NURSING
Abstrak
Salah satu terapi yang digunakan untuk menurunkan kecemasan pada anak usia sekolah selama hospitalisasi adalah dengan
melakukan terapi bermain all tangled up. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan
anak usia sekolah selama hospitalisasi di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Desain
penelitian quasi experimental pre-post test with control group. Sampel berjumlah 68 orang yang meliputi 34 orang
kelompok intervensi dan 34 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan penurunan skor tingkat kecemasan pada
anak usia sekolah lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol (p value<0.05). Terapi bermain
all tangled up direkomendasikan diterapkan sebagai terapi keperawatan merawat klien anak usia sekolah yang mengalami
kecemasan selama hospitalisasi.
Abstract
One of therapies to decrease anxiety of school-aged children while hospitalized is by playing therapy called all tangled up.
The aim of this study was to know influence of playing therapy called all tangled up to school-aged children while
hospitalized at Syekh Yusuf Regional Hospital of Gowa, province of South Sulawesi. This study used a Quasi-experimental
design with pre-post test and control group. A number of 68 samples including 34 people the intervention group and 34 the
control group. The results showed the decrease in the anxiety score of school-aged children in the intervention group was
higher than in the control group (p value <0.05). Playing therapy called all tangled up is recommended as a therapy
applied in the advanced nursing care for school-aged children clients with anxiety while hospitalized
kesehatan termasuk perawat dalam upaya bermain all tangled up yang merupakan salah
merawat pasien anak. satu bentuk terapi bermain prescriptive, terapi
ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
Kondisi sakit pada anak sekolah sangat membantu pasien mengungkapkan perasaan
memungkinkan anak membutuhkan pelayanan takut dan cemas, identifikasi strategi koping
kesehatan di rumah sakit (RS). Di Amerika serta menurunkan frekuensi, intensitas dan
Serikat, diperkirakan lebih dari 5 juta anak angka ketakutan dan kecemasan pada anak.
menjalani hospitalisasi karena prosedur Terapi ini dapat berupa terapi individu dan terapi
pembedahan dan lebih dari 50% dari jumlah keluarga, penggunan media bermain dalam
tersebut, anak mengalami kecemasan dan stres terapi dapat mempermudah pencapaian tujuan
(Kain, et al, 2006). Diperkirakan juga lebih dari terapi serta hubungan bina percaya antara anak
1,6 juta anak dan anak usia antara 10-19 tahun dan terapis
menjalani hospitalisasi disebabkan karena injury
dan berbagai penyebab lainnya (Disease Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Control, National Hospital Discharge Survey oleh Constantinou (2007) yang menyatakan
(NHDS), 2004 dalam Stubbe, 2008). Di bahwa terapi bermain Gestalt mampu
Indonesia, diperkirakan 35 per 1000 anak menurukan kecemasan pada anak dengan
menjalani hospitalisasi (Sumaryoko, 2008 dalam hospitalisasi selain itu mampu meningkatkan
Purwandari, 2009). Perawatan anak sakit selama kemampuan anak dan keluarga untuk berpikir
dirawat dirumah sakit atau hospitalisasi dan berperilaku positif akan kondisi
menimbulkan krisis dan kecemasan tersendiri kesehatannya. Hal yang sama juga ditemukan
bagi anak dan keluarganya Sholikha (2011) yang menyatakan bahwa terapi
bermain dengan konsep theraupetic peer play
Hospitalisasi selama kanak-kanak adalah mampu menurunkan kecemasan dan
pengalaman yang memiliki efek yang lama. meningkatkan kemandirian anak anak dengan
Kira-kira satu dari tiga anak pernah mengalami hospitalisasi, Begitu pun dengan penelitian yang
hospitalisasi (Fortinas & Worret, 2011). dilakukan oleh Goodyear (2002) yang
Menurut penelitian Katalae (2007) hospitalisasi menyatakan terapi bermain mampu
dapat menyebabkan munculnya stress, mempercepat pencapaian proses terapi dan
kecemasan dan ketakutan diantara pasien anak- meningkatkan kedekatan terapis dan anak
anak yang belum memahami alasan mereka selama proses terapi. Berdasarkan hal tersebut
dirawat di rumah sakit penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang terapi bermain all tangled up.
penelitian Nisha (2013) yang menyatakan
bahawa ada sekitar 65 % persen anak yang akan Metode
diberikan tindakan operatif di rumah sakit
mengalami kecemasan karena kondisi rumah Desain penelitian yang digunakan adalah quasi
sakit, dan setelah diberikan terapi bermain eksperimental dengan pendekatan pre test – post
sekitar 80 % dari anak anak yang diberikan test control group. Desain ini dipilih karena
terapi, kecemasannya menurun dari kecemasan kontrol secara penuh terhadap variabel dan
sedang menjadi ringan. randomisasi sampel tidak mungkin dilakukan
(Watson, dkk, 2008)
Untuk menghadapi kecemasan anak Beberapa
terapi bermain telah digunakan diantaranya Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum
adalah dengan terapi bermain seperti terapi Daerah Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi
Selatan merupakan rumah sakit tipe A yang menjadi responden setelah diberikan penjelasan
telah memberikan layanan spesialistik luas., tentang tujuan dan manfaat penelitian. Lembar
RSUD Syekh Yusuf Berdasarkan data Diklit kuisioner diisi oleh responden (kuesioner pre test
Rumah Sakit Umum Daerah tahun 2014 Jumlah tentang kecemasan) pada hari pertama, peneliti
pasien anak di ruang perawatan anak Rumah atau asisten peneliti melakukan pendampingan
Sakit Umum Daerah tahun 2013 berkisar 935 selama pengisian kuesioner untuk melihat tingkat
orang, di ruang perawatan anak periode Januari- kecemasan klien sebelum pemberian terapi. Pada
Februari 2014 mencapai 159 orang. kelompok kontrol, pengisian lembar kuesioner
kecemasan diberikan pada hari pertama. Pada
kelompok intervensi, hari pertama hingga hari
Pada penelitian ini diperoleh 68 Responden yang ketiga diberikan terapi bermain al tangled up
terdiri dari 34 responden kelompok intervensi dan (tiga sesi) pada kelompok intervensi,sesi pertama
34 responden kelompok kontrol. Jumlah pasien diberikan hari pertama, sesi kedua diberikan hari
anak di ruang perawatan II selama periode kedua dan sesi ketiga diberikan hari ketiga namun
penelitian ini sebesar 190 orang tetap disesuaikan dengan kondisi anak,
selanjutnya pengisian kuesioner kecemasan untuk
Jenis alat yang digunakan untuk pengumpulan
melihat kecemasan responden setelah terapi.
data pada penelitian ini yaitu kuesioner, yang
Adapun langkah-langkah terapi bermain all
meliputi: Kuesioner A: kuesioner karakteristik
tangled up ini sebagai berikut : Pelaksanaan
demografi yang terdiri dari Nomor reponden,
kegiatan ini terdiri dari 3 sesi dan masing-masing
inisial, usia, jenis kelamin, nama wali/orang tua,
sesi dilaksanakan dalam waktu 30-40 menit.
lama dirawat di rumah sakit. Bentuk pertanyaan
Adapun uraian kegiatan ini adalah Sesi 1 :
pada kuesioner ini berupa pilihan dan isian
Psikoedukasi Kecemasan , sesi 2 : Latihan
singkat, Kuesioner B: Kuesioner untuk mengukur
Mengungkapkan kecemasan verbal dan non
kecemasaan anak, instrument yang digunakan
verbal, Sesi 3 : Evaluasi Kemampuan mengatasi
adalah children anxiety scale versi china atau
kecemasan.
CSAS ( Li dan Violeta, 2004), instrument ini
terdiri dari 10 item pernyataan yang ditambah
Tahap terminasi, Setelah diberikan terapi
dengan 10 pertanyaan terdiri dari 15 pertanyaan
selanjutnya dilakukan post test pada keloompok
positif dan 5 pernyataan negatif yang semuanya
intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol
diklasifikasikan dalam jawaban dengan 1-3
terlebih dahulu diberikan post test kemudian
sehingga nilai yang diperoleh dari instrumen
terapi bermain all tangled up pada hari ketiga
tersebut dalam rentang 20-60
setelah pengisian kuesioner peneliti segera
mengumpulkan kuesioner tersebut dan
Pelaksanaan Penelitian : Melakukan seleksi
melakukan editing dengan mengecek
asisten peneliti, yaitu Perawat di ruang rawat
kelengkapan halaman kuesioner dan kelengkapan
anak dengan pendidikan miniman D III, pelatihan
jawaban. Data yang telah diperoleh selanjutnya
tentang pengambilan data diberikan kepada
akan diolah
asisten yang telah terpilih. Asisten peneliti ini
bertugas membantu peneliti melakukan pre dan
post test pada kelompok kontrol. Melakukan Hasil Penelitian
seleksi responden berdasarkan kriteria inklusi
kemudian jika anak bersedia menjadi responden Pada bagian ini akan diuraikan hasil penelitian
dengan persetujuan orang tua maka orang tua tentang pengaruh terapi bermain all tangled up
diminta untuk menandatangani surat persetujuan terhadap kecemasan anak usia sekolah.
Karakteri Jenis P
Mean SD
stik Kelompok Valu Rerata skor tingkat kecemasan pada kelompok
e kontrol jauh lebih tinggi yaitu 40,18
0,90 dibandingkan dengan skor tingkat kecemasan
Intervensi 7,82 4
Usia
1,000 pada kelompok intervensi 38, 62. Berdasarkan
Kontrol 7.82 1.167
1,03 hasil uji diperoleh p=0,0001 (p <0,05)
Total 7,82 5 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
Lama perbedaan skor tingkat kecemasan antara
Intervensi 1,18 1,18
dirawa 0,061 kelompok kontrol dan kelompok intervensi
t Kontrol 2,56 3,24 meskipun masih berada pada tingkat kecemasan
Total 1,87 2,21 yang sama
Tabel 3. Perbedaan Kecemasan Sebelum Terapi
Bermain All Tangled Up Pada Kelompok Intervensi
Anak usia sekolah yang menjadi responden dan Kelompok Kontrol (n=68)
dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak
pada kelompok intervensi dan pada kelompok Kelompok Mean SD P value
kontrol.kelompok intervensi dan kelompok
kontrol tidak setara Intervensi 38,62 1,792
0,604
Kontrol 40,18 2,416
Jenis penyakit yang dilihat dari pasien
intervensi dan kontrol dibagi atas penyakit
38,62 1,792
Koefisien korelasi antara usia dan kecemasan
Intervensi yaitu sebesar -0,107 . Hasil uji statistik
0,0001
27.82 2,249 menunjukkan tidak terdapat hubungan
40,18 4,352 signifikan antara usia dan kecemasan.
Kontrol 0,0001
43,15 2,298 Koefisien korelasi antara lama dirawat dan
kecemasan sebesar 0,055. Hasil uji statistik
menunjukkan tidak terdapat hubungan
Rerata skor tingkat kecemasan pada kelompok signifikan antara lama dirawat dan kecemasan.
kontrol setelah pemberian terapi bermain all
tangled up pada kelompok intervensi jauh
lebih tinggi yaitu 43,18 dibandingkan dengan
bermain pada anak dengan metode quasi modifikasi bersama terapi lain yang juga diteliti
ekperimen menemukan bahwa anak yang telah mampu menurunkan tingkat kecemasan
mendapatkan terapi bermain akan mengalami selama anak menjalani hospitalisasi, seperti
penurunan kecemasan dengan nilai SD 0,8 dengan memberikan terapi bermain yang
lebih baik dibandingkan anak yang tidak berpusat pada anak atau Child Centered Play
mendapatkan terapi bermain, Granucci (2002) Therapy (CCPT) yang diberikan pada anak –
menyatakan terapi bermain yang terdiri dari anak yang akan mendapatkan tindakan medis,
beberapa sesi dan setiap sesinya berlangsung media yang digunakan dapat membantu anak
dalam waktu singkat mampu menurunkan memahami prosedur medis yang akan
kecemasan pada anak. dilakukan, ternyata anak lebih mudah menerima
dan menurunkan kecemasannya sehingga anak
Terapi bermain all tangled up sebagai salah akan lebih cepat menerima tindakan medis yang
satu terapi yang dapat diberikan dengan akan dilaksanakan (Lewick, 2013). Terapi
harapan agar anak mampu mengungkapkan bermain yang berfokus pada anak tidak pada
kecemasan atau ketakutannya serta menemukan masalah dan lebih fokus pada kondisi sekarang
cara untuk mengatasi kecemasannya itu sendiri, anak bukan pada kondisi di waktu lalu, terapi
Levy (2009) menyatakan bahwa terapi bermain bermain yang diberikan secara intensiv, terapi
memiliki 2 pola kognitif utama yaitu eksplisit yang diberikan dalam waktu yang singkat pada
dan implisit, eksplisit merupakan bagian yang anak- anak yang mengalami kecemasan dapat
secara alami telah dimiliki yaitu kata-kata, anak memberikan hasil yang maksimal. Kombinasi
usia sekolah dalam penelitian ini telah mampu dua terapi ini didasarkan pada teori dasar terapi
menyampaikan pikiran serta perasaannya dalam bermain Non directive playing therapy, secara
kata-kata namun kembali menurut Levy (2009) khusus menurut Axline (2009) Child Centered
selain kemampuan eksplisit ada pula Play Therapy (CCPT) merupakan terapi yang
kemampuan implisit dimana prosesnya melalui memberikan kepercayaan pada anak untuk
pengungkapan dengan menggunakan simbol- memiliki kemampuannya sendiri dalam
simbol yang terkadang tidak dapat diungkapkan mengatasi masalah termasuk masalah perilaku
dengan kata-kata, Baggerly dan Bratton dan kesehatannya. Oleh karena itu peneliti
(2010) menyatakan bahwa kognitif implisit ini berupaya mengkombinasikan kedua terapi ini
berada pada area dibawah sadar manusia karena sehingga bermanfaat digunakan dalam terapi
tidak memiliki kode tersendiri, berbeda dengan untuk anak-anak dalam masa hospitalisasi. pada
kemampuan kognitif explisit yang dapat penelitian ini pula peneliti berupaya membagi
membentuk sistem teritegrasi antara alam sadar atas 3 sesi, sesi pertama yang berupa
dan bawah sadar, Bratton dan Rhine(2005) psikoedukasi, psikoedukasi ditujukan
menyatakan bahwa terapi bermain digunakan meningkatkan pemahaman anak tentang
untuk membantu anak mengatasi masalah kecemasan itu sendiri, Lukens dan McFarlane
emosi dan perilakunya berdasarakan keunikan (2004) menyatakan bahwa psikoedukasi adalah
dan kebutuhan dan tahapan perkembangannya. bentuk intervensi yang menyatukan edukasi dan
teori ini sangat mendukung penggunaan pendidikan serta memudahkan proses terapi,
beberapa media permainan yang bersifat penambahan sesi psikoedukasi ini turut menjadi
simbolik dalam terapi bermain all tangled up. pendukung efektifitas proses terapi ini,
meskipun tidak dipungkiri sesi kedua yang
Penggunaan terapi bermain all tangled up pada merupakan inti terapi bermain all tangled up
penelitian ini berdasarkan terapi bermain yang serta sesi ketiga yang merupakan sesi evaluasi
dilakukan oleh Goodyear (2002) dengan yang beperan melihat kembali
Volume 1 Nomor 1, Juli 2016 75
JOURNAL OF ISLAMIC
NURSING
berfokus pada hal yang penting dan Aktivitas terapi bermain all tangled up yang
mengesampingkan hal yang lain (Stuart, 2002). diberikan oleh perawat diharapkan dapat
membantu anak dalam mengatasi permasalahan
Anak usia sekolah berada fase perkembangan dengan meminta mereka melakukan beberapa
industri, pada fase perkembangan ini anak akan aktifitas misalnya dengan menggambar dan
aktif mendengarkan dan meningkatkan merangkai sesuatu. Dalam pandangan
kemampuannya. hospitalisasi pada anak usia interpersonal, kecemasan berhubungan dengan
sekolah dapat menimbulkan perubahan perkembangan trauma seperti akibat perpisahan
perilaku, pernyataan dan reaksi terhadap dan kehilangan. Apabila pemahaman anak
kecemasan. (Lerwick, 2013) tentang penyakit, perpisahan dan cedera tubuh
selama dirawat meningkat, diharapkan akan
Pemberian terapi bermain all tangled up ini menurunkan ancaman terhadap integritas fisik
diberikan pada anak usia sekolah dengan dan sistem dalam diri anak.
kecemasan karena hospitalisasi dengan maksud
agar dapat menurunkan angka kecemasan anak Keberhasilan terapi juga didukung dengan
karena perawatan di rumah sakit, beberapa kemampuan terapis itu sendiri, menurut Fonagy
penelitian seperti penelitian oleh Sholikha dan Target (2002), dalam proses terapi bermain,
(2011) menyatakan bahwa angka kecemasan media permainan akan membantu terapis lebih
anak karena hospitalisasi cukup tinggi, kondisi dekat dengan pasien atau anak, terapis harus
ini bisa disebabkan karena hospitalisasi dapat bersikap lebih terfokus pada klien. Terapi
menimbulkan respon yang kurang bermain all tangled up ini berupaya
menyenangkan bagi anak, baik menimbulkan menggunakan media permainan yang mudah
stres ataupun takut. Pada anak usia sekolah diterima oleh anak, sehingga memudahkan
yang menjalani hospitalisasi, seringkali proses bina percaya dan kedekatan dengan
kebutuhan untuk mengekspresikan sikap terapis atau perawat, hal ini didukung dengan
permusuhan, marah atau perasaaan negatif teori Sigmund Freud yang menyatakan tahapan
lainnya muncul dengan cara lain seperti perkembangan anak usia sekolah masih akan
irritabilitas dan agresi terhadap orang tua, disertai dengan keinginan untuk bermain dan
menarik diri dari petugas kesehatan, tidak mulai lebih kreatif, dengan demikian pemilihan
mampu berhubungan dengan teman sebaya, media permainan tersebut selain memudahkan
menolak sibling atau masalah perilaku sekolah terapis dalam memberikan terapi juga dapat
(Hockenbery & Wilson, 2009). membantu anak untuk menyalurkan pikiran dan
perasaannya.
Adapun pada kelompok kontrol terlihat ada
peningkatan jumlah skor kecemasan, kondisi ini Terapi bermain all tangled up ini sesuai
dapat disebabkan karena tidak diberikannya dengan tujuannya ternyata mampu menurunkan
terapi bermain all tangled up serta berbagai kecemasan yang cukup signifikan sebesar 38,8
faktor lain seperti kondisi penyakit serta % .Penelitian meta analisis dari berbagai terapi
kemampuan adaptasi anak selama menjalani bermain yang dilakukan oleh Bratton, Ray dan
perawatan di rumah sakit, hal ini sesuai dengan Rhine (2005) menemukan bahwa terapi
penelitian yang dilakukan oleh Roberts (2012) bermain sangat efektif dengan SD intervensi
tentang persepi perawat terhadap anak yang sebesar 0,8, dukungan orang tua dalam terapi
berada dalam masa perawatan di rumah sakit. bermain juga sangat mampu meningkatkan
efektifitas terapi bermain. jika dibandingkan
dengan beberapa terapi bermain lainnya seperti
Volume 1 Nomor 1, Juli 2016 77
JOURNAL OF ISLAMIC
NURSING
Child Centered Play Therapy (48%,4), terapi Keterbatasan penelitian yang ditemukan
bermain Adlerian (22.6%) dan cognitive peneliti selama penelitian berlangsung adalah
behavior playing therapy (9,7%). (Tsai, 2013), tidak semua anak yang dirawat dapat langsung
maka terapi bermain all tangled up memiliki dijadikan sampel penelitian karena beberapa
efektifitas yang cukup signifikan dalam anak memiliki kondisi yang kurang
mengatasi masalah pada anak khususnya memungkinkan untuk melakukan aktivitas
kecemasan, meski pun persentasi keberhasilan menggambar seperti anak masih terlihat lelah
terapi bermain all tangled up masih kecil dan lemah. Peneliti mengambil data pre dan
karena terapi ini belum banyak diberikan dan post tes dengan bantuan asisten peneliti,.
digunakan sebagai salah satu terapi yang Peneliti memilih sampel dengan kriteria anak
mampu menurunkan kecemasan anak. yang didampingi orang tua, namun pada saat
Lesniak (2003) meneliti tentang terapi bermain proses pemberian terapi terkadang orang tua
non directive, terapi tersebut cukup efektif kurang berperan aktif dalam mendampingi dan
namum keberhasilannya sangat dipengaruhi mengarahkan anak. Pemberian terapi bermain
oleh jumlah sesi serta metode yang digunakan all tangled up pada setiap anak tidak semuanya
terapis, jika dibandingkan dengan terapi sesuai dengan jadwal, seperti penggabungan 2
bermain all tangled up maka jumlah sesi pada sesi dalam sehari serta tidak adanya masa
terapi bermain all tangled up ternyata masih internalisasi hal ini disebabkan karena kondisi
kurang, hanya 3 sesi dengan durasi berkisar 30- kesehatan anak yang kadang tidak terduga,
40 menit, prosedur tersebut dapat tindakan ini dapat menimbulkan bias dalam
mempengaruhi keberhasilan terapi bermain. penelitian, perbedaan pemberian terapi dapat
Dalam berbagai keberhasilan serta keefektifan mempengaruhi efektifitas terapi.
terapi bermain tidak hanya dipengaruhi oleh Peneliti belum menemukan referensi media
jenis terapi, media, kemampuan terapis serta terbaik yang direkomendasikan untuk
kondisi anak (Camastral,2008) , berdasarkan digunakan dalam terapi bermain all tangled up.
hal tersebut kemampuan terapis dalam hal ini Peneliti menentukan media yang digunakan
perawat jiwa memegang peranan penting dalam dalam penelitian ini berdasarkan
penerapan terapi bermain, teramasuk terapi pengembangan dan kombinasi dari beberapa
bermain all tangled up, Kemampuan perawat penelitian lain yang terkait.
jiwa dalam menurunkan kecemasan melalui
terapi ini tidak lepas dari penguasaan terhadap Implikasi Keperawatan
prosedur terapi bermain itu sendiri hal ini
sesuai dengan Jun-Tai (2008) yang menyatakan Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk
terapis spesialis memiliki kemampuan meningkatkan asuhan keperawatan dalam
menggunakan informasi dan permainan yang mengatasi kecemasan anak selama hospitalisasi
mampu mendukung anak selama hospitalisasi. sehingga anak menjadi lebih kooperatif dan
Dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan memudahkan perawat dalam pemberian
pemberian terapi bermain all tangled up intervensi keperawatan lainnya.
berpengaruh dalam menurunkan kecemasan
anak, maka terapi bermain all tangled up Hasil ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk
memungkinkan untuk diterapkan dalam melakukan penelitian lebih lanjut dengan
menurunkan tingkat kecemasan anak usia jumlah sampel yang lebih besar dengan
sekolah selama menjalani hospitalisasi. mempertimbangkan faktor lain seperti kondisi
perawatan anak sebelumnya, pengalaman