Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328172357

Self-Esteem pada Anak Usia Sekolah Dasar

Article · October 2018

CITATIONS READS
0 640

1 author:

Livianinda Nur Malicha


Airlangga University
11 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Tugas Filsafat Ilmu dan Manusia View project

All content following this page was uploaded by Livianinda Nur Malicha on 09 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Self-Esteem pada Anak Usia Sekolah Dasar

Oleh: Livianinda Nur Malicha

Perlukah kita memahami apa itu self esteem? Jawabannya adalah perlu. Kapan self
esteem dapat ditingkatkan atau dipenuhi? Self esteem merupakan kebutuhan yang dapat
dipenuhi setelah kebutuhan fisiologis (makan, tidur, dll), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan
kasih sayang (Teori hierarki kebutuhan Maslow). Kebutuhan self esteem terpenuhi sebelum
kebutuhan tertinggi dalam diagram kebutuhan Maslow yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan self esteem merupakan kebutuhan yang dapat menunjang kebutuhan tertinggi dalam
kehidupan manusia yaitu kebutuhan aktualisasi diri (Aini, 2018). Kemana arah self esteem
yang akan dibahas? Dalam tulisan ini, self esteem akan dibahas dengan batasan self esteem
pada anak usia sekolah dasar. Siapa saja yang terlibat dalam pembentukan self esteem pada
anak usia sekolah dasar? Yang terlibat adalah lingkungan di sekitar anak. Lingkungan anak ini
terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Peran orang
tua dari lingkungan keluarga, teman sebaya, masyarakat, serta peran guru dari lingkungan
sekolah menjadi pendukung utama dalam proses pemenuhan harga diri atau self esteem anak.

Apa yang terjadi pada self esteem anak usia sekolah dasar? Anak usia 6 – 12 tahun
menurut Erikson berada dalam tahap perkembangan psikososial industry versus inferiority. Pada
tahap ini, inisiatif anak membawa mereka berhubungan dengan banyak pengalaman baru. Saat
berpindah ke masa kanak-kanak tengah dan akhir, anak mengarahkan energonya menuju
penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Di waktu yang sama, Anak menjadi lebih
antusias belajar dibandingkan dengan akhir periode masa kanak-kanak awal yang penuh
imajinasi. Kemungkinan lain dari anak usia sekolah dasar adalah anak dapat memunculkan masa
inferior, yaitu merasa tidak kompeten dan tidak produktif (Santrock, 2007). Membandingkan
dirinya dengan orang lain adalah sebuah hal umum yang anak-anak lakukan pada masa ini. Cara
seorang anak dalam menilai dirinya akan berpengaruh terhadap cara anak dalam menghargai
dirinya, yang disebut dengan self esteem (Islamiyah, Daengsari, & Hartiani, 2015).

Anak-anak yang memiliki self esteem tinggi melakukan penilaian yang obyektif dan
seimbang mengenai dirinya sehingga mereka dapat mengenali kelebihan-kelebihan yang dimiliki
sekaligus dapat pula mengakui kekurangan-kekurangannya. Sebaliknya, anak-anak yang
memiliki self esteem rendah selalu melihat diri mereka dengan sudut pandang yang negatif.
Mereka lebih berfokus pada kelemahan-kelemahan yang dimiliki. Anak dengan self esteem
rendah memandang kegagalan berasal dari kekurangan diri mereka. Self esteem yang rendah
pada anak usia sekolah dasar berpotensi memunculkan masalah-masalah yang mengganggu
kesejahteraan psikologis anak, baik di masa sekarang maupun di masa mendatang.

Bagaimana self esteem dapat dikelola? Guidon (Islamiah dkk., 2015) memaparkan
sejumlah intervensi yang dapat digunakan untuk meningkatkan self esteem pada diri seseorang,
diantaranya adalah metode eye-movement desensitization and reprocessing, process-based
forgiveness, dan cognitive behavior therapy. Selain intervensi, seorang anak tentu memerlukan
dukungan dari lingkungan di sekitarnya dalam mengelola self esteem. Mengapa hal tersebut
perlu dikembangkan? Metode-metode intervensi terssbut perlu dikembangakan dan dilakukan
jika anak usia sekolah dasar mengalami krisis self esteem yang berpengaruh pada kesejahteraan
psikologisnya. Lingkungan juga menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan, meliputi
lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Pada konteks pendidikan, Wibowo (2016) dalam
temuannya menyatakan bahwa tedapat korelasi yang signifikan antara self esteem dengan
prestasi akademik. Selanjutnya self esteem juga berkaitan dengan pencegahan kasus bullying.
Koordinasi yang baik dari lingkungan keluarga dan sekolah untuk mendukung peningkatan self
esteem dapat menciptakan anak dengan konsep diri yang baik sehingga dapat mengatasi berbagai
masalah bullying yang berasal dari lingkungannya (Aini, 2018)

Intervensi apa yang terbukti berhasil meningkatkan self esteem? (Islamiah dkk., 2015)
melakukan penelitian pada seorang usia sekolah dasar (laki-laki, 10 tahun) yang terdeteksi
memiliki self esteem rendah. Hasil temuan dari penelitian menyatakan bahwa intervensi
Cognitive Behaviour Therapy (CBT) terbukti efektif untuk meningkatkan self esteem pada
pasrtisipan. Hal ini tentu dengan dipengaruhi oleh faktor lain, seperti keluarga dan lingkungan
sekitar yang memiliki peran besar dalam pembentukan self esteem partisipan sebelum intervensi.

Apa definisi atau hakikat self esteem? Frey & Curlock (Emanza, 2008) menyatakan
bahwa self esteem merupakan evaluasi pribadi terhadap diri dan perasaan berharga yang terkait
dengan konsep diri. Perasaan berharga yang dimiliki individu muncul dari dukungan lingkungan
sehari-harinya. (Aini, 2018) menambahkan bahwa self esteem adalah penilaian individu terhadap
kehormatan diri melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang bersifat implisit dan tidak diucapkan
secara verbal serta menggambarkan bagaimana individu menilai dirinya sebagai individu yang
berharga dan berkompeten. Self esteem dapat memperkuat citra diri individu sehingga
berdampak pada meningkatkan perasaan percaya dan yakin terhadap kemampuan yang dimiliki.

Apa saja faktor yang memengaruhi self esteem yang baik pada anak usia sekolah
dasar? Dukungan untuk peningkatan self esteem berasal dari: 1). Diri anak dan dari luar yaitu
lingkungan dan orang lain yang berada di lingkungannya, Anak dengan lingkungan rumah serta
dukungan orang tua yang baik akan berpengaruh pada self esteem anak yang tinggi. Lingkungan
sekolah yang mendukung juga berpengaruh terhadap self esteem anak. 2). Kelas sosial. Kelas
sosial terkait dengan pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan orang tua sangat menentukan
penerimaan anak di lingkungannya. 3). Jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin memengaruhi
cara pandang individu terhadap dirinya.

Apa saja faktor yang memengaruhi self esteem yang rendah pada anak usia sekolah
dasar? Self esteem yang rendah pada anak usia sekolah dasar, diantaranya: 1). Lingkungan,
meliputi anak dengan lingkungan rumah yang tidak kondusif dan tidak ada dukungan dari orang
tua, serta lingkungan sekolah yang tidak kondusif dan peran guru yang tidak maksimal. 2). Kelas
sosial. Anak dengan kelas sosial rendah cenderung menjadi Korban bully oleh teman dengan
kelas sosial menengah dan atas. 3). Jenis kelamin. Anak perempuan lebih sensitif terhadap
dirinya, merasa khawatir dengan kemampuannya, dan peka terhadap penilaian orang lain
dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini terjadi karena anak perempuan lebih peduli dengan
self esteem agar dapat diterima dalam lingkungannya. Pratama, Krisnatuti, & Hastuti (2014)
dalam penelitiannya menyatakan gaya pengasuhan memengaruhi self esteem anak usia sekolah,
di mana gaya pengasuhan otoriter berpengaruh positif signifikan pada penurunan self esteem.

Apa saja komponen dari self esteem? Komponen self esteem meliputi 1). Feeling of
belonging, yaitu perasaan individu bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dan
diterima oleh anggota kelompok lainnya. 2). Feeling of competence, yaitu perasaan individu
bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu untuk mencapai hasil yang diharapkan. 3). Feeling of
worth, yaitu perasaan individu bahwa dirinya berharga. Ketiga komponen ini merupakan hal
yang saling berhubungan dan akan menjadikan individu memiliki self esteem yang baik apabila
komponen-komponen ini terpenuhi.
Bagaimana karakteristik individu berdasarkan self esteem? Hal ini dapat dilakukan
dengan cara melihat secara lamgsung maupun tidak langsung. Individu dibedakan menjadi dua,
yaitu individu dengan self esteem tinggi dan individu dengan self esteem rendah. Coopersmith
(Emanza, 2008) menyatakan individu dengan self esteem tinggi memiliki karakteristik sikap aktif
dan mampu mengekspresikan diri dengan baik, memiliki prestasi di bidang akademik dan
mampu menjalin hubungan sosial, dapat menerima kritik dengan baik, memiliki keyakinan diri
berdasarkan kemampuan yang dimiliki, serta tidak mudah terpengaruh dengan penilaian orang
lain terhadap dirinya. Selanjutnya, individu dengan self esteem rendah memiliki karakteristik
merasa kurang sempurna (inferior), takut gagal dalam membina hubungan sosial, mudah putus
asa, merasa tidak diperhatikan, kurang mampu mengekspresikan diri, tidak konsisten, serta
menggunakan banyak taktik pertahanan diri (defense mechanism). Untuk membedakan individu
dengan self esteem tinggi atau rendah memelukan waktu dan proses panjang.

Bagaimana cara mengukur self esteem? Dalam penelitian psikologi terkait variabel self
esteem, self esteem dapat diukur hubungan atau pengaruhnya dengan variabel lain melalui skala
psikologi. Wibowo (2016) dalam penelitian yang menggunakan pendekatan meta analisis
memperjelas keterkaitan antara variabel self esteem dengan variabel prestasi belajar. Data yang
terkumpul menyatakan dalam mengukur self esteem, lima belas jurnal penelitian menggunakan
skala Global self esteem satu faktor buatan Rosenberg, dan satu jurnal penelitian menggunakan
skala The Tennesee Self-Concept Scale (TSCS). Pratama dkk (2014) dalam penelitiannya pada
variabel self esteem menggunakan skala modifikasi dari Self-Esteem Inventory.

Bagaimana cara menguji validitas alat ukur skala self esteem? Validitas adalah
ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang mau diukur. Dalam
pengujian validitas terhadap kuesioner, dibedakan menjadi dua, yaitu validitas faktor dan
validitas item. Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS. Teknik yang
sering digunakan para peneliti adalah dengan menggunakan korelasi Produk Momen Pearson,
yaitu analisis yang mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total.

Bagaimana uji reliabilitas alat ukur skala self esteem? Suatu skala atau kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi adalah pengukuran yang
dapat menghasilkan data reliabel. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach (bisa melalui SPSS) karena instrumen penelitian
berbentuk angket dan skala bertingkat.

Apakah saat ini penting untuk meneliti variabel self esteem pada anak usia sekolah
dasar? Self esteem menjadi salah satu faktor yang menentukan kualitas anak. Oleh karenanya,
kajian mengenai hal-hal yang dapat memengaruhi self esteem perlu dilakukan. Petimbangan
apa yang perlu diperhatikan oleh penelitian selanjutnya terkait dengan self esteem?
Penelitian mengenai self esteem pada anak usia sekolah sudah banyak dilakukan, dan penting
untuk dilakukan secara berkesinambungan mengingat karakteristik zaman yang berbeda pada
antargenerasi. Penelitia selanjutnya perlu memerhatikan variabel lain yang digunakan dalam
melihat hubungan atau pengaruhnya dengan variabel self esteem pada anak usia sekolah dasar.
Selain itu, menarik untuk meneliti self esteem pada anak usia sekolah dasar dan pengaruhnya
terhadap perkembangan anak di fase-fase selanjutnya.

Apa saja upaya yang bisa dilakukan oleh orang tua atau keluarga untuk
meningkatkan self esteem pada anak usia sekolah dasar? Strategi atau upaya yang bisa
dilakukan orang tua yaitu mengondisikan anak bersikap positif dalam kondisi anak merasa ada
kepuasan batin dalam hubungannya dengan orang tua dan keluarganya sehingga menimbulkan
rasa keterikatan, memberikan teladan pada anak melalui tindakan orang tua, memperhatikan usia
dan perkembangan anak, menberikan kasih sayang untuk memenuhi kebutuhan emosi anak,
melakukan komunikasi dengan memperhatikan tipe kepribadian anak, serta memahami
mekanisme pikiran anak.

Apa saja upaya yang bisa dilakukan guru atau lingkungan sekolah untuk
meningkatkan self esteem pada anak usia sekolah dasar? Strategi atau upaya yang bisa
dilakukan guru adalah mengondisikan anak untuk memiliki rasa unik, yaitu anak merasa dirinya
spesial sehingga menghargai sifat terntentu yang mebuatnya istimewa ketika mampu menerima
penghargaan atau pengakuan dari orang lain, memperlakukan anak dengan respek dan
kepercayaan diri, menghargai dan mengapresiasi setiap pencapaian anak, serta memberi
perhatian pada kegiatan akademik dan sosial anak. Lingkungan sekolah juga diharapkan
menciptakan suasana kondusif antarsiswa dan semua elemen yang ada di sekolah.
Daftar Pustaka

Aini, D. F. N. (2018). Self esteem pada anak usia sekolah dasar untuk pencegaha kasus bullying.
Jurnal pemikiran dan pengembangan SD, volume 6, nomor 1, 36-46.

Emanza, H. G. (2008). Hubungan harga diri dan citra tubuh pada remaja putri obesitas sosial
ekonomi menengah atas. Skripsi naskah publikasi. Universitas Indonesia.

Islamiah, N., Daengsari, D. P., Hartiani, F. (2015). Cognitive behavior therapy untuk
meningkatkan self-esteem pada anak usia sekolah. Jurnal ilmu keluarga & konsumen, vol.
8, No. 3, 142-152.

Pratama, A. A., Krisnatuti, D., Hastuti, D. (2014). Gaya pengasuhan otoriter dan perilaku
bullying di sekolah menurunkan self-esteem anak usia sekolah. Jurnal ilmu keluarga dan
konsumen, vol. 7, no. 2, 75-82.

Santrock. J. W. (2007). Perkembangan anak: edisi kesebelas. Jakarta: penerbit erlangga.

Wibowo, S. B. (2016). Benarkah self esteem mempengaruhi prestasi akademik?. Jurnal


humanitas, vol. 13, no. 1, 72-83, doi: 10.26555/humanitas.v13i1.3846

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai