MENIGITIS
Dosen Pengampu :
Ns. Neni Triana S.Kep., M.Kep
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, yang
telah memberikan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada penulis buku maupun
jurnal yang telah membantu kami dengan tulisannya, Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini, serta teman -
teman yang telah memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah
ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama di negara berkembang sehingga
diperlukan pengenalan dan penanganan medis yang serius untuk mencegah kematian (Addo,
2018). Meningitis merupakan suatu reaksi peradangan yang terjadi pada lapisan yang
membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang yang
disebabkan organisme seperti bakteri, virus, dan jamur. Kondisi ini dapat menyebabkan
kerusakan otak yang parah dan berakibat fatal pada 50% kasus jika tidak diobati (Speets et al.,
2018). Meningitis meningokokus, yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis (atau N.
meningitidis), memiliki potensi untuk menyebabkan epidemi yang besar. Dua belas jenis dari
bakteri tersebut, yang disebut serogroup, telah diidentifikasi, dan enam diantaranya (jenis A, B,
Gejala yang paling umum pada pasien dengan meningitis adalah leher kaku, demam
tinggi, sensitif terhadap cahaya, kebingungan, sakit kepala, mengantuk, kejang, mual, dan
muntah. Selain itu pada bayi, fontanelle menonjol dan penampilan ragdoll juga sering
ditemukan (Piotto, 2019). Meningitis bakterial (penyakit meningitis yang disebabkan oleh
bakteri) berada pada urutan sepuluh teratas penyebab kematian akibat infeksi di seluruh dunia
dan menjadi salah satu infeksi yang paling berbahaya pada anak. Meningitis jenis ini
merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak, dengan perkiraan 115.000 kematian di
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas,penulis tertarik membahas Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
penyakit Meningitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian meningitis
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita
Yuliani 2006). Pengertian lain juga menyebutkan bahwa meningitis adalah inflamasi
arakhnoid dan pia mater yang mengenai CSS (Cairan Serebro Spinal). Infeksi menyebar
ke subarachnoid dari otak dan medula spinalis biasanya dari ventrikel (Batticaca,
Fransisca, 2008).
Dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah suatu reaksi yang terjadi dari
peradangan yang terjadi akibat infeksi karena bakteri, virus, maupun jamur pada selaput
otak (araknoidea dan piamater) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan
2. Penyebab meningitis
Terdapat beberapa penyebab yang terjadi pada masalah meningitis yaitu bakteri, faktor
Menurut (Suriadi & Rita Yuliani 2006) penyebab meningitis antara lain.
wanita
c) Faktor maternal : ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
8
d) Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobulin, anak
e) Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) gambaran klinis yang muncul pada anak
Penurunan kesadaran
Muntah yang sering proyektil (menyembur)
Tangisan yang merintih
Sakit kepala
9
4. Patofisiologi meningitis
Meningitis terjadi akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh
yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya
melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Penyebaran organisme bisa terjadi
akibat prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf pusat.
Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tengkorak yang dapat menimbulkan
meningitis, dimana terjadinya hubungan antara CSF (Cerebro-spinal Fluid) dan dunia luar.
Penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan
medulla spinalis. Mikroorganisme masuk ke susunan saraf pusat melalui ruang pada
subarachnoid sehingga menimbulkan respon peradangan seperti pada via, arachnoid, CSF,
dan ventrikel. Efek peradangan yang di sebabkan oleh mikroorganisme meningitis yang
mensekresi toksik dan terjadilah toksekmia, sehingga terjadi peningkatan suhu oleh
hipotalamus yang menyebabkan suhu tubuh meningkat atau terjadinya hipertermi (Suriadi
Gejala klinis yang timbul pada meningitis bakterial berupa sakit kepala, lemah,
menggigil, demam, mual, muntah, nyeri punggung, kaku kuduk, kejang, peka pada awal
serangan, dan kesadaran menurun menjadi koma. Gejala meningitis akut berupa bingung,
stupor, semi-koma, peningkatan suhu tubuh sedang, frekuensi nadi dan pernapasan
meningkat, tekanan darah biasanya normal, klien biasanya menunjukkan gejala iritasi
meningeal seperti kaku pada leher,tanda Brudzinksi (Brudzinki’s sign) positif, dan tanda
10
6. Komplikasi meningitis
Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) komplikasi yang dapat muncul pada anak
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena
dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun
Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga
d. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena
e. Epilepsi.
g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak
tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan
untuk pengobatan.
11
7. Penatalaksanaan medis meningitis
Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) penatalaksanaan medis yang secara umum
diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian melalui intravena. Setelah kejang dapat
diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis awal pada neonates 30m, anak
kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan anak yang lebih dari 1 tahun 75 mg.
c. Antibiotik yang sering dipakai adalah ampisilin dengan dosis 300-400 mg/KgBB
antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur dari pengambilan cairan
12
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan pengkajian psikososial (pada anak perlu
a. Keluhan utama
c. Riwayat
d. Pemeriksaan Fisik
• Tanda-tanda vital
• B1 (Breathing)
• B2 ( Blood)
(syok).
• B3 (Brain)
13
• Pengkajian Saraf Kranial
penciuman.
3. Saraf III, IV, dan VI : Pemeriksaan funsi dan reaksi pupil pada
tanpa kelainan.
paralisis pada otot wajah dan reflek kornea biasanya tidak ada
kelainan.
simetris.
6. Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif atu tuli
persepsi.
trapezius.
9. Saraf XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
f. Pemeriksaan Diagnostik
laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Analisa
cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan lainnya diperlukan sesuai klinis klien, meliputi foto rontgen paru
14
dan CT scan kepala.
2.Diagonosa Keperawatan
3. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas dibuktikan dengan pola
nafas abnormal
15
3. INTERVENSI
Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produksi sisa tubuh,
5. Evaluasi
Adapun hasil yang ingin dicapai yaitu mencapai masa penyembuhan tepat waktu,
26
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI,2007, Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan, Kementrian
Kesehatan RI
Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. Diperoleh dari http://depkes.go.id.
Muttaqin,Arif 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan.Jakarta : Salemba Medika
Tarwoto, Wartonah & Suryati, E.S. (2007). Keperawatan Medikan Bedah Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : CV Sagung Seto
Doenges, M.E, Moorhouse, dan A.C. Geissler.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke-3 Jakarta :
EGC
Black, M. J. & Hawks, H. J. 2009. Medical Surgical nursing : clinical management for continuity of
care, 8th ed. Philadephia : W.B. Saunders Company
27