Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Febri triansyah
2. Cindy septarini
3. Lela marlina
4. Ossy monalisa
5. Devita sari
6. Risa fitriani
7. Eliza sumantri
8. Purnama wulan sari
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas rahmat dan karunia Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul „„Asuhan Keperawatan Pada
Anak dengan Meningitis”
Penyusun mencoba untuk membuat makalah mengenai Asuhan Keperawatan Pada Anak
dengan Meningitis” untuk mengetahui lebih jauh mengenai penyakit ini dan bagaimana praktik
Asuhan Keperawatan yang harus di terapkan terhadap pasien dengan Meningitis
Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis memohon maaf pabila
banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dan berguna bagi yang membacanya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................4
B. TUJUAN.................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Konsep Dasar Penyakit..........................................................................................6
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan....................................................................12
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................................................14
A. Pengkajian.............................................................................................................14
B. Analisa Data..........................................................................................................17
C. Rencana Tindakan Keperawatan...........................................................................18
D. Tindakan Keperawatan.........................................................................................19
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................21
A. KESIMPULAN.....................................................................................................21
B. SARAN-SARAN..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit meningitis?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan anak dengan meningitis?
4
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Anak I pada semester
IV, dan di harapkan bagi mahasiswa agar mampu memahami tentang konsep dasar
penyakit persyarafan, meningitis pada anak dan dapat membuat asuhan keperawatan
anak dengan meningitis.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mengetahui dan mampu memahami konsep dasar penyakit
meningitis meliputi:
a. Definisi meningitis
b. Etiologi meningitis
c. Manifestasi klinis meningitis
d. Patofisiologi meningitis
e. Komplikasi meningitis
f. Penatalaksanaan pada meningitis
Mahasiswa mengetahui dan mampu membuat konsep asuhan keperawatan anak
dengan meningitis meliputi:
a. Pengkajian
b. Pemeriksaan penunjang
c. Diagnosa dan intervensi keperawata
d. n
5
BAB II
PEMBAHASAN
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur. (NANDA,
2012)
Meningitis merupakan keradangan pada daerah meningen, meningitis itu sendiri
terdiri atas meningitis tuberculosis, yang disebabkan oleh bakteri dan meningitis virus
atau disebut nonpurulen meningitis atau istilahnya disebut aseptic meningitis yang
disebabkan oleh virus. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006)
Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan sumsum
tulang belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, atau
jamur), tetapi juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia, perdarahan subarachnoid, kanker
dan kondisi lainnya. (WHO, 2014)
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh
salah satu dari mikroorganisme pneumokok, meningokok, stafilokok, streptokok,
hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter,
araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla
spinalis yang superfisial.
6
2. Klasifikasi
Meningitis purulenta ada yang disebabkan metastasis infeksi dari tempat lain
yang menyebar melalui darah. Penyebabnya ialah meningokok (Neisseria
meningitidisis), pneumokok (Diplococcus pneumoniae), haemophilus
influenzae.Ada pula yang timbul karena perjalanan radang langsung dari radang
tulang tengkorak, mastoiditis misalnya, dari tromboflebitis atau pada luka tembus
kepala.Penyebabnya ialah streptokok, stafilokok, kadang-kadang
pneumokok.Likuor serebrospinal keruh kekuning-kuningan karena mengandung
pus, nanah.Nanah ialah campuran leukosit hidup dan yang mati, jaringan yang mati
dan bakteri.
Pada permulaan gejala awal meningitis purulenta adalah panas, menggigil,
nyeri kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan,
kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12-24 jam tibul
gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan brudzinski.
Bila terjadi koma yang dalam, tanda-tanda selaput otak akan menghilang, penderita
takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah,
mudah terangsang dan menunjukkan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif
dan halusinasi. Pada keadaan koma yang berat dapat terjadi herniasi otak sehingga
terjadi dilatasi pupil dan koma.
b. Meningitis serosa
b. Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa
sembuh sendiri.Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal
(misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem
saraf pusat melalui sistem vaskuler.Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti: campak,
mumps, herpes simplek, dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu
metabolisme sel sehingga sel mengalami nekrosis.Jenis lainnya juga mengganggu
produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan
gangguan neurologic.
c. Faktor predisposisi
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara hematogen
sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC,
perikarditis, dll.
Pada meningitis bacterial, infeksi yang disebabkan oleh bakteri terdiri atas faktor
pencetus sebagai berikut diantaranya adalah :
Otitis media
Pneumonia
Sinusitis
Sickle cell anemia
Fraktur cranial, trauma otak
Operasi spinal
Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan
system kekebalan tubuh seperti AIDS.
b. Trauma kepala
Biasanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan
rhinorrhea
c. Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah,
operasi cranium.
5. Manifestasi Klinis
8
Neonatus : menolak untuk makan, reflex menghisap kurang, muntah atau diare,
tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah.
Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan
perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,
halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus.
Tanda kernig dan brudzinski positif, reflex fisiologis hiperaktif, ptechiae atau
pruritus (menunjukkan adanya infeksi meningococcal).
9
10
Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : demam, malas makan, muntah,
mudah terstimulasi, kejang, menangis dan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku
kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.
6. Patofisiologi
Patofisiologi meningitis menurut Suriadi & Riat ( 2010 ) efek peradangan akan
dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan intra kranial, Efek
patologi dari peradangan tersebut adalah Hiperemi pada meningen edema dan eduksi
melalui sel darah merah pada blood brain barrier masuknya dapat melalui trauma
penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf
pusat, otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan
dan menimbulkan respon peradangan pada via arachnoid CSF dan ventrikel, dari reaksi
radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel edema dan sakar
hidrosefalus. Meningitis bakteri netrofil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan
sel respon radang,eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang
subarachnoid penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF di
sekitar otak dan medulla spinalis Terjadinya vasodilastasi yang cepat dari pembuluh
darah dapat menimbulkan rupture menjadi infarct. Untuk meningitis virus sebagi akibat
dari penyakit virus seperti meales, mump, herpes simplek dan herpess zoster
pembentukan eksudat pada umumnya tidak terjadi dan tidak ada mikroorganisme pada
kultur CSF.
11
Bagan Patofisiologi
12
7. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain:
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena
adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan
lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.
b. Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis). Abses pada meningen
dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun
hematogen termasuk ke ventrikuler.9
c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi
Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga
memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla
spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di intrakranial.
d. Abses otak. Abses otak terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena
meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
e. Epilepsi
f. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang
sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai
tempat menyimpan memori.
g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak
tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan
untuk pengobatan.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Terapeutik
Isolasi
Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil
kultur, diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.
Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan
mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.
Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada bayi),
terapi heparin pada anak yang mengalami DIC,
Mengontrol kejang: pemberian terapi antiepilepsi
Mempertahankan ventilasi
Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
13
Penatalaksanaan syok bacterial
Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
Memperbaiki anemia
b. Penatalaksanaan Medis
Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
Steroid untuk mengatasi inflamasi
Antipiretik untuk mengatasi demam
Antikonvulsant untuk mencegah kejang
Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).
2. Pemeriksaan Penunjang
Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein,
cairan serebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK.
Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan
protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
Glukosa & dan LDH : meningkat.
14
LED/ESRD: meningkat.
CT Scan/MRI: melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom, hemoragik.
Rontgent kepala: mengindikasikan infeksi intrakranial.
Kultur Swab Hidung dan Tenggorokan
Kriteria hasil :
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Rasa sakit kepala berkurang
c. Kesadaran meningkat
d. Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat.
INTERVENSI RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan posisi Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat
tidur terlentang tanpa bantal meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak
Monitor tanda-tanda status Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjUt
neurologis dengan GCS.
Monitor tanda-tanda vital seperti Pada keadaan normal autoregulasi
TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik
hati-hati pada hipertensi sistolik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler
akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral
yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan
sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan
diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat
menggambarkan perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL
dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada
pasien yang tidak sadar, nausea yang menurunkan
intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan
muntah, batuk. Anjurkan pasien intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan
untuk mengeluarkan napas apabila napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat
bergerak atau berbalik di tempat melindungi diri dari efek valsava
tidur.
15
INTERVENSI RASIONALISASI
Pantau berat ringan nyeri yang Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakansehingga
dirasakan dengan menggunakan memudahkan pemberian intervensi
skala nyeri
Pantau saat muncul awitan nyeri Menghindari pencetus nyeri merupakan
salah satu metode distraksi yang efektif
Usahakan membuat lingkungan Menurukan reaksi terhadap rangsangan ekternal
yang aman dan tenang atau kesensitifan terhadap cahaya dan
menganjurkan pasien untuk beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh
dan kain dingin pada mata darah otak
Lakukan latihan gerak aktif atau Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang
pasif sesuai kondisi dengan dan dapat menurunkan rasa sakit / disconfort
lembut dan hati-hati
Kolaborasi Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit.
Catatan: Narkotika merupakan kontraindikasi
Berikan obat analgesic
karena berdampak pada status neurologis sehingga
sukar untuk dikaji.
16
3. Resiko cedera sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran
INTERVENSI RASIONALISASI
monitor kejang pada tangan, kaki, Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
mulut dan otot-otot muka lainnya memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman Melindungi pasien bila kejang terjadi
seperti batasan ranjang, papan
pengaman, dan alat suction selalu
berada dekat pasien.
Pertahankan bedrest total selama Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo,
fae akut sincope, dan ataksia terjadi
Kolaborasi Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
Berikan terapi sesuai advis dokter Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan
seperti; diazepam, phenobarbital, respiratorius depresi dan sedasi.
dll.
Kolaborasi dengan tim medis : Obat yang dipilih tergantung infeksi dan
pemberian antibiotic sensitifitas individu.
Catatan: obat cranial mungkin diindikasikan untuk
basillus gram negative, jamur, amoeba
INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji status mental dan tingkat Gangguan kesadaran dapat mempengaruhi rasa
ansietas dari pasien/keluarga takut tetapi tidak menyangkal keberadaannya.
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas data
a. Inisial nama : An “D”
b. Alamat : Jl. Benteng Kecamatan Tanjung Batu
c. TTL : Lahat, 10-12-1996
d. Agama : Islam
e. Usia : 10 tahun
f. Suku bangsa : Sunda
g. Nama ayah/Ibu : Tn. S
h. Pendidikan : SMP
i. Pekerjaan Ayah : Tani
j. Nama ibu : Ny. I
k. Pendidikan : SMP
l. Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
e. Riwayat sosial
21
1. Yang mengasuh : Orang tua
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Klien sangat akrab dengan orang tua
dan adiknya
3. Hubungan dengan teman sebaya : Klien sangat ramah dan baik dengan
teman – teman sebayanya
4. Pembawaan secara umum : Periang, peramah
5. Lingkungan rumah : Klien disenangi oleh keluarga dan
tetangga serta saudara
III.Kebutuhan dasar
a. Makanan yang disukai / tidak disukai : Coklat
Selera :-
Alat makan yang dipakai : NGT
Pola makan / jam : 6 kali sehari
c. Mandi : 2 x sehari
d. Aktivitas bermain : Klien sedang dalam perawatan
e. Eliminasi : Dibantu oleh keluarga
V. Pengkajian fisik
Data klinis :
GCS : M : 4, V : 2, E : 2, Suhu : 37.8oC, Nadi 140 x/mnt, teratur, Takanan darah : Lengan
kanan : 140/90 mmHg, lengan kiri : 140/90 mmHg, duduk : 140/90 mmHg, tidur 140/90
mmHg, TB 135 cm, BB 26 Kg, kesadaran : Samnolen
a. Kesan umum : Tampak sakit : Berat, pucat, sesak, kejang.
b. Kulit : Suhu : hangat
c. Kepala : Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut
22
d. Mata : jernih, pupil : isokor, positif, KI : negatif, konjungtiva : merah jambu
e. Telinga : Simetris, pendengaran : baik
f. Hidung : Simetris, epistaksis (-)
g. Mulut : Bibir : pucat
h. Tenggorokan : tidak ada benjolan
i. Leher : Simetris, tidak ada benjolan JVP
j. Dada : bentuk ; simetris, retraksi +
Paru – paru : RR : 34 x/mnt, pernafasan : normal, takipnea, auskultasi : irama :
teratur
k. Jantung : Infeksi : normal, palpasi : normal,perabaan ictus cordis normal HR : 134
x/mnt, auskultasi SI normal, S2 : normal
l. Abdomen : bentuk : simetris, peristaltik ada 6 kali
m. Genitalia dan anus : vagina tidak ada masalah
n. Ektremitas
Superior Inferior
Warna -/- -/-
Edema -/- -/-
Luka -/- -/-
Tremor -/- -/-
Clubing -/- -/-
Sensibilitas -/- -/-
Spastik -/- -/-
Flacids -/- -/-
Parese +/+ +/ +
ROM 3/3 3/3
Lain – Lain -/- -/-
B. Analisa Data
Diagnosa Perencanaan
No Tgl/jam
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 20-02-07 Perfusi Serebral Tujuan umum : meningggikan kepala peningkatkan aliran
Tidak Efektif mempertahankan vena dari kepala akan
perfusi jaringan menurunkan TIK
serebral yang mempertahankan
adekuat kepala dan leher memudahkan aliran
Tujuan khusus ; balik vena
berikan tindakan
- TTV stabil
kenyamanan misalnya
- Sakit kepala
masase pada meningkatkan istirahat
berkurang
punggung, beri dan menurunkan
lingkungan yang stimulasi sensori yang
-Tingkat
tenang berlebihan
Kesadaran
Membaik pantau TTV mengetahui keadaan
umum
2 20-02-07 Nyeri Tujuan jangka observasi skala nyeri, mengidentifikasi
panjang : intensitas nyeri, lokasi intervensi yang tepat
dalam jangka nyeri dengan hasil observasi
waktu 3 x 24 jam
myeri hilang menurunkan gerakan
pertahankan tirah yang dapat
Tujuan jangka baring, bantu meningkatkan nyeri
pendek : kebutuhan
keperawatan klien
dalam menurunkan iritasi dan
jangka waktu 1 x fasilitasi klien dalam rangsangan meningeal
24 jam setelah posisi yang nyaman
perawatan nyeri
berkurang dengan menghilangkan nyeri
krteria hasil : lakukan tindakan yang berat
- skala nyeri 1 kolaborasi, berikan
- klien tenang. analgesik sesuai terapi
- keadaan umum
baik
3 20-02-07 Hipertermi Dalam 1 x 24 jam Monitor suhu tubuh Peningkatan Suhu
suhu tubuh dan tanda vital Menunjukkan Infeksi
normal ditandai
dengan kriteria : berikan pakaian yang Membantu Penggunaan
- Suhu tubuh tipis dan menyerap Suhu Panas
keringat, hindari
26
adanya sianosis
observasi kulit, kuku, menunjukkan hipoksia
membran mukosa
terjadinya asidosis
berikan O2 sesuai dapat menghambat
kebutuhan masuknya O2 kesel
yang dapat meperburuk
iskemi serebral
memobilisasi sekret
ubah posisi secara dan meningkatkan
teratur dan nyaman kelancaran syaraf
D. Tindakan Keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Tenaga kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1989. Perawatan Bayi dan Anak.Jakarta: Depkes RI Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Riyadi,Sujono.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit.Yogyakarta: Gosyen Publising
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8.
Jakarta: EGC dalam
http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep- meningitis.html
diakses pada 1 Mei 2014
Suriadi, Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Penerbitan Penebar
Swadaya
Tucker, Susan Martin et al. 1998. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome.Ed. 5. Jakarta: EGC dalam http://askep-
asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-meningitis.html diakses pada 1 Mei 2014