Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWARAN

MENINGITIS

DI SUSUN OLEH

1. RISKA MOKOAGOW
2. INDAH
3. RANI ANTONI
4. NANA MOKOGINTA

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


INSTITUS KESEHATAN DAN TEKNOLOGI KESEHATAN GRAHA
MEDIKA KOTA KOTAMIBAGU

2021
KATA PENGATAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga pada kesempatan kali ini kami dapat menyusun Asuhan
Keperawatan tentang MENINGITIS. Asuhan keperawatan ini disusun berdasarkan
pengumpulan dari berbagai sumber buku dan beberapa sumber media sosial.

Kami menyadari bahwa penyusunan Asuhan keperawatan ini sangat jauh dari kata
sempurna, masih banyak kelemahan dan kekurangan. Setiap saran, kritik, dan komentar yang
bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk meningkatkan kualitas dan
menyempurnakan tugas penyusunan Asuhan keperawatan selanjutnya.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………….


KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………………………………………………...
B. Rumusan masalah………………………………………………………….
C. Tujuan ……………………………………………………………………..

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Meningitis ……………………………………………………..
B. Penyebab Meningitis ………………………………………………………
C. Tanda Dan Gejala Meningitis ……………………………………………..
D. Patofisiologi meningitis …………………………………………………...
E. Phatway Meningitis ……………………………………………………….
F. Komplikasi meningitis …………………………………………………….
G. Pengobatan Meningitis……………………………………………………..
H. Pencegahan Meningitis……………………………………………………
I. Pemeriksaan Laboratorium ………………………………………………

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian ………………………………………………………………….
B. Diagnosa ……………………………………………………………………
C. Intervensi ……………………………………………………………….......

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………....
B. Saran ………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi meningococcus dapat terjadi secara endemikmaupun epidemik. Secara
klinis keduanya tidak dapat dibedakan, tetapi serogroupdari strain yang terlibat berbeda.
Kasus endemik pada negara-negara berkembangdisebabkan oleh strain serogroup B yang
biasanya menyerang usia dibawah 5 tahun, kebanyakan kasus terjadi pada usia antara 6
bulan dan 2 tahun. Kasusepidemik disebabkan oleh strain serogroup A dan C, yang
mempunyai kecendrunganuntuk menyerang usia yang lebih tua.Lebih dari setengah kasus
meningococcus terjadi pada umurantara 1dan 10 tahun. Penyakit inirelatif jarang
didapatkan pada bayi usia ≤ 3 bulan. Kurang dari 10% terjadi pada pasien usia lebih dari
45 tahun. DiAS dan Finland, hampir 55% kasus pada usia dibawah 3 tahun selama
keadaannonepidemik, sedangkan di Zaria, Negeria insiden tertinggi terjadi pada
pasienusia 5 sampai 9 tahun.
Keadaan geografis dan populasi tertentu merupakanpredisposisi untuk terjadinya
penyakit epidemik. Kelembaban yang rendah dapatmerubahbarier mukosa nasofaring,
sehingga merupakan predisposisi untukterjadinya infeksi. Meningococcal epidemik di
daerah Sao Paulo dari 1971 sampai1974 dimulai pada bulan Mei dan Juni, yang
merupakan peralihan dari musim hujanke musim panas. African outbreaks terjadi selama
musim panas dari bulanDesember hingga juni. Di daerahSub-saharan Meningitis Belt
(Upper volta, Dahomey, Ghana dan Mali di barat, hinggaNiger, Nigeria, Chad, Sudan di
timur) di mulai pada musism panas/winter dry season(November-Desember),mencapai
puncaknya pada akhir April-awal Mei, saat angingurun Harmattan berkepanjangan dan
tingginya suhu udara sepanjang hari; diakhiri secara mendadak dengan dimulainya
musim penghujan. Walaupun terpaparnya populasi yang rentan terhadap strain baru yang
virulen mungkin merupakan penyebab epidemik, beberapa faktor lain termasuk
lingkungan yang padat penduduk, adanya kuman saluran nafas pathogen lain, hygiene
yang rendah danlingkungan yang buruk merupakan pencetus untuk terjadinya infeksi
epidemik. InfeksiN. meningitidis semata-mata hanya mengenai manusia. Telah terbukti
bahwa tidakdidapatkan adanya host antara, reservoar atau transmisi dari hewan ke
manusiapada infeksi M. meningitidis. Nasofarings merupakan reservoar alami bagi
meningococcus,transmisi dari kuman tersebut terjadi lewat saluran pernafasan
(airbonedroplets), serta kontak seperti dalam keluarga atau situasi recruit training.
Pada suatu studi yang dilakukan oleh Artenstein dkk, didapatkan bahwa sebagian
besar partikel dari droplet salurannafas mengandung meningococcus. Meningococcus
bisa didapatkan pada kultur darinasofaring dari manusia sehat, keadaan ini disebut
carrier. Hal tersebut dapatmeningeal tergantung kepada kemampuan dari kapsel
polisakarida untuk menghambataktivitas sistim komplemen bakterisidal yang klasik dan
menginhibisiphagositosis neutrophil. Aktivasi dari sistim komplemen merupakan hal
yangsangat penting dalam mekanisme pertahanan terhadap infeksi N. meningitidis.Pasien
dengandefisiensi dari komponen terminalkomponen (C5, C6, C7, C8 dan mungkin C9)
merupakan resiko tinggi untukterinfeksi Neisseria (termasuk N.Meningitidis).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Meningitis?
2. Apa Penyebab dari Meningitis ?
3. Bagaimana Tanda Dan Gejala dari Meningitis?
4. Bagaimana Patofisiologi dari meningitis ?
5. Bagaimana phatway dari Meningitis ?
6. Apa Komplikasi dari meningitis ?
7. Bagaimana Pengobatan dari Meningitis?
8. Bagaimana Pencegahan dari Meningitis?
9. Bagaimana Pemeriksaan Laboratorium ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Meningitis
2. Untuk mengetahui penyebab dari Meningitis
3. Untuk mengetahui Tanda Dan Gejala dari Meningitis
4. Untuk mengetahui Patofisiologi dari meningitis
5. Untuk mengetahui phatway dari Meningitis
6. Untuk mengetahui Komplikasi dari meningitis
7. Untuk mengetahui Pengobatan dari Meningitis
8. Untuk mengetahui Pencegahan dari Meningitis
9. Untuk mengetahui Pemeriksaan Laboratorium
BAB III

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan
piameter dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan serebrospinal
(CSS). Peradangan yang terjadi pada Meningitis yaitu membran atau selaput yang
melapisi otak dan medula spinalis, dapat disebkan berbagai organisme seperti virus,
bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam
cairan otak (Wordpress. 2009)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau
selaput yang melpaisi otak dan medula spinalis, dapat disebabkan oleh berbagai
organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan
berpindah kedalam cairan otak (Black & Hawk.2005)
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula spinalis.
Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti
Sinusiotis, Otitis Media, Pneumonia, Edokarditis atau Osteomielitis. Meningitis bakterial
adalah inflamasi arakhnoid dan piameter yang mengenai CSS, Meningeotis juga bisa
disebut Leptomeningitis adalah infeksi selaput arakhnoid dan CSS di dala ruangan
subarakhnoid (Lippincott Williams & Wilkins.2012)

B. Anatomi Fisiologi Organ Terkait


Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf
yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan serebrospinal. Meningea terdiri
dari tiga lapis yaitu:
1. Lapisan luar (Durameter)
Merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus otak, sumsum tulang
belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah. Durameter terbagi lagi atas
durameter bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak (periosteum) dan
durameter bagian dalam (meningeal) meliputi permukaan tengkorak untuk
membentuk falks serebrum, tentorium serebelum dan diafragma sella.
2. Lapisan tengah (Arakhnoid)
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang memisahkan durameter
dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan otak yang
meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan arakhnoid
disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai getah
bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang
menghubungkan sistem otak dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan
serebrospinal.
3. Lapisan Dalam (Piameter)
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah kecil
yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini melekat
erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan diantara
arakhnoid dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang, ruangan ini
berisi sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum
tulang belakang.
C. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Sementara meningitis bakteri lebih
berbahaya.
1. Meningitis Bakteri
Saat ini ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkan meningitis. Beberapa di
antaranya:
a. Bakteri Meningokokus atau Meningococcal bakteri. Ada beberapa jenis bakteri
meningococcal disebut grup A, B, C, W135, Y dan Z. Saat ini sudah ada
vaksin yang tersedia untuk perlindungan terhadap grup C meningococcal
bakteri
b. Streptococcus pneumoniae bakteri atau pneumokokus bakteri ini cenderung
mempengaruhi bayi dan anak-anak dan orang tua karena sistem kekebalan
tubuh mereka lebih lemah dari kelompok usia lainnya.
c. Mereka yang memiliki CSF shunt atau memiliki cacat dural mungkin bisa
terkena meningitis yang disebabkan oleh Staphylococcus
d. Pasien yang memiliki tulang belakang prosedur (misalnya tulang belakang
anaesthetia) beresiko meningitis yang disebabkan oleh Pseudomonas spp.
e. Sifilis dan tuberkulosis menuju meningitis serta jamur meningitis langka
penyebab tetapi terlihat dalam individu positif HIV dan orang-orang dengan
kekebalan yang ditekan.

Menurut kelompok usia, beberapa bakteri kemungkinan penyebab meningitis meliputi:

a. Dalam baru-borns - pneumokokus bakteri atau group B streptokokus, Listeria


monocytogenes, Escherichia coli
b. Bayi dan anak-anak - H. influenzae tipe b, pada anak-anak kurang dari 4
tahun dan menjadi unvaccinated menimbulkan risiko meningitis karena
Meningokokus, Streptococcus radang paru-paru
c. Anak-anak dan orang dewasa : S. pneumoniae, H. influenzae tipe b, N.
meningitidis, gram negatif Basil, staphylococci, streptokokus dan L.
monocytogenes.
d. Orang tua dan orang-orang dengan kekebalan ditekan : S. pneumoniae, L.
monocytogenes, tuberculosis (TB), organisme gram-negatif
e. Setelah cedera kepala atau infeksi yang diperoleh setelah tinggal di rumah
sakit atau prosedur. Termasuk infeksi dengan Kleibsiella pneumoniae, E.coli,
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus

2. Transmisi Infeksi
Meningococcal bakteri yang menyebabkan meningitis tersebar yang biasanya
melalui kontak dekat yang berkepanjangan. Penyebaran dimungkinkan karena pasien
berada dekat dari orang yang terinfeksi melalui bersin, batuk, berbagi barang-barang
pribadi seperti, sikat gigi, sendok garpu, peralatan dll. Bakteri pneumokokus juga
tersebar oleh kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, batuk, bersin dll. Namun,
dalam kebanyakan kasus hal ini hanya menyebabkan infeksi ringan, seperti infeksi
telinga tengah (otitis media). Orang-orang dengan sistem kekebalan rendah yang
dapat mengembangkan infeksi lebih parah seperti meningitis.
3. Meningitis virus penyebab
Ada beberapa virus yang dapat menyebabkan meningitis. Vaksinasi terhadap
banyak virus ini telah menyebabkan penurunan kejadian beberapa kasus meningitis.
Contoh campak, gondok dan Rubela (MMR) . Vaksinisasi tersedia bagi anak dengan
kekebalan rendah terhadap gondok, yang dulunya merupakan penyebab utama dari
virus meningitis pada anak-anak
Virus yang dapat menyebabkan meningitis meliputi:
a. virus herpes simpleks-ini dapat menyebabkan genital herpes
b. enteroviruses-virus flu perut - ini telah menyebabkan polio di masa lalu juga
bertanggung jawab atas
c. Gondok
d. Echovirus
e. Coxsackie
f. Virus herpes zoster
g. Campak
h. Arbovirus
i. Influenza
j. HIV
k. Virus West Nile

4. Trasmisi HIV
Infeksi virus meningitis dapat menyebar oleh kontak dekat dengan orang terinfeksi
dan yang terkena ketika orang bersin dan batuk. Mencuci tangan setelah
terkontaminasi dengan virus-misalnya, setelah menyentuh permukaan atau objek
yang memiliki virus di atasnya dapat mencegah penyebaran.
5. Penyebab lain dari meningitis
a. Meningitis jamur-disebabkan oleh Cryptococcus, Histoplasma dan Coccidioides
spesies dan melihat pada pasien AIDS
b. Parasit yang menyebabkan meningitis-termasuk contoh meningitis eosinophilic
yang disebabkan oleh angiostrongyliasis
c. Organisme lainnya seperti tuberkulosis atipikal, sifilis, penyakit Lyme,
leptospirosis, listeriosis dan brucellosis, penyakit Kawasaki dan Mollaret's
meningitis
d. Mungkin ada tidak ada infeksi dan peradangan hanya meninges menuju bebas-
infektif meningitis. Hal ini disebabkan oleh tumor, leukemia, limfoma, obat dan
bahan kimia yang diberikan spinally atau epidurally selama anestesi atau
prosedur, penyakit seperti Sarkoidosis, sistemik lupus eritematosus dan penyakit
dll.
D. Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ atau
jaringan tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke
selaput otak, misalnya pada penyakit faringitis, tonsilitis, pneuminoa, bronchopneumonia
dan endokarditis. Penyebaran bakteri atau virus dapat pula secara perkontinuitatum dari
peradangan organ atau jaringan yang ada didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis
media, mastoiditis, trombosis sinus kavernosus dan sinusitis. Penyebaran bisa juga terjadi
akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-
kuman kedalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan arkhnoid,
CSS (cairan serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami
hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit
polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam
beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel
plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan. Bagian luar mengandung
leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan dilapisan dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron.
Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrono-purulen menyebabkan
kelainan kraniales. Pada meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal
tampak jernih dibandingkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri.

E. Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara lain
a. Trombosis vena cerbral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan.
b. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan diruangan subdural karena
adanya infeksi karena kuman.
c. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang
disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
d. Ensefalitis, yaitu radang pada otak
e. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah diotak.
f. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infrak otak karena adanya
infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan otak.
g. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran pendengaran.
F. Pathway

bakteri, virus, jamur

Hematogen secara langsung trauma peradangan

Infeksi

peradangan meningen, lapisan korteks, sub arachnoid


MK :
- Hipertemi
eksudat meningkat trombosit

hidrosefaulus/odema otak peningkatan tik penurunan aliran

MK : sakit kepala, kelemahan


-Perubahan perfusi mual, muntah Hipoksemia & hipoksia
serebral
MK: Nyeri
Depresi sum-sum tulang Metabolisme Infrak jaringan
anaerob otak

eritosit leukosit peningkatan as. lakat MK:


- Perubahan perfusi
Anemia pertahanan tubuh Pompa Na/K terganggu serebral
- Gangguan mobilitas
O2 edema serebra fisik
MK: Resiko infeksi

Dispena Vaso dilatasi serebral

Peningkatan TIK
MK: Inteloransi
aktivitas
MK: Perubahan
perfusi serebral
G. Menifesatasi Klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot
– otot ekstensor tenkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus. Yaitu tengkuk kaku dalam sikap
kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. tanda
kernig dan brudzinsky positif . Gejala meningitis di akibatkan dari infeksi dan
peningkatan TIK
1. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala di hubungkan
dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam
umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
2. Perubahan pada tinkat kesadaran dihubunkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan
gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit individu terhadap proses
fisiologik. Manifestasi prilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat
terjadi letargik, tidak response, dan koma.
3. Iritasi meningen negakibatkan sejumlah tanda yang mudah di kenali yang umumnya
terlihat pada semua tipe meningitis.
4. Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot otot leher .fleksi paksaan menyebabkan
nyeri berat.
5. Tanda kerning positif : ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi
kea rah abdomen , kaki tidak dapat di ekstensikn sempurna.
6. Tanda brudzinski: bila leher difleksikan, maka di hasilkan fleksi lutut dan pinggul; bila di
lakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang
sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
7. Demikian pula alas an yang tidak di ketahui, pasien iini mengeluh mengalami fotofobia
atau sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.
8. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi terjadi
sekunder akibat area vocal kortikal yang peka. Tanda tanda peningkatan TIK sekunder
akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda
tanda vital(melebarnya tekanan pulse dan bradikardia),pernafasan tidak teratur, sakit
kepal muntah, dan penrunan tingkat kesadaran.
9. Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang menyolok pada meningitis meningokokal
(Neisseria meningitis). Sekitar dari semua pasien dengan tipe meningitis
mengembangkan lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam petekie dengan lesi purpura asmpai
ekimosis pada daerah yang luas.
10. Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% dengan meningitis meningiokokkus, dengan
tanda tanda septicemia; demam tinggi yang tiba tiba muncul, lesi purpura ynag
menyebar(sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan tanda tanda koagulopati intravaskuler
diseminata (KID).kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan
infeksi.
11. Organisme penyebab infeksi selalu dapat di identifikasi melalui biakan kuman ada
cairan serebrosinal dan darah.counter immuno electrooesis (CIE) digunakan secara luas
untuk mendeteksi antigen bakteri ada cairan tubuh, umumnya cairan serebrosnal dan
urine.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a. Pemeriksaan kaku kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif atau negatif bila didapatkan kekakuan dan
tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu
tidak dapat disentuhkan kedada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi
dan rotasi kepala
b. Pemeriksaan tanda kerning
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa
rasa nyeri. Tanda kernig positif atau negatif bila ekstensi sendi lutut tidak
mencapai sudut 135 ( kaki tidak dapat diekstensi sempurna) disertai spasme otot
pada biasanya diikuti rasa nyeri.
c. Pemeriksaan tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksaan meleteakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepada
dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda brudzinski I positif atau negatif
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher
d. Pemeriksaan tanda Brudzinski II (Brudzinski kontra lateral tungkai)
Pasien terbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul
(seperti pada pemeriksaan kernig). Tanda brudzinski II positif atau negatif bila
pada pemeriksaa terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral.

2. Pemeriksaan Penunjang Meningitis


a) Pemeriksaan cairan serebrospinalis
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, mengitis, dibagi menjadi dua
golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
1. Pada meningitis purulenta, diagnosa diperkuat dengan hasil positif pemeriksaan
sediaan langsung dengan mikroskop dan hasil biakan. Pada pemeriksaan diperoleh
hasil cairan serebrospinal yang keruh karena mengandung pus (nanah) yang
merupakan campuran leukosit yang hidup dan mati, serta jaringan yang mati dan
bakteri.
2. Pada meningitis serosa, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih
meskipun mengandung sel dan jumlah protein yang meninggi.

3. Pemeriksaan darah
Dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, laju endap darah
(LED), kadar glukosa ,kadar ureum,elektrolit, dan kultur.
a. Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
b. Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu, pada
meningitis tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
BAB III

ASUHAN

KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A. M
Umur : 21
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirasuasta
Alamat : Tabang
Diangnosa : Meningitis

2. Identitas Penanggug Jawab


Nama : Ny. B. P
Umur : 35
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan :Wirasuasta
Hubungan dengan klien : Ibu kandung

3. Keluhan Utama : Pasien masuk dengan mengatakan merasa nyeri dibagian


kepala
4. Riwayat Kesehatan sekarang : Klien mengatakan bahwa sudah satu minggu
mengalami nyeri dibagian kepala, selain itu juga terasa kaku dibagian leher klien.
Klien juga sudah demam selama satu minggu. Sebelumnya klien sudah minum
obat untuk menurunkan demamnya tapi demamnya tidak mau turun. Suhu klien
saat diperiksa 38.90C. Ibu klien juga mengatakan bahwa klien sering mengeluh
sulit tidur karena nyeri yang sering iya rasakan. Ibu klien mengatakan bahwa
dibagian leher kiri klien terdapat benjolan yang sudah lama (± 1 bulan) awalnya
klien merasa biasa saja dengan benjolanya. Namun lama kelamaan klien merasa
rishi dengan benjolanya. Dari hari ke hari benjolan tersebut semakin membesar.
Ukuran benjolan ± 4 cm, akhirnya klien dibawa ke rumah sakit untuk melakuan
pemeriksaan. klien masuk di bangsal melati dan mendapat terapi RL 500 ml
(20tpm)
5. Riwayat Kesehatan dahulu : Ibu klien mengatakan bahwa sewaktu berumur 19
tahun, klien pernah mengalami herpes zoster selama satu minggu, dan sempat
dirawat di rumah sakit, Namun penyakitnya sudah sembuh
6. Riwayat Kesehatan keluarga : Ibu klien mengatakan tidak ada yang mengalami
hal seperti Tn A.M

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umun
Kesadaran : Apatis
GCS : E:3 V:5 M:6
Vital Sign TD : 150/80 mmHg
Nadi : Frekuensi : 60 x/mnt
Irama : Reguler
Kekuatan : lemah
Respirasi :Frekuensi : 28 x/mnt
Irama : Irreguler
Suhu : 38,90C
2. Kepala
Kulit kepala : Bentuk kepala mesosepalus, terdapat pembengkakan di daerah
parietal
Rambut : Warna rambut hitam merata, rambut sedikit rontok
Muka : Bentuknya simetris, tidak ada kelainan bentuk wajah.
Mata : Konjungtiva anemis, sclera normal, pupil isokor, palpebra normal
Hidung : Bentuk simetris, tidak ada septum deviasi, tidak terdapat
polipnnn Keadaan hidung bersih
Mulut : Keadaan mulut bersih, tidak ada karies gigi ataupun gigi yang
tanggal
Telinga : Simetris, tidak ada serumen dan luka
3. Leher : Bentuk tidak bentuk tidak simetris krena terdapat pembesaran
kelenjar limfe bagian dextra
4. Dada : bentuk simetris, tidak terdapat pembesaran liver atau
splenomegali
a. Pulmo : Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan ataupun bekas luka.
Palpasi : fremitus taktil tidak seirama seirama
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : trakelal
b. Cor : Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan, bekas luka.
Palpasi : ictus cordis : ICS V midclavicle sinistra
Perkusi : suara pekak
Auskultasi : S1, S2 tunggal
5. Abdomen
Inspeksi : Warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, tidak terdapat lesi
atau namun terdapat splenomegali pada abdomen kuadran III
Palpasi : Tidak terdapat asites, terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Bunyi timpani dan redup pada kuadran III
Auskultasi : Peristaltic usus 12x/mnt
6. Genetalia : Keadaan bersih, tidak terdapat inflamasi.
7. Rectum :Terdapat hemoroid grade II
8. Ektremitas : 4 4
4 4
1. Tidak ada gerakan
2. Gerakan pasien terbatas dan hanya bisa melakukan gerakan kontraksi seperti
menggerakan jari
3. Gerakan pasien hanya dapat mengeser tangan ke kanan da ke kiri, namun tidak
dapat melakukan gerakan grafitasi
4. Pasien hanya dapat melakukan gerakan grafitasi
5. Pasien dapat melakukan gerakan grafitasi namun bila diberikan tekanan
kekuatan pasien terasa lemah
6. Kekuatan pasien sama dengan kekuatan pemeriksa
C. Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi Hasil

Haemoglobin P 9 g/gL g/dL 12-16 TN

Leukosit H 13,5 103/ul 4-10/ul TN

Hematokrit L 35 % 36-47% N

Eritrosit 4,5 106/ul 4,40 – 5, 90 N

Trombosit H 15 103/ul 150 – 400 TN

Eusinofil 250 % 1–4 N

Basofil 0,30 % 0–1 N

Netrofil 67,50 % 50 – 70 N

Limfosit L 36,17 % 22 – 40 N

Monosit H 10,90 % 4–8 N

Ureum 17 Mg/dl 10-50 N

Kreatinin L 0,70 Mg/dl 0,6-1,10 N

SGOT 45 u/L 0-50 N

SGPT 27 u/L 0-50 N

HbsAg Rapid Non Reaktif Non reaktif

D. Terapi Medis

Jenis Obat Nama Obat Dosis Implikasi


Keperawatan
Cairan IV Ringer Laktat 500 ml/inj Tarapi untuk
mengatasi dehidrsi
cairan tubuh
Dexametason 40 mg Membantu
mengurangi rasa
gatal diakibatkan
oleh berbagai
kondisi alergi pada
kulit dan mukosa
Diazepam 0,2-0,5 Obat untuk
mgkgBB/dosis mengurangi kejang-
kejang
Oksigen 5 liter (canul nasal) Untuk mengurangi
hipoksia
Parasetamol 10 mg/kgBB/dosis Terapi untuk
menurunkan demam
Amfisilin 150-200 Antibiotik
mg/kgBB/24 jam
Ibuprofen 400 mg/6 j Mengurangi rasa
nyeri atau kram
akibat menstruasi

E. Analisa data

No Data Fokus Etiologi Masalah


1. DS :
DO :

2. DS :
DO :

3. DS :
DO :

4. DS :
DO :

5. DS :
DO :

F. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d dehidrasi
2. Nyeri b.d agen pencidera biologis
3. Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4. Gangguan Mobilitas Fisik b.d intoleransi aktivitas
5. Resiko Infeksi b.d gangguan integritas fisik
G. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


o Keperawatan (NOC)
(NIC)
1. Hipertermi berhubungan  Respiratory status :  Pastikan
dengan dehidrasi ventilation kepatenan
 Respiratory status : jalan nafas
Batasan karateristik : Airway patency  Monitor tanda-
 Gelisah tanda vital
 Apnea Kriteria Hasil :  Hentikan
 Kulit kemerahan  Mencari informasi aktivitas visik
 Hipotensi terkait hipertermia  jauhkan pasien
 Mengidentifikasi dari sumber
Faktor yang berhubungan : tanda dan gejala panas,
 Aktivitas Berlebihan hipertermia pindahkan ke
 Dehidrasi  Memonitor lingkungan
 Pakaian yang tidak lingkungan terkait yang lebih
sesuai peningkatan suhu dingin
tubuh  Longgarkan
Kondisi terkait :  Memakai payakan atau lepaskan
 Peningkatan lanju yang sesuai untuk pakaian
metamolisme melindungi kulit  Basahi
 Iskemia permukaan
 Agens fermaseutika tubuh dan
 Penurunan perspirasi kipasi pasien
 Berikan
metode
pendinginan
eksternal (mis.
kompres
dingin pada
leher,
abdomen, kulit
kepala, ketiak,
dam
selangkangan,
selimuti
dingin) sesuai
kenutuhan
 Berikan obat
anti menggigil
sesuai
kebutuhan
 Pasang kateter
urine
 Monitor suhu
tubuh
menggunakan
alat yang
sesuai (mis.
pemeriksaan
rektal atau
esophagus)
 Lakukan
pemeriksaan
laboratorium
serum
elektrolit,
utinalisis,
enzim
jantung ,
enzim hati dan
hitung darag
lengkap dan
monitor
hasilnya
 Monitor output
urin
 Monitor AGD
 Monitor
hipoglikemi
 Monitor hasil
EKG
 Monitor
adanya
komplikasi
(mis.
gangguan
ginjal,
ketidakseimba
ngan asam
basa, edema
serebral, dan
sindrom
disfungsi
multiple
organ)
2. Nyeri berhubungan dengan  Lakukan
agen pencidera biologis Kriteria Hasil : pengkajian
 Mengenali kapan nyeri
Batasan karateristik nyeri terjadi komprehensif
 Perubahan selera  Mengambarkan yang meliput
makan faktor penyebab lokasi,
 Perubahan pada  Mengambarkan karateristik,
parameter fisiologis faktor yang onset/durasi,
 Bukti nyeri dengan berkontraksi pada frekuensi dan
menggunakan standar nyeri kualitas,
daftar pustaka nyeri  Mengambarkan intensitas serta
untuk pasen yang nyeri apa yang
tidak dapat mengurangi
mengungkapkannya nyeri dan
 Sikap melindungi are faktor yang
nyeri memicu
 identifikasi
Faktor yang berhubungan : intensitas nyeri
 Agen cedera kimiawi selama
 Agen cedera biologis pergerakan
 Agen cedera fisik misalnya
aktivitas yang
diperlukan
untuk
pemulihan
 Monitor nyeri
menggunakan
alat pengukur
yang valid dan
reliable sesuai
usia dan
kemampuan
berkomunikasi
 Yakinkan
bahwa pasien
menerima
perawatan
analgesic yang
tepat sebelum
nyeri menjadi
lebih parah
atau sebelum
aktivitas yang
akan memicu
nyeri
 Monitor status
sadari dan
pernapasan
sebelum
memberikan
opioid dan
interval teratur
saat opioid
diberikan
 Berikan
analgesic
sekitar 24-48
jam setelah
pembedahan,
trauma atau
cedera kecuali
jika status
sedasi atau
pernapasan
menunjukkan
kebalikannya
 Beritahukan
dokter jika
tindakan
control nyeri
tidak berhasil
 Sediakan
informasi
akurat pada
keluarga dan
pasien
mengenai
pengalaman
nyeri pasien
3. Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan Kriteria Hasil :
intoleransi aktivitas

Batasan karateristik :
 Gangguan sikap
berjalan
 Penurunan
keterampilan motoric
halus
 Penurunan
keterampilan motoric
kasar
 Penurunan rentang
gerak
 Ketidaknyamanan
 Melakukan aktivitas
lain sebagai pengganti
pergerakan
 Gerakan lambat
 Gerakan spestik
 Gerakan tidak
terkoordinasi

4. Intoleransi aktivitas
berhubugan dengan
ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen

Batasan karateristik :
 Respons tekanan
darah abnormal
 Respons frekuensi
jantung abnormal
terhadap aktivitas
 Perubahan
elektrokardiogram
(EKG)
 Ketidakseimbanga
setelah beraktivitas
 Dispnea setelah
beraktivitas
 Keletihan
 Kelemahan umum

Faktor yang berhubungan :


 Ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
 Imobilitas
 Tidak pengalaman
dengan suatu aktivitas
 Fisik tidak buger
 Gaya hidup kurnag
gerak
Populasi berisiko :
 Riwayat intoleransi
aktivitas sebelumnnya
Kondisi terkait :
 Masalah sirkulasi
 Gangguan pernapasan

5. Resiko infeksi berhubungan


dengan gangguan integritas
kulit

Faktor resiko:
 Gangguan peristalsis
 Gangguan integritas
kulit
 Vakniasi tidak
adekuat
 Kurang pengetahuan
untuk menghindari
pemajanan pathogen
 Malnutrisi
 Obesitas
 Merokok
 Stasis cairan tubuh

Populasi berisiko:
 Terpajang pada
wabah
Kondisi terkait :
 Perubahan pH sekresi
 Penyakit kronis
 Penurunan kerja
siliaris
 Penurunan
hemoglobin
 Imunosupresi
 Prosedur invasive
 Leukopenia
 Pecah ketuban dini
 Pecah ketuban lambat
 Supresi respons
inflamasi

H. Implementasi Keperawan
I. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai