MENINGITIS
Anggota-anggota Kelompok:
Johannes, Claudya Maria Theresia
Kapahang, Melda Meilyn
Londa, Meilita
SECTION C
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
perlindungan-Nya saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tidak
lupa juga saya berterima kasih kepada Ibu Nova Gerungan selaku dosen mata kuliah
keperawatan anak 1 atas bimbingannya.
Makalah tentang Meningitis ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan anak 1. Meningitis adalah suatu penyakit yang belum diketahui banyak orang
dan dari makalah ini kami berharap orang yang membacanya bisa mendapat ilmu.
Makalah ini telah disusun sedemikian rupa sehingga dapat mudah dipahami oleh
pembaca. Dan kami berharap makalah ini mudah untuk dipahami pembaca. Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, bilamana ada beberapa
kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan kami untuk meminta maaf. Kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
SAMPUL.............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Meningitis
B. Etiologi Meningitis
C. Manifestasi Klinis Meningitis
D. Patofisiologi Meningitis
E. Tatalaksana Meningitis
F. Cara Pencegahan Meningitis
BAB III NCP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningitis bakterial adalah infeksi meningen oleh bakteri yang dapat menyebar ke
parenkim, ventrikel, dan sepanjang sumsum tulang belakang. Infeksi sistem saraf
adalah salah satunya yaitu meningitis bakterial akut yang adalah satu masalah
disebabkan oleh bakteri yang salah satu penyebabkan inflamasi yang terjadi tidak
hanya diotak tetapi juga akan menyebar pada parenkim otak (meningo-ensefalitis)
(Finlandia, Bleanda, dan Amerika) adalah 0.7-0.9 per 100.000 jiwa tiap tahunnya
dalam 10-20 tahun belakangan ini. Negara-negara afrika memiliki insidensi sebesar
10-40 per 100.000 jiwa tiap tahunnya (Brouwer & van de Beek, 2018). Pada negara-
100.000 jiwa dengan insidensi tertinggi ada di negara Thailand, dan terendah di
Amerika) adalah 0.7-0.9 per 100.000 jiwa tiap tahunnya dalam 10-20 tahun
belakangan ini. Negara-negara afrika memiliki insidensi sebesar 10-40 per 100.000
jiwa tiap tahunnya (Brouwer & van de Beek, 2018). Pada negara-negara di Asia
Tenggara, insidensi meningitis bakterial rentang 18.3-24.6 per 100.000 jiwa dengan
insidensi tertinggi ada di negara Thailand, dan terendah di India. Pada negara
Sebelumnya Haemophilus influenza tipe B (HiB) menjadi etiologi yang paling umum
4
dijalankannya program imunisasi HiB, angka meningitis bakterial akibat
penyabab umum pada neonatus, ibu hamil, dan orang dengan usia > 60 tahun.
kurun waktu 24 jam pada pasien yang dicurigai walaupun diagnosis belum tegak
prognosis yang buruk (Beek et al., 2016). Dexamethasone telah terbukti memberikan
prognosis yang lebih baik serta meningkatkan angka keselamatan pada kasus
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Meningitis adalah suatu penyakit infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih
ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial (Ratniasih, 2017).
Meningitis merupakan masalah yang serius sehingga dibutuhkan cara yang akurat dan
B. Etiologi
Cairan tubuh steril yang terinfeksi dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas
yang berat sehingga membutuhkan penanganan yang tepat sesuai dengan etiologi dari
jaringan otak disebut ensefalitis dan apabila mengenai jaringan otak dan meningens
Terdapat beberapa etiologi untuk meningitis seperti bakteri, virus atau jamur
diperkirakan 3-5 per 100.000 orang setiap tahunnya dan hampir setengah meninggal
Haemophilus influenzae type b (Hib) dulu merupakan salah satu penyebab tersering
dari meningitis bakteri, tetapi vaksin konjugat untuk Hib merubah profil epidemiologi
semakin membaik. Di antara 10-20% pasien yang tidak meninggal akan menderita
6
komplikasi permanen, seperti kehilangan pendengaran, disabilitas dalam belajar,
Ensefalitis akut diasosiasikan dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, 3,5 sampai 7,4
kasus dilaporkan per 100.000 orang setiap tahunnya. Virus dianggap sebagai etiologi
terpenting dalam kasus akut ensefalitis, tetapi bakteri, parasit, toksin dan autoimun
juga dianggap sebagai etiologi yang penting. Beberapa virus neurotropik berperan
sebagai etiologi ensefalitis viral akut dan prevalensi tersering sangat tergantung pada
letak geografis. Studi California Encephalitis Project menemukan bahwa virus herpes
ensefalitis akut terbanyak dengan 31-45% pasien menderita ensefalitis akut akibat
JEV.
walaupun patogen lain dapat terlibat, seperti bakteri, parasit dan autoimun.
(M. tuberculosis) dan merupakan manifestasi tersering dari TB pada sistem saraf
pusat yang diasosiasikan dengan sekuele neurologis dan mortalitas yang tinggi bila
C. Manifestasi Klinis
● Malaise
● Demam
● Menggigil
7
● Sakit kepala
● Sensitivitas cahaya
● Kejang
D. Patofisiologi
Meningitis terjadi akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh yang
lain. Virus atau bekteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya
organisme melalui sel darah merah pasa blood brain barrier. Penyebaran organisme
bisa terjadi akibat prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan
sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tengkorak yang dapat
Fluid) dan dunia luar. Penumpukan pada CSF akan bertambah mengganggu aliran
CSF di sekitar otak dan medulla spinalis. Mikroorganisme masuk ke susunan saraf
8
seperti pada via, arachoid, CSF dan ventrikel. Efek peradangan yang di sebabkan oleh
sehingga terjadi peningkatan suhu oleh hipotalamus yang menyebabkan suhu tubuh
E. Tatalaksana
berdasarkan patogen ada dalam tubuh seseorang serat juga harus berdasarkan
adalah Sefotaksim, dengan dosis 200 mg/kg/hari dalam 4 dosis, Seftriakson dengan
dosis 100 mg/kg/hari dalam 2 dosis, Meropenem dengan dosis 120 mg/kg/hari dalam
3 dosis, Ampisilin dengan dosis 300 mg/kg/hari dalam 6 dosis, Gentamisin dengan
dosis 7,5 mg/kg/hari dalam 3 dosis, Amikasin dengan dosis 15 mg/kg/hari dalam 3
Sefotaksim dengan dosis 200 mg/kg/hari dalam 4 dosis, Seftriakson 100 mg/kg/hari
dalam 1-2 dosis, Kloramfenikol 100 mg/kg/hari dalam 4 dosis, Ampisilin 300
mg/kg/hari dalam 6 dosis. Patogen Listeria monocytogenes, anti biotik yang dapat
diberikan adalah Ampisilin dengan dosis 300 mg/kg/hari dalam 6 dosis, Getamisin
dengan dosis 7,5 mg/kg/hari dalam 3 dosis, TMP-SMX dengan dosis 20 mg/kg/hari
F. Cara Pencegahan
Lebih baik mencegah dari pada menggobati, adalah benar jikalau seseorang ingin
tetap memiliki tubuh yang sehat. Pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya
9
Meminimalisir penyakit meningitis perlu adanya vaksin atau imunisasi. Caksinasi
yang dapat diberikan ialah vaksin meningitis meningococcus ACYW-135. Dan untuk
orang yang terkena secara oral setelah didiagnosa 24 jam, dapat diberi antibiotik
b) Mencuci tangan
Pastikan kita mencuci tangan dengan memakai sabun dan air yang bersih sebelum
makan dan setelah ke toilet dan mencuci tangan setelah memenggang hewan
Makanan yang sehat, seimbang, serta bergizi yang mengandung gizi esensial seperti
vitamin, mineral, karbohidrat, protein, lemak,kalsium, serat dan air akan dapat
memperkuat daya tahan tubuh atau imunitas seseorang juga bisa membentengi tubuh
Stamina atau daya tahan tubuh juga bisa terjaga dengan baik apabila seseorang
menyisikan waktunya untuk berolaraga dengan teratur, bukan hanya sehat fisik akan
tetapi juga psikis karna dengan olaraga atau menggerakkan tubuh secara teratur akan
meningkatkan sirkulasi darah dan sistem saraf juga akan seimbang (Ufiyah Ramlah,
2021).
10
BAB III
Kasus
An.M perempuan berusia 7 tahun datang ke IGD RS Sentra Medika dengan keluhan demam
selama 3 hari, kejang seluruh tubuh sejak 6 jam sebelum masuk, frekuensi 1 kali, lamanya 10
menit dan mengalami penurunan kesadaran setelah kejang. An.M di rawat di ruang Akut
Data subjektif: ayah mengatakan anak demam, batuk berdahak, refleks batuk lemah, batuk
berdahak tidak mampu bicara dan hanya mengerang, , refleks batuk lemah dan tampak sesak.
Data objektif: GCS 9 (E4V2M3), badan teraba panas T 37,8oC, TD 110/70 mmHg, HR 87x/i,
P 30x/i, Hb 10,7 gr/dl, ada tarikan dinding dada, auskultasi terdengar bronkial dan ronkhi.
11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Adityoputri, C. (2022). Diagnosis Dan Tatalaksana Meningitis Bakterial Pada Anak. 10(7).
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/download/83/65
Rustika, R., Puspasari, H. W., & Kusnali, A. (2018). Analisis Kebijakan Pelayanan Vaksinasi
60–70. https://doi.org/10.22435/hsr.v21i1.96
Ufiyah Ramlah. (2021). Gangguan Kesehatan Pada Anak Usia Dini Akibat Kekurangan Gizi
Dan Upaya Pencegahannya. Ana’ Bulava: Jurnal Pendidikan Anak, 2(2), 12–25.
https://doi.org/10.24239/abulava.vol2.iss2.40
Gilbert, S.O, Albertus, B.R, Ervina, K, Jeremiah, S, Monica C, & Andry, J. (2021). Infeksi
Susunan Saraf Pusat Pada Anak: Sebuah Studi Potong Lintang Deskriptif Selama Lima
Desti, F, & Iqbal, G. (2021). Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Meningitis Menggunakan
13
14