Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian Perawat Profesional

Volume 2 Nomor 3, Agustus 2020


e-ISSN 2715-6885; p-ISSN 2714-9757
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP

TERAPI PADA MENINGITIS BAKTERIAL


Eka Gunadi
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Jl. Prof. DR. Ir. Sumatri Brojonegoro No.1, Gedong Meneng,
Kec. Rajabasa, Kota Bandarlampung, Lampung, Indonesia 35145
*eka.gunadi1@gmail.com (+6281366201616)

ABSTRAK
Meningitis bakterial adalah infeksi oleh bakteri pada meninges yang dapat menyebar hingga
parenkim, ventrikel, dan sepanjang tulang belakang. Tujuan literature review ini adalah untuk
membahas tentang penanganan yang tepat pada kasus meningitis bakterial. Sumber yang
digunakan meliputi 14 artikel yang didapat dengan melakukan literature searching di PubMed
NCBI dan Google Scholar, 4 buku, dan 1 tesis yang ada dalam rentang publikasi tahun 2009-
2020. Literature searching dilakukan dengan menggunakan kata kunci bacterial meningitis,
epidemiology, dan therapy. Sumber bacaan yang digunakan kemudian dianalisis dengan metode
systematic literature review yang meliputi aktivitas pengumpulan, evaluasi, dan pengembangan
penelitian dengan fokus tertentu. Literature review dari sumber bacaan terpilih menunjukkan
bahwa pasien dengan meningitis harus diperlakukan secara hati-hati karena kemungkinannya
untuk menyebarkan patogen via droplet dan ketidakstabilan sistem pernapasan atau sirkulasinya.
Adminisrasi antibiotik secara empiris harus dilakukan dalam kurun waktu 24 jam. Pemberian
dexamethasone juga dapat memberikan keuntungan pada beberapa kasus. Pada kasus meningitis
pneumokokkal, tatalaksana harus meliputi menemukan sumber infeksi meninges dan
penanganannya.

Kata kunci: bacterial meningitis; epidemiology; therapy

MANAGEMENT OF BACTERIAL MENINGITIS

ABSTRACT
Bacterial meningitis is infection of meninges by bacteria which may spread to parenchym,
ventricles, and along the spinal cord. The purpose of this literature review is to explain how to
treat patients with meningitis bacterial. The references which are used in this review are 14
journal articles which were fetched from PubMed NCBI and Google Scholar by doing a
literature searching , 4 books, and 1 thesis which all are published in range of 2009-2020.
Keywords which were used in this literature searching were bacterial meningitis, epidemiology,
and therapy. The references are further analzyed with systematic literature review which
include activities such as collecting, evaluating, and the development of research with certain
focus. The chosed articles shows that patient with meningitis bacterial should be treated
carefully as he can spread pathogens via droplet and have his circulation and airway disrupted.
Emphirical antibiotic must be administrated in 24 hours. Dexamethasone prescripton may be
beneficial in some cases. In case of pneumococcal meningitis, management must include the
seek for the source of infection and eradication of infection.

Keywords: bacterial meningitis; epidemiology; therapy

PENDAHULUAN secara cepat dan efisien (Roos & Tyler,


Infeksi sistem saraf seperti meningitis 2017). Meningitis bakterial adalah infeksi
bakterial akut merupakan masalah serius meninges oleh bakteri yang
yang harus diidentifikasi dan ditangani menyebabkan inflamasi. Inflamasi yang

337
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 337 – 344
Global Health Science Group

terjadi tidak terbatas pada otak saja, Staphylococcus aureus dan


namun dapat meluas ke parenkim otak staphylokokus koagulase negatif
(meningo-ensefalitis), ventrikel menjadi penyebab utama meningitis
(ventrikulitis), hingga ke sepanjang yang terjadi akibat prosedur invasif
tulang belakang (Hoffman & Weber, neurosurgikal.
2009; Runde & Hafner, 2019).
Penyebab lainnya pada kasus meningitis
Insidensi meningitis bakterial di negara- bakterial ialah Listeria monocytogenes
negara Barat (Finlandia, Bleanda, dan sebagai penyabab umum pada
Amerika) adalah 0.7-0.9 per 100.000 neonatus, ibu hamil, dan orang dengan
jiwa tiap tahunnya dalam 10-20 tahun usia > 60 tahun. Mycobacterium
belakangan ini. Negara-negara afrika tuberculosis dan Treponema pallidum
memiliki insidensi sebesar 10-40 per menjadi penyebab meningitis bakterial
100.000 jiwa tiap tahunnya (Brouwer & subakut (Castellazzi, Marchisio, &
van de Beek, 2018). Pada negara-negara Bosis, 2018; Roos & Tyler, 2017)
di Asia Tenggara, insidensi meningitis
bakterial rentang 18.3-24.6 per 100.000 Administrasi antibiotik secara empiris
jiwa dengan insidensi tertinggi ada di harus dilakukan dalam kurun waktu 24
negara Thailand, dan terendah di India jam pada pasien yang dicurigai
(Maimaiti et al., 2012). walaupun diagnosis belum tegak karena
keterlambatan pemberian antibiotik
Meningitis bakterial dapat berakibat fatal berhubungan erat dengan kematian dan
pada 50% pasien saat tidak ditangani. prognosis yang buruk (Beek et al.,
Bahkan dengan diagnosis dini dan 2016).
ditangani dengan penanganan yang tepat
8-15% pasien meninggal dalam kurun Dexamethasone telah terbukti
waktu 24-48 jam setelah onset timbulnya memberikan prognosis yang lebih baik
gejala. Sebanyak 10-20% pasien yang serta meningkatkan angka keselamatan
selamat akan rentan mengalami pada kasus meningitis pneumococcal
kerusakan otak, gangguan belajar, dan dan non-pneumococcal (Bijlsma, 2016).
gangguan pendengaran (World Health Studi lain menunjukkan bahwa
Organization, 2017). administrasi obat ini berhubungan
dengan penurunan angka kehilangan
Pada negara berkembang, Neisseria pendengaran dan sequale neurologik.
meningitidis (~25%) dan Streptococcus Namun studi ini menyatakan bahwa
pneumoniae (~50%) menjadi etiologi pemberian dexamethasone tidak
yang paling umum sebagai penyebab mempengaruhi angka mortalitas
meningitis bakterial. Sebelumnya (Brouwer, McIntyre, Prasad, & van de
Haemophilus influenza tipe B (HiB) Beek, 2013).
menjadi etiologi yang paling umum
yang mencapai 48% sebagai penyebab Defisit neurologik fokal sering terjadi
meningitis bakterial. Namun setelah pada meningitis akibat infark serebral
dijalankannya program imunisasi HiB, dan pembentukan empyema subdural.
angka meningitis bakterial akibat Defisit neurologik akibat empyema
Haemophilus influenza menurun secara subdural memerlukan evakuasi
dramatis sampai hanya mencapai 7% neurosurgikal dan perpanjangan
(Brouwer, Tunkel, & van de Beek, administrasi antibiotik. Gangguan
2010; Roos & Tyler, 2017). pendengaran, kejang, hidrosepalus,

338
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 337 – 344
Global Health Science Group

gangguan kognitif, dan gangguan therapy. Sumber bacaan yang digunakan


pengelihatan juga menjadi kelainan kemudian dianalisis dengam metode
akibat meningitis yang harus systemic literature review yang meliputi
diperhatikan dalam terapi komprehensif aktivitas pengumpula, evaluasi, dan
(Lucas, Brouwer, & van de Beek, 2016). pengembangan penelitian dengan fokus
Tujuan ditulisnya artikel ini adalah tertentu.
untuk mengetahui terapi yang tepat pada
kasus meningitis bakterial dengan
metode literature review. HASIL
Pasien yang tiba di rumah sakit dengan
METODE suspek meningitis harus segera diisolasi
Judul Penulisan artkel ini dilakukan dan diperiksa jalan napas dan sirkulasi
dengan menggunakan literature review. darahnya. Pengambilan darah dilakukan
Penulisan ini menggunakan sebanyak 14 untuk memulai kultur darah. Sebelum
artikel dari jurnal internasional, 4 buku, melakukan lumbal puncture, lakukan
dan 1 tesis yang dipublikasikan dalam pemeriksaan CT scan dan segera terapi
rentang tahun 2009-2020 sebagai sumber dengan dexamethasone dan antibiotik
referensi. Referensi yang digunakan secara empiris. Setelah hasil lumbal
didapatkan dengan melakukan literature puncture didapatkan, lanjutkan terapi
searching dari database NCBI dan sesuai dengan patogen yang ditemukan
Google Scholar dengan kata kunci (Young & Thomas, 2018).
meningitis bacterial, epidemiology, dan

Gambar 1. Alur penatalaksanaan pasien (Young & Thomas, 2018)

339
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 337 – 344
Global Health Science Group

Pasien suspek meningitis harus segera yang dipilih sebagai regimen terapi
mendapatkan terapi antibiotik secara diadministrasikan secara
empiris. Rekomendasi antibiotik intravena. Dosis yang tertulis berlaku
didasar-kan atas faktor epidemiologik, pada pasien tanpa gangguan ginjal dan
sensitivitas S. pneumoniae terhadap hati (Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser,
penicillin, dan keadaan penyerta & Longo, 2018).
individu (Beek et al., 2016). antibiotik

Tabel 1.
Hasil Pewarnaan Gram dan Terapi (Griffiths, McGill, & Solomon, 2018)
Kelompok Terapi Standar
Pasien S. pneumoniae S. pneumoniae Dosis
kurang sensitif sensitif
terhadap terhadap
penicillin penicillin
Neonatus < 1 Amoxicillin/ampi Usia <1 minggu: cefotaxime 50
bulan cillin + mg/kg q8h; ampicillin/amoxicillin 50
cefotaxime atau mg/kg q8h; Usia 1–4 minggu:
amoxicillin/ampic ampicillin 50 mg/kg q6h; cefotaxime
illin + an 50mg/kg q6–8h; gentamicin 2.5
aminoglycoside mg/kg q8h; tobramycin 2.5 mg/kg
q8h; amikacin 10 mg/kg q8h
Usia 1 bulan – Cefotaxime atau Cefotaxime Vancomycin 10–15 mg/kg q6h
18 tahun ceftriaxone + atau diberikan hingga konsentrasi pada
vancomycin atau ceftriaxone serum 15–20 μg/mL; rifampicin 10
rifampicin mg/kg q12h up to 600 mg/day;
cefotaxime 75 mg/kg q6–8h;
ceftriaxone 50 mg/kg q12h (dosis
maksimal 2 g q12h)
Usia > 18 tahun Cefotaxime atau Cefotaxime Ceftriaxone 2 g q12h atau 4 g q24h;
dan < 50 tahun ceftriaxone + atau cefotaxime 2 g q4–6 h; vancomycin
vancomycin atau ceftriaxone 10–20 mg/kg q8–12h hingga
rifampicin konsentrasi pada serum 15–20
μg/mL; rifampicin 300 mg q12h
>50 tahun atau Cefotaxime atau Cefotaxime Ceftriaxone 2 g q12h atau 4 g q24h;
Usia > 18 tahun ceftriaxone + atau cefotaxime 2 g q4–6h; vancomycin
dan < 50 tahun vancomycin atau ceftriaxone + 10–20 mg/kg q8–12h hingga
+ resiko L. rifampicin + amoxicillin/am konsentrasi pada serum 15–20
monocytogenes amoxicillin/ampic picillin/ μg/mL; rifampicin 300 mg q12h,
illin/penicillin G penicillin G amoxicillin atau ampicillin 2 g q4h
Usia 1 bulan – Cefotaxime atau Cefotaxime Vancomycin 10–15 mg/kg q6h
18 tahun ceftriaxone + atau diberikan hingga konsentrasi pada
vancomycin atau ceftriaxone serum 15–20 μg/mL; rifampicin 10
rifampicin mg/kg q12h up to 600 mg/day;
cefotaxime 75 mg/kg q6–8h;
ceftriaxone 50 mg/kg q12h (dosis
maksimal 2 g q12h)

340
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 337 – 344
Global Health Science Group

Tabel 2.
Hasil Pewarnaan Gram dan organisme sugestif (Griffiths et al., 2018)
Hasil pewarnaan Gram Organiesme (sugestif)
Gram positif diplokokkus S. pneumoniae
Gram negatif diplokokkus N. meningitidis
Gram positif basil L. monocytogenes
Gram negatif batang Enterobacteriae

Selama terapi secara empiris, Tomography (CT) kepala karena adanya


pewarnaan Gram dilakukan untuk kontroversi yang menyebutkan bahwa
membantu mengetahui patogen aspirasi cairan serebrospinal dapat
penyabab meningitis. Pemeriksaan menginduksi herniasi otak dan kematian
Polymerase Chain Reaction (PCR) pada pasien dengan peningkatan
dapat dilakukan untuk mengetahui lebih tekanan intrakranial. Sehingga
spesifik bakteri yang menginfeksi pengobatan secara empiris dan terapi
dengan analisis DNA. Terapi steroid supportif diberikan pada pasien dengan
dengan dexametasone 10 mg intravena curiga peningkatan tekanan intrakranial
q6h secara luas diberikan kepada pasien atau herniasi otak. Aspirasi cairan
meski keuntungannya tidak dengan jelas serebrospinal juga tidak boleh dilakukan
terbukti dan tidak berkhasiat secara pada pasien dengan gambaran CT scan
umum (Cornelis & Hachimi-Idrissi, normal, namun menampilkan gejala
2011; Griffiths et al., 2018). kejadian herniasi otak yang mendatang
(Hersi, Gonzalez, & Kondamudi, 2020).
PEMBAHASAN Setelah hasil CT scan ditemukan normal,
Pasien yang tiba di rumah sakit dengan maka segera lakukan lumbal puncture
suspek meningitis harus segera diisolasi dan lanjutkan terapi sesuai patogen yang
untuk mencegah penyebaran patogen telah teridentifikasi. Jika ditemukan
lewat droplet hingga pasien mendapat gambaran CT scan tidak normal, terapi
terapi antibiotik yang sesuai. Pastikan secara empiris terlebih dahulu dan
pasien tidak mengalami gangguan jalan lakukan lumbal hati dengan lebih hati-
napas atau sirkulasi (misal karena hati. Terapi lebih sesuai patogen yang
terjadi sepsis). Sebelum dilakukan ditemukan (Young & Thomas, 2018).
pungsi lumbal, ketahui apakah pasien
memiliki indikasi dilakukan CT scan Terapi antibiotik secara empirik
terlebih dahulu (Young & Thomas, dilakukan dengan mulai memberikan
2018). ceftriaxon 2 g IV q12h (atau cefotaxime
2 g IV 6qh) jika pasien terduga
Berdasarkan guideline European terinfeksi organisme yang tidak resisten
Congress of Clinical Microbiology and terhadap cephalosporin generasi ketiga
Infectious Disease (ESCMID), indikasi (Beek et al., 2016; Griffiths et al., 2018).
untuk dilakukannya CT scan terdiri atas
: keadaan immunokompromais berat, Pewarnaan Gram dilakukan untuk
adanya kejang onset baru, GCS < 10, mengetahui jenis bakteri yang
dan adanya defisit fokal neurologi menginfeksi pasien. Jika ditemukan
(kecuali palsi nervus kranial) (Beek et bakteri Gram positif diplokokkus dan
al., 2016). Aspirasi cairan serebrospinal curiga terjadi resistensi penisilin pada
tidak boleh dilakukan sebelum daerah terkait, tambahkan vancomycin
dilakukannya pemeriksaan Computed 15-20 mg/kg intravena q12h sebagai

341
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 337 – 344
Global Health Science Group

terapi. Rifampicin diberikan sebagai dengan ampicillin dan ceftazidime atau


alternatif untuk pasien dengan gagal meropenem dan vancomycin (Fauci et
ginjal. Terapi diberikan selama 14 hari. al., 2018).
Namun jika dalam 10 hari pasien sudah
pulih, terapi sudah bisa dihentikan. Pemberian dexamethasone secara rutin
Dalam kasus resistensi penicillin atau semakin banyak dilakukan oleh
cephalosporin, terapi tetap diberikan praktisi. Belum ada konfirmasi dari
selama 14 hari. Pasien dengan infeksi khasiat pemberian steroid pada infeksi
sugestif Enterobacteriaceae dan N. meningitidis dan H. influenzae
dicurigai adanya resistensi extended untuk meningitis bakterial. Hal ini
spectrum beta lactamase (ESBL) harus terjadi karena sedikitnya kasus yang
mengganti terapi dengan meropenem 2 g terjadi atau karena kurangnya populasi
intravena q8h dan diberikan selama 21 yang terlibat dalam penelitian terkait.
hari jika sudah terkonfirmasi dengan Keuntungan Pemberian steroid dapat
PCR (Griffiths et al., 2018). terlihat saat meningitis bakterial akibat
infeksi S. pneumoniae, pada pasien
Pasien yang diduga terinfeksi oleh L. dengan nilai Glasgow Coma Scale
monocytogenes karena memiliki faktor (GCS) 8-11, jumlah white blood cells
resiko berupa umur di bawah 50 tahun (WBC) yang rendah (<1000/mm3)
dengan diabetes, penggunaan obat pada analisis CSF, dan pada kelompok
immunosupresif, atau kanker atau anak-anak berupa penurunan angka
berumur lebih dari 50 tahun dianjurkan kerusakan kemampuan mendengar
untuk menambahkan amoxicillin atau akibat infeksi H. influenzae (Cornelis
ampicillin untuk mengeliminasi L. & Hachimi-Idrissi, 2011; Hersi et al.,
moncytogenes (Beek et al., 2016; 2020).
Koopmans et al., 2013). Sebuah studi
menunjukkan bahwa amoxicillin dosis Terapi seperti pemberian paracetamol
tinggi sebanyak 1 gram q8h dan dinilai dapat memberikan prognosis
gentamicin 1.7 (mg/kg) q8h merupakan yang lebih baik dengan mengurangi
regimen antibiotik terbaik untuk respon inflamasi dan demam.
meningitis pada pasien Pemberian terapi osmotik masih
immunokompromais (Talbot, Webster, memiliki bukti yang minim. Hal ini
Fisher, & Alexander, 2011). Pasien menyebabkan terapi ini tidak
dengan riwayat anaphylaxis terhadap direkomendasikan. Meski dampaknya
beta laktam dapat diberikan co- dapat terlihat pada kelompok anak-
trimoxazole 10-20 mg/kg yang dibagi anak. Terapi hipotermi tidak
dalam 4 dosis sebagai terapi alternatif L. direkomendasikan karena
monocytogenes. Antibiotik diberikan meningkatkan angka mortalitas pada
minimal 21 hari. pasien dengan meningitis bakterial
(Beek et al., 2016).
Infeksi oleh N. meningitidis yang
terkonfirmasi dengan PCR diterapi Meningitis karena penyakit
selama 5 hari (Griffiths et al., 2018). meningokokkal dapat menimbulkan
Pasien dengan meningitis dapatan dari purpura fulminan yang memerlukan
perawatan rumah sakit, setelah trauma, amputasi jaringan nekrosis dan
setelah neurosurgery, pada pasien rekonstruksi kulit. Penyebab suatu
neutropeni, dan gangguan imunitas yang meningitis (misal pada meningitis
diperantarai oleh sel dianjurkan diterapi pneumokokkal) harus ditemukan dan

342
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 337 – 344
Global Health Science Group

ditangani pula (Young & Thomas, Brouwer, M., & van de Beek, D.
2018). (2018). Epidemiology of
Community-acquired Bacterial
SIMPULAN Meningitis. Curr Opin Infect Dis,
Terapi meningitis harus diberikan 31(1), 78–84.
secepatnya. Pemberian antibiotik https://doi.org/10.1097/QCO.0000
memegang peran penting dalam 000000000417
penentuan prognosis. Pemberian
dexamethasone terbukti memberikan Castellazzi, M., Marchisio, P., & Bosis,
keuntungan pada beberapa kasus. S. (2018). Listeria
Selain pengobatan meningitis, Monocytogenes Meningitis in
investigasi dan penanganan sumber Immunocompetent and Healthy
infeksi mungkin diperlukan seperti Children : A Case Report and A
pada kasus meningitis pneumokokkal. Review of the Literature. Italian
Journal of Pediatrics, 44(1), 152.
DAFTAR PUSTAKA https://doi.org/10.1186/s13052-
Beek, D., Cabellos, C., Dzupova, O., 018-0595-5
Esposito, S., Klein, M., Kloek, A.,
Cornelis, A., & Hachimi-Idrissi, S.
Brouwer, M. (2016). ESCMID
(2011). The Use of
Guideline : Diagnosis and
Dexamethasone in Bacterial
Treatment of Acute Bacterial
Meningitis in Children and
Meningitis. Clin Microbiol Infect,
Adults: A Retrospective Analysis.
22(3), S37–S62.
ISRN Pediatrics, 2011(1), 1–7.
https://doi.org/10.1016/j.cmi.2016
https://doi.org/10.5402/2011/3802
.01.007
83
Bijlsma, M. (2016). Bacterial
Fauci, A., Braunwald, E., Kasper, D.,
Meningitis Epidemiology, Herd
Hauser, S., & Longo, D. (2018).
Protection, Clinical
Harrison’s Principles of Internal
Characteristics, and Risk
Medicine. New York: Mc Graw-
Assessment. University of
Hill Professional.
Amsterdam.
Griffiths, M., McGill, F., & Solomon,
Brouwer, M., McIntyre, P., Prasad, K.,
T. (2018). Management of Acute
& van de Beek, D. (2013).
Meningitis. Clinical Medicine
Corticosteroids for Acute
(London, England), 18(2), 164–
Bacterial Meningitis. Cochrane
169.
Database Syst Rev, 6(CD004405).
https://doi.org/10.7861/clinmedici
https://doi.org/10.1002/14651858.
ne.18-2-164
CD004405.pub4.
Hersi, K., Gonzalez, F., & Kondamudi,
Brouwer, M., Tunkel, A., & van de
N. (2020). Meningitis. Finlandia:
Beek, D. (2010). Epidemiology,
StatPearls Publishing.
Diagnosis, and Antbimicrobial
Treatment of Actute Bacterial Hoffman, O., & Weber, R. (2009).
Meningitis. Clinical Microbiology Pathophysiology and Treatment of
Reviews, 23(3), 467–492. Bacterial Meningitis. Therapeutic
https://doi.org/10.1128/CMR.000 Advances in Neurological
70-09 Disorders, 2(6), 1–7.

343
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 337 – 344
Global Health Science Group

https://doi.org/10.1177/17562856 Sheet. In WHO. Retrieved from


09337975 http://www.who.int/mediacentre/f
actsheets/fs141/en/
Koopmans, M., Brouwer, M., Bijlsma,
M., Bovenkerk, S., Keijzers, W., Young, N., & Thomas, M. (2018).
Ende, A., & Beek, D. (2013). Meningitis in Adults: Diagnosis
Listeria Monocytogenes Sequence and Management. Internal
Type 6 and Increased Rate of Medicine Journal, 48(11), 1294–
Unfavorable Outcome in 1307.
Meningitis : Epidemiologic https://doi.org/10.1111/imj.14102
Cohort Study. Clinical Infectious
Disease, 57(2), 247–253.
https://doi.org/10.1093/cid/cit250
Lucas, M., Brouwer, M., & van de
Beek, D. (2016). Neurological
Sequale of Bacterial meningitis.
Journal of Infection, 73(1), 18–27.
https://doi.org/10.1016/j.jinf.2016.
04.009
Maimaiti, N., Md Isa, Z., Rahimi, A.,
Kouadio, I., Ghazi, H., & Aljunid,
S. (2012). Incidence of Bacterial
Meningitis in South East Asia
Region. MC Public Health,
12(Suppl 2), A30.
https://doi.org/10.1186/1471-
2458-12-S2-A30
Roos, K., & Tyler, K. (2017).
Harrison’s Neurology in Clinical
Medicine (4th Editio). USA:
McGraw-Hill.
Runde, T., & Hafner, J. (2019).
Meningitis, Bacterial. Finlandia:
StatPearls Publishing.
Talbot, B., Webster, D., Fisher, M., &
Alexander, E. (2011). High-dose
Amoxicillin Should be Included in
the Empirical Treatment of
Suspected Meningitis in Patients
at Risk of HIV Infection.
https://doi.org/10.1136/bcr.04.201
1.4057
World Health Organization. (2017).
Meningococal Meningitis: Fact

344

Anda mungkin juga menyukai