiri terlalu lama
pada saat solat.
- Pasien mengtakan bahwa merasa cemas dan takut akan kematian
karena memiliki penyakit jantung
- Pasien mengatakan bahwa belum terlalu mengerti tentang tata
cara tayamum
- Pasien merasa menjadi beban keluarga atas kondisinya saat ini
- Pasien mengatakan sejak sakit jarang sholat, pasien terkadang
sholat tapi dengan tata cara tayamum yang dimengerti saja
- Pasien mengatakan membutuhkan dukungan spiritual ketika
pasien merasa stres dan merasa hanya menjadi beban keluarga
- Pasien mengatakan semenjak sakit lebih jarang sholat karena
terkadang nyeri jantung dan sesak nafas sehingga untuk melakukan
aktifitas beribadah menjadi menurun
- Pola beribadahan pasien
- Sebelum sakit : pasien mengatakan ibadah sebelum sakit
menjalankan sholat 5 waktu
- Saat sakit : pasien mengatakan saat sakit jarang
melaksanakan sholat 5 waktu, hanya subuh, dzuhur, magrib
DO:
- Pasien terlihat cemas, dan gelisah
- Di samping pasien tampak ada jilbab warna hitam
- Pasien tampak tata cara tayamum masih kurang benar
- Pasien tampak tidak membaca kitab suci
- Pasien terlihat mengekspresikan ketakutan terhadap kematian
- Pasien tampak tidak membawa kitab suci atau buku keagamaan
lainnya
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Tgl / Jam Diagnosa Keperawatan Prioritas


1. 21/03/2022 Resiko Distres Spiritual berhubungan dengan Penyakit Kronis I
08:20
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Tgl/ Diagnosa
No SLKI SIKI TTD
Jam Keperawatan
1. 21/03/2022 Resiko Psikospiritul (l.09084) Promosi Dukungan Spiritual (I. 13488) Pri
Setelah dilaukan intervensi selama 1x24 Observasi Hagni
08:25 Distres
jam, maka status spiritual membaik - Identifikasi keyakinan tentang makna dan tujuan Novita
Spiritual dengan kriteria hasil: hidup, sesuai kebutuhan
- Kemampuan beribadah membaik (5) - Identifikasi sperfektif spiritual, sesuai kebutuhan
Berhubungan
$
- Perasaan takut menurun (5) Terapeutik
dengan - Perasaan gelisah menurun (5) - Peralakukan pasien dengan bermartabat dan
- Verbalisasi perasaan tenang meningkat terhormat
Penyakit
(5) - Tunjukan keterbukaan, empati dan kesediaan
Kronis - Keyakinan terhadap agama meningkat mendengarkan pasien
(5) - Yakinkan bahwa perawat selalu ada dan
- Perasaan mengabaikan ibadah/ mendukung
spiritual menurun (5) - Motivasi untuk melakukan ibadah wajib
- Dorong privasi danwaktu tenang untuk aktivitas
spiritual.
Edukasi
- Anjurkan untuk ibdah wajib dan berdoa
- Ajarkan metode relaksasi
Anjurkan menggunakan media spiritual (mis.
gadget, televise,buku)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnosa Tgl/ Evaluasi


No Implementasi TTD
Keperawatan jam
1. Resiko Distres 22/03/2022 - Menggunakan komunikasi S: Pasien mengatakan senang diajak Pri Hagni
Novita
Spiritual 10:40 terapeutik dalam membangun ngobrol oleh perawat, pasien
Berhubuan hubungan saling percaya dan caring mengatakan sudah pahaam tentang
dengan Penyakit - Menganjurkan keluarga untuk tata cara tayamum dan sholat
$
Kronis mengingatkan pasien agar sesalu secara duduk dan berbaring .
mendekatkan diri kepada Allah Pasien mengatakan akan semaangat
SWT sembuh dan lebih mendekatkan diri
- Memotivasi pasien agar tetap kepada Allah SWT
semangat dalam menjalani hidup O: Pasien terlihat menjalin kontak
- Mengedukasi tata cara tayamum mata, pasien tampak sudah bisa
yang benar dan pasien diminta untuk mempraktekkan tata cara tayamum
mempraktekkannya dan sholat secara berbaring dan
- Membantu pasien dalam duduk dengan benar, pasien tampak
mempraktekkan tayamum bisa mengupcakan istighfar ketika
- Mengedukasi tentang tata cara sedih mengingat penyakit
sholat dengan duduk dan berbaring jantungnya
- Memberi informasi tentang adanya A: Masalah teratasi
kunjungan rutin dari penasehat P: Hentikan intervensi
spiritual setiap hari Senin dan
Jum’at
- Mendengarkan keluh kesah perasaan
klien
- Membantu individu untuk
mengekpresikan dan menyalurkan
perasaan marah atau sedih dengan
cara yang baik yaitu dengan
mengucapkan istighfar

Anda mungkin juga menyukai