nursing
ABSTRAK
Kecemasan pada hospitalisasi akan menimbulkan perasaan tidak nyaman baik pada anak maupun
keluarga, sehingga diperlukan proses penyesuaian diri untuk mengurangi, meminimalkan kecemasan
supaya tidak berkembang menjadi krisis. Salah satu media terapi dalam menurunkan kecemasan adalah
senam otak. Senam otak merupakan rangkaian gerakan sederhana yang merangsang kerja otak dan fungsi
otak secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap
kecemasan pada anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi. Metode: True Eksperimental pre test
post test control group design. Tempat penelitian di RS Islam Faisal Kota Makassar dan RS Labuang Baji
Kota Makassar. Analisa data menggunakan uji statistic Independen T-test. Pengumpulan sampel
menggunakan teknik Random Alokasi, diperoleh 14 sampel dengan 7 responden kelompok perlakuan dan
responden sebagai kelompok kontrol. Hasil: Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p
value=0,000, yang berarti ada perbedaan bermakna tingkat kecemasan pre-test dengan post test setelah
dilakukan senam otak. Diskusi: Apabila seseorang mengalami kecemasan maka korteks cerebri
mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus yang akan mengakibatkan ketegangan motorik, hiperaktivitas
sistem saraf otonom dan meningkatnya kewaspadaan. Metode yang digunakan untuk membantu
menurunkan kecemasan dengan cara melakukan terapi senam otak.. Dengan gerakan –gerakan senam
otak dapat mengaktifkan neocortex dan saraf parasimpatik yang dapat meredakan ketegangan psikis
maupun ketegangan fisik. Jadi dapat disimpulkan bahwa senam otak berpengaruh terhadap penurunan
kecemasan.
ABSTRACT
Anxiety in hospitalization will lead to the uncomfortable feeling good in children and families, so that the
necessary process of adjustment to reduce, minimizing the anxiety to not develop into a crisis. One of
media treatment in lowering anxiety is brain gym . Brain gym is a series of simple gestures that simulates
brain work and brain function optimally. Study aims to determine the influence of brain gym of anxiety in
children of school age who have hospitalization. True Eksperimental pre test post test control group
design. Research place at Islam Faisal hospital Makassar and Labuang Baji hospital Makassar. The data
analysis used Independen T-test. The gathering samples using methods Random Allocation. Provided 14
samples with 7 respondents of intervention group and 7 of respondents as a control group. The result of
test statistic obtained by velue = 0,000, then there was a meaningful level of anxiety pre-Test with post
Test after use brain gym. If a person to experience anxiety then the cortex cerebri to send a distress signal
to hypothalamus thus resulting in tension in motoric, hyperactivity of aoutonomic nervous system and
raise awareness. The method used to help in lowering anxiety by doing brain gym. With movements brain
gym can activate the neocotex and nervous parasympathetic reduce increase in the hormone adrenaline in
VOLUME 1 NOMOR 1 JULI 2016 1
Journal of Islamic
nursing
body that can ease the tension of phychological and physical strain. So, conclusion is brain gym effect on
reducation of anxiety and therapy is able to be one alternative for children who have hospitalization.
yang lebih tinggi. Pada keadaan seperti ini senam otak terhadap kecemasan akibat
diperlukan suatu tindakan yang dapat hospitalisasi. Dari hasil analisis data
menurunkan tingkat kecemasan (Suryanti ditemukan bahwa ada penurunan signifikan
dkk. 2011). pada skor kecemasan anak setelah
Beberapa penelitian yang telah dilakuakan senam otak.
dilakukan untuk menurunkan stres dan Senam otak atau lebih dikenal
kecemasan akibat hospitalisasi pada anak, dengan brain gym sebenarnya adalah
yaitu Sari (2014) melakukan penelitian yang serangkaian gerakan sederhana yang
bertujuan untuk pengaruh terapi bermain dilakukan untuk merangsang kerja dan
dengan teknik bercerita terhadap tingkat fungsi otak secara maksimal. Awalnya
kecemasan akibat hospitalisasi pada anak senam otak dimanfaatkan untuk anak yang
prasekolah. Jenis Penelitian ini adalah pre mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan
eksperiment design dengan menggunakan otak, sulit konsentrasi dan depresi. Namun
one group pre-post test design. Hasil dalam perkembangannya setiap orang bisa
penelitian ini menunjukan bahwa 53,6% memanfaatkannya untuk beragam kegunaan.
responden mengalami kecemasan berat Saat ini, di Amerika dan Eropa senam otak
sebelum terapi bermain, sedangkan setelah sedang digemari. Banyak orang yang merasa
terapi bermain menunjukan 53,6% terbantu melepaskan stres, menjernihkan
responden mengalami kecemasan sedang pikiran, meningkatkan daya ingat, dan
Berdasarkan uji hipotesis wilcoxon, sebagainya (As’ad, 2011).
menunjukan bahwa ada pengaruh terapi Senam otak ini dikembangkan oleh
bermain dengan teknik bercerita terhadap Paul E. Dennison, Dr. Phill bersama istrinya
tingkat kecemasan aikibat hospitalisasi Gail E. Dennison, yang merupakan pelopor
pada anak prasekolah di Rumah Sakit pendidik di Amerika serikat dalam
Islam Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Tahun penerapan penelitian otak. Senam otak
2014 dengan nilai ρ=0,000 dimana dengan metode latihan Edu-K atau pelatihan
ρ<0,05. Kesimpulan dari penelitian ini kinesis (gerakan) akan menggunakan seluruh
yaitu bahwa terapi bermain memiliki otak melalui pembaruan pola gerakan
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat tertentu untuk membuka bagian-bagian otak
kecemasan pada anak prasekolah. yang sebelumnya tertutup atau terhambat
Diharapkan kepada praktek keperawatan, (As’adi, 2011).
agar hasil penelitian ini dapat menjadi Gerakan senam otak dibuat untuk
sumber informasi dalam upaya menstimulasi (dimensi lateralitas),
meningkatkan pelayanan kesehatan meringankan (dimensi pemfokusan), atau
khususnya pada anak akibat hospitalisasi . merelaksasi (dimensi pemusatan) siswa yang
Selain terapi bermain, mendengarkan terlibat dalam situasi belajar tertentu. Otak
musik, dan mewarnai, senam otak manusia seperti hologram, terdiri dari tiga
merupakan salah satu terapi yang dapat dimensi dengan bagian-bagian yang saling
menurunkan kecemasan, yang dibuktikan berhubungan sebagai satu kesatuan.
oleh Widianti (2011) dalam penelitiannya Pelajaran lebih mudah diterima apabila
yang berjudul “Pengaruh Senam Otak mengaktifkan sejumlah panca indera
Terhadap Kecemasan Akibat Hospitalisasi daripada hanya diberikan secara abstrak
Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Rumah saja. Akan tetapi otak manusia juga spesifik
Sakit Panti Rapih Yogyakarta”. Penelitian tugasnya, untuk aplikasi senam otak dipakai
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh istilah dimensi lateralitas untuk belahan otak
kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk Adapun kriteria inklusi dalam
bagian belakang otak (batang otak atau penelitian ini adalah pasien anak yang
brainstem) dan bagian depan otak (frontal dirawat di ruang perawatan anak Rumah
lobes), serta dimensi pemusatan untuk Sakit, pasien anak yang berusia 6-12 tahun,
sistem limbis (midbrain) dan otak besar pasien anak dan keluarga yang bersedia
(cerebral cortex) (Purwanto, 2009). menjadi responden, dan pasien anak yang
mengikuti intervensi 2 kali dalam sehari
BAHAN DAN METODE selama 2 hari. Sedangkan kriteria
Penelitian ini menggunakan metode eksklusinya adalah, pasien usia sekolah yang
True Eksperimental dengan pendekatan pre mengalami kelemahan dan keterbatasan
test post test control group design dengan gerak, seperti fraktur, parese, cerebral palsy,
sampel sebanyak 14 responden yang dibagi dan pasien anak dan keluarga yang tidak
menjadi 2 kelompok yaitu 7 responden kooperatif.
sebagai kelompok perlakuan dan 7 Dalam rancangan penelitian ini
responden sebagai kelompok kontrol, mengambil jenis “pre test pos test control
pemilihan sampel mengggunakan teknik group design” dimana kelompok perlakuan
Random Alokasi. Variabel dalam penelitian diberikan pre-test sebelum diberi perlakuan
ini terdiri dari variabel dependen berupa yang kemudian diukur dengan post test
kecemasan dan variabel independen berupa setelah perlakuan, sedangkan kelompok
senam otak. Instrumen penelitian disusun kontrol tanpa dilakukan perlakuan.
berdasarkan modifikasi pengukuran ZSRAS pengukuran tingkat kecemasan dengan
(Zung Sel-Rating Anxiety Scale) dan T-AMS menggunakan kuisioner ZSRAS (Zung Sel-
(Tailor Manifest Anxiety Scale). Rating Anxiety Scale) dan T-AMS (Tailor
Penelitian ini dilakukan di RS Islam Manifest Anxiety Scale). Pertama-tama
Faisal Kota Makassar dan RS Labuang Baji dilakukan inform concent dan pre test maka
Kota Makassar. Intervensi yang dilakukan keesokan harinya pada kelompok perlakuan
yaitu terapi senam otak yang dilakukan di berikan senam otak, terapi ini dilakukan
selama 2 kali dalam sehari selama 2 hari. sebanyak 4 kali selama 2 hari, namun pada
Sebelum melakukan senam otak, responden kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan
harus menjalani positif, active, clear, selama 2 hari, dan keesokan harinya
energetis (PACE). Untuk menjalankan diberikan post test kepada responden,
PACE ini, harus memulainya dengan terkhusus pada kelompok kontrol setelah
energetis (minum air), clear (melakukan post test, peneliti memberikan leaflet
pijat saklar otak), active (melakukan gerakan tentang terapi senam otak, sehingga
silang), positif (melakukan kiat rileks) dan responden kelompok kontrol dan
dilanjutkan dengan gerakan-gerakan senam keluarganya dapat mengetahui terapi senam
otak yang dapat menurunkan kecemasan otak.
yaitu: Tombol bumi (Earth buttons), Pengolahan data menggunakan
Tombol imbang (Balance buttons), Tombol software statistik dengan uji Independent t-
angkasa (Space buttons), Pasang Telinga ( test, Fisher’s Exact Test, dan Kolmogorof
The thinking cap), Menguap berenergi (The Smirnow. Hasil pengolahan data disajikan
energetic yown). ke dalam tabel frekuensi dan distribusi serta
penjelasan dalam bentuk narasi.
HASIL
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pengalaman Masuk
Rumah Sakit, Dan Lama Hari Rawat
Kelompok
P
Perlakuan Kontrol Total
No Variabel Value
(f = 7) (f = 7)
f % f % f %
6–9 2 14,29 3 21,43 5 35,71
Umur
1 10 -12 5 35,71 4 28,57 9 64,29 1,000
Jumlah 14 100
Laki-laki 4 28,57 6 42,86 10 71,43
Jenis Kelamin
2 Perempuan 3 21,43 1 7,14 4 28,57 0,559
Jumlah 14 100
1 kali 3 21,43 4 28,57 7 50
Pengalaman Masuk RS 2 kali 3 21,43 3 21,43 6 42,86
3 1,000
4 kali 1 7,14 0 0 1 7,14
Jumlah 14 100
1 hari 2 14,29 1 7,14 3 21,43
Lama Hari Rawat
4 2 hari 5 35,71 6 42,86 11 78,57 1,000
Jumlah 14 100
Tabel 4.2
Distribusi Tingkat Kecemasan Sebelum Senam Otak (Post-Test) pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Kelompok Responden
Tingkat Kecemasan Total
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
f % F % f %
Cemas Ringan 0 0 2 14,29 2 14,29
Cemas Sedang 7 50 5 35,71 12 85,71
Jumlah 7 50 7 50 14 100
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 4.3
Hasil Uji Perbandingan Tingkat Kecemasan Pre-Test pada Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol (Independent T-Test)
Tabel 4.4
Distribusi Tingkat Kecemasan Sesudah Senam Otak (Post-Test) pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Kelompok Responden
Tingkat Kecemasan Total
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
f % f % f %
Cemas Ringan 7 50 2 14,29 9 64,29
Cemas Sedang 0 0 5 35,71 5 35,71
Jumlah 7 50 7 50 14 100
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 4.5
Hasil Uji Perbandingan Tingkat Kecemasan Post-Test pada Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol (Independent T-Test)
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa variabel kesetaraan atau tidak ada perbedaan yang
umur pada anak usia sekolah yang dirawat bermakna (p value = 1,000 α = 0,05).
pada kelompok perlakuan paling banyak Variabel lama hari rawat pada anak
anak berumur 10-12 tahun sebanyak usia sekolah yang di rawat pada kelompok
35,71,29%, sedangkan anak berumur 6-9 perlakuan paling banyak lama hari rawat
tahun sebanyak 14,29 %. Pada kelompok selama 2 hari sebanyak 35,71 %, sedangkan
kontrol paling banyak anak berumur 10-12 lama hari rawat selama 1 hari sebanyak
tahun sebanyak 28,57 %, sedangkan anak 14,29 %. Pada kelompok kontrol paling
berumur 6-9 tahun sebanyak 21,43 %. banyak lama hari rawat selama 2 hari
Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa sebanyak 42,86 %, sedangkan lama hari
variabel umur anak antara kelompok rawat selama 1 hari sebanyak 7,14 %..
perlakuan dan kelompok kontrol Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa
menunjukkan kesetaraan atau tidak ada variabel lama hari rawat pada kelompok
perbedaan yang bermakna (p value = 1,000 perlakuan dan kontrol menunjukkan
α = 0,05). kesetaraan atau tidak ada perbedaan yang
Variabel Jenis kelamin pada anak bermakna (p value = 1,000 α = 0,05).
usia sekolah yang dirawat pada kelompok Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada
perlakuan paling banyak anak berjenis kelompok perlakuan tidak ada anak yang
kelamin laki-laki sebanyak 28,57%, mengalami cemas ringan, dan cemas sedang
sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (50%). Sedangkan pada
sebanyak 21,43 %. Pada kelompok kontrol kelompok kontrol anak yang mengalami
paling banyak anak berjenis kelamin laki- cemas ringan sebanyak 2 orang (14,2%) dan
laki sebanyak 42,86 %, sedangkan yang cemas sedang sebanyak 5 orang (35,7%).
berjenis kelamin perempaun sebanyak 7,14 Setelah dilakukan uji normalitas dengan
%. Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa menggunkan Shapiro-Wilk Test
variabel jenis kelamin anak antara kelompok menunjukkan bahwa data berdistribusi
perlakuan dan kelompok kontrol normal dengan nilai p value = > 0,05,
menunjukkan kesetaraan atau tidak ada sehingga pada tabel 4.3 menggunakan uji
perbedaan yang bermakna (p value = 0,559 statistik dengan Independent T-Test pada
α = 0,05). pre-test kelompok perlakuan dan kelompok
Variabel pengalaman masuk rumah kontrol didapatkan p value = 0,218 atau p >
sakit pada anak usia sekolah yang dirawat 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan
pada kelompok perlakuan paling sedikit bermakna antara Tingkat Kecemasan Pre-
pengalaman yang ke empat kali yaitu test kelompok perlakuan dengan kelompok
sebanyak 7,14 %, sedangkan pengalaman kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kedua
yang pertama kali dan ke dua kali adalah kelompok tidak berbeda sebelum diberikan
sama rata sebanyak 21,43 %. Pada intervensi sehingga perbedaannya terjadi
kelompok kontrol pengalaman masuk rumah setelah intervensi dapat disesuaikan akibat
sakit yang pertama kali sebanyak 28,57 %, pengaruh senam otak.
sedangkan pengalaman yang kedua kali Tabel 4.4 menunjukkan bahwa
sebanyak 21,43 % . Analisis selanjutnya tingkat kecemasan anak usia sekolah setelah
menunjukkan bahwa variabel pengalaman senam otak pada kelompok perlakuan
masuk rumah sakit pada kelompok sebanyak 7 orang (50%) mengalami cemas
perlakuan dan kontrol menunjukkan ringan. Sedangkan tingkat kecemasan pada
kelompok kontrol sebanyak 2 orang
menakutkan.(Ball & Bindler, 2003, dalam adanya perasaan tegang, khawatir dan
Solikhah, 2011). sebagainya (Purwanto dkk. 2009).
Hospitalisasi juga dapat diartikan Kecemasan adalah respon emosi
sebagai suatu proses dimana karena alasan tanpa objek yang spesifik yang secara
tertentu atau darurat mengharuskan anak subyektif dialami dan dikomunikasikan
untuk tinggal di RS, menjalani terapi secara interpersonal. Kecemasan adalah
perawatan sampai pemulangannya kembali kebingungan, kekuatiran pada sesuatu yang
ke rumah. Hospitalisasi adalah bentuk akan terjadi dengan penyebab yang tidak
stressor individu yang berlangsung selama jelas dan dapat dihubungkan dengan
individu tersebut dirawat di rumah sakit. perasaan tidak menentu dan tidak berdaya
Menurut WHO, hospitalisasi merupakan (Bolin, 2011).
pengalaman yang mengancam ketika anak Untuk mengetahui hasil uji
menjalani hospitalisasi karena stressor yang perbandingan pada kelompok perlakuan dan
dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak kelompok kontrol sebelum senam otak
aman (Utami, 2014). dilakukan uji statistik dengan uji Indepedet
Anak usia sekolah membayangkan T-Tes karena data berdistribusi normal
dirawat di rumah sakit merupakan suatu sehingga didapatkan nilai p = 0,218 atau p >
hukuman, dipisahkan merasa tidak aman dan 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemandiriannya terlambat. Mereka menjadi tidak terdapat perbedaan bermakna
ingin tahu dan bingung, anak bertanya kecemasan pada kelompok kontrol dengan
kenapa orang itu, mengapa berada di rumah kelompok perlakuan.
sakit, berbagai macam pertanyaan Untuk mengetahui hasil uji
dilontarkan karena anak tidak mengetahui perbandingan pada kelompok perlakuan dan
yang sedang terjadi (Wong, 2004). Anak kelompok kontrol setelah senam otak
yang dirawat di rumah sakit menunjukkan dilakukan uji Independet T-tes karena data
reaksi menangis karena kesakitan dan berdistribusi normal sehingga didapatkan
hospitalisasi. Penyebab penurunan mood nilai p = 0,000 atau p < 0,05 maka dapat
antara lain perubahan status kesehatan dan ditarik kesimpulan bahwa terdapat
lingkungan yang jauh dari rutinitasnya perbedaan bermakna kecemasan post test
sehari-hari serta keterbatasan koping antara kelompok perlakuan dengan
mekanisme anak dalam memecahkan kelompok kontrol.
masalah. Reaksi anak terhadap hospitalisasi Berdasarkan penelitian yang telah
dipengaruhi oleh faktor usia, pengalaman dilakukan dimana hasil yang didapatkan
sakit, perpisahan, pengalaman dirawat di sebelum senam otak dan setelah senam otak
rumah sakit, pembawaan anak, keterampilan pada kelompok perlakuan dimana p = 0,000
koping, kegawatan diagnosa, dan support atau p < 0,05 sehingga Ha diterima yang
sistem (Hockenberry & Wilson, 2009, dalam artinya terdapat perbedaan kecemasan
Widianti, 2011). sebelum dan sesudah diberikan senam otak
Kecemasan merupakan reaksi yang pada anak usia sekolah yang mengalami
tidak menyenangkan yang ditandai dengan hospitalisasi. Hal ini sesuai dengan
ketakutan. Perasaan takut itu timbul karena penelitian yang dilakukan oleh Widianti
adanya ancaman atau gangguan terhadap (2011) yang berjudul “Pengaruh Senam
sesuatu objek yang masih abstrak dan juga Otak Terhadap Kecemasan Akibat
takut yang bersifat subjektif yang ditandai Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah
Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Dari hasi analisis data ditemukan bahwa ada Menyembuhkan. Sebagai terapis, kita hanya
penurunan signifikan pada skor kecemasan sebagai wasilah dan harus diyakinkan
anak setelah dilakukan senam otak pada kembali kepada orang yang diterapi bahwa
kelompok intervensi bila dibandingkan kesembuhan itu semata-mata dariNya.
dengan kelompok kontrol. Pada awalnya, senam otak sudah
Penelitian yang serupa juga dengan dikenal sejak tahun 80-an. Namun, saat itu
penelitian yang telah dilakukan adalah masih terbatas untuk orang dewasa saja.
penelitian yang dilakukan oleh Nurul Selanjutnya memasuki tahun 2000-an,
Chosiyah dkk. (2013) yang berjudul senam otak dikembangkan untuk membantu
“Pengaruh Senam Otak Terhadap Penurunan meningkatkan kecerdasan anak-anak
Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 sekolah atau bisa juga untuk bayi. Gerakan-
Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo gerakan senam ringan yang dilakukan dalam
Ungaran. Tujuan penelitian ini adalah senam otak, seperti melalui olah tangan dan
mengetahui pengaruh senam otak terhadap kaki yang dapat memberikan rangsangan
penurunan kecemasan mahasiswa tingkat atau stimulus ke otak. Stimulus itulah yang
akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo dapat meningkatkan kemampuan kognitif,
Ungaran tahun 2012/2013. Analisis data misalnya kewaspadaan, konsentrasi, dan
yang digunakan dependent T test dan kecepatan dalam proses belajar, serta
independent T test. Hasil penelitian memori, pemecahan masalah, ataupun
menunjukkan bahwa ada pengaruh senam kreatifitas.
otak terhadap penurunan kecemasan Mulanya senam otak dimanfaatkan
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan untuk anak yang mengalami gangguan
Stikes Ngudi Waluyo Ungaran tahun hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi
2012/2013, dengan nilai pvalue sebesar dan depresi. Akan tetapi, dalam
0,017 (α = 0,05). perkembangannya setiap orang bisa
memanfaatkannya untu beragam kegunaan.
Allah swt. berfirman dalam QS.Asy- Selain dapat meningkatkan kemampuan
Syu’ara/80 belajar, senam otak dapat memberikan
beberapa manfaat yaitu berupa: stress
ﲔ
ِ ْﺖ ﻓَـ ُﻬ َﻮ ﻳَ ْﺸ ِﻔ
ُ َوإِذَا َﻣ ِﺮﺿ emosional berkurang dan pikiran lebih
jernih, hubungan antarmanusia dan suasana
Terjemahnya: belajar/kerja lebih relaks dan senang,
“Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang kemampuan berbahasa dan daya ingat
menyembuhkan aku ” . (QS. Asy-Syu ’ meningkat, rang menjadi lebih bersemangat,
ara/80). lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih
sehat karena stress berkurang, dan prestasi
Makna hal itu berarti jika aku belajar dan bekerja meningkat.
menderita sakit maka tidak ada seorangpun Banyak manfaat yang bisa diperoleh
yang kuasa menyembuhkanku selainNya dengan melakukan senam otak. Gerakan-
sesuai takdirnya yang dikarenakan oleh gerakan ringan dengan permainan melalui
sebab yang menyampaikannya (Katsir, olah tangan dan kaki dapat memberikan
2005). Jika dikaitkan dengan hasil rangsangan atau stimulus pada otak.
penelitian, maka penurunan kecemasan yang Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah
terjadi pada responden, maka itu yang dapat meningkatkan kemampuan
dikembalikan kepada Yang Maha kognitif (kewaspadaan, konsentrasi,