DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
KELAS TK.2B
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 Prodi D-III Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum
sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................6
C. Tujuan.................................................................................................................................6
BAB II.........................................................................................................................................8
TINJAUAN TEORITIS.............................................................................................................8
A. Konsep Penyakit Meningitis...............................................................................................8
1. Pengertian Penyakit Meningitis..........................................................................................8
3. Klasifikasi Meningitis.........................................................................................................8
4. Etiologi...............................................................................................................................9
5. Patofisiologi......................................................................................................................11
6. WOC.................................................................................................................................12
7. Manifestasi klinis..............................................................................................................14
8. Komplikasi Meningitis.....................................................................................................15
9. Pencegahan Meningitis.....................................................................................................15
10. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................16
11. Penatalaksanaan Meningitis.............................................................................................16
12. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Meningitis..............................................................19
a. Pengkajian keperawatan...................................................................................................19
b. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................23
c. Intervensi Keperawatan....................................................................................................24
BAB III......................................................................................................................................34
PENUTUP.................................................................................................................................34
A. Simpulan...........................................................................................................................34
B. Saran.................................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi otak merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada jaringan otak.
Penyakit infeksi otak bermacam-macam seperti Meningitis,
Meningoensefalitis, dan Abses serebri. Peradangan pada meningen
khususnya pada bagian araknoid dan piamater (leptomeningens) disebut
meningitis. Meningitis merupakan peradangan pada meningen yaitu
membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam ini
adalah “ Bagaiamana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Meningitis”
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Meningitis
b. Tujuan Khusus
i. Mendeskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada pasien
dengan Meningitis.
3. Klasifikasi Meningitis
Meningitis diklasifikasikan sesuai dengan faktor penyebabnya:
a. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen
yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah di ruang
subarakhnoid.Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus
dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh korteks serebri
dan lapisan otak.Mekanisme atau respons dari jaringan otak terhadap virus bervariasi bergantung pada
jenis sel yang terlibat.
b. Sepsis
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti
meningokokus, stafilokokus, atau basilus influenza.Bakteri paling sering dijumpai pada meningitis
bakteri akut, yaitu Neiserria meningitdis (meningitis meningokokus), Streptococcus pneumoniae (pada
dewasa), dan Haemophilus influenzae (pada anakanak dan dewasa muda). Bentuk penularannya melalui
kontak langsung, yang mencakup droplet dan sekret dari hidung dan tenggorok yang membawa kuman
(paling sering) atau infeksi dari orang lain. Akibatnya, banyak yang tidak berkembang menjadi infeksi
tetapi menjadi pembawa (carrier). Insiden tertinggi pada meningitis disebabkan oleh bakteri gram
negatif yang terjadi pada lansia sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah saraf atau seseorang
yang mengalami gangguan respons imun.
c. Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.Infeksi meningen umumnya
dihubungkan dengan satu atau dua jalan, yaitu melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari
infeksi-infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau melalui penekanan langsung seperti didapat setelah
cedera traumatik tulang wajah. Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus merupakan iatrogenik atau
hasil sekunder prosedur invasif seperti lumbal pungsi) atau alat-alat invasif (seperti alat pemantau TIK)
1. Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,
yaitu:
a. Meningitis Serosa Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b. Meningitis Purulenta Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus
pneumonia (pneumokokus), Neisseria meningitis (meningokokus), Streptococcus haemolyticuss
, Staphylococcus aureus, Haemophilusinfluenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa. (Juliana, 2015)
4. Etiologi
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai
macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis
(Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus group A,
Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus.
Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak,
infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan meningkatkan terjadinya
meningitis.
i. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah:
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria
meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam bakteri sebagai
benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil,
monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai respon
peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk
di ruang subaraknoid. Penumpukan didalam cairan serebrospinal akan
menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat menggangu aliran
serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis. Sebagian akan
menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan dapat menimbulkan
hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat
menimbulkan peradangan lebih lanjut dan peningkatan tekanan
intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan
spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat
lebih panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau keluar dari sel.
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater,
araknoid dan piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang
mengalir melalui ruang subaraknoid di dalam system ventrikel dan sekitar
otak dan medulla spinalis. CSF diabsobsi melalui araknoid pada lapisan
araknoid dari meningintis.
Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood
brain barrier. Cara masuknya dapat terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur
pembedahan atau pecahnya abses serebral. Meningitis juga dapat terjadi bila
adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia luar. Masuknya
mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang subarakhoid
dapat menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan
serebrospinal dan ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui
Trombo emboli
Menyebar ke CSS
Meningitis
Bakteri masuk ke meningen
9. Pencegahan Meningitis
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdisposisi
seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis
serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala
infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk
mengidentifikasi faktor atau jenis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai
dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.
Vaksin konjugat pneumokokus.Vaksin tersebut dianjurkan untuk diberikan kepada bayi dan
anak yang berusia 2 bulan hingga 9 tahun. Pemberian vaksin paling baik dilakukan pada usia 2 bulan, 4
bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 15 bulan. Vaksin konjugat pneumokokus juga hanya menimbulkan efek
samping yang ringan seperti kulit kemerahan, sedikit bengkak dan nyeri pada daerah sekitar suntikan.
Gejala umum setelah pemberian vaksin seperti demam, mengantuk, rewel, nafsu makan berkurang,
jarang ditemukan pada bayi.
Beberapa upaya preventif pada anak yang dapat dilakukan di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan imunisasi tepat waktu.
b. Pada usia bayi 0-1 tahun usahakan membatasi diri untuk keluar rumah atau jalan-jalan
ketempat-tempat ramai seperti mall, pasar, dan rumah sakit.
c. Menjauhkan anak dari orang yang sakit.
a. Usahakan anak tetap berada pada lingkungan dengan temperatur yang nyaman.
(Suyanto, 2017)
1. Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan
protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
2. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat,
glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan
prosedur khusus.
b. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
c. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
d. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksibakteri )
e. Elektrolit darah : Abnormal .
f. ESR/LED : meningkat pada meningitis
g. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerahpusat infeksi
atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
h. MRI/ scan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letakventrikel;
hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
i. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial. (Suyanto,
2017)
Perawatan diberikan awalnya di emergensi sampai kondisi anak stabil kemudian di ruangan,
perawatan yang diberikan meliputi:
a. Observasi status pernapasan anak.
b. Observasi status neurologis.
c. Tempatkan anak dengan posisi miring atau terlentang.
d. Pertahankan hidrasi dengan memberikan cairan peroral.
e. Lindungi untuk mengatasi terjadinya komplikasi
f. Tempatkan anak di ruang isolasi dan gunakan standar precaustion.
g. Batasi pengunjung dan kurangi stimulus (cahaya dan bising). (Suyanto, 2017)
12. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Meningitis
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat
memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian (Muttaqin,
2008).
i. Identitas
1. Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis
kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, perkerjaan dan alamat.
2. Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama,
hubungan dengan klien, pendidikan, prkerjaan dan
alamat.
ii. Riwayat kesehatan
iii. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit
kepala, mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan tingkat
kesadaran
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien
secara PQRST.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajianpenyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi
pernah kah pasien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis
media, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah
saraf, riwayat trauma kepala. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan
kepada pasien terutama jika ada keluhan batuk produktif dan pernah
mengalami pengobatan obat anti tuberkulosa yang sangat berguna
untuk mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di dalam
keluarga yang pernah mengalami penyakit keturunan yang dapat
memacu terjadinya meningitis.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif berhubungan
2. Nyeri Akut
3. Hipertermi
c. Intervensi Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI Rasional
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan Observasi
. Definisi Tekanan Intrakranial 1. Kita harus
Faktor Risiko: Keadekuatan aliran darah Observasi mengetahui apa
1. Keabnormalan masa serebral untuk - Identifikasi penyebab
protrombin/atau masa menunjang fungsi otak penyebab terjadinya
tromboplastin parsial Kriteria Hasil peningkatan TIK peningkatan
2. Penurunan kinerja ventrikel kiri Setelah dilakukan (mis. Lesi, tekanan
3. Aterosklerosis aorta tindakan keperawatan gangguan intracranial
4. Diseksi arteri selama 3 x 24 jam metabolism, edema karena jika tidak
5. Fibrilasi atrium diharapkan perfusi serebral) cepat diobati
6. Tumor otak serebral menurun: - Monitor maka akan
7. Stenosis karotis 1. Tekanan intra tanda/gejala menimbulkan
8. Miksoma atrium kranial peningkatan TIK kondisi serius
9. Koagulopati (mis. Anemia sel 2. Sakit kepala (mis. Tekanan darah yang
sabit) 3. Gelisah meningkat, tekanan menyebabkan
10. Dilatasi kardiomiopati 4. Kecemasan nadi melbar, kondisi serius
11. Koagulasi intravascular diseminata 5. Agitasi bradikardia, pola hinggga
12. Embolisme 6. Demam napas ireguler, mengancam
13. Cedera kepala kesadaran menurun) nyawa.
14. Hiperkolesteronemia - Monitor MAP 2. Kita harus tahu
15. Hipertensi (Mean Arterial apa tanda gejala
16. Endokarditis infektif Pressure) TIK agar kita
17. Katup prostetik mekanis - Monitor CVP bisa mencegah
18. Stenosis mitral (Central Venous sebelum tekanan
19. Neoplasma otak Pressure), jika TIKnya
20. Infark miokard akut perlu meningkat dan
21. Sindrom sick sinus - Monitor ICP (Intra membahayakan
22. Penyalahgunaan zat Cranial Pressure), nyawa seseorang
23. Terapi trombolitik jika tersedia 3. Agar tercapai
24. Efek samping tindakan (mis. - Monitor CPP menurunkan
Tindakan operasi bypass) (Cerebral Perfusion MAP di bawah
Pressure) 25% dan tekanan
- Monitor status sistolik/ diastole/
pernapasan normal.
- Monitor intake dan 4. Untuk
output cairan menentukan
Terapeutik status volume
- Minimalkan pasien dan
stimulus dengan kebutuhan cairan
menyediakan dan untuk
lingkungan yang memeriksa
tenang adanya
- Berikan posisi semi tamponade4
fowler 5. Monitor ICP atau
- Hindari maneuver pemantauan
valsava tekanan intra
- Cegah terjadi cranial adalah tes
kejang diagnostik yang
- Hindari penggunaan membantu
PEEP menetukan
- Hindari pemberian apakah tekanan
cairan IV hipotonik cairan
- Atur ventilator agar serebrospinal
PaCO2 optimal tinggi atau
- Pertahankan suhu rendah sehingga
tubuh normal dapat di berikan
Kolaborasi intervensi atau
- Kolaborasi penanganan
pemberian sedasi segera.
dan anti konvulsan, 6. CPP atau tekanan
jika perlu perfusi serebral
- Kolaborasi adalah gradien
pemberian diuretic tekanan bersih
osmosis, jika perlu yang mendorong
- Kolaborasi pengiriman
pemberian pelunak oksigen ke
tinja, jika perlu jaringan otak.
Sehingga perlu
dilakukan
pemantauan
untuk
memastikan
terjadi
pengiriman
oksigen ke otak.
7. Untuk
mengetahui
perkembangan
status kesehatan
pasien dan
mencegah
komplkasi
lanjutan
8. Untuk
menentukan
keseimbangan
cairan tubuh
klien dan
menentukan
tingkat dehidrasi
klien
B. Saran
a. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang meningitis dan
problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau
health education mengenai meningitis kepada para orang tua anak yang paling utama.
b. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya meningitis dan
meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Batticaca, fransisca B. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Doctherman, J .M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing
Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Doctheman, J .M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia
Jannis & Hendrik. 2006. Meningitis Mortallty In Neurologi Ward Of Dr. Cipto
Mangukusumo Hospital. Jakarta: Med J Indones. tersedia pada
http://www.google.com/www.jurnal.ipi.ac.id di akses pada tanggal 6 Febuari 2017
Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Masfiyah., Aris Catur Bintoro., & Purnomo Hadi. 2013. Gambaran Definitif Meningitis
Tuberkulosa di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang: FK Unissula Semarang. tersedia
pada http://www.google.com/www.jurnal.ipi .ac.id eduhealth di akses pada tanggal 26
Januari 2017
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta