Anda di halaman 1dari 13

Journal of Islamic

nursing

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KECEMASAN


PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI

Sarifah M*, Arbianingsih**, Huriati**


*Mahasiswa Program Studi Keperawatan UIN Alauddin
**Dosen Program Studi Keperawatan UIN Alauddin
**Dosen Program Studi Keperawatan UIN Alauddin
Email: sarifahmus@gmail.com

ABSTRAK
Kecemasan pada hospitalisasi akan menimbulkan perasaan tidak nyaman baik pada anak maupun
keluarga, sehingga diperlukan proses penyesuaian diri untuk mengurangi, meminimalkan kecemasan
supaya tidak berkembang menjadi krisis. Salah satu media terapi dalam menurunkan kecemasan adalah
senam otak. Senam otak merupakan rangkaian gerakan sederhana yang merangsang kerja otak dan fungsi
otak secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap
kecemasan pada anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi. Metode: True Eksperimental pre test
post test control group design. Tempat penelitian di RS Islam Faisal Kota Makassar dan RS Labuang Baji
Kota Makassar. Analisa data menggunakan uji statistic Independen T-test. Pengumpulan sampel
menggunakan teknik Random Alokasi, diperoleh 14 sampel dengan 7 responden kelompok perlakuan dan
responden sebagai kelompok kontrol. Hasil: Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p
value=0,000, yang berarti ada perbedaan bermakna tingkat kecemasan pre-test dengan post test setelah
dilakukan senam otak. Diskusi: Apabila seseorang mengalami kecemasan maka korteks cerebri
mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus yang akan mengakibatkan ketegangan motorik, hiperaktivitas
sistem saraf otonom dan meningkatnya kewaspadaan. Metode yang digunakan untuk membantu
menurunkan kecemasan dengan cara melakukan terapi senam otak.. Dengan gerakan –gerakan senam
otak dapat mengaktifkan neocortex dan saraf parasimpatik yang dapat meredakan ketegangan psikis
maupun ketegangan fisik. Jadi dapat disimpulkan bahwa senam otak berpengaruh terhadap penurunan
kecemasan.

Kata Kunci: Anak Usia Sekolah, Kecemasan, Senam Otak

ABSTRACT
Anxiety in hospitalization will lead to the uncomfortable feeling good in children and families, so that the
necessary process of adjustment to reduce, minimizing the anxiety to not develop into a crisis. One of
media treatment in lowering anxiety is brain gym . Brain gym is a series of simple gestures that simulates
brain work and brain function optimally. Study aims to determine the influence of brain gym of anxiety in
children of school age who have hospitalization. True Eksperimental pre test post test control group
design. Research place at Islam Faisal hospital Makassar and Labuang Baji hospital Makassar. The data
analysis used Independen T-test. The gathering samples using methods Random Allocation. Provided 14
samples with 7 respondents of intervention group and 7 of respondents as a control group. The result of
test statistic obtained by velue = 0,000, then there was a meaningful level of anxiety pre-Test with post
Test after use brain gym. If a person to experience anxiety then the cortex cerebri to send a distress signal
to hypothalamus thus resulting in tension in motoric, hyperactivity of aoutonomic nervous system and
raise awareness. The method used to help in lowering anxiety by doing brain gym. With movements brain
gym can activate the neocotex and nervous parasympathetic reduce increase in the hormone adrenaline in
VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 1
Journal of Islamic
nursing

body that can ease the tension of phychological and physical strain. So, conclusion is brain gym effect on
reducation of anxiety and therapy is able to be one alternative for children who have hospitalization.

Key Word: School age Children, anxiety, brain gym

PENDAHULUAN sekolah semakin meningkat setiap tahunnya.


Pada tahun 2012 sebanyak 257, tahun 2013
Pada umumnya anak yang dirawat di sebanyak 314, tahun 2014 sebanyak 401,
rumah sakit akan timbul rasa takut, karena sedangkan data dari rekam medik RS
mereka berfikir bahwa mereka akan Labuang Baji Kota Makassar pada bulan
disakiti. Stres pada hospitalisasi akan April – September 2015, data rawat inap
menimbulkan perasaan tidak nyaman baik anak usia sekolah sebanyak 186 anak.
pada anak maupun keluarga, sehingga Perbedaan tingkat kecemasan
diperlukan proses penyesuaian diri untuk karakteristik anak usia pra sekolah dengan
mengurangi, meminimalkan stress supaya anak sekolah ditinjau dari segi umur
tidak berkembang menjadi krisis. Reaksi memang lebih menunjukkan bahwa anak
anak dan keluarganya terhadap sakit dan ke usia pra sekolah lebih cemas dibandingkan
rumah sakit baik untuk rawat inap maupun dengan anak usia sekolah. Hal ini
rawat jalan adalah dalam bentuk kecemasan, berdasarkan penelitian mahat dan sceloveno,
stres hospitalisasi dan perubahan perilaku. 2003 yang menyatakan bahwa semakin
(Wong, 2004). muda usia anak semakin tinggi kecemasan
Di Amerika Serikat, diperkirakan hospitalisasi. Namun, pada usia sekolah
lebih dari 5 juta anak menjalani hospitalisasi tingkat kognitifnya lebih tinggi
karena prosedur pembedahan dan lebih dari dibandingkan dengan anak usia pra sekolah
50% dari jumlah tersebut, anak mengalami sehingga anak usia sekolah lebih mudah
kecemasan dan stres (Kain dkk. 2006 dalam memahami prosedur yang diberikan
Apriliawati, 2011). Di Indonesia dibandingkan dengan usia pra sekolah
diperkirakan 35 per 1000 anak menjalani (Widianti, 2011).
hospitalisasi (Sumaryoko, 2008 dalam Dampak negatif dari efek
Purwandari, 2009). Prevalensi (angka hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap
kesakitan) gangguan kecemasan yang terjadi upaya perawatan dan pengobatan yang
pada anak saat di rumah sakit berkisar pada sedang dijalani pada anak. Reaksi yang
angka 60-80% dari populasi umum. (Juwita, dimunculkan pada anak akan berbeda antara
2015). satu dengan lainnya. Anak yang pernah
Proses hospitalisasi pada anak usia mengalami perawatan di rumah sakit tentu
sekolah dapat berdampak sangat serius. akan menunjukkan reaksi berbeda bila
Hospitalisasi dapat membuat anak dibandingkan dengan anak yang belum
kehilangan kontrol terhadap diri anak dan pernah. Anak yang pernah dirawat di rumah
orang tua mengalami pengalaman yang sakit telah memiliki pengalaman akan
sangat traumatik dan penuh dengan kegiatan yang ada di rumah sakit,
kecemasan, sehingga berdampak negatif kemungkinan hal ini berdampak terhadap
bagi anak (Sari, 2014). Dari data yang di tingkat kecemasan yang dialami,
dapat di rekam medik RS Islam Faisal kota sedangkan anak yang belum pernah
Makassar, data rawat inap pasien anak usia dirawat mungkin mengalami kecemasan

VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 2


Journal of Islamic
nursing

yang lebih tinggi. Pada keadaan seperti ini senam otak terhadap kecemasan akibat
diperlukan suatu tindakan yang dapat hospitalisasi. Dari hasil analisis data
menurunkan tingkat kecemasan (Suryanti ditemukan bahwa ada penurunan signifikan
dkk. 2011). pada skor kecemasan anak setelah
Beberapa penelitian yang telah dilakuakan senam otak.
dilakukan untuk menurunkan stres dan Senam otak atau lebih dikenal
kecemasan akibat hospitalisasi pada anak, dengan brain gym sebenarnya adalah
yaitu Sari (2014) melakukan penelitian yang serangkaian gerakan sederhana yang
bertujuan untuk pengaruh terapi bermain dilakukan untuk merangsang kerja dan
dengan teknik bercerita terhadap tingkat fungsi otak secara maksimal. Awalnya
kecemasan akibat hospitalisasi pada anak senam otak dimanfaatkan untuk anak yang
prasekolah. Jenis Penelitian ini adalah pre mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan
eksperiment design dengan menggunakan otak, sulit konsentrasi dan depresi. Namun
one group pre-post test design. Hasil dalam perkembangannya setiap orang bisa
penelitian ini menunjukan bahwa 53,6% memanfaatkannya untuk beragam kegunaan.
responden mengalami kecemasan berat Saat ini, di Amerika dan Eropa senam otak
sebelum terapi bermain, sedangkan setelah sedang digemari. Banyak orang yang merasa
terapi bermain menunjukan 53,6% terbantu melepaskan stres, menjernihkan
responden mengalami kecemasan sedang pikiran, meningkatkan daya ingat, dan
Berdasarkan uji hipotesis wilcoxon, sebagainya (As’ad, 2011).
menunjukan bahwa ada pengaruh terapi Senam otak ini dikembangkan oleh
bermain dengan teknik bercerita terhadap Paul E. Dennison, Dr. Phill bersama istrinya
tingkat kecemasan aikibat hospitalisasi Gail E. Dennison, yang merupakan pelopor
pada anak prasekolah di Rumah Sakit pendidik di Amerika serikat dalam
Islam Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Tahun penerapan penelitian otak. Senam otak
2014 dengan nilai ρ=0,000 dimana dengan metode latihan Edu-K atau pelatihan
ρ<0,05. Kesimpulan dari penelitian ini kinesis (gerakan) akan menggunakan seluruh
yaitu bahwa terapi bermain memiliki otak melalui pembaruan pola gerakan
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat tertentu untuk membuka bagian-bagian otak
kecemasan pada anak prasekolah. yang sebelumnya tertutup atau terhambat
Diharapkan kepada praktek keperawatan, (As’adi, 2011).
agar hasil penelitian ini dapat menjadi Gerakan senam otak dibuat untuk
sumber informasi dalam upaya menstimulasi (dimensi lateralitas),
meningkatkan pelayanan kesehatan meringankan (dimensi pemfokusan), atau
khususnya pada anak akibat hospitalisasi . merelaksasi (dimensi pemusatan) siswa yang
Selain terapi bermain, mendengarkan terlibat dalam situasi belajar tertentu. Otak
musik, dan mewarnai, senam otak manusia seperti hologram, terdiri dari tiga
merupakan salah satu terapi yang dapat dimensi dengan bagian-bagian yang saling
menurunkan kecemasan, yang dibuktikan berhubungan sebagai satu kesatuan.
oleh Widianti (2011) dalam penelitiannya Pelajaran lebih mudah diterima apabila
yang berjudul “Pengaruh Senam Otak mengaktifkan sejumlah panca indera
Terhadap Kecemasan Akibat Hospitalisasi daripada hanya diberikan secara abstrak
Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Rumah saja. Akan tetapi otak manusia juga spesifik
Sakit Panti Rapih Yogyakarta”. Penelitian tugasnya, untuk aplikasi senam otak dipakai
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh istilah dimensi lateralitas untuk belahan otak

VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 3


Journal of Islamic
nursing

kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk Adapun kriteria inklusi dalam
bagian belakang otak (batang otak atau penelitian ini adalah pasien anak yang
brainstem) dan bagian depan otak (frontal dirawat di ruang perawatan anak Rumah
lobes), serta dimensi pemusatan untuk Sakit, pasien anak yang berusia 6-12 tahun,
sistem limbis (midbrain) dan otak besar pasien anak dan keluarga yang bersedia
(cerebral cortex) (Purwanto, 2009). menjadi responden, dan pasien anak yang
mengikuti intervensi 2 kali dalam sehari
BAHAN DAN METODE selama 2 hari. Sedangkan kriteria
Penelitian ini menggunakan metode eksklusinya adalah, pasien usia sekolah yang
True Eksperimental dengan pendekatan pre mengalami kelemahan dan keterbatasan
test post test control group design dengan gerak, seperti fraktur, parese, cerebral palsy,
sampel sebanyak 14 responden yang dibagi dan pasien anak dan keluarga yang tidak
menjadi 2 kelompok yaitu 7 responden kooperatif.
sebagai kelompok perlakuan dan 7 Dalam rancangan penelitian ini
responden sebagai kelompok kontrol, mengambil jenis “pre test pos test control
pemilihan sampel mengggunakan teknik group design” dimana kelompok perlakuan
Random Alokasi. Variabel dalam penelitian diberikan pre-test sebelum diberi perlakuan
ini terdiri dari variabel dependen berupa yang kemudian diukur dengan post test
kecemasan dan variabel independen berupa setelah perlakuan, sedangkan kelompok
senam otak. Instrumen penelitian disusun kontrol tanpa dilakukan perlakuan.
berdasarkan modifikasi pengukuran ZSRAS pengukuran tingkat kecemasan dengan
(Zung Sel-Rating Anxiety Scale) dan T-AMS menggunakan kuisioner ZSRAS (Zung Sel-
(Tailor Manifest Anxiety Scale). Rating Anxiety Scale) dan T-AMS (Tailor
Penelitian ini dilakukan di RS Islam Manifest Anxiety Scale). Pertama-tama
Faisal Kota Makassar dan RS Labuang Baji dilakukan inform concent dan pre test maka
Kota Makassar. Intervensi yang dilakukan keesokan harinya pada kelompok perlakuan
yaitu terapi senam otak yang dilakukan di berikan senam otak, terapi ini dilakukan
selama 2 kali dalam sehari selama 2 hari. sebanyak 4 kali selama 2 hari, namun pada
Sebelum melakukan senam otak, responden kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan
harus menjalani positif, active, clear, selama 2 hari, dan keesokan harinya
energetis (PACE). Untuk menjalankan diberikan post test kepada responden,
PACE ini, harus memulainya dengan terkhusus pada kelompok kontrol setelah
energetis (minum air), clear (melakukan post test, peneliti memberikan leaflet
pijat saklar otak), active (melakukan gerakan tentang terapi senam otak, sehingga
silang), positif (melakukan kiat rileks) dan responden kelompok kontrol dan
dilanjutkan dengan gerakan-gerakan senam keluarganya dapat mengetahui terapi senam
otak yang dapat menurunkan kecemasan otak.
yaitu: Tombol bumi (Earth buttons), Pengolahan data menggunakan
Tombol imbang (Balance buttons), Tombol software statistik dengan uji Independent t-
angkasa (Space buttons), Pasang Telinga ( test, Fisher’s Exact Test, dan Kolmogorof
The thinking cap), Menguap berenergi (The Smirnow. Hasil pengolahan data disajikan
energetic yown). ke dalam tabel frekuensi dan distribusi serta
penjelasan dalam bentuk narasi.

VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 4


Journal of Islamic
nursing

HASIL
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pengalaman Masuk
Rumah Sakit, Dan Lama Hari Rawat

Kelompok
P
Perlakuan Kontrol Total
No Variabel Value
(f = 7) (f = 7)
f % f % f %
6–9 2 14,29 3 21,43 5 35,71
Umur
1 10 -12 5 35,71 4 28,57 9 64,29 1,000
Jumlah 14 100
Laki-laki 4 28,57 6 42,86 10 71,43
Jenis Kelamin
2 Perempuan 3 21,43 1 7,14 4 28,57 0,559
Jumlah 14 100
1 kali 3 21,43 4 28,57 7 50
Pengalaman Masuk RS 2 kali 3 21,43 3 21,43 6 42,86
3 1,000
4 kali 1 7,14 0 0 1 7,14
Jumlah 14 100
1 hari 2 14,29 1 7,14 3 21,43
Lama Hari Rawat
4 2 hari 5 35,71 6 42,86 11 78,57 1,000
Jumlah 14 100

Tabel 4.2
Distribusi Tingkat Kecemasan Sebelum Senam Otak (Post-Test) pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Kelompok Responden
Tingkat Kecemasan Total
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

f % F % f %
Cemas Ringan 0 0 2 14,29 2 14,29
Cemas Sedang 7 50 5 35,71 12 85,71
Jumlah 7 50 7 50 14 100
Sumber : Data Primer, 2016

VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 5


Journal of Islamic
nursing

Tabel 4.3
Hasil Uji Perbandingan Tingkat Kecemasan Pre-Test pada Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol (Independent T-Test)

Kelompok N Mean SD Std.Error Mean p


Perlakuan 7 16,71 1,113 .421 .218
Kontrol 7 15,43 2,370 .896

Tabel 4.4
Distribusi Tingkat Kecemasan Sesudah Senam Otak (Post-Test) pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Kelompok Responden
Tingkat Kecemasan Total
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

f % f % f %
Cemas Ringan 7 50 2 14,29 9 64,29
Cemas Sedang 0 0 5 35,71 5 35,71
Jumlah 7 50 7 50 14 100
Sumber : Data Primer, 2016

Tabel 4.5
Hasil Uji Perbandingan Tingkat Kecemasan Post-Test pada Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol (Independent T-Test)

Kelompok N Mean SD Std.Error Mean p


Perlakuan 7 6,57 .976 .369 0,000
Kontrol 7 15,29 2,628 .993

VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 6


Journal of Islamic
nursing

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa variabel kesetaraan atau tidak ada perbedaan yang
umur pada anak usia sekolah yang dirawat bermakna (p value = 1,000 α = 0,05).
pada kelompok perlakuan paling banyak Variabel lama hari rawat pada anak
anak berumur 10-12 tahun sebanyak usia sekolah yang di rawat pada kelompok
35,71,29%, sedangkan anak berumur 6-9 perlakuan paling banyak lama hari rawat
tahun sebanyak 14,29 %. Pada kelompok selama 2 hari sebanyak 35,71 %, sedangkan
kontrol paling banyak anak berumur 10-12 lama hari rawat selama 1 hari sebanyak
tahun sebanyak 28,57 %, sedangkan anak 14,29 %. Pada kelompok kontrol paling
berumur 6-9 tahun sebanyak 21,43 %. banyak lama hari rawat selama 2 hari
Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa sebanyak 42,86 %, sedangkan lama hari
variabel umur anak antara kelompok rawat selama 1 hari sebanyak 7,14 %..
perlakuan dan kelompok kontrol Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa
menunjukkan kesetaraan atau tidak ada variabel lama hari rawat pada kelompok
perbedaan yang bermakna (p value = 1,000 perlakuan dan kontrol menunjukkan
α = 0,05). kesetaraan atau tidak ada perbedaan yang
Variabel Jenis kelamin pada anak bermakna (p value = 1,000 α = 0,05).
usia sekolah yang dirawat pada kelompok Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada
perlakuan paling banyak anak berjenis kelompok perlakuan tidak ada anak yang
kelamin laki-laki sebanyak 28,57%, mengalami cemas ringan, dan cemas sedang
sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (50%). Sedangkan pada
sebanyak 21,43 %. Pada kelompok kontrol kelompok kontrol anak yang mengalami
paling banyak anak berjenis kelamin laki- cemas ringan sebanyak 2 orang (14,2%) dan
laki sebanyak 42,86 %, sedangkan yang cemas sedang sebanyak 5 orang (35,7%).
berjenis kelamin perempaun sebanyak 7,14 Setelah dilakukan uji normalitas dengan
%. Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa menggunkan Shapiro-Wilk Test
variabel jenis kelamin anak antara kelompok menunjukkan bahwa data berdistribusi
perlakuan dan kelompok kontrol normal dengan nilai p value = > 0,05,
menunjukkan kesetaraan atau tidak ada sehingga pada tabel 4.3 menggunakan uji
perbedaan yang bermakna (p value = 0,559 statistik dengan Independent T-Test pada
α = 0,05). pre-test kelompok perlakuan dan kelompok
Variabel pengalaman masuk rumah kontrol didapatkan p value = 0,218 atau p >
sakit pada anak usia sekolah yang dirawat 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan
pada kelompok perlakuan paling sedikit bermakna antara Tingkat Kecemasan Pre-
pengalaman yang ke empat kali yaitu test kelompok perlakuan dengan kelompok
sebanyak 7,14 %, sedangkan pengalaman kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kedua
yang pertama kali dan ke dua kali adalah kelompok tidak berbeda sebelum diberikan
sama rata sebanyak 21,43 %. Pada intervensi sehingga perbedaannya terjadi
kelompok kontrol pengalaman masuk rumah setelah intervensi dapat disesuaikan akibat
sakit yang pertama kali sebanyak 28,57 %, pengaruh senam otak.
sedangkan pengalaman yang kedua kali Tabel 4.4 menunjukkan bahwa
sebanyak 21,43 % . Analisis selanjutnya tingkat kecemasan anak usia sekolah setelah
menunjukkan bahwa variabel pengalaman senam otak pada kelompok perlakuan
masuk rumah sakit pada kelompok sebanyak 7 orang (50%) mengalami cemas
perlakuan dan kontrol menunjukkan ringan. Sedangkan tingkat kecemasan pada
kelompok kontrol sebanyak 2 orang

VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 7


Journal of Islamic
nursing

(14,29%) mengalami cemas ringan, dan didapatkan bahwa kelompok responden


sebanyak 5 orang (35,71) mengalami cemas nomor 03K dan 06K mengalami
sedang. peningkatan skor kecemasan. Berdasarkan
Setelah dilakukan uji normalitas wawancara dan pengamatan dari peneliti,
dengan menggunkan Shapiro-Wilk Test bahwa responden 03K mengatakan selalu
menunjukkan bahwa data berdistribusi ingin pulang, dan pada responden nomor
normal dengan nilai p value > 0,05, 06K dikarenakan responden terkadang
sehingga pada tabel tabel 4.5 menggunakan mengeluh kesakitan pada bekas luka oprasi
uji statistik dengan Independent T-Test pada pada bagian perutnya dan responden tidak
post-test kelompok perlakuan dan kelompok suka dengan lingkungan rumah sakit.
kontrol didapatkan p value = 0,000 atau p < Hasil penelitian kecemasan sebelum
0,05 berarti terdapat perbedaan bermakna senam otak menunjukkan bahwa nilai mean
tingkat kecemasan post-test antara kelompok pada kelompok perlakuan sebesar 18.71.
perlakuan dengan kelompok kontrol. Hal ini Sedangkan nilai mean pada kelompok
menunjukkan bahwa ada pengaruh senam control sebesar 15,43. Berdasarkan hal
otak terhadap kecemasan anak usia sekolah. tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan mean antara kelompok perlakuan
PEMBAHASAN dengan kelompok kontrol, dimana pada
Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok perlakuan lebih tinggi daripada
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna kelompok kontrol.
terhadap kecemasan sebelum dan sesudah Hasil penelitian kecemasan setelah
senam otak. Dimana sebelum dilakukan senam otak menunjukkan bahwa nilai mean
senam otak pada kelompok perlakuan pada kelompok perlakuan sebesar 6,57.
menunjukkan bahwa tidak ada anak yang Sedangkan nilai mean pada kelompok
mengalami cemas ringan sedangkan pada control sebesar 15,29. Berdasarkan hal
cemas sedang sebanyak 7 orang (50%). tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
Setelah senam otak yang dilaksanakan perbedaan mean antara kelompok perlakuan
selama 4 kali selama 2 hari terjadi dengan kelompok kontrol, dimana pada
penurunan kecemasan pada semua kelompok perlakuan lebih rendah daripada
responden dimana sebanyak 7 orang (50%) kelompok kontrol. Skor rerata cemas
mengalami cemas ringan. menunjukkan adanya penurunan kecemasan
Pada kelompok kontrol anak yang pada anak usia sekolah yang melakukan
mengalami cemas ringan sebanyak 2 orang senam otak, sehingga terdapat pengaruh
(14,2%) dan cemas sedang sebanyak 5 orang senam otak terhadap kecemasan pada anak
(35,7%). Setelah 4 kali perlakuan selama 2 usia sekolah yang mengalami hospitalisasi.
hari, kecemasan pada kelompok kontrol Hospitalisasi adalah peristiwa yang
sebanyak 2 orang (14,2%) cemas ringan, dan tidak menyenangkan akibat dirawat di
sebanyak 5 orang mengalami cemas sedang rumah sakit. Hospitilasasi dapat terjadi
(35,7%). Dilihat dari jumalah cemas ringan akibat dari tindakan emergency atau trauma
dan sedang pada kelompok kontrol selama dirawat di rumah sakit, yang
menunjukkan bahwa kelompok kontrol pada menjadikan cemas pada anak semua usia
pre dan post tidak ada perubahan, namun dan keluarganya. Mereka berada pada
sebagian responden ada yang menurun lingkungan asing yang tidak diketahuinya,
kecemasannya dan adapula yang meningkat. dikelilingi orang-orang asing, peralatan, dan
Berdasarkan hasil observasi skor cemas pemandangan sekitar yang

VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 8


Journal of Islamic
nursing

menakutkan.(Ball & Bindler, 2003, dalam adanya perasaan tegang, khawatir dan
Solikhah, 2011). sebagainya (Purwanto dkk. 2009).
Hospitalisasi juga dapat diartikan Kecemasan adalah respon emosi
sebagai suatu proses dimana karena alasan tanpa objek yang spesifik yang secara
tertentu atau darurat mengharuskan anak subyektif dialami dan dikomunikasikan
untuk tinggal di RS, menjalani terapi secara interpersonal. Kecemasan adalah
perawatan sampai pemulangannya kembali kebingungan, kekuatiran pada sesuatu yang
ke rumah. Hospitalisasi adalah bentuk akan terjadi dengan penyebab yang tidak
stressor individu yang berlangsung selama jelas dan dapat dihubungkan dengan
individu tersebut dirawat di rumah sakit. perasaan tidak menentu dan tidak berdaya
Menurut WHO, hospitalisasi merupakan (Bolin, 2011).
pengalaman yang mengancam ketika anak Untuk mengetahui hasil uji
menjalani hospitalisasi karena stressor yang perbandingan pada kelompok perlakuan dan
dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak kelompok kontrol sebelum senam otak
aman (Utami, 2014). dilakukan uji statistik dengan uji Indepedet
Anak usia sekolah membayangkan T-Tes karena data berdistribusi normal
dirawat di rumah sakit merupakan suatu sehingga didapatkan nilai p = 0,218 atau p >
hukuman, dipisahkan merasa tidak aman dan 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemandiriannya terlambat. Mereka menjadi tidak terdapat perbedaan bermakna
ingin tahu dan bingung, anak bertanya kecemasan pada kelompok kontrol dengan
kenapa orang itu, mengapa berada di rumah kelompok perlakuan.
sakit, berbagai macam pertanyaan Untuk mengetahui hasil uji
dilontarkan karena anak tidak mengetahui perbandingan pada kelompok perlakuan dan
yang sedang terjadi (Wong, 2004). Anak kelompok kontrol setelah senam otak
yang dirawat di rumah sakit menunjukkan dilakukan uji Independet T-tes karena data
reaksi menangis karena kesakitan dan berdistribusi normal sehingga didapatkan
hospitalisasi. Penyebab penurunan mood nilai p = 0,000 atau p < 0,05 maka dapat
antara lain perubahan status kesehatan dan ditarik kesimpulan bahwa terdapat
lingkungan yang jauh dari rutinitasnya perbedaan bermakna kecemasan post test
sehari-hari serta keterbatasan koping antara kelompok perlakuan dengan
mekanisme anak dalam memecahkan kelompok kontrol.
masalah. Reaksi anak terhadap hospitalisasi Berdasarkan penelitian yang telah
dipengaruhi oleh faktor usia, pengalaman dilakukan dimana hasil yang didapatkan
sakit, perpisahan, pengalaman dirawat di sebelum senam otak dan setelah senam otak
rumah sakit, pembawaan anak, keterampilan pada kelompok perlakuan dimana p = 0,000
koping, kegawatan diagnosa, dan support atau p < 0,05 sehingga Ha diterima yang
sistem (Hockenberry & Wilson, 2009, dalam artinya terdapat perbedaan kecemasan
Widianti, 2011). sebelum dan sesudah diberikan senam otak
Kecemasan merupakan reaksi yang pada anak usia sekolah yang mengalami
tidak menyenangkan yang ditandai dengan hospitalisasi. Hal ini sesuai dengan
ketakutan. Perasaan takut itu timbul karena penelitian yang dilakukan oleh Widianti
adanya ancaman atau gangguan terhadap (2011) yang berjudul “Pengaruh Senam
sesuatu objek yang masih abstrak dan juga Otak Terhadap Kecemasan Akibat
takut yang bersifat subjektif yang ditandai Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah
Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 9


Journal of Islamic
nursing

Dari hasi analisis data ditemukan bahwa ada Menyembuhkan. Sebagai terapis, kita hanya
penurunan signifikan pada skor kecemasan sebagai wasilah dan harus diyakinkan
anak setelah dilakukan senam otak pada kembali kepada orang yang diterapi bahwa
kelompok intervensi bila dibandingkan kesembuhan itu semata-mata dariNya.
dengan kelompok kontrol. Pada awalnya, senam otak sudah
Penelitian yang serupa juga dengan dikenal sejak tahun 80-an. Namun, saat itu
penelitian yang telah dilakukan adalah masih terbatas untuk orang dewasa saja.
penelitian yang dilakukan oleh Nurul Selanjutnya memasuki tahun 2000-an,
Chosiyah dkk. (2013) yang berjudul senam otak dikembangkan untuk membantu
“Pengaruh Senam Otak Terhadap Penurunan meningkatkan kecerdasan anak-anak
Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 sekolah atau bisa juga untuk bayi. Gerakan-
Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo gerakan senam ringan yang dilakukan dalam
Ungaran. Tujuan penelitian ini adalah senam otak, seperti melalui olah tangan dan
mengetahui pengaruh senam otak terhadap kaki yang dapat memberikan rangsangan
penurunan kecemasan mahasiswa tingkat atau stimulus ke otak. Stimulus itulah yang
akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo dapat meningkatkan kemampuan kognitif,
Ungaran tahun 2012/2013. Analisis data misalnya kewaspadaan, konsentrasi, dan
yang digunakan dependent T test dan kecepatan dalam proses belajar, serta
independent T test. Hasil penelitian memori, pemecahan masalah, ataupun
menunjukkan bahwa ada pengaruh senam kreatifitas.
otak terhadap penurunan kecemasan Mulanya senam otak dimanfaatkan
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan untuk anak yang mengalami gangguan
Stikes Ngudi Waluyo Ungaran tahun hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi
2012/2013, dengan nilai pvalue sebesar dan depresi. Akan tetapi, dalam
0,017 (α = 0,05). perkembangannya setiap orang bisa
memanfaatkannya untu beragam kegunaan.
Allah swt. berfirman dalam QS.Asy- Selain dapat meningkatkan kemampuan
Syu’ara/80 belajar, senam otak dapat memberikan
beberapa manfaat yaitu berupa: stress
‫ﲔ‬
ِ ‫ْﺖ ﻓَـ ُﻬ َﻮ ﻳَ ْﺸ ِﻔ‬
ُ ‫َوإِذَا َﻣ ِﺮﺿ‬ emosional berkurang dan pikiran lebih
jernih, hubungan antarmanusia dan suasana
Terjemahnya: belajar/kerja lebih relaks dan senang,
“Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang kemampuan berbahasa dan daya ingat
menyembuhkan aku ” . (QS. Asy-Syu ’ meningkat, rang menjadi lebih bersemangat,
ara/80). lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih
sehat karena stress berkurang, dan prestasi
Makna hal itu berarti jika aku belajar dan bekerja meningkat.
menderita sakit maka tidak ada seorangpun Banyak manfaat yang bisa diperoleh
yang kuasa menyembuhkanku selainNya dengan melakukan senam otak. Gerakan-
sesuai takdirnya yang dikarenakan oleh gerakan ringan dengan permainan melalui
sebab yang menyampaikannya (Katsir, olah tangan dan kaki dapat memberikan
2005). Jika dikaitkan dengan hasil rangsangan atau stimulus pada otak.
penelitian, maka penurunan kecemasan yang Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah
terjadi pada responden, maka itu yang dapat meningkatkan kemampuan
dikembalikan kepada Yang Maha kognitif (kewaspadaan, konsentrasi,

VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 10


Journal of Islamic
nursing

kecepatan, persepsi, belajar, memori, tombol keseimbangan, kait relaks, dan


pemecahan masalah dan kreativitas), menguap berenergi. Dengan gerakan –
menyelaraskan kemampuan beraktivitas dan gerakan senam otak dapat mengaktifkan
berfikir pada saat yang bersamaan, neocortex dan saraf parasimpatik untuk
meningkatkan keseimbangan atau mengurangi peningkatan hormon adrenalin
harmonisasi antara kontrol emosi dan logika, dalam tubuh yang dapat meredakan
mengoptimalkan fungsi kinerja panca ketegangan psikis maupun ketegangan fisik.
indera, menjaga kelenturan dan Sehingga jiwa dan tubuh menjadi relaks dan
keseimbangan tubuh, meningkatkan daya seimbang. Gerakan senam otak diatas
ingat dan pengulangan kembali terhadap apabila dilakukan secara teratur dapat
huruf/angka (dalam waktu 10 minggu), menurunkan kecemasan, dan dapat
meningkatkan ketajaman pendengaran dan menenangkan (Purwanto, dkk, 2009).
penglihatan, mengurangi kesalahan
membaca, memori, dan kemampuan SIMPULAN DAN SARAN
komperhensif pada kelompok dengan Senam otak efektif terhadap
gangguan bahasa, hingga mampu penurunan tingkat kecemasan pada anak
meningkatkan respon terhadap rangsangan usia sekolah yang mengalami hospitalisasi,
visual (Ayinosa, 2009 dalam Purwanto dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Sehingga
2009). terapi ini menjadi salah satu alternatif bagi
Apabila seseorang mengalami anak usia sekolah yang mengalami
kecemasan maka korteks cerebri (bagian kecemasan. Mengingat hasil dari penelitian
berpikir dari otak) mengirimkan tanda ini sangat bermakna terhadap penurunan
bahaya ke hipotalamus yang menstimulasi tingkat kecemasan yang dialami oleh anak
sistem saraf simpatis (bagian dari system usia sekolah yang mengalami hospitalisasi
saraf otonom yang berfungsi menghasilkan sehingga peneliti menyarankan dapat
energi). Sistem saraf simpatik menghasilkan dimanfaatkan dalam pemberian asuhan
energi dengan cara meningkatkan hormon keperawatan pada anak usia sekolah yang
adrenalin (epinefrin dan norepinefrin). mengalami hospitalisasi sehingga bisa
Sehingga mengakibatkan ketegangan mengurangi kecemasan anak.
motorik, hiperaktivitas sistem saraf otonom
dan meningkatnya kewaspadaan.
Ketegangan motorik bermanisfetasi sebagai DAFTAR PUSTAKA
sakit kepala, gemetar dan gelisah. Gejala
hiperaktivitas sistem saraf otonom berupa
Angriani, Wahid Kahar, Nurhidayah .
jantung berdebar-debar, nafas pendek,
Pengaruh Program Bermain
berkeringat banyak, dan berbagai gejala
Terhadap Respon Penerimaan
sistem pencernaan. Meningkatnya
Pemberian Obat Pada Anak Usia
kewaspadaan ditandai dengan adanya
Pra Sekolah. Poltekkes Kemenkes
perasaan mudah marah dan mudah terkejut,
Makassar. Volume 5 Nomor. 4.
serta tidak dapat tidur. Metode yang
2014.
digunakan untuk membantu menurunkan
http://library.stikesnh.ac.id/files/disk
gangguan kecemasan dengan cara
1/14/elibrary%20stikes%20nani%20
melakukan pelatihan senam otak dengan
hasanuddin--sriangrian-676-1-
menggunakan gerakan minum air, gerakan
54145075-1.pdf. (12 Mei 2015).
silang, tombol bumi, tombol angkasa,

VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 11


Journal of Islamic
nursing

Ariffiani, Mamiek. Hubungan Orientasi 2013.


Ruangan Yang Dilakukan Oleh http://library.stikesnh.ac.id/files/disk
Perawat Dengan Tingkat Kecemasan 1/5/e-
Anak Usia Sekolah (6-12 tahun) Di library%20stikes%20nani%20hasanu
Ruang Parikest RSUD Kota ddin--junaidi-203-1-artikel-0.pdf. (12
Semarang. Universitas Mei 2015)
Muhammadiya Semarang. 2009 Juwita, Helmi. Efektivitas Intervensi
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?m Multimodal Terapi Bermain:
od=browse&op=read&id=jtptunimus Mewarnai Dan Origami Terhadap
-gdl-mamiekarif-5164. (13 Juni Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia
2015) Toddler Di Ruang Ar- Rahman RSU
As’adi, Muhammad. Dahsyatnya Senam Haji Makassar. Skripsi. Fakultas
Otak. Jogjakarta. Diva Press. 2011. Ilmu Kesehatan UIN Alauddin
Bastable, Susan B. Perawat Sebagai Makassar. 2015.
Pendidik: Prinsip-Prinsip Katsir. Lubabut Tafsir Min Ibni Katsir
Pengajaran Dan Pembelajaran. (Tafsir Ibnu Katsir Jilid VI), terj. M.
Jakarta: EGC. 2002. Abdul Ghoffar. Cet. IV; Jakarta:
Bolin. Hubungan Penerapan Atraumatic Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2005.
Care dalam Pemasangan Infus Nursalam. Konsep dan Penerapan
terhadap Respon Kecemasan Metodologi Penelitian Ilmu
Pemasangan Infus terhadap Respon Keperawatan. Jakarta: Salemba
Kecemasan pada Anak yang Medika. 2008.
Mengalami Hospitalisasi di Ruang Purwandari. Pengaruh Terapi Seni dalam
Irna D Anak Rumah Sakit Dr. Menurunkan Tingkat Kecemasan
M.Djamil Padang. Tesis. Fakultas Anak Usia Sekolah yang Menjalani
Keperawatan: Universitas Andalas. Hospitalisasi di Wilayah Kabupaten
2011. Banyumas. Tesis. Jakarta:
Chosiyah, N. dkk. Pengaruh Senam Otak Universitas Indonesia. 2009.
Terhadap Penuruna Kecemasan Purwanto, S., & Widyaswati, R. Manfaat
Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Senam Otak (Brain Gym) Dalam
Keperawatan STIKES Ngudi Mulyo Mengatasi Kecemasan Dan Stres
Ungaran. 2013. Pada Anak Sekolah. 2009.
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bits
/documents/3423.pdf. (12 Mei 2015) tream/handle/11617/2068/9.pdf?sequ
Hidayah, N. dkk. Perawatan Holistik Pada ence=1. (13 Juni 2015)
Anak Dalam Perspektif Islam. Ramdaniati, Sri. Analisis Determinan
Makassar: Andira Publisher. 2015. Kejadian Takut Pada Anak Pra
Hidayat. Metode Penelitian Keperawatan Sekolah dan Sekolah yang
dan Teknik Analis Data. Jakarta: Mengalami Hospitalisasi di Ruang
Salemba Medika. 2009. Rawat Anak RSU Blud dr. Slamet
Humayasari, Andi. Pengaruh Terapi Garut. Tesis. Depok: Fakultas
Bermain Terhadap Respon Ilmu Keperawatan Program
Penerimaan Pemberian Obat Injeksi Magister Keperawatan Universitas
Pada Anak Usia Sekolah di RSUD H. Indonesia. 2011.
PADJONGA DG. NGALLE. Takalar.

VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 12


Journal of Islamic
nursing

Sari, E. Pengaruh Terapi Bermain Dengan KEMBANGAN%20ANAK. (6 Juni


Teknik Bercerita Terhadap Tingkat 2015).
Kecemasan Akibat Hospitalisasi Widianti, C. R. Pengaruh Senam Otak
Pada Anak Prasekolah Di Ruang Terhadap Kecemasan Akibat
Rawat Inap Anak Di Rsi Ibnu Sina Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra
Yarsi Bukittinggi. 2014. Sekolah Di Rumah Sakit Pantih
http://jurnal.umsb.ac.id/wp- Rapih Yogyakarta. Tesis. Fakultas
content/uploads/2014/09/pdfJURNA Keperawatan: Universitas Indonesia.
L.pdf. (12 Mei 2015) 2011.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. Wijayanti, Pradita Dwi. Faktor-Faktor
Buku Ajar Keperawatan Medikal- yang Berhubungan Dengan Regresi
Bedah Brunner & Suddarth. Vol. 3. Anak Prasekolah Saat Hospitalisasi
Jakarta : EGC. 2002 di Rumah Sakit Anak dan Bunda
Solikhah, Umi. Pengaruh Therapeutik Peer Harapan Kita Jakarta. Skripsi.
Play Terhadap Kecemasan Dan Jakarta: Program Studi Ilmu
Kemandirian Anak Usia Sekolah Keperawatan Fakultas Kedokteran
Selama Hospitalisasi Di Rumah dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Sakit Wilayah Banyumas. Tesis. Hidayatullah Jakarta. 2009.
Fakultas Keperawatn: Universitas Wong. D.L. Pedoman Klinis Keperawatan P
Indonesia. 2011 ediatrik. (Edisi 4). (Monica Ester.
Stuart. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi Penerjemah). Jakarta: EGC. 2004.
5. Jakarta: EGC. 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi
(Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.2014.
Suryanti, S., & Yulistiani, M. Pengaruh
Terapi Bermain Mewarnai Dan
Origami Terhadap Tingkat
Kecemasan Sebagai Efek
Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra
Sekolah Di Rsud Dr. R. Goetheng
Tarunadibrata Purbalingga. Jurnal
Kesehatan Samudra Ilmu, 3. 2012.
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/16
/jhptump-a-suryantiso-761-1-
pengaruh-.pdf. (12 Mei 2015)
Tafsir Al-Misbah Volume 6. Jakarta:
LenteraHati. 2009.
Utami. “Dampak Hospitalisasi Terhadap
Perkembangan Anak”. Jurnal Ilmiah
WYDIA Vol 2, no. 2 (2015).
http://downl oad.portalgaruda.
org/article.php?article=250294&val=
6690&title=DAMPAK%20HOSPIT
ALISASI%20TERHADAP%20PER

VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 13

Anda mungkin juga menyukai