Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN KMB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MENINGITIS

Disusun Oleh :

Kelompok 4
1. Febri triansyah
2. Cindy septarini
3. Lela marlina
4. Ossy monalisa
5. Devita sari
6. Risa fitriani
7. Eliza sumantri
8. Purnama wulan sari

STIKES BHAKTI HUSADA


BENGKULU ĴURUSAN
KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas rahmat dan karunia Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul „„Asuhan Keperawatan Pada
Anak dengan Meningitis”
Penyusun mencoba untuk membuat makalah mengenai Asuhan Keperawatan Pada Anak
dengan Meningitis” untuk mengetahui lebih jauh mengenai penyakit ini dan bagaimana praktik
Asuhan Keperawatan yang harus di terapkan terhadap pasien dengan Meningitis
Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis memohon maaf pabila
banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dan berguna bagi yang membacanya.

Lubuklinggau , Desember 2022.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................4
B. TUJUAN.................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Konsep Dasar Penyakit..........................................................................................6
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan....................................................................12
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................................................14
A. Pengkajian.............................................................................................................14
B. Analisa Data..........................................................................................................17
C. Rencana Tindakan Keperawatan...........................................................................18
D. Tindakan Keperawatan.........................................................................................19
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................21
A. KESIMPULAN.....................................................................................................21
B. SARAN-SARAN..................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang utama.


Salah satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab infeksi susunan
saraf pusat adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain. Meningitis merupakan penyakit
infeksi dengan angka kematian berkisar antara 18-40% dan angka kecacatan 30-50%.
Bakteri penyebab meningitis ditemukan di seluruh dunia, dengan angka kejadian
penyakit yang bervariasi. Di Indonesia, dilaporkan bahwa Haemophilus influenzae tipe B
ditemukan pada 33% diantara kasus meningitis. Pada penelitian lanjutan, didapatkan 38%
penyebab meningitis pada anak kurang dari 5 tahun. Di Australia pada tahun 1995
meningitis yang disebabkan Neisseria meningitidis 2,1 kasus per 100.000 populasi, dengan
puncaknya pada usia 0 – 4 tahun dan 15 – 19 tahun . Sedangkan kasus meningitis yang
disebabkan Steptococcus pneumoniae angka kejadian pertahun 10 – 100 per 100.000
populasi pada anak kurang dari 2 tahun dan diperkirakan ada 3000 kasus per tahun untuk
seluruh kelompok usia, dengan angka kematian pada anak sebesar 15%, retardasi mental
17%, kejang 14% dan gangguan pendengaran 28%.
Meningitis merupakan peradangan dari meningen yang menyebabkan terjadinya
gejala perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk, fotofobia disertai
peningkatan jumlah leukosit pada liquor cerebrospinal (LCS). Berdasarkan durasi dari
gejalanya, meningitis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Meningitis akut memberikan
manifestasi klinis dalam rentang jam hingga beberapa hari, sedangkan meningitis kronik
memiliki onset dan durasi berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Pada banyak kasus,
gejala klinik meningitis saling tumpang tindih karena etiologinya sangat bervariasi. Oleh
karena itu sangat diperlukan tenaga kesehatan perawat yang kompeten dalam melakukan
asuhan keperawatan pada anak dengan meningitis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit meningitis?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan anak dengan meningitis?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Anak I pada semester
IV, dan di harapkan bagi mahasiswa agar mampu memahami tentang konsep dasar
penyakit persyarafan, meningitis pada anak dan dapat membuat asuhan keperawatan
anak dengan meningitis.
2. Tujuan Khusus
 Mahasiswa mengetahui dan mampu memahami konsep dasar penyakit
meningitis meliputi:
a. Definisi meningitis
b. Etiologi meningitis
c. Manifestasi klinis meningitis
d. Patofisiologi meningitis
e. Komplikasi meningitis
f. Penatalaksanaan pada meningitis
 Mahasiswa mengetahui dan mampu membuat konsep asuhan keperawatan anak
dengan meningitis meliputi:
a. Pengkajian
b. Pemeriksaan penunjang
c. Diagnosa dan intervensi keperawata
d. n

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur. (NANDA,
2012)
Meningitis merupakan keradangan pada daerah meningen, meningitis itu sendiri
terdiri atas meningitis tuberculosis, yang disebabkan oleh bakteri dan meningitis virus
atau disebut nonpurulen meningitis atau istilahnya disebut aseptic meningitis yang
disebabkan oleh virus. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006)
Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan sumsum
tulang belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, atau
jamur), tetapi juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia, perdarahan subarachnoid, kanker
dan kondisi lainnya. (WHO, 2014)
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh
salah satu dari mikroorganisme pneumokok, meningokok, stafilokok, streptokok,
hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter,
araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla
spinalis yang superfisial.

6
2. Klasifikasi

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada


cairan otak, yaitu :
a. Meningitis purulenta

Meningitis purulenta ada yang disebabkan metastasis infeksi dari tempat lain
yang menyebar melalui darah. Penyebabnya ialah meningokok (Neisseria
meningitidisis), pneumokok (Diplococcus pneumoniae), haemophilus
influenzae.Ada pula yang timbul karena perjalanan radang langsung dari radang
tulang tengkorak, mastoiditis misalnya, dari tromboflebitis atau pada luka tembus
kepala.Penyebabnya ialah streptokok, stafilokok, kadang-kadang
pneumokok.Likuor serebrospinal keruh kekuning-kuningan karena mengandung
pus, nanah.Nanah ialah campuran leukosit hidup dan yang mati, jaringan yang mati
dan bakteri.
Pada permulaan gejala awal meningitis purulenta adalah panas, menggigil,
nyeri kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan,
kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12-24 jam tibul
gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan brudzinski.
Bila terjadi koma yang dalam, tanda-tanda selaput otak akan menghilang, penderita
takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah,
mudah terangsang dan menunjukkan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif
dan halusinasi. Pada keadaan koma yang berat dapat terjadi herniasi otak sehingga
terjadi dilatasi pupil dan koma.

b. Meningitis serosa

Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.Penyebab lain


seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.Likuor serebrospinal jernih
meskipun mengandung jumlah sel dan protein yang meninggi.
Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan
orang dewasa.Meningitis tuberculosis terjadi akibat komplikasi penyebab
tuberculosis primer, biasanya dari paru-paru.Meningitis bukan terjadi karena
terinfeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder
melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tuang belakang atau
vertebra yang kemudian pecah ke dalam rongga arachnoid.
7
3. Etiologi
a. Bakteri

Merupakan penyebab tersering dari meningitis.Adapun beberapa bakteri yang


secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah:
 Haemophillus influenza
 Nesseria meningitides (meningococcal)
 Diplococcus pneumoniae (pneumococca)
 Streptococcus, grup A
 Staphylococcus aureus
 Escherichia coli
 Klebsiella
 Proteus
 Pseudomonas

b. Virus

Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa
sembuh sendiri.Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal
(misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem
saraf pusat melalui sistem vaskuler.Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti: campak,
mumps, herpes simplek, dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu
metabolisme sel sehingga sel mengalami nekrosis.Jenis lainnya juga mengganggu
produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan
gangguan neurologic.

c. Faktor predisposisi

Jenis kelamin: laki-laki lebih sering dibandingkan wanita.


d. Faktor maternal

Ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.


e. Faktor Imunologi

Defesiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin, anak yang mendapat obat


8
imunosupresi.
4. Faktor resiko terjadinya meningitis :
a. Infeksi sistemik

Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara hematogen
sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC,
perikarditis, dll.
Pada meningitis bacterial, infeksi yang disebabkan oleh bakteri terdiri atas faktor
pencetus sebagai berikut diantaranya adalah :
 Otitis media
 Pneumonia
 Sinusitis
 Sickle cell anemia
 Fraktur cranial, trauma otak
 Operasi spinal
 Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan
system kekebalan tubuh seperti AIDS.
b. Trauma kepala

Biasanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan
rhinorrhea
c. Kelainan anatomis

Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah,
operasi cranium.
5. Manifestasi Klinis
8
 Neonatus : menolak untuk makan, reflex menghisap kurang, muntah atau diare,
tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah.
 Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan
perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,
halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus.
Tanda kernig dan brudzinski positif, reflex fisiologis hiperaktif, ptechiae atau
pruritus (menunjukkan adanya infeksi meningococcal).

9
10

 Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : demam, malas makan, muntah,
mudah terstimulasi, kejang, menangis dan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku
kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.

6. Patofisiologi
Patofisiologi meningitis menurut Suriadi & Riat ( 2010 ) efek peradangan akan

menyebabakan peningkatan cairan cerebro spinal yang dapat menyebabkan obstruksi

dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan intra kranial, Efek

patologi dari peradangan tersebut adalah Hiperemi pada meningen edema dan eduksi

yang kesemuanya menyebabkan peningkatan intra kranial. Organisme yang masuk

melalui sel darah merah pada blood brain barrier masuknya dapat melalui trauma

penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf

pusat, otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan

meningitis dimana terjadinya hubungan antara CSF dan dunia luar.

Masuknya mikriorganisme ke susunan saraf pusat melalui ruang sub-arachnoid

dan menimbulkan respon peradangan pada via arachnoid CSF dan ventrikel, dari reaksi

radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel edema dan sakar

jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan

hidrosefalus. Meningitis bakteri netrofil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan

sel respon radang,eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang

subarachnoid penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF di

sekitar otak dan medulla spinalis Terjadinya vasodilastasi yang cepat dari pembuluh

darah dapat menimbulkan rupture menjadi infarct. Untuk meningitis virus sebagi akibat

dari penyakit virus seperti meales, mump, herpes simplek dan herpess zoster

pembentukan eksudat pada umumnya tidak terjadi dan tidak ada mikroorganisme pada

kultur CSF.
11
Bagan Patofisiologi
12
7. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain:
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena
adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan
lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.
b. Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis). Abses pada meningen
dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun
hematogen termasuk ke ventrikuler.9
c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi
Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga
memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla
spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di intrakranial.

d. Abses otak. Abses otak terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena
meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
e. Epilepsi
f. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang
sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai
tempat menyimpan memori.
g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak
tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan
untuk pengobatan.

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Terapeutik
 Isolasi
 Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil
kultur, diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.
 Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan
mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.
 Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada bayi),
terapi heparin pada anak yang mengalami DIC,
 Mengontrol kejang: pemberian terapi antiepilepsi
 Mempertahankan ventilasi
 Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
13
 Penatalaksanaan syok bacterial
 Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
 Memperbaiki anemia

b. Penatalaksanaan Medis
 Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
 Steroid untuk mengatasi inflamasi
 Antipiretik untuk mengatasi demam
 Antikonvulsant untuk mencegah kejang
 Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
 Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
 Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma
riwayat pembedahan pada otak, cedera kepala
 Pada neonatus : kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks
menghisap kurang, muntah
 Pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah yang
diikuti dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan teragitasi,
fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, penurunan
kesadaran, kaku kuduk, opistotonus, tanda kernig dan Brudzinsky positif, reflex
fisiologis hiperaktif, petchiae atau pruritus.
 Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya demam, malas
makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dangan merintih, ubun-ubun
menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.

2. Pemeriksaan Penunjang
 Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein,
cairan serebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK.
 Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan
protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
 Glukosa & dan LDH : meningkat.
14
 LED/ESRD: meningkat.
 CT Scan/MRI: melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom, hemoragik.
 Rontgent kepala: mengindikasikan infeksi intrakranial.
 Kultur Swab Hidung dan Tenggorokan

3. Diagnosa Keperawatan yang Muncul pada Pasien dengan Meningitis


Berdasarkan diagnosa yang muncul pada klien dengan Meningitis :
1. Risiko Perfusi serebral tidak efektif sehubungan dengan Infeksi Otak.
Tujuan :
a. Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
b. Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil :
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Rasa sakit kepala berkurang
c. Kesadaran meningkat
d. Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat.

INTERVENSI RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan posisi Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat
tidur terlentang tanpa bantal meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak
Monitor tanda-tanda status Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjUt
neurologis dengan GCS.
Monitor tanda-tanda vital seperti Pada keadaan normal autoregulasi
TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik
hati-hati pada hipertensi sistolik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler
akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral
yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan
sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan
diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat
menggambarkan perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL
dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada
pasien yang tidak sadar, nausea yang menurunkan
intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan
muntah, batuk. Anjurkan pasien intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan
untuk mengeluarkan napas apabila napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat
bergerak atau berbalik di tempat melindungi diri dari efek valsava
tidur.
15

Kolaborasi Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan


tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan
Berikan cairan perinfus dengan
dapat menurunkan edema cerebral
perhatian ketat.
Monitor AGD bila diperlukan Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan
pemberian oksigen pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat
menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
Berikan terapi sesuai advis dokter Terapi yang diberikan dapat menurunkan
seperti: Steroid, Aminofel, permeabilitas kapiler.
Antibiotika.
Menurunkan edema serebri
Menurunkan metabolik sel / konsumsi dan kejang.

2. Nyeri Akut sehubungan dengan adanya agen pencedera fisioliogis.


Tujuan
Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat tidur dengan tenang
b. Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.

INTERVENSI RASIONALISASI
Pantau berat ringan nyeri yang Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakansehingga
dirasakan dengan menggunakan memudahkan pemberian intervensi
skala nyeri
Pantau saat muncul awitan nyeri Menghindari pencetus nyeri merupakan
salah satu metode distraksi yang efektif
Usahakan membuat lingkungan Menurukan reaksi terhadap rangsangan ekternal
yang aman dan tenang atau kesensitifan terhadap cahaya dan
menganjurkan pasien untuk beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh
dan kain dingin pada mata darah otak
Lakukan latihan gerak aktif atau Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang
pasif sesuai kondisi dengan dan dapat menurunkan rasa sakit / disconfort
lembut dan hati-hati
Kolaborasi Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit.
Catatan: Narkotika merupakan kontraindikasi
Berikan obat analgesic
karena berdampak pada status neurologis sehingga
sukar untuk dikaji.
16

3. Resiko cedera sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran

INTERVENSI RASIONALISASI
monitor kejang pada tangan, kaki, Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
mulut dan otot-otot muka lainnya memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman Melindungi pasien bila kejang terjadi
seperti batasan ranjang, papan
pengaman, dan alat suction selalu
berada dekat pasien.
Pertahankan bedrest total selama Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo,
fae akut sincope, dan ataksia terjadi
Kolaborasi Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
Berikan terapi sesuai advis dokter Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan
seperti; diazepam, phenobarbital, respiratorius depresi dan sedasi.
dll.

4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyaki.


Tujuan :
Suhu tubuh klien menurun dan kembali normal.
Kriteria hasil :
Suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C
INTERVENSI RASIONALISASI
Ukur suhu badan anak setiap 4 Ukur suhu badan anak setiap 4 jam
jam
Pantau suhu lingkungan Untuk mempertahankan suhu badan mendekati
normal
Berikan kompres hangat Untuk mengurangi demam dengan proses
konduksi
Berikan selimut pendingin Untuk mengurangi demam lebih dari 39,5 0C
Kolaborasi dengan tim medis : Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
pemberian antipiretik di hipotalamus

5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran


17
Tujuan :
Anak dapat mempertahankan fungsi sensori
Kriteria hasil:
a. Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual,
mendemontrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap hasil.
INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji tingkat kesadaran sensorik Tingkat kesadaran sensorik yang buruk dapat
meningkatkan resiko terjadinya injury
Kaji reflek pupil, extraocular Penurunan reflek menandakan adanya kerusakan
movement, respon terhadap suara, syaraf dan dapat berpengaruh terhadap keamanan
tonus otot dan reflek-reflek pasien
tertentu
Hilangkan suara bising Menurunkan stimulan dari lingkungan
Bertingkah laku tenang, konsisten, Dapat membantu memudahkan pasien dalam
bicara lambat dan jelas berkomunikasi dan meningkatkan pemahaman
anak

6. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan terhadap infeksi


Tujuan :
Anak akan mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa penyebaran infeksi
endogen atau keterlibatan dengan orang lain
INTERVENSI RASIONALISASI
Pertahankan teknik aseptic dan Menurunkan pasien terkena infeksi sekunder.
cuci tangan baik pasien, Mengontrol penyebaran infeksi, mencegah
pengunjung maupun staf pemajanan pada individu terinfeksi (mis: individu
yang mengalami infeksi saluran pernafasan atas)
Pantau dan catat teratur tanda- Terapi obat akan diberikan secara terus menerus
tanda klinis dari proses infeksi selama lebih dari 5 hari setelah suhu turun
(kembali normal) dan tanda-tanda klinisnya jelas.
Timbulnya tanda klinis terus merupakan indikasi
perkembangan dari meningokosemia akut yang
dapat bertahan sampai dengan berminggu-minggu
atau berbulan-bulan atau penyebaran pathogen
secara hematogen/sepsis
Ubah posis pasien secara tertatur Mobilisasi secret dan meningkatkan kelancaran
setiap 2 jam secret yang akan menurunkan resiko terjadinya
komplikasi terhadap pernafasan
Catat karakteristik urine seperti Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum
warna, kejernihan dan bau meningkatkan resiko terhadap infeksi kandung
kemih/ginjal/awitan sepsis
18

Kolaborasi dengan tim medis : Obat yang dipilih tergantung infeksi dan
pemberian antibiotic sensitifitas individu.
Catatan: obat cranial mungkin diindikasikan untuk
basillus gram negative, jamur, amoeba

7. Defisit Nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah


Tujuan :
Defisit Nutrisi pada anak tidak terjadi
Kriteria Hasil :
a. Masukan nutrisi adekuat
b. Tidak mengalami penurunan BB
INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji kemampuan pasien untuk Berpengaruh terhadap pemilihan jenis makanan
mengunyah, menelan, batuk dan
mengatasi sekresi
Hindari makanan yang makanan hangat meminimalkan risiko muntah
memperburuk mual dan muntah
Anjurkan kepada orang tua untuk meningkatkan proses pencernaan dan toleransi
memberikan makanan dalam porsi pasien terhadap nutrisi yang diberikan
kecil tapi sering
Timbang BB setiap hari Menunjukkan status nutrisi
Auskultasi bising usus Menentukan respon makan atau berkembangnya
komplikasi
Kolaborasi dengan tim gizi Merupakan sumber yang efektif untuk
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien

8. Ansietas berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung (hospitalisasi)


Tujuan :
Ansietas pasien berkurang
Kriteria Hasil :
a. Pasien/keluarga dapat mengikuti dan mendiskusikan rasa takut
b. Pasien/keluarga dapat mengungkapkan kekurang pengetahuan tentang situasi
c. Pasien/keluarga tampak rileks dan tenang
d. Pasien/keluarga melaporkan ansietas berkurang

INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji status mental dan tingkat Gangguan kesadaran dapat mempengaruhi rasa
ansietas dari pasien/keluarga takut tetapi tidak menyangkal keberadaannya.
19

Derajat ansietas akan dipengaruhi


bagaimanainformasi tersebut dapat diterima
individu
Berikan penjelasan hubungan Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut
proses penyakit dengan tanda karena ketidak tahuan serta dapat membantu
gejala menurunkan ansietas
Jawab setiap pertanyaan dengan Penting untuk menciptakan kepercayaan karena
penuh perhatiandan berikan diagnose meningitis mungkin menakutkan,
informasi mengenai prognosa ketulusan dan informasi yang akurat dapat
penyakit memberikan keyakinan kepada pasien dan juga
keluarga
Libatkan pasien/keluarga dalam Meningkatkan perasaan control terhadap diri dan
perawatan, perencanaan meningkatkan kemandirian
kehidupan sehari-hari, membuat
keputusan sebanyak mungkin
Lindungi privasi klien jika terjadi Memperhatikan kebutuhan privasi klien,
kejang memberikan peningkatan akan harga diri dan
melindungi pasien dari rasa lalu
20

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK D DENGAN MENINGITIS

A. Pengkajian
I. Identitas data
a. Inisial nama : An “D”
b. Alamat : Jl. Benteng Kecamatan Tanjung Batu
c. TTL : Lahat, 10-12-1996
d. Agama : Islam
e. Usia : 10 tahun
f. Suku bangsa : Sunda
g. Nama ayah/Ibu : Tn. S
h. Pendidikan : SMP
i. Pekerjaan Ayah : Tani
j. Nama ibu : Ny. I
k. Pendidikan : SMP
l. Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga

II. Riwayat keperawatan


a. Keluhan utama
Kejang, demam, tungkai dan lengan kanan tidak bisa bergerak
b. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1. Prenatal : Pada waktu hamil ibu secara rutin memeriksakan kehamilanny
sebanyak 9 kali
2. Intranatal : Lahir cukup bulan, ditolong bidan, partus spontan langsung
menangis
3. Postnatal : ASI sejak lahir sampai 1 ½ tahun, bubur susu, 4 bulan sampai
8 bulan, nasi tim 8 bulan – 1 tahun, nasi biasa, 1 tahun sampai
sekarang

c. Riwayat masa lampau


1. Penyakit waktu kecil : Tidak pernah sakit
2. Pernah dirawat dirumah sakit : Tidak pernah
3. Obat obatan yang digunakan :-
4. Tindakan (operasi) :-
5. Alergi : Tidak ada
6. Kecelakaan : Tidak ada
7. Imunisasi : Lengkap

d. Riwayat keluarga (disertai genogram)

e. Riwayat sosial
21
1. Yang mengasuh : Orang tua
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Klien sangat akrab dengan orang tua
dan adiknya
3. Hubungan dengan teman sebaya : Klien sangat ramah dan baik dengan
teman – teman sebayanya
4. Pembawaan secara umum : Periang, peramah
5. Lingkungan rumah : Klien disenangi oleh keluarga dan
tetangga serta saudara

III.Kebutuhan dasar
a. Makanan yang disukai / tidak disukai : Coklat
Selera :-
Alat makan yang dipakai : NGT
Pola makan / jam : 6 kali sehari

b. Pola tidur : 9 jam pukul 21.00 – 05.00 – 15.00 wib


Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada
Tidur siang : 1 jam pukul 14.00-15.00 wib

c. Mandi : 2 x sehari
d. Aktivitas bermain : Klien sedang dalam perawatan
e. Eliminasi : Dibantu oleh keluarga

IV. Keadaan kesehatan saat ini


a. Diagnosa medis : Meningitis bakterialis
b. No. RM : 419492
c. Tgl MRS : 01-02-07
d. Tindakan operasi :-
e. Status nutrisi : Kurang
f. Status cairan : Cairan yang diberikan adalah IVFD RL gtt 18 x/mnt,
IVFD D5 %, NaCl 15 %( 7,5%) gtt 15 %
g. Obat – obatan : Dopamin10 mg/ kg BB/menit, inj.ceftriakson 1x2 gr
inj.ampi 4x1 gr, kutoin 2x50 mg oral, ripampicin 1x300
gr, inj. Stertomisin 1x500 mg
h. Aktivitas : Lemah
i. Tindakan keperawatan :-
j. Ureum : 31 ml/dl, creatinin 0,7 mg/dl, natrium 138 mmol/L,
kalium 3,9 mmol/L, HB : 13 g/dl, Ht : 40 Vol%,
Trombosit : 200 ribu/mm3
k. Hasil rontgen : CT scan : Atropi cerebri
l. Data tambahan :-

V. Pengkajian fisik
Data klinis :
GCS : M : 4, V : 2, E : 2, Suhu : 37.8oC, Nadi 140 x/mnt, teratur, Takanan darah : Lengan
kanan : 140/90 mmHg, lengan kiri : 140/90 mmHg, duduk : 140/90 mmHg, tidur 140/90
mmHg, TB 135 cm, BB 26 Kg, kesadaran : Samnolen
a. Kesan umum : Tampak sakit : Berat, pucat, sesak, kejang.
b. Kulit : Suhu : hangat
c. Kepala : Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut
22
d. Mata : jernih, pupil : isokor, positif, KI : negatif, konjungtiva : merah jambu
e. Telinga : Simetris, pendengaran : baik
f. Hidung : Simetris, epistaksis (-)
g. Mulut : Bibir : pucat
h. Tenggorokan : tidak ada benjolan
i. Leher : Simetris, tidak ada benjolan JVP
j. Dada : bentuk ; simetris, retraksi +
Paru – paru : RR : 34 x/mnt, pernafasan : normal, takipnea, auskultasi : irama :
teratur
k. Jantung : Infeksi : normal, palpasi : normal,perabaan ictus cordis normal HR : 134
x/mnt, auskultasi SI normal, S2 : normal
l. Abdomen : bentuk : simetris, peristaltik ada 6 kali
m. Genitalia dan anus : vagina tidak ada masalah
n. Ektremitas

Superior Inferior
Warna -/- -/-
Edema -/- -/-
Luka -/- -/-
Tremor -/- -/-
Clubing -/- -/-
Sensibilitas -/- -/-
Spastik -/- -/-
Flacids -/- -/-
Parese +/+ +/ +
ROM 3/3 3/3
Lain – Lain -/- -/-

VI. Pemeriksaan tingkat perkembangan (DDST)


a. Kemandirian dan bergaul :
b. Motorik halus :
c. Kognitif dan bahasa : \Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Motorik halus :

VII. Informasi lain


Kaku kuduk (-), bubinsky (+)

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS: Invasi bakteri Perfusi Serebral Tidak
ibu mengatakan anaknya tidak ↓ Efektif
sadar, merintih dan gelisah Proses peradangan
DO: ↓
TTV : perubahan ditemukan sebagian
RR : 34 besar pada dasar otak atau batang
T : 37,8 otak
Nadi 34 ↓
TD : 140/90 vasodilatasi
Tingkat kesadaran sopor ↓
23

klien tampak gelisah penurunan pada kekanan onkotik


GCS : 8, E2, M4, V2 ↓
perpindahan cairan dari intrasel ke
ekstra sel

vili arachnoideus

Proses reabsorbsi tertahan
akumulasi cairan terhadap eksudat
dan tuberkel obstruksi pada sistem
basalis

penurunan suplai ke otak dan
jaringan

Perfusi Serebral tidak Efektif

2 19-02-07 luka, trauma, kelainan sistem nyeri


DS : Ibu/keluarga klien syarap pusat
mengatakan bahwa anaknya ↓
selalu merintih nyeri di kepala mikro organisme (bakteri/virus)
DO : ↓
Klien gelisah melekat pada sel epitel mukosa
Klien tampak meringis nasofaring
TTV : TD : 140/90 mmHg, RR ↓
: 34 x/mnt, Temp : 37,8 o C, kolonisasi
Pols : 140 x/mnt, Skala nyeri 5 ↓
menembus membran mukosa

memperbanyak diri dalam aliran
darah

bakterimea

blood brain barier

cairan serebro spinal

inflamasi

pelepasan zat vasoaktif (histamin,
bradikinin, prostaglandin)

hipotalamus

korteks serebri

Nyeri
3 19-02-07 Invasi bakteri, virus Hipertermi
DS : ↓
Ibu mengatakan anaknya mekanisme perubahan tubuh
24

gelisah, badannya panas dan membentuk antobody


susah tidur\ ↓
DO: antibodi difagosit oleh magrofag
Kesadaran : Sopor ↓
GCS : 8 (E4, V2, M2) sistem imunitas imatur
Pupil : Isokor ↓
TTV : zat pirogen interleukin 1 & 2
TD : 140/90 mmHg ↓
N : 140 x/mnt menstimulasi hipotalamus regio
RR : 34 x/mnt anterior
Temp : 37.8oC ↓
 Klien tampak rewel Peningkatan suhu
 Klien tampak gelisah tubuh/hipertermi
 Badan teraba panas
4 19-02-07DS : Luka, trauma kepala Gangguan pertukaran
Ibu mengatakan anaknya susah Kelainan sistem saraf pusat gas
bernapas dansusah tidur ↓
DO : mikroorganisme (bakteri, virus)
Kesadaran : sopor melekat pada sisi epitel mukosa
GCS : 8 (E2, V2, M4) nasofaring
Pupil : Isokor ↓
TTV : kolonisasi
TD : 140/90 mmHg ↓
N : 140 x/mnt menembus membran mukosa
RR : 34 x/mnt ↓
Temp : 37.8oC memperbanyak diri dalam aliran
 Klien tampak rewel darah
 Klien tampak gelisah ↓
 O2 nasal tepasang, bateriemia
kebutuhan o2 2 L/ mnt ↓
blood brain barrier

cairan serebrospinal

inflamasi

perdarahan pada ruang epidural
dan subdural

kerusakan pembuluh darah
bersekat

penumpukan darah meningkat

Peningkatan Tekanan Intrakranial
25

C. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Perencanaan
No Tgl/jam
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 20-02-07 Perfusi Serebral Tujuan umum : meningggikan kepala peningkatkan aliran
Tidak Efektif mempertahankan vena dari kepala akan
perfusi jaringan menurunkan TIK
serebral yang mempertahankan
adekuat kepala dan leher memudahkan aliran
Tujuan khusus ; balik vena
berikan tindakan
- TTV stabil
kenyamanan misalnya
- Sakit kepala
masase pada meningkatkan istirahat
berkurang
punggung, beri dan menurunkan
lingkungan yang stimulasi sensori yang
-Tingkat
tenang berlebihan
Kesadaran
Membaik pantau TTV mengetahui keadaan
umum
2 20-02-07 Nyeri Tujuan jangka observasi skala nyeri, mengidentifikasi
panjang : intensitas nyeri, lokasi intervensi yang tepat
dalam jangka nyeri dengan hasil observasi
waktu 3 x 24 jam
myeri hilang menurunkan gerakan
pertahankan tirah yang dapat
Tujuan jangka baring, bantu meningkatkan nyeri
pendek : kebutuhan
keperawatan klien
dalam menurunkan iritasi dan
jangka waktu 1 x fasilitasi klien dalam rangsangan meningeal
24 jam setelah posisi yang nyaman
perawatan nyeri
berkurang dengan menghilangkan nyeri
krteria hasil : lakukan tindakan yang berat
- skala nyeri 1 kolaborasi, berikan
- klien tenang. analgesik sesuai terapi

- keadaan umum
baik
3 20-02-07 Hipertermi Dalam 1 x 24 jam Monitor suhu tubuh Peningkatan Suhu
suhu tubuh dan tanda vital Menunjukkan Infeksi
normal ditandai
dengan kriteria : berikan pakaian yang Membantu Penggunaan
- Suhu tubuh tipis dan menyerap Suhu Panas
keringat, hindari
26

36-37oC selimut tebal


- Klien tenang Membantu Demam.
tidak gelisah berikan kompres Es / Alkohol
hangat dan hindari Menyebabkan
- Keadaan penggunaan alkohol Kedinginan. P↑ Suhu
umum baik Tubuh Secara Aktual.
Alkohol Dapat
Mengekpresikan
Keringat

tirah baring kurangi Aktivitas Yang


aktivitas fisik Meninjau,
Membutuhkan Banyak
Energi Sehingga
Terjadi Peningkatan
Suhu

kolaborasi dengan tim


Mendapat Pengobatan
dokter
mempercepat proses
penyembuhan
4 20-02-07 Gangguan Jangka panjang : monitor frekwensi tipe dan pola
pertukaran gas dalam 2 x 24 jam pola dan irama perna pernafasan merupakan
setelah perawatan tanda – tanda yang
oksigenisasi yang fasan berat dan peningkatan
adekuat dapat TIK / darah serebral
dipertahankan yang terkena

adanya sianosis
observasi kulit, kuku, menunjukkan hipoksia
membran mukosa
terjadinya asidosis
berikan O2 sesuai dapat menghambat
kebutuhan masuknya O2 kesel
yang dapat meperburuk
iskemi serebral

memobilisasi sekret
ubah posisi secara dan meningkatkan
teratur dan nyaman kelancaran syaraf

D. Tindakan Keperawatan

No Hari/tgl No Implementasi Respon Tandatangan


Diagnosa
1 20-02-07 1 memberi 2 bantal di bawah kepala klien klien terlihat
nyaman
memposisikan kepala lurus dengan badan
27

masase pada punggung, dengan klien tampak


mengoleskan minyak kayu putih, nyaman
memberi lingkungan yang tenang,
penerangan yang cukup

2 20-02-07 2 Mengukur skala nyeri skala nyeri = 5 Klien menangis


Intensitas nyeri = sedang lokasi dan gelisah
nyeri = dikepala

membantu klien berbaring ditempat tidur


dan membantu perawatan diri klien
dengan menggunakan air hangat
klien berbaring
dengan posissi
kolaborasi pemberian obat analgetik terlentan dan
klien dalam
keadaan bersih
3 20-02-07 3 mengukur suhu tubuh klien dangn
temperatur klien 37,6 0 c

menggunakan pakaian yang tipis/kaos


tipis dengan dibantu
ibu klien, klien
memakai
pakaian yang
tipis sehingga
Memberi kompres hangat pada daerah merasa nyaman
frontal dan aksila
klien masih
dikompres
untuk
menurunkan
panas
4 20-02-07 4 mengukur suhu: 37.60 c nadi: 128 x/m klien masih
dan respirasi: 30 x/m dalm keadaan
sesak dan
masih
memonitor frekuensi pola napas RR: terpasang
30x/m dan irama pernapasan:vesikuler oksigen
Mengobservasi kulit dalam keadaan pucat, kulit klien
dan membran mukosa mulut keri ng masih pucat

Terpasangnya oksigen dengan


menggunakan nasal sebanyak 2 liter
klien mudah
bernapas
Menggubah posisi klien dengan
memberikan handuk dikedua lengan klien
28
29

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Meningitis merupakan peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan


spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. Yang disebabkan
oleh bakteri, virus, faktor maternal dan faktor imunologi. Berdasarkan perubahan yang
terjadi pada cairan otak adalah meningitis serosa dan meningitis purulenta, sedangkan
berdasarkan etiologinya meningitis dibedakan atas meningitis bakteri, meningitis virus dan
meningitis jamur. Meningitis purulent adalah adalah radang bernanah arakhnoid dan
piameter yang meliputi otak dan medula spinalis dan Meningitis serosa ( bakteri )
merupakan peradangan yang disebabkan oleh organisme pada bakteri seperti
meningococcus, staphylococcus, Baccilus influenza, Baccilus tubercula, Neiserria
meningitides, sreptococus pnemoniae (pada dewasa), haimopilus influenza (pada anak-anak
dan remaja).

B. Saran
1. Tenaga kesehatan

Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang


meningitis dan problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan
informasi atau health education mengenai meningitis kepada para orang tua anak yang
paling utama. Dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan
meningitis
2. Masyarakat

Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya


meningitis dan meningkatkan pola hidup yang sehat.
30

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1989. Perawatan Bayi dan Anak.Jakarta: Depkes RI Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Riyadi,Sujono.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit.Yogyakarta: Gosyen Publising
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8.
Jakarta: EGC dalam
http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep- meningitis.html
diakses pada 1 Mei 2014
Suriadi, Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Penerbitan Penebar
Swadaya
Tucker, Susan Martin et al. 1998. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome.Ed. 5. Jakarta: EGC dalam http://askep-
asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-meningitis.html diakses pada 1 Mei 2014

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai