Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

MENIGITIS

Dosen Pengampu :
Ns. Neni Triana S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 3


1. Gina Sonia (2026010015)
2. Intan Cahya Indah (2026010030)
3. Mefti Anggri Yani (2026010028)
4. Reski Permata Sari (2026010023)
5. Esi Nuryati (2026010037)
6. Chintya Aprilli Cantiani (2026010009)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, yang
telah memberikan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada penulis buku maupun
jurnal yang telah membantu kami dengan tulisannya, Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini, serta teman -
teman yang telah memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah
ini.

Bengkulu, 19 Oktober 2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................................4
A. Konsep Dasar Meningitis.............................................................................................................4
1. Pengertian meningitis...............................................................................................................4
2. Penyebab meningitis.................................................................................................................4
3. Gambaran klinis meningitis......................................................................................................9
4. Patofisiologi meningitis..........................................................................................................10
5. Manifestasi klinis meningitis..................................................................................................10
6. Komplikasi meningitis............................................................................................................11
7. Penatalaksanaan medis meningitis.........................................................................................12
B. Asuhan Keperawatan..................................................................................................................13
1. Pengkajian keperawatan.........................................................................................................13
2.Diagonosa Keperawatan................................................................................................................15
3. INTERVENSI..............................................................................................................................16
4. Implementasi.................................................................................................................................26
5. Evaluasi.........................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................27

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningitis merupakan salah satu penyakit infeksi yang menakutkan karena

menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama di negara berkembang sehingga

diperlukan pengenalan dan penanganan medis yang serius untuk mencegah kematian (Addo,

2018). Meningitis merupakan suatu reaksi peradangan yang terjadi pada lapisan yang

membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang yang
disebabkan organisme seperti bakteri, virus, dan jamur. Kondisi ini dapat menyebabkan

kerusakan otak yang parah dan berakibat fatal pada 50% kasus jika tidak diobati (Speets et al.,

2018). Meningitis meningokokus, yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis (atau N.

meningitidis), memiliki potensi untuk menyebabkan epidemi yang besar. Dua belas jenis dari

bakteri tersebut, yang disebut serogroup, telah diidentifikasi, dan enam diantaranya (jenis A, B,

C, W, X dan Y) dapat menyebabkan epidemi (WHO, 2018).

Gejala yang paling umum pada pasien dengan meningitis adalah leher kaku, demam

tinggi, sensitif terhadap cahaya, kebingungan, sakit kepala, mengantuk, kejang, mual, dan

muntah. Selain itu pada bayi, fontanelle menonjol dan penampilan ragdoll juga sering

ditemukan (Piotto, 2019). Meningitis bakterial (penyakit meningitis yang disebabkan oleh

bakteri) berada pada urutan sepuluh teratas penyebab kematian akibat infeksi di seluruh dunia

dan menjadi salah satu infeksi yang paling berbahaya pada anak. Meningitis jenis ini

merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak, dengan perkiraan 115.000 kematian di

seluruh dunia pada tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas,penulis tertarik membahas Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

penyakit Meningitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Meningitis

1. Pengertian meningitis

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan

spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita

Yuliani 2006). Pengertian lain juga menyebutkan bahwa meningitis adalah inflamasi

arakhnoid dan pia mater yang mengenai CSS (Cairan Serebro Spinal). Infeksi menyebar

ke subarachnoid dari otak dan medula spinalis biasanya dari ventrikel (Batticaca,

Fransisca, 2008).

Dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah suatu reaksi yang terjadi dari

peradangan yang terjadi akibat infeksi karena bakteri, virus, maupun jamur pada selaput

otak (araknoidea dan piamater) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan

serebrospinal dan menyebabkan perubahan pada struktur otak.

2. Penyebab meningitis

Terdapat beberapa penyebab yang terjadi pada masalah meningitis yaitu bakteri, faktor

predisposisi, faktor maternal, dan faktor imunologi.

Menurut (Suriadi & Rita Yuliani 2006) penyebab meningitis antara lain.

a) Bakteri : Haemophilus influenza (tipe B), streptococcus pneumonia, Neisseria

meningitis, hemolytic streptococcus, staphylococcus aureu, e. coli

b) Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan

wanita

c) Faktor maternal : ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir

kehamilan

8
d) Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobulin, anak

yang mendapat obat obat imunosupresi

e) Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang

berhubungan dengan sistem persarafan

3. Gambaran klinis meningitis

Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) gambaran klinis yang muncul pada anak

dengan meningitis antara lain :

a. Pada fase akut gejala yang muncul antara lain :


 Lesu
 Mudah terangsang
 Hipertermia
 Anoreksia
 Sakit kepala

b. Peningkatan tekanan intrakranial. Tanda-tanda terjadinya tekanan intrakranial:

 Penurunan kesadaran
 Muntah yang sering proyektil (menyembur)
 Tangisan yang merintih
 Sakit kepala

c. Kejang baik secara umum maupun lokal


d. Kelumpuhan ekstremitas (paresis atau paralisis)
e. Gangguan frekwensi dan rama pernafasan (cepat dengan irama kadang dangkal dan
kadang dalam)
f. Munculnya tanda-tanda rangsangan meningeal seperti ; kaku kuduk, regiditas
umum, refleksi Kernig dan Brudzinky positif.

9
4. Patofisiologi meningitis

Meningitis terjadi akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh

yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya

penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, dan Bronchopneumonia. Masuknya organisme

melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Penyebaran organisme bisa terjadi

akibat prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf pusat.

Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tengkorak yang dapat menimbulkan

meningitis, dimana terjadinya hubungan antara CSF (Cerebro-spinal Fluid) dan dunia luar.

Penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan

medulla spinalis. Mikroorganisme masuk ke susunan saraf pusat melalui ruang pada

subarachnoid sehingga menimbulkan respon peradangan seperti pada via, arachnoid, CSF,

dan ventrikel. Efek peradangan yang di sebabkan oleh mikroorganisme meningitis yang

mensekresi toksik dan terjadilah toksekmia, sehingga terjadi peningkatan suhu oleh

hipotalamus yang menyebabkan suhu tubuh meningkat atau terjadinya hipertermi (Suriadi

& Rita Yuliani 2001)

5. Manifestasi klinis meningitis

Gejala klinis yang timbul pada meningitis bakterial berupa sakit kepala, lemah,

menggigil, demam, mual, muntah, nyeri punggung, kaku kuduk, kejang, peka pada awal

serangan, dan kesadaran menurun menjadi koma. Gejala meningitis akut berupa bingung,

stupor, semi-koma, peningkatan suhu tubuh sedang, frekuensi nadi dan pernapasan

meningkat, tekanan darah biasanya normal, klien biasanya menunjukkan gejala iritasi

meningeal seperti kaku pada leher,tanda Brudzinksi (Brudzinki’s sign) positif, dan tanda

Kernig (Kernig’s sign) positif (Batticaca, Fransisca, 2008).

10
6. Komplikasi meningitis

Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) komplikasi yang dapat muncul pada anak

dengan meningitis antara lain.

a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena

adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan

lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.

b. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada meningen

dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun

hematogen termasuk ke ventrikuler.

c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi

Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga

memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla

spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di intracranial.

d. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena

meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.

e. Epilepsi.

f. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang

sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai

tempat menyimpan memori.

g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak

tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan

untuk pengobatan.

11
7. Penatalaksanaan medis meningitis

Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) penatalaksanaan medis yang secara umum

yang dilakukan di rumah sakit antara lain :

a. Pemberian cairan intravena.

b. Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Dosis awal diberikan

diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian melalui intravena. Setelah kejang dapat

diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis awal pada neonates 30m, anak

kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan anak yang lebih dari 1 tahun 75 mg.

c. Antibiotik yang sering dipakai adalah ampisilin dengan dosis 300-400 mg/KgBB

dibagi dalam enam dosis pemberian secara intravena dikombinasikan dengan

kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam empat dosis pemberian. Pemberian

antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur dari pengambilan cairan

serebrospinal melalui pungsi lumbal.

d. Penempatan pada ruang yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara,

cahaya dan rangsangan polusi.

e. Pembebasan jalan napas dengan menghisap lendir melalui suction dan

memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi.

12
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan

Anamnesis pada meningitis meliputi keluhan utama, riwayat penyakit

sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan pengkajian psikososial (pada anak perlu

dikaji dampak hospitalisasi) (Arif Muttaqin,2008).

a. Keluhan utama

b. Riwayat penyakit sekarang

c. Riwayat

d. Pemeriksaan Fisik

• Tanda-tanda vital

• B1 (Breathing)

Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas,

penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan frekuensi nafas yang

sering didapatkan pada klien meningitis yang disertai adanya

gangguan sistem pernafasan.

• B2 ( Blood)

Pengkajian pada sistem kardiovaskular terutama dilakukan pada klien

meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien mengalami renjatan

(syok).

• B3 (Brain)

Pengkajian ini merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap

dibandingkan pengkajian pada sisstem lainnya.

• Pengkajian tingkat kesadaran

13
• Pengkajian Saraf Kranial

1. Saraf I : biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan funsi

penciuman.

2. Saraf II : Tes ketajaman penglihatan dalam batas normal

3. Saraf III, IV, dan VI : Pemeriksaan funsi dan reaksi pupil pada

klien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya

tanpa kelainan.

4. Saraf V : Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan

paralisis pada otot wajah dan reflek kornea biasanya tidak ada

kelainan.

5. Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah

simetris.
6. Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif atu tuli

persepsi.

7. Saraf IX dan X : Kemampuan menelan baik

8. Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokledomastoideus dan

trapezius.
9. Saraf XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan

tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.

f. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic rutin pada klien meningitis, meliputi laboratorium

klinik rutin (Hb, leukosit, LED, trombosit, retikulosit, glukosa). Pemeriksaan

laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Analisa

cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.

Pemeriksaan lainnya diperlukan sesuai klinis klien, meliputi foto rontgen paru

14
dan CT scan kepala.

g. Pengkajian penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu

menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna

sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis.

2.Diagonosa Keperawatan

1. Perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infeksi otak

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

tertahan dibuktikan dengan batuk tidak efektif, ronchi

3. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas dibuktikan dengan pola

nafas abnormal

4. Resiko infeksi b.d penyakit kronis

5. Resiko cidera b.d perubahan fungsi kognitif

15
3. INTERVENSI

No. Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1. Perfusi serebral Tujuan : Observasi :
tidak efektif Setelah dilakukan intervensi - Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis.lesi
berhubungan keperawatan selama 3 jam menempati ruang, gangguan metabolism, edema
dengan infeksi maka ekspetasi membaik serebral, peningkatan tekanan vena, obstruksi cairan
otak dengan kriteria hasil : serebrospinalis, hipertensi intrakranial idiopatik.
- Tingkat kesadaran - Monitor peningkatan tekanan darah
meningkat - Monitor pelebaran tekanan nadi(selisih TDS dan TDD)
- Kognitif meningkat - Monitor penurunan frekuensi jantung
- Tekanan intra cranial - Monitor ireguleritas irama nafas
menurun - Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Sakit kepala menurun - Monitor perlambatan atau kesimetrisan respon pupil
- Gelisah menurun - Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalam rentang
- Agitasi menurun yang diindikasikan
- Demam menurun - Monitor tekanan perfusi serebral
- Tekanan darah membaik - Monitor jumlah, kecepatan dan karakteristik dranase
- Reflek saraf membaik cairan serebrospinalis
- Monitor efek stimulus lingkungan terhadap TIK
- Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
- Monitor CVP (Central Venous Pressure)
- Monitor PAWP, jika perlu
- Monitor PAP, jika perlu
- Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
- Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status
pernafasan
- Monitor intake
dan output cairan
- Monitor cairan
serebrospinalis Terapeutik :
- Ambil sampel
drainase cairan serebrospinalis
- Kalibrasi
transduser
- Pertahankan
sterilitas sistem pemantauan
- Pertahankan
posisi kepala dan leher netral
- Bila sistem
pemantauan, jika perlu
- Atur interval
pemantauan sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi
hasil pemantauan
- Minimalkan
stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
- Berikan posisi
semi fowler
- Hindari
maneuver Valsava - Cegah terjadinya
kejang
- Hindari
penggunaan PEEP
- Hindari
menggunakan cairan IV hipotonik
- Atur ventilator
agar PaCO2 optimal
- Pertahankan
suhu tubuh Edukasi :
- Jelaskan tujuan
dan prosedur pemantauan
- Informasikan
hasil pemantauan, jika perlu .
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian sedasi dan anti konvulsan
- Kolaborasi
pemberian diuretic osmosis
- Kolaborasi
pemberian pelunak tinja
2. Bersihan jalan Tujuan : Observasi :
nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
berhubungan keperawatan selama 3 jam - Monitor pola nafas(seperti bradipnea, takipnea,
dengan sekresi maka ekspetasi membaik hiperventilasi, kassmaul, cheyne-stokes, blot, ataksik)
yang tertahan dengan kriteria hasil : - Monitor kemampuan batuk efektif
dibuktikan dengan - Batuk efektif meningkat - Monitor adanya produksi sputum
batuk tidak efektif, - Produksi sputum - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
ronchi menurun - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Mengi menurun - Monitor saturasi oksigen
- Wheezing menurun - Auskultasi bunyi nafas
- Dispnea menurun - Monitor nilai AGD
- Ortopnea menurun - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Sulit bicara menurun - Monitor bunyi nafas tambahan
- Ronchi menurun - Monitor sputum
- Sianosis menurun - Identifikasi kemampuan batuk
- Gelisah menurun - Monitor adanya retensi sputum
- Frekuensi nafas - Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
membaik - Monitor input dan output cairan Terapeutik :
- Pola nafas membaik - Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi klien
- Dokumentasi pemantauan
- Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan
chin-lift
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hipokoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
- Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat sputum Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan -

- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak


kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8
detik
- Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setela tarik nafas
dalam yang ke-3 Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

3. Pola nafas tidak Tujuan : Observasi :


efektif b.d Setelah dilakukan intervensi - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
hambatan upaya keperawatan selama 3 jam - Monitor bunyi nafas tambahan (mis. gurgling, mengi,
nafas dibuktikan maka ekspetasi membaik wheezing, ronchi)
dengan pola nafas dengan kriteria hasil : - Monitor sputum
abnormal - Ventilasi semenit - Monitor pola nafas
meningkat - Monitor kemampuan batuk efektif
- Kapasitas vital mambaik - Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Palpasi kesimetrisan ekpansi paru
- Tekanan ekspirasi - Auskultasi bunyi nafas
membaik - Monitor saturasi oksigen
- Dispnea menurun - Monitor nilai AGD
- Penggunaan otot bantu - Monitor hasil x-ray thoraks Terapeutik :
menurun - Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head tilt dan
- Ortopnea menurun chin-lift
- Pernafasan cuping - Posisikan semi fowlwr atau fowler
hidung menurun - Berikan minuman hangat
- Frekuensi nafas - Lakukan fisioterapi dada
membaik - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Kedalaman nafas - Lakukan hipokoksigenasi sebelum penghisapan
membaik endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan Edukasi :
- Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Infformasikan hasil pemantauan, jika perlu Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkadilator, ekspektoran,
mokolitik, jika perlu
4 Resiko Tujuan : Observasi :
. infeksi Setelah dilakukan -
b.d intervensi -
penya keperawatan -
kit selama 3 jam -
kronis maka ekspetasi -
membaik dengan -
kriteria hasil : -
- Kebersihan -
tangan
-
meningkat
-
- Kebersihan
badan -
meningkat -
- Nafsu
makan
meningkat
- Demam
menurun
- Kemerahan
menurun
- Nyeri
menurun
- Bengkak
menurun
- Vesikel
menurun
- Cairan
berbau
busuk
menurun
- Sputum
berwarna
hijau
menurun
- Drainase
purulen
menurun
- Gangguan
kognitif
menurun
- Kadar sel
darah putih
membaik
5. Resiko cidera b.d Tujuan : Observasi :
perubahan fungsi Setelah dilakukan intervensi - Identifikasi area lingkungan yang
kognitif keperawatan selama 1x24jam berpotensimenyebabkan cidera
maka ekspetasi membaik - Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cidera
dengan kriteria hasil : - Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastic
- Toleransi aktivitas pada ekstremitas bawah
menurun - Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis.kondisi fisik,
- Nafsu makan meningkat fungsi kognitif dan riwayat perilaku)
- Toleransi makanan - Monitor perubahan status kesehatan lingkungan
menurun Terapeutik :
- Kejadian cidera - Sediakan pencahayaan yang memadai
menurun - Gunakan lampu tidur selama jam tidur
- Luka lecet menurun - Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan
- Ketegangan otot rawat inap
menurun - Gunakan alas lantai jika beresiko mengalami cidera
- Fraktur menurun serius
- Gangguan mobilitas - Sediakan alas kaki antislip
menurun - Sediakan pipot atau urinal untuk eliminasi ditempat
- Gangguan kognitif tidur
menurun - Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
- Tekanan darah membaik - Pertahankan posisi tempat tidur diposisi terendah saat
- Frekuensi nadi membaik digunakan
- Frekuensi nafas - Pastikan roda tempat tidur dalam keadaan terkunci
membaik - Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan
- Pertimbangan penggunaan alarm elektronik pribadi
- Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik yang
diperlukan
- Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai
- Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat
mendampingi pasien
- Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien
- Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
- Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
- Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis.
commode chair dan pegangan tangan)
- Gunakan perangkat pelindung (mis. pengekangan fisik, rel samping, pintu terkunci,
pagar)
- Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas
- Fasilitasi relokasi lingkungan yang aman
- Lakukan program skrining bahaya lingkungan Edukasi :
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa menit sebelum
berdiri
- Ajarkan individu dan keluarga atau kelompok resiko tinggi bahaya lingkungan
4. Implementasi

Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produksi sisa tubuh,

reduksi atau peningkatan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, pencapaian tingkat

nutrisi, pemeliharaan keseimbangan cairan dn elektrolit serta pemeliharaan

kesehatan dan tidak ada komplikasi.

5. Evaluasi

Adapun hasil yang ingin dicapai yaitu mencapai masa penyembuhan tepat waktu,

mempertahankan tingkat kesadaran, tidak mengalami kejang, melaporkan nyeri

berkurang, mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal

kekuatan, serta tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anatomi fisiologi 2015.Otak


http://fadilkaryosuwito.blogspot.com/2015/05/vbehaviorurldefaultvmlo.html?m=1

Burke,M Karen,dkk.2016. Buku Ajar Keperawatan Bedah. Jakarata

Depkes RI,2007, Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan, Kementrian
Kesehatan RI

Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. Diperoleh dari http://depkes.go.id.

Depkes , RI 2010, Capaian Pembangunan Kesehatan Tahun 2011, Jakarta

Muttaqin,Arif 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan.Jakarta : Salemba Medika

Tarwoto.(2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : CV Sagung Seto

Tarwoto, Wartonah & Suryati, E.S. (2007). Keperawatan Medikan Bedah Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : CV Sagung Seto

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8.Jakarta : EGC

Doenges, M.E, Moorhouse, dan A.C. Geissler.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke-3 Jakarta :
EGC

Ackley, B. J, Ladwig G.B &Makie M.B.F.(2017) Nursing Diagnosis Handbook, An Evidence-Based


Guide to Planning Care. 11th Ed. St. Louis: Elsevier
Berman, A. Snyder, S & Fradsen, G.(2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing (10th ed).USA:
Pearson Education.

Black, M. J. & Hawks, H. J. 2009. Medical Surgical nursing : clinical management for continuity of
care, 8th ed. Philadephia : W.B. Saunders Company

27

Anda mungkin juga menyukai