HAEMOPHILUS INFLUENZAE
Oleh:
Noventri Andika
NIM. 2230912310092
Pembimbing:
BANJARMASIN
November, 2023
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
2.1 Definisi........................................................................................ 4
2.2 Epidemiologi............................................................................... 5
2.4 Patogenesis.................................................................................. 10
2.5 Diagnosis..................................................................................... 12
2.6 Tatalaksana.................................................................................. 21
2.7 Komplikasi.................................................................................. 26
2.8 Prognosis..................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 29
ii
Universitas Lambung Mangkurat
BAB I
PENDAHULUAN
dan menjaga hidrasi otak serta sumsum tulang belakang. Meningitis bakterial
adalah peradangan pada selaput meningen yang disebabkan oleh infeksi bakteri
bakterial akut adalah infeksi bakteri di sistem saraf pusat (SSP) yang paling sering
ditemukan. Penyakit ini adalah penyakit yang sangat mematikan, terutama pada
neonatus (usia kurang dari satu bulan) dan bayi (usia kurang dari satu tahun).
kasus yang tinggi mencapai 30% [1-5], dimana 50% pengidap yang bertahan
pada usia pasien, kondisi pasien, dan organisme yang menginfeksi pasien.
sebanyak 5-10 kasus per 100.000 orang, yaitu sekitar 15.000-25.000 kasus per
meningitis pada neonatus dan anak masih tinggi yaitu sekitar 1,8 juta pertahun.2
1
Universitas Lambung Mangkurat
2
insiden tertinggi pada usia kurang dari 1 tahun sekitar 40 per 100.000 orang.
2000 dan 2001 yaitu sebesar 1.937 dan 1.667 kasus kematian dengan 9,4 kasus
morbiditas yang tinggi pada anak yaitu sebesar 25-50% (mortalitas) dan 25-45%
Pada anak, gejala meningitis bakterial yang didapatkan lebih bersifat non
spesifik atau umum daripada orang dewasa. Manifestasi klinis yang sering
ditemukan pada anak adalah demam, kaku kuduk, dan gangguan kesadaran.
Gejala non spesifik juga dapat terjadi karena penyakit yang menyertai anak. 3,13
Penyakit yang biasa menyertai anak pada meningitis bakterial seperti pneumonia,
Adapun riwayat imunisasi Hib adalah salah satu faktor risiko meningitis
bakterial. Dari penelitian yang dilakukan oleh Putri AK pada tahun 2018
meningitis. Komplikasi yang terjadi dipengaruhi oleh usia anak, kondisi anak saat
datang ke rumah sakit, adanya penyakit penyerta, dan jenis bakteri penyebab
infeksi. Dalam kondisi akut dapat terjadi syok, gagal nafas, peningkatan tekanan
karena itu, penting bagi tenaga kesehatan untuk mengetahui dan mengenal ciri
meningitis bakterial agar dapat menghindari dampak buruk yang disebabkan asma
adalah apa itu meningitis bakterial, penegakan diagnosis meningitis bakterial, dan
cara membedakan antara meningitis TB, meningitis viral, meningitis fungal, serta
A. Teori
B. Praktik
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Meningitis adalah suatu penyakit infeksi cairan otak disertai inflamasi yang
mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat
yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis di bagian
superfisial yang dapat disebabkan karena infeksi bakteri, virus, maupun parasit.
Peradangan ini ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal
oleh infeksi bakteri yang paling sering dari spesies Haemophilus influenzae,
meningitidis. Pada jenis ini, meningitis disebabkan oleh infeksi bakteri dari
meningitis (BM) dikatakan berasal dari komunitas jika pasien tidak memiliki
riwayat operasi atau rawat inap selama 54 hari sebelumnya sementara itu
2.2 Epidemiologi
bakterial sekitar 2-6 kasus per 100.000 populasi per tahunnya dengan puncak
(Meisadona et al., 2015). Pada kelompok anak-anak mencapai 400 kasus per
bakterial yang paling umum pada orang dewasa dan anak-anak adalah
100.000 populasi pada tahun 1986 menjadi 0,2 kasus per 100.000 populasi pada
tahun 1995 (Nudelman & Tunkel, 2009). Pada populasi yang tidak divaksinasi,
tahun pertama kehidupan dengan angka kematian yang masih tinggi yaitu
tepat. Angka tersebut dapat lebih tinggi pada negara dimana akses ke pelayanan
kesehatan terbatas10
meningitis termasuk bakteri, virus, jamur, dan parasit yang lebih jarang. Faktor
insufisiensi adrenal, fibrosis kistik), usia yang ekstrim (neonatus atau lansia),
dan Splenektomi.
2.4 Patogenesis
tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput
pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea
Penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF di sekitar
otak dan medulla spinalis. Mikroorganisme masuk ke susunan saraf pusat melalui
via, arachnoid, CSF, dan ventrikel. Efek peradangan yang di sebabkan oleh
2.5 Diagnosis
demam, nyeri kepala, dan kaku kuduk. Penurunan kesadaran juga dapat terjadi
a. Anamnesis
yaitu demam, nyeri kepala, dan kaku kuduk. Keluhan ini akan terjadi beberapa
jam sampai 2 hari setelah onset. Keluhan lain yang dapat timbul pada pasien
Pada tahap awal meningitis, pasien bisa datang hanya dengan keluhan seperti flu.
Hal ini terkadang sulit dibedakan dengan diagnosis banding seperti infeksi saluran
Pasien dengan meningitis bakteri dapat memiliki riwayat otitis media, sinusitis,
Keluhan sistemik yang dapat timbul dengan kecurigaan meningitis virus adalah
Sekitar 30-40% pasien anak maupun dewasa dapat mengalami kejang pada
meningitis bakteri tingkat lanjut. Pada bayi, keluhan dapat berupa bayi menjadi
Pasien lansia terutama dengan riwayat komorbid diabetes, gangguan ginjal atau
Selain menanyakan gejala, dokter perlu menanyakan apakah ada anggota keluarga
akan virus endemik yang dapat menyebabkan meningitis. Tanyakan pula riwayat
Pemeriksaan Fisik
infeksi lokal berupa otitis, sinusitis, atau pneumonia. Pada pemeriksaan tanda vital
Pada pemeriksaan kesadaran dapat ditemui penurunan status mental atau GCS
kurang dari 14. Pada bayi dapat ditemukan adanya bulging fontanelle, high-pitch
yang sedang berbaring dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Apabila terdapat
tahanan dan dagu tidak mencapai dada dikatakan kaku kuduk positif yang
fleksi pada kedua tungkai, jika terdapat fleksi maka dinyatakan pemeriksaan
Brudzinski I positif.[3,8]
Pemeriksaan Laseque dilakukan dengan pasien berbaring lurus dan ekstensi pada
kedua tungkai. Pemeriksaan dikatakan positif apabila timbul tahanan atau rasa
Pemeriksaan Kernig dilakukan ketika pasien berbaring lurus dan dilakukan fleksi
paha pada sendi panggul sampai membuat sudut 90 derajat, setelah itu tungkai
Sekitar 10-20% pasien dapat ditemui adanya abnormalitas neurologis fokal berupa
abnormalitas nervus kranial (III, IV, VI, dan VII). Dapat ditemukan adanya papil
intrakranial.[3,8]
yang sering dipakai, yaitu dexametason dengan dosis 0,15 mg/kgBB dan
2.7 Komplikasi
muncul
b. Abses pada meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui
Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga
d. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena
e. Epilepsi.
g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak
2.8 Prognosis
memiliki tingkat fatalitas tertinggi, yaitu 19-37%. Pada sekitar 30% pasien yang
dan defisit neurologik fokal lain. Individu yang memiliki faktor risiko prognosis
Gangguan fungsi kognitif terjadi pada sekitar 27% pasien yang mampu bertahan
dari MB.23
PENUTUP
angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Oleh karena itu, diagnosis dan terapi
Penegakan diagnosis dan penentuan terapi yang baik dapat memberi harapan
kualitas hidup yang baik bagi pasien. Saat ini sudah terdapat imunisasi untuk
29
Universitas Lambung Mangkurat
30
DAFTAR PUSTAKA
9. Sonko, A.M.; Dube, F.S.; Okoi, C.B.; Diop, A.; Thiongane, A.; Senghore, M.;
Ndow, P.; Worwui, A.; Faye, P.M.; Dieye, B.; et al. Changes in the Molecular
Epidemiology of Pediatric Bacterial Meningitis in Senegal after Pneumococcal
Conjugate Vaccine Introduction. Clin. Infect. Dis. 2019, 69, S156–S163.
10. Shieh, H.H.; Ragazzi, S.L.B.; Gilio, A.E. Risk factors for neurological
complications and sequelae in childhood acute bacterial
meningitis. J. Pediatr. 2012, 88, 184.
11. Thigpen, M.C.; Whitney, C.G.; Messonnier, N.E.; Zell, E.R.; Lynfield, R.;
Hadler, J.L.; Harrison, L.H.; Farley, M.M.; Reingold, A.;
12. Bennett, N.M.; et al. Bacterial Meningitis in the United States, 1998–2007. N.
Engl. J. Med. 2011, 364, 2016–2025.
14. Pelkonen, T.; Roine, I.; Monteiro, L.; Correia, M.; Pitkäranta, A.; Bernardino,
L.; Peltola, H. Risk Factors for Death and Severe Neurological Sequelae in
Childhood Bacterial Meningitis in Sub-Saharan Africa. Clin. Infect. Dis. 2009, 48,
1107–1110.
16. Namani, S.A.; Koci, B.M.; Milenkovi´c, Z.; Koci, R.; Qehaja-Buçaj, E.;
Ajazaj, L.; Mehmeti, M.; Ismaili-Jaha, V. Early neurologic complications and
long-term sequelae of childhood bacterial meningitis in a limited-resource country
(Kosovo). Child’s Nerv. Syst. 2012, 29, 275–280.
17. Namani, S.; Milenkovi´c, Z.; Koci, B. A prospective study of risk factors for
neurological complications in childhood bacterial
meningitis. J. Pediatr. 2013, 89, 256–262.
18. Ispahani, P.; Slack, R.C.B.; Donald, E.F.; Weston, V.C.; Rutter, N. Twenty
year surveillance of invasive pneumococcal disease in Nottingham: Serogroups
responsible and implications for immunisation. Arch. Dis. Child. 2004, 89, 757–
762.
21. Molyneux, E.M.; Walsh, A.L.; Forsyth, H.; Tembo, M.; Mwenechanya, J.;
Kayira, K.; Bwanaisa, L.; Njobvu, A.; Rogerson, S.; Malenga, G. Dexamethasone
treatment in childhood bacterial meningitis in Malawi: A randomised controlled
trial. Lancet 2002,360, 211–218.