Anda di halaman 1dari 10

PALIATIF DALAM

PERSPEKTIF
AGAMA DAN
SPIRITUAL

Kelompok 8
Ayu Kartika
Eko Fajar Kurniawan
Rahmawati Paonganan
TINJAUAN AGAMA DALAM PERAWATAN PALIATIF
Perawatan spiritual merupakan salah satu domain dasar dalam upaya
pelayanan perawatan paliatif yang berkualitas sebagaimana yang telah dinyatakan
dalam The National Consensus Project For Quality Palliative Care (NCP) dan The
National Quality Forum pada tahun 2009 Perawatan paliatif yang merupakan
sebuah disiplin yang dikhususkan untuk menyediakan perawatan secara holistic
pada pasien dengan penyakit stadium lanjut, dan penyakit yang mengancam jiwa
(Penderell & Brazil, 2010).
Perawatan paliatif merupakan pelayanan yang berupaya untuk memberikan
kualitas hidup yang terbaik pada pasien dalam menghadapi kematian. Sehingga
penting adanya untuk memberikan perawatan yang komprehensif, tidak hanya
fisik, emosional, psikologis, namun juga memberikan pelayanan untuk kebutuhan
spiritual pasien. Maka penting adanya seorang praktisi kesehatan mengetahui
pentingnya peran spiritualisas terhadap pasien dan keluarganya.
PRAKTIK KEBERAGAMAAN
Saunders (2000 dalam Wynne, 2013) mempercayai bahwa meninggal
dengan baik sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan seseorang terhadap
sesuatu seperti melakukan sesuatu dengan keyakinan bahwa ia akan bersama
dengan yang Maha Kuasa atau melakukan sesuatu hanya karena dorongan yang
bersifat duniawi semata. Hal tersebut terjadi pada pasien setelah melakukan
suatu keterlibatan secara mendalam sihingga menimbulkan suatu hubungan
yang kuat, membangun keyakinan berdasarkan kepercayaan, kejujuran dan
dengan proses mendengar secara aktif. Perawatan spiritual yang baik
seharusnya dilakukan secara individual, dengan huungan yang lebih dekat, dan
apa yang terpikirkan dan dirasakan akan menjadi suatu kebenaran.
●  
KEMATIAN DALAM PERSPEKTIF AGAMA
● Akhir hayat merupakan sesuatu yang kejadiannya
beragam dan kompleks pada setiap orang, karena
seseorang dapat meniggal dunia di usia yang sangat
belia, atau bahkan meninggal di usia yang sangat tua.
Spiritualitas dinilai sebagai salah satu dimensi yang
penting untuk menilai kualitas hidup sekaligus kualitas
kondisi kematian. Saat ini peran agama dan spiritualitas
semakin didasari terutama dalam kondisi menjelang akhir
hayat.
SPIRITUALITAS DAN
RELIGISIUSITAS
Spiritualitas didefinisikan sebagai aspek dari
kemanusiaan yang mana hal tersebut merujuk pada cara
seseorang mencari dan mengekspresikan makna, tujuan atau
maksud, dan cara pengalaman mereka yang mana semua hal
tersebut saling berhubungan pada waktu atau kejadian, pada
diri sendiri, pada yang lainnya, pada alam, pada orang
terdekat, maupun pada yang kuasa
Religiusitas didefinisikan sebagai sebuah perangkat
kepercayaan yang merujuk pada aktifitas yang didasarkan atas
keyakinan dan keimnan yanh baik dilakukan dengan kasat
mata maupun sesuatu yang tak kasat mata
.
SPIRITUAL ASSESMENT
● Pengkajian spiritualitas dalam setting paliatif merupakan isu utama dalam
berbagai budaya (Benito et al, 2014). Spiritual telah diidentifikasi sebagai
sumber yang penting untuk seseorang, yang mana dengan spiritual tersebut
dapat membentu seseorang mengatasi berbagai distress disaat mengalami
dan menderita sakit. Berbagai instrument yang telah dikembang dan
digunakan dalam beberapa tahun belakangan ini seperti The Palliative
Carwe Outcomes Scale, the Exixtential Meaning Scale, the Functional
Assesment of Chronic Illnes Therapy-Spiritual Well Being (FACIT-Sp) Tool,
The Ironson-Woods Spirituality/Religiousness Index Short Form, the World
Health Organization’s Quality of Life Measure Spiritual Religious and
Personal Beliefs, dan nbanyak lagi terkait pengkajian kebutuhan spiritual
untuk pasien.
BARRIER DAN STRATEGI SPIRITUAL CARE

Edwards, Pang, Shiu & Chan (2010) menemukan bahwa kurangnya waktu yang
tersedia, aspek institusi, aspek personal / individu, bahasa, budaya dan agama
merupakan barrier dalam pelaksanaan spiritual care. Budaya lingkungan kerja dimana
perawat bekerja juga dapat mempengaruhi perawat dalam melakukan spiritual are
(Ronaldson, Hayes, Aggar, Green & Carey, 2012).
Selain itu, berbagai strategi untuk membantu penyediaan dukungan spiritual dan
eksistensial telah di identifikasi. Berikut strategi yang telah dilakukan oleh para
perawat di Australia untuk memberikan dukungan spiritual dan eksistensial pada pasien
yaiut : melakukan rujukan secara tepat, mempertahankan harapan secara realistis,
mengatur dan memodifikasi lingkungan pasien, meningkatkan kemampuan dan
keterampilan konseling, dan melakukan dokumentasi dengan membuat catatan hasil
wawancara mendalam.
FASE-FASE KEHILANGAN
● Denial (Fase Pengingkaran)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya dan
menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan mengatakan “tidak” “saya tidak
percaya bahwa itu terjadi “, “ itu tidak mungkin”. Bagi individu atau keluarga yang
mengalami penyakit terminal, akan terus menerus mencari informasi tambahan.
● Anger (Fase Marah)
Fase ini di mulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan.
Individu menunjukann perasaan yang meningkat yang sering di proyeksikan kepada
orang yang ada di lingkunganya, orang-orang tertentu atau ditunjukan pada dirinya
sendiri.
● Bargaining (Fase Tawar Menawar)
Apabia individu telah mampu mengungkapkan masa marahnya secara intensif, maka ia
akan maju kefase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering
dinyatakan dengan kata-kata “kalo saja kejadian ini bisa di tunda maka saya akan sering
berdoa”
FASE-FASE KEHILANGAN
● Depression (Fase Depresi)
Individu pada fase ini sering menunjukan sikap antara lain menarik diri, tidak mau bicara,
kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut, atau dengan
ungkapan yang menyataakn keputusaan, perasaan tidak berguna.

● Acceptance (Fase Penerimaan)


Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fikiran selalu terpusat
kepada obyek atau orang hilang akan mulai berkurang atau hilang, individu telah
menerima kenyataan kehilangan yang di alaminya, gambatran tentang obyek atau orang
yang hilang mulai dilepaskan dan secara betahap perhatian beralih pada obyek yang baru.

PERAN PERAWAT DALAM SPIRITUAL
CARE

Peran perawat dalam spiritual care berdasarkan rekomendasi


The NCP Clinical Practice Guidelines for Quality Palliative
Care yaitu :
1) Melakukan pengkajian spiritual pada pasien termasuk
pasien yang memiliki agama dan kepercayaan dengan
kategori minoritas, yang agama dan kepercayaan yang
diyakininya tersebut dapat menimbulkan konflik selama
masa perawatan.
2) Bekerjasama dengan rohaniawan untuk mengurangi distress
spiritual pada pasien terutama pasien yang merasa
terabaikan.
3) Menggunakan keterampilan komunikasi yang baik untuk
memberikan dukungan pada pasien

Anda mungkin juga menyukai