MENINGITIS
DI SUSUN OLEH
1. RISKA MOKOAGOW
2. INDAH
3. RANI ANTONI
4. NANA MOKOGINTA
2021
KATA PENGATAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga pada kesempatan kali ini kami dapat menyusun Asuhan
Keperawatan tentang MENINGITIS. Asuhan keperawatan ini disusun berdasarkan
pengumpulan dari berbagai sumber buku dan beberapa sumber media sosial.
Kami menyadari bahwa penyusunan Asuhan keperawatan ini sangat jauh dari kata
sempurna, masih banyak kelemahan dan kekurangan. Setiap saran, kritik, dan komentar yang
bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk meningkatkan kualitas dan
menyempurnakan tugas penyusunan Asuhan keperawatan selanjutnya.
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………………………………………………...
B. Rumusan masalah………………………………………………………….
C. Tujuan ……………………………………………………………………..
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………....
B. Saran ………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi meningococcus dapat terjadi secara endemikmaupun epidemik. Secara
klinis keduanya tidak dapat dibedakan, tetapi serogroupdari strain yang terlibat berbeda.
Kasus endemik pada negara-negara berkembangdisebabkan oleh strain serogroup B yang
biasanya menyerang usia dibawah 5 tahun, kebanyakan kasus terjadi pada usia antara 6
bulan dan 2 tahun. Kasusepidemik disebabkan oleh strain serogroup A dan C, yang
mempunyai kecendrunganuntuk menyerang usia yang lebih tua.Lebih dari setengah kasus
meningococcus terjadi pada umurantara 1dan 10 tahun. Penyakit inirelatif jarang
didapatkan pada bayi usia ≤ 3 bulan. Kurang dari 10% terjadi pada pasien usia lebih dari
45 tahun. DiAS dan Finland, hampir 55% kasus pada usia dibawah 3 tahun selama
keadaannonepidemik, sedangkan di Zaria, Negeria insiden tertinggi terjadi pada
pasienusia 5 sampai 9 tahun.
Keadaan geografis dan populasi tertentu merupakanpredisposisi untuk terjadinya
penyakit epidemik. Kelembaban yang rendah dapatmerubahbarier mukosa nasofaring,
sehingga merupakan predisposisi untukterjadinya infeksi. Meningococcal epidemik di
daerah Sao Paulo dari 1971 sampai1974 dimulai pada bulan Mei dan Juni, yang
merupakan peralihan dari musim hujanke musim panas. African outbreaks terjadi selama
musim panas dari bulanDesember hingga juni. Di daerahSub-saharan Meningitis Belt
(Upper volta, Dahomey, Ghana dan Mali di barat, hinggaNiger, Nigeria, Chad, Sudan di
timur) di mulai pada musism panas/winter dry season(November-Desember),mencapai
puncaknya pada akhir April-awal Mei, saat angingurun Harmattan berkepanjangan dan
tingginya suhu udara sepanjang hari; diakhiri secara mendadak dengan dimulainya
musim penghujan. Walaupun terpaparnya populasi yang rentan terhadap strain baru yang
virulen mungkin merupakan penyebab epidemik, beberapa faktor lain termasuk
lingkungan yang padat penduduk, adanya kuman saluran nafas pathogen lain, hygiene
yang rendah danlingkungan yang buruk merupakan pencetus untuk terjadinya infeksi
epidemik. InfeksiN. meningitidis semata-mata hanya mengenai manusia. Telah terbukti
bahwa tidakdidapatkan adanya host antara, reservoar atau transmisi dari hewan ke
manusiapada infeksi M. meningitidis. Nasofarings merupakan reservoar alami bagi
meningococcus,transmisi dari kuman tersebut terjadi lewat saluran pernafasan
(airbonedroplets), serta kontak seperti dalam keluarga atau situasi recruit training.
Pada suatu studi yang dilakukan oleh Artenstein dkk, didapatkan bahwa sebagian
besar partikel dari droplet salurannafas mengandung meningococcus. Meningococcus
bisa didapatkan pada kultur darinasofaring dari manusia sehat, keadaan ini disebut
carrier. Hal tersebut dapatmeningeal tergantung kepada kemampuan dari kapsel
polisakarida untuk menghambataktivitas sistim komplemen bakterisidal yang klasik dan
menginhibisiphagositosis neutrophil. Aktivasi dari sistim komplemen merupakan hal
yangsangat penting dalam mekanisme pertahanan terhadap infeksi N. meningitidis.Pasien
dengandefisiensi dari komponen terminalkomponen (C5, C6, C7, C8 dan mungkin C9)
merupakan resiko tinggi untukterinfeksi Neisseria (termasuk N.Meningitidis).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Meningitis?
2. Apa Penyebab dari Meningitis ?
3. Bagaimana Tanda Dan Gejala dari Meningitis?
4. Bagaimana Patofisiologi dari meningitis ?
5. Bagaimana phatway dari Meningitis ?
6. Apa Komplikasi dari meningitis ?
7. Bagaimana Pengobatan dari Meningitis?
8. Bagaimana Pencegahan dari Meningitis?
9. Bagaimana Pemeriksaan Laboratorium ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Meningitis
2. Untuk mengetahui penyebab dari Meningitis
3. Untuk mengetahui Tanda Dan Gejala dari Meningitis
4. Untuk mengetahui Patofisiologi dari meningitis
5. Untuk mengetahui phatway dari Meningitis
6. Untuk mengetahui Komplikasi dari meningitis
7. Untuk mengetahui Pengobatan dari Meningitis
8. Untuk mengetahui Pencegahan dari Meningitis
9. Untuk mengetahui Pemeriksaan Laboratorium
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan
piameter dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan serebrospinal
(CSS). Peradangan yang terjadi pada Meningitis yaitu membran atau selaput yang
melapisi otak dan medula spinalis, dapat disebkan berbagai organisme seperti virus,
bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam
cairan otak (Wordpress. 2009)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau
selaput yang melpaisi otak dan medula spinalis, dapat disebabkan oleh berbagai
organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan
berpindah kedalam cairan otak (Black & Hawk.2005)
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula spinalis.
Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti
Sinusiotis, Otitis Media, Pneumonia, Edokarditis atau Osteomielitis. Meningitis bakterial
adalah inflamasi arakhnoid dan piameter yang mengenai CSS, Meningeotis juga bisa
disebut Leptomeningitis adalah infeksi selaput arakhnoid dan CSS di dala ruangan
subarakhnoid (Lippincott Williams & Wilkins.2012)
2. Transmisi Infeksi
Meningococcal bakteri yang menyebabkan meningitis tersebar yang biasanya
melalui kontak dekat yang berkepanjangan. Penyebaran dimungkinkan karena pasien
berada dekat dari orang yang terinfeksi melalui bersin, batuk, berbagi barang-barang
pribadi seperti, sikat gigi, sendok garpu, peralatan dll. Bakteri pneumokokus juga
tersebar oleh kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, batuk, bersin dll. Namun,
dalam kebanyakan kasus hal ini hanya menyebabkan infeksi ringan, seperti infeksi
telinga tengah (otitis media). Orang-orang dengan sistem kekebalan rendah yang
dapat mengembangkan infeksi lebih parah seperti meningitis.
3. Meningitis virus penyebab
Ada beberapa virus yang dapat menyebabkan meningitis. Vaksinasi terhadap
banyak virus ini telah menyebabkan penurunan kejadian beberapa kasus meningitis.
Contoh campak, gondok dan Rubela (MMR) . Vaksinisasi tersedia bagi anak dengan
kekebalan rendah terhadap gondok, yang dulunya merupakan penyebab utama dari
virus meningitis pada anak-anak
Virus yang dapat menyebabkan meningitis meliputi:
a. virus herpes simpleks-ini dapat menyebabkan genital herpes
b. enteroviruses-virus flu perut - ini telah menyebabkan polio di masa lalu juga
bertanggung jawab atas
c. Gondok
d. Echovirus
e. Coxsackie
f. Virus herpes zoster
g. Campak
h. Arbovirus
i. Influenza
j. HIV
k. Virus West Nile
4. Trasmisi HIV
Infeksi virus meningitis dapat menyebar oleh kontak dekat dengan orang terinfeksi
dan yang terkena ketika orang bersin dan batuk. Mencuci tangan setelah
terkontaminasi dengan virus-misalnya, setelah menyentuh permukaan atau objek
yang memiliki virus di atasnya dapat mencegah penyebaran.
5. Penyebab lain dari meningitis
a. Meningitis jamur-disebabkan oleh Cryptococcus, Histoplasma dan Coccidioides
spesies dan melihat pada pasien AIDS
b. Parasit yang menyebabkan meningitis-termasuk contoh meningitis eosinophilic
yang disebabkan oleh angiostrongyliasis
c. Organisme lainnya seperti tuberkulosis atipikal, sifilis, penyakit Lyme,
leptospirosis, listeriosis dan brucellosis, penyakit Kawasaki dan Mollaret's
meningitis
d. Mungkin ada tidak ada infeksi dan peradangan hanya meninges menuju bebas-
infektif meningitis. Hal ini disebabkan oleh tumor, leukemia, limfoma, obat dan
bahan kimia yang diberikan spinally atau epidurally selama anestesi atau
prosedur, penyakit seperti Sarkoidosis, sistemik lupus eritematosus dan penyakit
dll.
D. Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ atau
jaringan tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke
selaput otak, misalnya pada penyakit faringitis, tonsilitis, pneuminoa, bronchopneumonia
dan endokarditis. Penyebaran bakteri atau virus dapat pula secara perkontinuitatum dari
peradangan organ atau jaringan yang ada didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis
media, mastoiditis, trombosis sinus kavernosus dan sinusitis. Penyebaran bisa juga terjadi
akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-
kuman kedalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan arkhnoid,
CSS (cairan serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami
hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit
polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam
beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel
plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan. Bagian luar mengandung
leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan dilapisan dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron.
Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrono-purulen menyebabkan
kelainan kraniales. Pada meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal
tampak jernih dibandingkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
E. Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara lain
a. Trombosis vena cerbral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan.
b. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan diruangan subdural karena
adanya infeksi karena kuman.
c. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang
disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
d. Ensefalitis, yaitu radang pada otak
e. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah diotak.
f. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infrak otak karena adanya
infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan otak.
g. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran pendengaran.
F. Pathway
Infeksi
Peningkatan TIK
MK: Inteloransi
aktivitas
MK: Perubahan
perfusi serebral
G. Menifesatasi Klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot
– otot ekstensor tenkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus. Yaitu tengkuk kaku dalam sikap
kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. tanda
kernig dan brudzinsky positif . Gejala meningitis di akibatkan dari infeksi dan
peningkatan TIK
1. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala di hubungkan
dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam
umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
2. Perubahan pada tinkat kesadaran dihubunkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan
gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit individu terhadap proses
fisiologik. Manifestasi prilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat
terjadi letargik, tidak response, dan koma.
3. Iritasi meningen negakibatkan sejumlah tanda yang mudah di kenali yang umumnya
terlihat pada semua tipe meningitis.
4. Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot otot leher .fleksi paksaan menyebabkan
nyeri berat.
5. Tanda kerning positif : ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi
kea rah abdomen , kaki tidak dapat di ekstensikn sempurna.
6. Tanda brudzinski: bila leher difleksikan, maka di hasilkan fleksi lutut dan pinggul; bila di
lakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang
sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
7. Demikian pula alas an yang tidak di ketahui, pasien iini mengeluh mengalami fotofobia
atau sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.
8. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi terjadi
sekunder akibat area vocal kortikal yang peka. Tanda tanda peningkatan TIK sekunder
akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda
tanda vital(melebarnya tekanan pulse dan bradikardia),pernafasan tidak teratur, sakit
kepal muntah, dan penrunan tingkat kesadaran.
9. Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang menyolok pada meningitis meningokokal
(Neisseria meningitis). Sekitar dari semua pasien dengan tipe meningitis
mengembangkan lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam petekie dengan lesi purpura asmpai
ekimosis pada daerah yang luas.
10. Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% dengan meningitis meningiokokkus, dengan
tanda tanda septicemia; demam tinggi yang tiba tiba muncul, lesi purpura ynag
menyebar(sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan tanda tanda koagulopati intravaskuler
diseminata (KID).kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan
infeksi.
11. Organisme penyebab infeksi selalu dapat di identifikasi melalui biakan kuman ada
cairan serebrosinal dan darah.counter immuno electrooesis (CIE) digunakan secara luas
untuk mendeteksi antigen bakteri ada cairan tubuh, umumnya cairan serebrosnal dan
urine.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a. Pemeriksaan kaku kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif atau negatif bila didapatkan kekakuan dan
tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu
tidak dapat disentuhkan kedada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi
dan rotasi kepala
b. Pemeriksaan tanda kerning
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa
rasa nyeri. Tanda kernig positif atau negatif bila ekstensi sendi lutut tidak
mencapai sudut 135 ( kaki tidak dapat diekstensi sempurna) disertai spasme otot
pada biasanya diikuti rasa nyeri.
c. Pemeriksaan tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksaan meleteakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepada
dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda brudzinski I positif atau negatif
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher
d. Pemeriksaan tanda Brudzinski II (Brudzinski kontra lateral tungkai)
Pasien terbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul
(seperti pada pemeriksaan kernig). Tanda brudzinski II positif atau negatif bila
pada pemeriksaa terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral.
3. Pemeriksaan darah
Dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, laju endap darah
(LED), kadar glukosa ,kadar ureum,elektrolit, dan kultur.
a. Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
b. Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu, pada
meningitis tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A. M
Umur : 21
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirasuasta
Alamat : Tabang
Diangnosa : Meningitis
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umun
Kesadaran : Apatis
GCS : E:3 V:5 M:6
Vital Sign TD : 150/80 mmHg
Nadi : Frekuensi : 60 x/mnt
Irama : Reguler
Kekuatan : lemah
Respirasi :Frekuensi : 28 x/mnt
Irama : Irreguler
Suhu : 38,90C
2. Kepala
Kulit kepala : Bentuk kepala mesosepalus, terdapat pembengkakan di daerah
parietal
Rambut : Warna rambut hitam merata, rambut sedikit rontok
Muka : Bentuknya simetris, tidak ada kelainan bentuk wajah.
Mata : Konjungtiva anemis, sclera normal, pupil isokor, palpebra normal
Hidung : Bentuk simetris, tidak ada septum deviasi, tidak terdapat
polipnnn Keadaan hidung bersih
Mulut : Keadaan mulut bersih, tidak ada karies gigi ataupun gigi yang
tanggal
Telinga : Simetris, tidak ada serumen dan luka
3. Leher : Bentuk tidak bentuk tidak simetris krena terdapat pembesaran
kelenjar limfe bagian dextra
4. Dada : bentuk simetris, tidak terdapat pembesaran liver atau
splenomegali
a. Pulmo : Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan ataupun bekas luka.
Palpasi : fremitus taktil tidak seirama seirama
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : trakelal
b. Cor : Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan, bekas luka.
Palpasi : ictus cordis : ICS V midclavicle sinistra
Perkusi : suara pekak
Auskultasi : S1, S2 tunggal
5. Abdomen
Inspeksi : Warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, tidak terdapat lesi
atau namun terdapat splenomegali pada abdomen kuadran III
Palpasi : Tidak terdapat asites, terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Bunyi timpani dan redup pada kuadran III
Auskultasi : Peristaltic usus 12x/mnt
6. Genetalia : Keadaan bersih, tidak terdapat inflamasi.
7. Rectum :Terdapat hemoroid grade II
8. Ektremitas : 4 4
4 4
1. Tidak ada gerakan
2. Gerakan pasien terbatas dan hanya bisa melakukan gerakan kontraksi seperti
menggerakan jari
3. Gerakan pasien hanya dapat mengeser tangan ke kanan da ke kiri, namun tidak
dapat melakukan gerakan grafitasi
4. Pasien hanya dapat melakukan gerakan grafitasi
5. Pasien dapat melakukan gerakan grafitasi namun bila diberikan tekanan
kekuatan pasien terasa lemah
6. Kekuatan pasien sama dengan kekuatan pemeriksa
C. Pemeriksaan Laboratorium
Hematokrit L 35 % 36-47% N
Netrofil 67,50 % 50 – 70 N
Limfosit L 36,17 % 22 – 40 N
D. Terapi Medis
E. Analisa data
2. DS :
DO :
3. DS :
DO :
4. DS :
DO :
5. DS :
DO :
F. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d dehidrasi
2. Nyeri b.d agen pencidera biologis
3. Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4. Gangguan Mobilitas Fisik b.d intoleransi aktivitas
5. Resiko Infeksi b.d gangguan integritas fisik
G. Intervensi Keperawatan
Batasan karateristik :
Gangguan sikap
berjalan
Penurunan
keterampilan motoric
halus
Penurunan
keterampilan motoric
kasar
Penurunan rentang
gerak
Ketidaknyamanan
Melakukan aktivitas
lain sebagai pengganti
pergerakan
Gerakan lambat
Gerakan spestik
Gerakan tidak
terkoordinasi
4. Intoleransi aktivitas
berhubugan dengan
ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Batasan karateristik :
Respons tekanan
darah abnormal
Respons frekuensi
jantung abnormal
terhadap aktivitas
Perubahan
elektrokardiogram
(EKG)
Ketidakseimbanga
setelah beraktivitas
Dispnea setelah
beraktivitas
Keletihan
Kelemahan umum
Faktor resiko:
Gangguan peristalsis
Gangguan integritas
kulit
Vakniasi tidak
adekuat
Kurang pengetahuan
untuk menghindari
pemajanan pathogen
Malnutrisi
Obesitas
Merokok
Stasis cairan tubuh
Populasi berisiko:
Terpajang pada
wabah
Kondisi terkait :
Perubahan pH sekresi
Penyakit kronis
Penurunan kerja
siliaris
Penurunan
hemoglobin
Imunosupresi
Prosedur invasive
Leukopenia
Pecah ketuban dini
Pecah ketuban lambat
Supresi respons
inflamasi
H. Implementasi Keperawan
I. Evaluasi