Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2


MENINGITIS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

1. AGNES PUTRI YUSTIKA


2. DWIE SAPUTRI
3. BINARTA ADILLAH
4. MARIA ULFA
5. NOVIANI

KELAS TK.2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI D-3 KEPERAWATAN LUBUK LINGGAU
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 Prodi D-III Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum
sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan makalah ini.

Lubuklinggau, Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................3

BAB I...........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................6
C. Tujuan.................................................................................................................................6

BAB II.........................................................................................................................................8

TINJAUAN TEORITIS.............................................................................................................8
A. Konsep Penyakit Meningitis...............................................................................................8
1. Pengertian Penyakit Meningitis..........................................................................................8
3. Klasifikasi Meningitis.........................................................................................................8
4. Etiologi...............................................................................................................................9
5. Patofisiologi......................................................................................................................11
6. WOC.................................................................................................................................12
7. Manifestasi klinis..............................................................................................................14
8. Komplikasi Meningitis.....................................................................................................15
9. Pencegahan Meningitis.....................................................................................................15
10. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................16
11. Penatalaksanaan Meningitis.............................................................................................16
12. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Meningitis..............................................................19
a. Pengkajian keperawatan...................................................................................................19
b. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................23
c. Intervensi Keperawatan....................................................................................................24

BAB III......................................................................................................................................34

PENUTUP.................................................................................................................................34
A. Simpulan...........................................................................................................................34
B. Saran.................................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi otak merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada jaringan otak.
Penyakit infeksi otak bermacam-macam seperti Meningitis,
Meningoensefalitis, dan Abses serebri. Peradangan pada meningen
khususnya pada bagian araknoid dan piamater (leptomeningens) disebut
meningitis. Meningitis merupakan peradangan pada meningen yaitu
membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).

Batticaca (2011) menjelaskan bahwa meningitis atau radang selaput otak


merupakan infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia
dan araknoid, ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla
sipinalis. Kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid
dengan cepat sekali menyebar ke bagian lain, sehingga leptomening medulla
spinalis terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis
selalu merupakan suatu proses serebrospinal.

Oragnisme yang merupakan penyebab umum meningitis meliputi Neisseria


meningitis (meningitis meningokok), Haemopbilus influenzae, dan
Streptococcus pneumoniae (organism ini biasanya terdapat di nasofaring).
Organisme penyebab meningitis yang sering menyerang bayi (sampai usia 3
bulan) adalah Escberichid coli dan Listeria monocytogenes. Berdasarkan
penyebabnya, meningitis dapat dibagi menjadi meningitis aseptik (aseptic
meningitis) yang disebabkan oleh virus, dan meningitis bakterial (bacterial
meningitis) yang disebabkan oleh berbagai bakteri (Batticaca, 2008).
Gejala awal yang timbul akibat dari meningitis merupakan akibat dari infeksi
dan peningkatan tekanan intracranial (TIK), nyeri kepala, mual dan muntah,
demam, kejang, pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan
kesadaran sampai dengan koma (Tarwoto, 2013). Dampak yang timbul akibat
meningitis yaitu peningkatan tekanan intracranial, hyrosephalus, infark serebral,
abses otak, dan kejang (Tarwoto, 2003).

World Health Organization (2009), menyebutkan Afrika terjadi sebanyak 78,416


kasus meningitis dengan jumlah kematian 4,053. Di Negara-negara berkembang
seperti Gambia diperkirakan 2% dari semua anak < 5 tahun meninggal karena
kasus meningitis (Simanullang, dkk, 2014). Di Indonesia meningitis merupakan
penyebab kematian pada semua umur dengan urutan ke 17 (0,8%) setelah
malaria (simanullang, 2014). Menurut Riskesdas 2007 pneumonia dengan
jumlah 15,5% merupkan penyakit penyebab kematian kedua, sedangkan
meningitis dengan jumlah 8,8% merupakan penyebab kematian ke empat di
Indonesia (Riskesdas, 2007). RSUP Dr. Kariadi Semarang ditemukan (35,3%)
pasien dengan penyakit meningitis TB dan ditemukan sejumlah (17,64%) pasien
dengan diagnosa meningitis (Masfiyah, dkk, 2013).

Dampak yang timbul akibat meningitis yaitu peningkatan tekanan intracranial,


hyrosephalus, infark serebral, abses otak, dan kejang. Ventrikulitis atau abses
intraserebral dapat menyebabkan obstruksi pada CSS dan mengalir ke foramen
antara ventrikel dan cairan serebral sehingga menyebabkan penurunan CSS di
dalam granulasi araknoid juga dapat mengakibatkan hidrosefalus, Thrombosis
septik dari vena sinus dapat terjadi, mengakibatkan peningkatan TIK yang
dihubungkan dengan hidrosefalus. Kelumpuhan saraf kranial merupakan
komplikasi umum pada meningitis bakterial, stroke dapat mengakibatkan
gangguan atau kerusakan hemisfer pada batang otak, dampak lanjutan yang
dapat dialami oleh pasien adalah menjadi tuli akibat kerusakan saraf kranial
(Batticaca, 2008). Masalah keperawatan yang biasa muncul pada pasien
meningitis yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan otak, resiko cedera,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas, dan hipertermi
(Widago, dkk., 2013).
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien meningitis
dapat berupa pengobatan akan kebutuhan fisik serta kebutuhan psikologis pasien.
Perawat dalam merawat pasien dengan meningitis harus memantau kondisi
pasien yang lemah mengharuskan pasien untuk menjaga kondisinya agar tidak
terjadinya peningkatan tekanan intracranial (TIK) dengan memaksimalkan dan
meminimalkannya. Membantu pasien meningitis untuk bisa kembali ke keadaan
sebelum hospitalisasi serta memberikan kebutuhan psikologis pasien seperti
menghilangkan ansietas, memberikan dukungan spiritual dan mendiskusikan
masalah yang berhubungan dengan rasa sakit yang dirasakan oleh pasien
meningitis merupakan salah satu peran yang bisa dilakukan oleh seorang
perawat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam ini
adalah “ Bagaiamana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Meningitis”

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Meningitis
b. Tujuan Khusus
i. Mendeskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada pasien
dengan Meningitis.

ii. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan asuhan


keperawatan pada pasien dengan Meningitis

iii. Mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan dengan pasien


Meningitis.

iv. Mendeskripsikan tindakan keperawatan dengan pasien Meningitis

v. Mendeskripsikan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien


Meningitis

vi. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan asuhan


keperawatan pada pasien dengan Meningitis
vii. Mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan dengan pasien
Meningitis.

viii. Mendeskripsikan tindakan keperawatan dengan pasien Meningitis

ix. Mendeskripsikan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien


Meningitis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Penyakit Meningitis


1. Pengertian Penyakit Meningitis
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut
meningen.Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan
plamater (leptomeningens) disebut meningitis.Peradang pada bagian
duramater disebut pakimeningen. Meningitis dapat disebabkan karena bakteri,
virus, jamur atau karena toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis
disebabkan bakteri.Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu
membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).

Batticaca (2008), mengatakan meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada


meningen otak dan medulla spinalis, gangguan ini biasanya merupakan
komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti pneumonia, endokarditis, atau
osteomielitis.

3. Klasifikasi Meningitis
Meningitis diklasifikasikan sesuai dengan faktor penyebabnya:
a. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen
yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah di ruang
subarakhnoid.Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus
dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh korteks serebri
dan lapisan otak.Mekanisme atau respons dari jaringan otak terhadap virus bervariasi bergantung pada
jenis sel yang terlibat.
b. Sepsis
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti
meningokokus, stafilokokus, atau basilus influenza.Bakteri paling sering dijumpai pada meningitis
bakteri akut, yaitu Neiserria meningitdis (meningitis meningokokus), Streptococcus pneumoniae (pada
dewasa), dan Haemophilus influenzae (pada anakanak dan dewasa muda). Bentuk penularannya melalui
kontak langsung, yang mencakup droplet dan sekret dari hidung dan tenggorok yang membawa kuman
(paling sering) atau infeksi dari orang lain. Akibatnya, banyak yang tidak berkembang menjadi infeksi
tetapi menjadi pembawa (carrier). Insiden tertinggi pada meningitis disebabkan oleh bakteri gram
negatif yang terjadi pada lansia sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah saraf atau seseorang
yang mengalami gangguan respons imun.
c. Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.Infeksi meningen umumnya
dihubungkan dengan satu atau dua jalan, yaitu melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari
infeksi-infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau melalui penekanan langsung seperti didapat setelah
cedera traumatik tulang wajah. Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus merupakan iatrogenik atau
hasil sekunder prosedur invasif seperti lumbal pungsi) atau alat-alat invasif (seperti alat pemantau TIK)
1. Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,
yaitu:
a. Meningitis Serosa Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b. Meningitis Purulenta Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus
pneumonia (pneumokokus), Neisseria meningitis (meningokokus), Streptococcus haemolyticuss
, Staphylococcus aureus, Haemophilusinfluenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa. (Juliana, 2015)

4. Etiologi
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai
macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis
(Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus group A,
Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus.
Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak,
infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan meningkatkan terjadinya
meningitis.
i. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah:
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria
meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam bakteri sebagai
benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil,
monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai respon
peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk
di ruang subaraknoid. Penumpukan didalam cairan serebrospinal akan
menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat menggangu aliran
serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis. Sebagian akan
menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan dapat menimbulkan
hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat
menimbulkan peradangan lebih lanjut dan peningkatan tekanan
intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan
spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat
lebih panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau keluar dari sel.

ii. Meningitis virus


Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis
ini terjadi sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang
meliputi measles, mumps, herpes simplex dan herpes zoster.Pembentukan
eskudat pada umumnya terjadi diatas korteks serebral, substansi putih dan
meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam virus
tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus herpes simplex merubah
metabolisme sel, yang mana secara cepat menyebabkan perubahan
produksi enzim atau neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari
sel dan kemungkinan kelainan neurologi.

Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitisada 2 yaitu:


a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus pneumonia
dan Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria
meningitidis dan diplococcus pneumonia.
5. Patofisiologi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada
bagian paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian
dalam piamater.Cairan serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang
berada dalam ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang
kemudian dialirkan melalui system ventrikal.

Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa


cara misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus
pada CSF dan arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan
respon peradangan. Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit
bakteri menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang
dapat menimbulkan bendungan pada ruang subaraknoid yang pada akhirnya
dapat menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan
berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan perifer. Makin bertambahnya
eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).

Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater,
araknoid dan piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang
mengalir melalui ruang subaraknoid di dalam system ventrikel dan sekitar
otak dan medulla spinalis. CSF diabsobsi melalui araknoid pada lapisan
araknoid dari meningintis.

Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood
brain barrier. Cara masuknya dapat terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur
pembedahan atau pecahnya abses serebral. Meningitis juga dapat terjadi bila
adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia luar. Masuknya
mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang subarakhoid
dapat menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan
serebrospinal dan ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui

saraf kranial dan spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi. Eksudat


dapat menyumbat aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan
hidrosefalus (Widagdo, dkk, 2013)
6. WOC Infeksi bakteri, virus

Masuk ke pembuluh darah


Masuk ke SSP

Masuk melalui luka terbuka atau nasofaring

Trombo emboli

Emboli terlepas ke pembuluh darah

Menyebar ke CSS

Peningkatan tekanan intrakranial

Reaksi local pada meningen

Meningitis
Bakteri masuk ke meningen

Respon inflamasi pada meningen

Proses inflamasi Akumulasi secret (eksudat) Kerusakan neurologis

Aktivasi interleukin 1 di Peningkatan komponen darah di serebral CO2 meningkat


hipotalamus

Peningkatan viskositas darah Permeabilitas vascular pada


Pengeluaran prostaglandin serebri

Penurunan perfusi jaringan serebral


Transudasi cairan
Peningkatan kerja thermostat

Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif


Edema serebri
Peningkatan suhu tubuh

Volume tekanan otak meningkat


Hipertermi

Nyeri akut Sakit kepala Tekanan intra kranial


7. Manifestasi klinis
Tarwoto (2013) mengatakanmanifestasi klinik pada meningitis bakteri
diantaranya :
i. Demam, merupakan gejala awal
ii. Nyeri kepala
iii. Mual dan muntah
iv. Kejang umum
v. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran
sampai dengan koma.
Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien meningitis
meliputi:
a. Sakit kepala
b. Mual muntah
c. Demam
d. Sakit dan nyeri secara umum
e. Perubahan tingkat kesadaran
f. Bingung
g. Perubahan pola nafas
h. Ataksia
i. Kaku kuduk
j. Ptechialrash
k. Kejang (fokal, umum)
l. Opistotonus
m. Nistagmus
n. Ptosis
o. Gangguan pendengaran
p. Tanda brundzinki’s dan kerniq’s positif
q. Fotophobia
8. Komplikasi Meningitis
Komplikasi yang dapat muncul pada meningitis (Juliana, 2015) antara lain :
1. Hidrosefalus
2. Infark serebral
3. Syndrome waterhouse Friederichsen : hipotensi, perdarahan kulit dan kelenjar adrenal
4. Defisit saraf kranial
5. Ensefalitis
6. Abses otak
7. Kerusakan visual
8. Deficit intelektual
9. Kejang
10. Endokarditis
11. Pneumonia
12. Gangguan pembekuan darah
13. Syok septic
14. Efusi subdural
15. Demam yang memanjang
16. Peningkatan intracranial

9. Pencegahan Meningitis
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdisposisi
seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis
serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala
infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk
mengidentifikasi faktor atau jenis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai
dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.
Vaksin konjugat pneumokokus.Vaksin tersebut dianjurkan untuk diberikan kepada bayi dan
anak yang berusia 2 bulan hingga 9 tahun. Pemberian vaksin paling baik dilakukan pada usia 2 bulan, 4
bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 15 bulan. Vaksin konjugat pneumokokus juga hanya menimbulkan efek
samping yang ringan seperti kulit kemerahan, sedikit bengkak dan nyeri pada daerah sekitar suntikan.
Gejala umum setelah pemberian vaksin seperti demam, mengantuk, rewel, nafsu makan berkurang,
jarang ditemukan pada bayi.
Beberapa upaya preventif pada anak yang dapat dilakukan di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan imunisasi tepat waktu.
b. Pada usia bayi 0-1 tahun usahakan membatasi diri untuk keluar rumah atau jalan-jalan
ketempat-tempat ramai seperti mall, pasar, dan rumah sakit.
c. Menjauhkan anak dari orang yang sakit.
a. Usahakan anak tetap berada pada lingkungan dengan temperatur yang nyaman.
(Suyanto, 2017)

10. Pemeriksaan Penunjang


Analisis CSS dari fungsi lumbal :

1. Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan
protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
2. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat,
glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan
prosedur khusus.
b. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
c. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
d. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksibakteri )
e. Elektrolit darah : Abnormal .
f. ESR/LED :  meningkat pada meningitis
g. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerahpusat infeksi
atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
h. MRI/ scan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letakventrikel;
hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
i. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial. (Suyanto,
2017)

11. Penatalaksanaan Meningitis


1. Penatalaksanaan Medis
a. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
b. Steroid untuk mengatasi inflamasi
c. Antipiretik untuk mengatasi demam
d. Antikonvulsant untuk mencegah kejang
e. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisadipertahankan
f. Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).
g. Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti asering atau ringer laktat
dengan dosis yang dipertimbangkan melalui penurunan berat badan anak atau tingkat dehidrasi.
Ini diberikan karena anak yang menderita meningitis sering datang dengan penurunan kesadaran
karena kekurangan cairan akibat muntah, pengeluaran cairan melalui proses evaporasi akibat
hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang menurun.
h. Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal diberikan  diazepam 0,5
mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena. Setelah kejang dapat diatasi  maka diberikan
fenobarbital dengan dosis awal pada neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg
sedangkan yang lebih 1 tahun 75 mg. Untuk rumatannya diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/
dibagi dalam 2 kali pemberian diberikan selama 2 hari. Sedangkan pemberian fenobarbital 2
hari berikutnya dosis diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian.
Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejang juga diharapkan dapat menurunkan suhu
tubuh karena selain hasil toksik kuman peningkatan suhu tubuh juga berasal dari kontraksi otot
akibat kejang.
i. Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara, cahaya dan
rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat membangkitkan kejang pada anak karena
peningkatan rangsangan depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat.
j. Pembebasan jalan nafas dengan menghisap lendir melalui suction dan memposisikan anak pada
posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan pembebasan jalan nafas dipadu dengan pemberian
oksigen untuk mensupport kebutuhan metabolisme yang meningkat selain itu mungkin juga
terjadi depresi pusat pernafasan karena peningkatan tekanan intrakranial sehingga perlu
diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran pernafasan.
Pemberian oksigen pada anak dengan meningitis dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa tinggi
melalui masker oksigen.
k. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab. Antibiotik yang sering
dipakai adalah ampisillin dengan dosis 300-400mg/KgBB dibagi dalam 6 dosis pemberian
secara intrevena dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam 4 dosis
pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur dari pembelian cairan
serebrospinal melalui lumbal fungtio.
2. Penatalaksanaan di Rumah:
a. Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu panas dan tidak terlalu
lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang
cukup karena anak yang menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobik yang
praktis membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang cukup oksigen juga
berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat berfungsi dengan baik. Adapun
lingkunganyang panas selain mempersulit perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat
terjadi sebaliknya kadang anak yang justru menerima paparan sinar dari lingkungan.
b. Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi kepala miring
hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari tertekuknya jalan nafas sehingga
mengganggu masuknya oksigen ke saluran pernafasan.
c. Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam. Kompres ini
berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi. Perpindahan panas anak supaya
dapat lebih efektif dipadukan dengan pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh anak
mudah berpindah ke lingkungan.
d. Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak). Untuk patokan umum
dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1 tahun 60 – 120 mg, 1-5 tahun 120-150 mg, 5
tahun ke atas 250-500 mg yang diberikan rata-rata 3 kali sehari.
e. Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata kebutuhan 30-40
cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk mengganti cairan yang hilang karena
peningkatan suhu tubuh juga berfungsi untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuhyang
sebagian besar komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan minuman hangat dapat membantu
mengencerkan sekret yang kental pada saluran pernafasan.
3. Penatalaksanaan Keperawatan

Perawatan diberikan awalnya di emergensi sampai kondisi anak stabil kemudian di ruangan,
perawatan yang diberikan meliputi:
a. Observasi status pernapasan anak.
b. Observasi status neurologis.
c. Tempatkan anak dengan posisi miring atau terlentang.
d. Pertahankan hidrasi dengan memberikan cairan peroral.
e. Lindungi untuk mengatasi terjadinya komplikasi
f. Tempatkan anak di ruang isolasi dan gunakan standar precaustion.
g. Batasi pengunjung dan kurangi stimulus (cahaya dan bising). (Suyanto, 2017)
12. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Meningitis
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat
memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian (Muttaqin,
2008).
i. Identitas
1. Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis
kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, perkerjaan dan alamat.
2. Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama,
hubungan dengan klien, pendidikan, prkerjaan dan
alamat.
ii. Riwayat kesehatan
iii. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit
kepala, mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan tingkat
kesadaran
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien
secara PQRST.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajianpenyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi
pernah kah pasien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis
media, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah
saraf, riwayat trauma kepala. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan
kepada pasien terutama jika ada keluhan batuk produktif dan pernah
mengalami pengobatan obat anti tuberkulosa yang sangat berguna
untuk mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di dalam
keluarga yang pernah mengalami penyakit keturunan yang dapat
memacu terjadinya meningitis.

iv. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis
biasanya bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa
2. Tanda- Tanda Vital
a. TD : Biasanya tekanan darah orang
penyakit meningitis normal atau meningkat
dan berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK ( N = 90- 140 mmHg).
b. Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-
100x/i).
c. Respirasi : Biasanya pernafasan orang
dengan meningitis ini akan lebih meningkat
dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).
d. Suhu : Biasanya pasien meningitis
didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih
dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C –
37,4°C).
3. Pemeriksaan Head To Toe
a) Kepala
Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.
b) Mata
Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi pupil pada pasien meningitis
yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan.
Nerfus V : Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
c) Hidung
Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada
fungsi penciuman
d) Telinga
Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis adanya
tuli konduktif dan tuli persepsi.
e) Mulut
Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris
Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
f) Leher
Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis.
Palpasi : Biasanya teraba distensi vena jugularis.
Nerfus IX dan X : Biasanya pada pasien meningitis kemampuan
menelan kurang baik
Nerfus XI : Biasanya pada pasien meningitis terjadinya kaku
kuduk
g) Dada
1) Paru
I : Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat
perubahan pola nafas
Pa : Biasanya pada pasien meningitis premitus kiri dan kanan
sama
P : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba
A : Biasanya pada pasien meningitis bunyi tambahan seperti
ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa.
2) Jantung
I : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba
Pa : Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial
midklavikula sinistra RIC IV.
P : Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi
jantung II RIC 4-5 midklavikula.
A : Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur.
h) Ekstremitas
Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada
sendi-sendi (khusunya lutut dan pergelangan kaki).Klien sering
mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara
umum sehingga menggangu ADL.
i) Rasangan Meningeal
a. Kaku kuduk
Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesulitan karena
adanya spasme otot-otot .Fleksi menyebabkan nyeri berat.
b. Tanda kernig positif
Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi
kea rah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
c. Tanda Brudzinski
Tanda ini didapatkan jika leher pasien difleksikan, terjadi
fleksi lutut dan pingul: jika dilakukan fleksi pasif pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi, gerakan yang sama
terlihat pada sisi ekstermitas yang berlawanan.

d. Pola Kehidupan Sehari-hari


1) Aktivitas / istirahat
Biasanya pasien mengeluh mengalami peningkatan suhu tubuh
2) Eliminasi
Pasien biasanya didapatkan berkurangnya volume pengeluaran
urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan
penurunan curah jantung ke ginjal.
3) Makanan / cairan
Pasien menyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu mual
dan muntah disebabkan peningkatan asam lambung.
Pemenuhan nutrisi pada pasien meningitis menurun karena
anoreksia dan adanya kejang.
4) Hygiene
Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri karena penurunan kekuatan otot.

e. Data Penujang menurut Hudak dan Gallo(2012):


1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC)
meningkat, kadar glukosa darah mrenurun, protein meningkat,
glukosa serum meningkat
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan
K + turun
5. MRI, CT-Scan

b. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif berhubungan
2. Nyeri Akut
3. Hipertermi
c. Intervensi Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI Rasional
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan Observasi
. Definisi Tekanan Intrakranial 1. Kita harus
Faktor Risiko: Keadekuatan aliran darah Observasi mengetahui apa
1. Keabnormalan masa serebral untuk - Identifikasi penyebab
protrombin/atau masa menunjang fungsi otak penyebab terjadinya
tromboplastin parsial Kriteria Hasil peningkatan TIK peningkatan
2. Penurunan kinerja ventrikel kiri Setelah dilakukan (mis. Lesi, tekanan
3. Aterosklerosis aorta tindakan keperawatan gangguan intracranial
4. Diseksi arteri selama 3 x 24 jam metabolism, edema karena jika tidak
5. Fibrilasi atrium diharapkan perfusi serebral) cepat diobati
6. Tumor otak serebral menurun: - Monitor maka akan
7. Stenosis karotis 1. Tekanan intra tanda/gejala menimbulkan
8. Miksoma atrium kranial peningkatan TIK kondisi serius
9. Koagulopati (mis. Anemia sel 2. Sakit kepala (mis. Tekanan darah yang
sabit) 3. Gelisah meningkat, tekanan menyebabkan
10. Dilatasi kardiomiopati 4. Kecemasan nadi melbar, kondisi serius
11. Koagulasi intravascular diseminata 5. Agitasi bradikardia, pola hinggga
12. Embolisme 6. Demam napas ireguler, mengancam
13. Cedera kepala kesadaran menurun) nyawa.
14. Hiperkolesteronemia - Monitor MAP 2. Kita harus tahu
15. Hipertensi (Mean Arterial apa tanda gejala
16. Endokarditis infektif Pressure) TIK agar kita
17. Katup prostetik mekanis - Monitor CVP bisa mencegah
18. Stenosis mitral (Central Venous sebelum tekanan
19. Neoplasma otak Pressure), jika TIKnya
20. Infark miokard akut perlu meningkat dan
21. Sindrom sick sinus - Monitor ICP (Intra membahayakan
22. Penyalahgunaan zat Cranial Pressure), nyawa seseorang
23. Terapi trombolitik jika tersedia 3. Agar tercapai
24. Efek samping tindakan (mis. - Monitor CPP menurunkan
Tindakan operasi bypass) (Cerebral Perfusion MAP di bawah
Pressure) 25% dan tekanan
- Monitor status sistolik/ diastole/
pernapasan normal.
- Monitor intake dan 4. Untuk
output cairan menentukan
Terapeutik status volume
- Minimalkan pasien dan
stimulus dengan kebutuhan cairan
menyediakan dan untuk
lingkungan yang memeriksa
tenang adanya
- Berikan posisi semi tamponade4
fowler 5. Monitor ICP atau
- Hindari maneuver pemantauan
valsava tekanan intra
- Cegah terjadi cranial adalah tes
kejang diagnostik yang
- Hindari penggunaan membantu
PEEP menetukan
- Hindari pemberian apakah tekanan
cairan IV hipotonik cairan
- Atur ventilator agar serebrospinal
PaCO2 optimal tinggi atau
- Pertahankan suhu rendah sehingga
tubuh normal dapat di berikan
Kolaborasi intervensi atau
- Kolaborasi penanganan
pemberian sedasi segera.
dan anti konvulsan, 6. CPP atau tekanan
jika perlu perfusi serebral
- Kolaborasi adalah gradien
pemberian diuretic tekanan bersih
osmosis, jika perlu yang mendorong
- Kolaborasi pengiriman
pemberian pelunak oksigen ke
tinja, jika perlu jaringan otak.
Sehingga perlu
dilakukan
pemantauan
untuk
memastikan
terjadi
pengiriman
oksigen ke otak.
7. Untuk
mengetahui
perkembangan
status kesehatan
pasien dan
mencegah
komplkasi
lanjutan
8. Untuk
menentukan
keseimbangan
cairan tubuh
klien dan
menentukan
tingkat dehidrasi
klien

2. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri


(L.08066) Observasi : Observasi :
DS : -Klien mengeluh pusing Definisi : 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi
. Pengalaman sensorik karakteristik, nyeri, karakteristik
Penyebab atau emosional yang durasi, frekuensi, nyeri, berapa lama
1. Agen pencedera fisiologis(mis. berkaitan dengan kualitas, intensitas nyeri dirasakan
Inflamasi, iskemnia, neoplasma) kerusakan jaringan actual nyeri. serta kualitas dan
2. Agen pencedera kimiawi (mis. dan fungsional, dengan 2. Identifikasi skala intensitas nyeri
Terbakar, nahan kimia iritan) onset mendadak atau nyeri yang dirasakan
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, lambat dan berintensitas 3. Identifikasi faktor pasien untuk
amputasi, terbakar, terpotong, ringan hingga berat dan yang memperberat mengetahui
mengangkat berat, prosedur konstan. dan memperingan penanganan apa
oprasi, trauma, latihan fisik Kriteria hasil ; nyeri yang akan
berlebihan) Setelah dilakukan Terapeutik diberikan.
Gejala dan Tanda Mayor tindakan keperawatan 1. Berikan teknik non 2. Dengan
Subjektif 3x24 jam masalah nyeri farmakologi untuk mengidentifikasi
1. Mengeluh nyeri akut teratasi dengan mengurangi rasa skala nyeri yang
Objektif indicator : nyeri (mis. TENS, dirasakan klien,
1. Tampak meringis 1. Keluhan nyeri hipnosis, dapat membantu
2. Bersikap Protektif(mis. Waspada, menurun dari akupresure, terapi perawat dalam
posisi menghindari nyeri) meningkat musik, menetapkan
3. Gelisah menjadi sedang biofeedback, terapi diagnose yang
4. Frekuensi nadi meningkat 2. Meringis pijat, aromaterapi, mungkin untuk
5. Sulit tidur menurun dari teknik imajinasi diberikan kepada
Gejala dan Tanda Minor meningkat terbimbing, klien
Subjektif menjadi sedang kompres hangat 3. Mengetahui dan
(tidak tersedia) 3. Sikap protektif atau dingin, terapi menghindari faktor
Obejektif menurun dari bermain). yang memperberat
1. Tekanan darah meningkat meningkat 2. Kontrol lingkungan nyeri.
2. Pola nafas berubah menjadi sedang yang memperberat Terapeutik
3. Nafsu makan berubah 4. Gelisah menurun rasa nyeri (mis. 1. Agar pasien tidak
4. Proses berpikir teganggu dari meningkat suhu ruangan, akan
5. Menarik diri menjadi sedang pencahayaan, ketergantungan
6. Berfokus pda diri sendiri 5. Kesulitan tidur kebisingan). pada obat.
7. Diaforesis menurun dari 3. Pertimbangkan 2. Agar pasien tidak
Kondisi Klinis Terkait cukup meningkat jenis dan sumber akan
1. Kondisi pembedahan menjadi sedang nyeri dalam ketergantungan
2. Cedera traumatis 6. Menarik diri pemilihan strategi pada obat.
3. Infeksi menurun dari meredakan nyeri. 3. Mencegah agar
4. Sindrom koroner akut cukup meningkat Edukasi tidak akan timbul
Glaukoma menjadi cukup 1. Jelaskan penyebab, masalah lain yang
menurun periode, dan akan di rasakan
7. Berfokus pada pemicu nyeri. oleh pasien
diri sendiri 2. Jelaskan strategi sehinnga tindakan
menurun dari meredakan nyeri. berfokus pada
cukup meningkat 3. Jelaskan manajemen nyeri
menjadi cukup farmakologi untuk Edukasi
menurun mengurangi rasa 1. Dengan mengetahui
8. Diaforesis nyeri. penyebab, periode,
menurun dari Kolaborasi dan pemicu nyeri
meningkat 1. Kolaborasi maka pasien dapat
menjadi cukup pemberian analgetik mengatasi rasa
menurun jika perlu nyeri sendiri.
9. Frekuensi nadi 2. Agar pasein dapat
menurun dari memilih strategi
memburuk untuk meredakan
menjadi sedang nyeri yang ia
10. Pola nafas rasakan sendiri
menurun dari sesuai
cukup keinginan dan
memburuk kenyamanannya.
menjadi cukup 3. Agar tindakan
membaik manajemen nyeri
11. Tekanan darah yang diberikan
menurun dari tepat dan sesuai
memburuk saran sehingga
menjadi sedang nyeri yang di
12. Proses berpikir rasakan akan
menurun dari teratasi.
cukup Kolaborasi
memburuk Agar pasien dapat
menjadi cukup mengetahui terapi
membaik farmakologi (obat-
obatan) yang dapat
digunakan selain
non farmakologi
jika terapi non
farmakologi tidak
berhasil.
3. Hipertermi (D.0130) Termoregulasi SIKI Manajemen
Kategori : Lingkungan (L.14134) Manajemen Hipertermia: Hipertermia
Sub kategori :Keamanan dan Proteksi Definisi : Observasi: Observasi
Definisi : Pengaturan suhu tubuh - Identifikasi penyebab - Dengan
Suhu tubuh meningkat di atas rentang agar tetatp berada pada hipertermia mengidentifikasi
normal tubuh. rentang normal. - Monitor suhu tubuh penyebab dari
Penyebab Kriteria hasil : - Monitor kadar hipertermi
1. Dehidrasi Setelah dilakukan elektrolit perawat dapat
2. Terpapar lingkungan panas tindakan keperawatan Terapeutik : dengan mudah
3. Proses penyakit (mis. 3x24 jam malah - Sediakan lingkungan untuk
Infeksi, kanker) hipertermia teratasi yang dingin memberikan
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan indicator : Edukasi : intervensi
dengan suhu lingkungan 1. Kulit merah - Anjurkan tirah baring berdasarkan
5. Peningkatan laju membaik dari Kolaborasi : penyebabnya
metabolism cukup meningkat - Kolaborasi pemberian - Memantau suhu
6. Respon trauma menjadi cukup cairan dan elektrolit tubuh dilakukan
7. Aktivitas berlebihan menurun intravena, (jika perlu). untuk
8. Penggunaan incubator 2. Kejang membaik memastikan suhu
Gejala dan Tanda Mayor dari cukup tubuh pasien
Subjektif meningkat sudah berada di
(tidak tersedia) menjadi cukup batas normal
Objektif menurun - Memonitor kadar
1. Suhu tubuh di atas nilai normal 3. Takikardi elektrolit pasien
Gejala dan tanda minor membaik dari dilakukan untuk
Subjektif cukup meningkat memastikan
(tidak tersedia) menjadi cukup cairan elektrolit
Objektif menurun klien tetap berada
1. Kulit merah 4. Takipnea pada nilai normal
2. Kejang membaik dari Terapeutik
3. Takikardi cukup meningkat - Agar suhu tubuh
4. Takipnea menjadi cukup tidak semakin
5. Kulit terasa hangat menurun tinggi
5. Suhu tubuh Edukasi
Kondisi klinis terkait membaik dari - Untuk
1. Proses infeksi cukup memburuk menghilangkan
2. Hipertiroid menjadi cukup stress pada otot-
3. Stroke membaik otot punggung
4. Dehidrasi 6. Suhu kulit Kolaborasi
5. Trauma membaik dari - Pemberian cairan
6. Prematuritas cukup memburuk dan elektrolit
menjadi cukup melalui intravena
membaik. dilakukan untuk
mengatasi
kekurangan cairan
pada pasien
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
a. Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater).
b. Etiologi : Bakteri, virus,  faktor prediposisi, faktor maternal, faktor imunologi, anak dengan
kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan.
c. Klasifikasi Meningitis :Meningitis bacterial /purulenta /septik, Meningitis virus, Meningitis
jamur
d. Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk. Namun pada anak di
bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi meningen lain mungkin tidak ditemui.
e. Komplikasi : Hidrosefalus obstruktif, Meningococcal septicemia (mengingocemia), Sindrome
water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral), SIADH ( Syndrome
Inappropriate Antidiuretic hormone ), Efusi subdural, Kejang, Edema dan herniasi serebral,
Cerebral palsy, Gangguan mental, Gangguan belajar, Attention deficit disorder
f. Melihat kenyataan Meningitis menyerang anak – anak secara mendadak, penulis berharap
pembaca lebih sadar dan hati-hati serta peduli tentang bagaimana cepatnya penyakit meningitis
menyerang anak – anak di atas dua tahun.

B. Saran
a. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang meningitis dan
problem solving yang efektif  dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau
health education mengenai meningitis kepada para orang tua anak yang paling utama.

b. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya meningitis dan
meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Batticaca, fransisca B. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Doctherman, J .M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing
Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Doctheman, J .M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia

Jannis & Hendrik. 2006. Meningitis Mortallty In Neurologi Ward Of Dr. Cipto
Mangukusumo Hospital. Jakarta: Med J Indones. tersedia pada
http://www.google.com/www.jurnal.ipi.ac.id di akses pada tanggal 6 Febuari 2017

Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika

Masfiyah., Aris Catur Bintoro., & Purnomo Hadi. 2013. Gambaran Definitif Meningitis
Tuberkulosa di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang: FK Unissula Semarang. tersedia
pada http://www.google.com/www.jurnal.ipi .ac.id eduhealth di akses pada tanggal 26
Januari 2017

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Simanullang rolentina., Sori Muda sarumpaet., Rasmaliah. 2014. Karakteristik Penderita


Meningitis Anak Yang di Rawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Sumatara
Utara: FKM Usu. tersedia pada

http://www.google.com/www.jurnal ipi.ac.id eduhealth di akses pada tanggal 12 Januari


2017

Anda mungkin juga menyukai