Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH PENERAPAN ATRAUMATIC CARE (TERAPI MENONTON

FILM KARTUN) TERHADAP KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH PADA


SAAT HOSPITALISASI DI BANGAL MARANATHA LANTAI 1 RUMAH
SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

ANTON
KRISWANTORO
202301075

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA
UTAMA KUDUS
Kudus, 1 9 Februari 2024
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah hospitalisasi terhadap anak di rumah sakit merupakan salah satu masalah yang
sering timbul. Hospitalisasi dapat terjadi karena rasa bosan anak terhadap proses perawatan
dan pengobatan yang mereka jalani selama di rumah sakit bahkan bisa menyebabkan anak
menjadi trauma. Hospitalisasi merupakan sebuah krisis pada anak yang dirawat di rumah
sakit dapat berupa distres fisik maupun psikologi yang mengharuskan anak berada di Rumah
sakit sampai sembuh.(Faradilla & Permatasari, 2023)
Anak prasekolah merupakan anak yang berumur antara 3-5 tahun yang pada umumnya
senang melakukan berbagai kegiatan seperti berlari, melempar, menari dan berhitung
umumnya akan merasa tertekan karena adanya tindakan medis yang menharuskan anak
untuk tetap tinggal di bangsal pada rumah sakit. (Dr. Deswita, M.Kep., Ns. Sp. Kep. An.,
dan Ns. Yusi Nursiam, S.Kep., M. Kep., 2023)
Cemas merupakan proses yang terjadi dikarenakan adanya proses perubahan citra tubuh
karena adanya perubahan pola hidup, masalah finensial kehilangan kendali dan lain
sebagainya. Cemas dapat mempengaruhi sistem tubuh yang dapat ditandai dengan merasa
tidak tenang, gugup, takut, kekhawatiran dan kegiatan motorik tanpa tujuan.(Agatha &
Siregar, 2023)
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan kritis saat anak sakit dan harus dilakukan proses
pengobatan dirumah sakit sehingga menyebabkan pengalaman yang tidak menyenangkan
dan menyebabkan anak menjadi trauma. Proses hospitalisasi tersebut dapat ditandai dengan
anak yang menjadi rewel, menangis dan sedih. Prosedur pemeriksaan dan perawatan
menyebabkan distres fisik dan psikologis yang berakibat pada ganggguan tidur, menangis,
penurunan nafsu makan bahkan menyebabkan gangguan perkembangan. Karena dampak
buruknya, hospitalisasi dapat menghambat proses penyembuhan penyakit anak. (Faradilla &
Permatasari, 2023)
Dampak jangka panjang pada anak usia pra sekolah yang mengalami kecemasan akibat
hospitalisasi adalah terhambatnya tumbuh kembang anak. Karena pada masa ini, anak sedang dalam
masa golden age atau usia keemasan, Keterlambatan perkembangan tersebut diantaranya dapat
menyebabkan anak usia pra sekolah mempunyai kemampuan membaca yang buruk, kenakalan pada
anak, sangat trauma setelah mengalami hospitalisasi, menurunnya kemampuan intelektual, sosial,
dan fungsi imunitas pada anak. (Dr. Deswita, M.Kep., Ns. Sp. Kep. An., dan Ns. Yusi
Nursiam, S.Kep., M. Kep., 2023)
Menghilangkan kecemasan anak prasekeolah dengan menggunakan media menonton film
kartun karena dalam beberapa penelitian sebelumnya menonton film kartun dapat
menurunkan tingkat kecemasan anak dengan menonton vidio yang ditampilkan dengan
menggunakan sarana hp, laptop ataupun media pemutaran yang terhubung dengan youtube
dan terkoneksi dengan internet dapat menjadikan anak lebih tenang dan kecemasan anak
turun bahkan hilang, ditandai dengan anak yang terhibur dan berfokus pada vidio yang
ditonton.(Faradilla & Permatasari, 2023)
Menurut data di Amerika Serikat diperkirakan anak –anak lebih dari 5 juta mengalami
hospitalisasi dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, anak mengalami kecemasan dan stress.
(Faradilla & Permatasari, 2023)
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) tahun 2020 bahwa 4%-12% pasien
anak yang di rawat di Amerika Serikat mengalami stress selama hospitalisasi. Sekitar 3%-
6% dari anak usia sekolah yang di rawat di Jerman juga mengalami hal yang serupa, 4%-
10% anak yang di hospitalisasi di Kanada dan Selandia Baru juga mengalami tanda stress
selama di hospitalisasi (WHO, 2020). Angka kesakitan anak di Indonesia mencapai lebih
dari 58% dari jumlah keseluruhan populasi anak di Indonesia (Kemenkes RI, 2019).
Sehingga didapat peningkatan hospitalisasi pada anak menurut Data Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2020 angka rawat inap atau hospitalisasi anak di Indonesia naik sebesar
19% dibandingkan tahun 2019 (Badan Pusat Statistik, 2018).
Di Indonesia, jumlah anak usia prasekolah (3-5 Tahun) berdasarkan data Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016 jumlah anak usia pra sekolah 9.603.173 jiwa .
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018 persentase anak sakit atau angka
kesakitan anak adalah 15,86 persen. Angka kesakitan anak di perkotaan sebesar 16,66
persen, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan sebesar 15,01 persen. Tidak
ada perbedaan yang signifikan dalam persentase anak wanita dan pria yang sakit. Di
Provinsi Jawa Tengah hospitalisasi anak sebesar 4,1% dari jumlah penduduk, persentase
tertinggi anak yang pernah dirawat inap ada di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan.
(Kemenkes RI, 2018)
berkisar Di Kudus kususnya di Rumah Sakit Mardi Rahayu didapatkan data bawasannya
terdapat cukup banyak jumlah anak yang dirawat dari tahun Januari tahun 2023 hingga
bulan januari tahun 2024. Jumlah kasus anak yang dirawat di Rumah Sakit Mardi Rahayu
pada tahun 2023 meliputi : Januari : 110 , Februari : 95, Maret : 133, April : 91, Mei :88,
Juni : 102, Juli : 89, Agustus 130, September : 135, Oktober : 153, November 116,
Desember : 95 dan di tahun 204 bulan januari ada 99 kasus. Jadi pada bulan januari 2023-
januari 2024 terdapat jumlah pasien anak yang dirawat yaitu 1627 kasus. Sedangkan di
bangal maranatha terdapat kasus anak yang terjadi di tahun 2023 meliputi : bulan
januarri :72, Februari : 76, Maret : 112, April : 71, Mei : 78, Juni 82, Juli : 79, Agustus :
102, September : 104, Oktober : 93, November : 92, Desember : 81 dan januari 2024 : 77.
Jadi jumlah kasus anak prasekolah yang terjadi di bangsal Maranatha lantai 1 yaitu
berjumlah : 1119 kasus.(Rekam Medis RS Mardi Rahayu, 2024)
Berkaitan dengan banyaknya kasus yang ada dair bulan januari 2023 sampai 2024 di
rumah sakit Mardi Rahayu ini, penulis ingin mengkaji dan menawarkan gagasan baru untuk
pererawatan khususnya di bangal anak ruang Maranata 1 dengan terapimenonton film
kartun. Karena masih banyak kasus yang ditemui penulis berkaitan dengan anak prasekolah
yang mengalami kecemasan di bangsal anak ruang Maranata 1 rumah sakit Mardi Rahayu.
Sebenarnya rumah sakit sudah melakukan upaya-upaya untuk mengatasi hospitalisasi
tersebut dengan menyediakan zona bermain khusus anak, menyediakan berbagai macam
permainan dan juga memfasilitasi dengan ruangan yang diberi latar belakang gambar-
gambar. Namun demikian menurut penulis hal ini dirasa kurang efektif untuk mengatasi
masalah hospitalisasi yang ada. Ditandai anak yang sering rewel dan mengangis karena rasa
bosan dengan permainan yang ada, bahkan anak sering terlihat kelelahan karena permainan
yang disediakan.
Oleh karena kecemasan yang ditandai dengan rewel dan menangis tersebut penulis
menawarkan solusi untuk memberikan intervensi keperawatan yang cocok untuk mengatasi
masalah kecemasan yang ada, dengan melakukan terapi menonton film kartun agar anak
prasekolah yang dirawat menjadi tidak cemas, rewel dan menangis.
Maka dari banyaknya kasus anak pra sekolah yang mengalami dampak negatif
hospitalisasi akibat proses perawatan di rumah sakit tersebut penulis tertarik untuk
melakukan riset pengaruh terapi menonton film kartun untuk mengurangi kecemasan anak
terhadap hospitalisasi dengan cara menonton film kartun.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat menentukan rumusan masalah sebagai
berikut “Apakah efektif terapi menonton kartun untuk menurunkan tingkat kecemasan anak
para sekolah berkaitan dengan hospitalisasi yang sering muncul saat proses perawatan di
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui keefektifan atraumatic care (terapi menonton film kartun)
terhadap kecemasan anak prasekolah pada saat hospitalisasi di bangsal
maranatha lantai 1 rumah sakit Mardi Rahayu Kudus.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mendeskripsikan kecemasan anak prasekolah sebelum dilakukan
terapi menonton film kartun.
1.3.2.2 Untuk mendeskripsikan kecemasan anak prasekolah setelah dilakukan
terapi menonton film kartun..
1.3.2.3 Untuk menganalisa pengaruh terapi menonton film kartun terhadap
kecemasan anak prasekolah di ruang maranatha 1 rumah sakit Mardi Rahayu
Kudus.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1Bagi peneliti :
1.4.1.1Untuk update ilmu berkaitan dengan manajemen anak pra sekolah yang sering
mengalami hospitalisasi saat proses perawatan.
1.4.1.2Bagi perawat khususnya untuk dapat mengintervensikan distraksi untuk
mencegah hospitalisasi pada anak pre skolah saat melakukan perawatan.
1.4.2Bagi Institusi : Untuk dapat melkukan penelitian lanjutan untuk menguatkan teori dan
praktik yang sudah penulis lakukan
1.4.3 Bagi masyarakat khususnya orang tua :
Supaya tidak menglami trauma psikis terutama karena cemas terhadap hospitalisasi
yang dapat
berdampak negatif kedepannya.
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama, Tahun, Rancangan Variabel Hasil


Judul Penelitian Penelitian
1. Selvia Metode penelitian ini Variabel Hasil penelitian didapatkan hasil
Novitasari1 , Weti merupakan penelitian bebas : perbedaan rata-rata penurunan frekuensi
, Ferasinta , Nopia kuantitatif dengan ATRAU kecemasan sebelum dan sesudah
Wati, 2021. desain quasi MATIK dilakukan intervensi adalah 2,500
PENERAPAN experimental kecemasan CARE: dengan standar deviasi 1,761, nilai 95%
ATRAUMATIK anak usia prasekolah AUDIOV CI (0,652 - 4.348), p-value didapatkan
CARE: sebelum dan sesudah ISUAL 0,018 < α = 0,05 . Simpulan, ada
AUDIOVISUAL dilakukan intervensi Variabel pengaruh yang signifikan terhadap
TERHADAP audiovisual di Rumah terikat : tingkat kecemasan anak usia prasekolah
PENURUNAN Sakit Harapan dan Doa Tingkat sebelum dan sesudah dilakukan
KECEMASAN Kota Bengkulu. Cemas intervensi audiovisual di Rumah Sakit
PADA ANAK Harapan dan Doa Kota Bengkulu
USIA
PRASEKOLAH
2. Hotmaria Julia Metode Metode Variable Hasil: Ada perbedaan kecemasan anak
Dolok Saribu , penelitian yaitu quasi bebas : prasekolah saat hospitalisasi pada
Wasis Pujiati, eksprimen dengan Penerapan kelompok eksperimen dan kelompok
Endang rancangan pre and Atraumati kontrol (p value 0,001). Kesimpulan ada
Abdullah.2021.Pe posttest control group. c Care pengaruh penerapan atraumatik
nerapan Analisa data Variabel audiovisual pada kecemasan anak
Atraumatic Care menggunakan uji terikat : prasekolah. Saran sebaiknya
dengan wilcoxon dan untuk Tingkat menerapkan atraumatic care audio visual
Kecemasan Anak menguji perbedaan dua Cemas untuk mengurangi kecemasan anak pra-
Pra-Sekolah Saat kelompok menggunakan sekolah.
Proses uji independent test atau
Hospitalisasi Mann Whitney test.
Sampel 56 anak
prasekolah.
3 Ani Rahmadhani Desain dari penelitian Variabel .Uji Chi-Square test yang
Kaban, Veronica ini adalah Survey bebas : memperlihatkan bahwa nilai signifikan
Anggreni Analitik dengan HOSPIT probabilitas hospitalisasi adalah α= 0,05.
Damanik, Chintya pendekatan Cross ALISASI Maka diperoleh 0,022< 0,05 yang
Siahaan, 2021. Sectional. Populasi ANAK artinya ada hubungan lama rawat inap
FAKTOR- dalam penelitian ini USIA dengan tingkat kecemasan orang tua,
FAKTOR YANG adalah orang tua yang PRASEK 0,043< 0,05 yang berati ada hubungan
BERHUBUNGA memiliki anak usia OLAH tingkat pengetahuan dengan tingkat
N DENGAN prasekolah yang Variabel kecemasan orang tua, dan 0,024 < 0,05
TINGKAT berjumlah 163 orang. terikat : yang artinya ada hubungan perilaku
KECEMASAN Teknik sampel yang Tingkat Caring perawat dengan tingkat
ORANG TUA digunakan dengan cara Cemas kecemasan orang tua. Kesimpulan yang
TERHADAP Purposive Sampling, didapatkan pada penelitian ini ada
HOSPITALISASI dengan jumlah sampel hubungan rawat inap, tingkat
ANAK USIA berjumlah 62 responden. pengetahuan, perilaku Caring perawat
PRASEKOLAH dengan tingkat kecemasan orang tua.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Definisi Anak

Berdasarkan undang-undang No 35 Tahun 2014 mendefinisikan anak adalah

seseorang yang berusia kurang dari 18 (delapan belas) tahun, termasuk dalam

kandungan.

2.1.2 Tingkat Perkembangan Anak

Perkembangan merupakan sebuah proses bertambahnya kemampuan menjadi

lebih kompleks. Dalam proses pematangannya dalam pola yang teratur dalam

proses pematangannya. Perkembangan tersebut bisa dalam bentuk pematangan

organ, intelektual dan pola pikir. (Azijah & Adawiyah, 2020)

Menurut Azijah & Adawiyah, (2020) secara umum anak usia dini di bagi

menjadi usia (0-1 tahun), usia (2-3 tahun), usia (4-6 tahun). Dengan karakteristik :

2.1.2.1 Usia 0-1 tahun

Usia ini merupakan usia bayi tetapi perkembangan mengalami kecepatan

tumbuh yang pesat dibandingkan dengan usia selanjutnya. Dengan contoh

bisa melakukan gerakan berguling, merangkak, duduk, berdiri dan jalan.

Serta mempelajari panca indra seperti mencium, mendengar, mengecap.

Serta bisa merespon komunikasi responsif orang dewasa yang dapat

memperluas respon verbal dan non verbal.

2.1.2.2 Usia 2-3 tahun


Pada fase ini terdapat beberapa kesamaan karakteristik dengan fase

sebelumnya, yang secara fisik mengalami perkembangan pesat. Eksplorasi

terhadap benda apasaja yang ditemukan merupakan proses belajar yang

efektif. Pada fase ini pula mulai mengembangkan berkomunikasi verbal,

kemudian satu atau dua kata mulai tersusun menjadi kalimat yang kadang

pengucapannya kurang jelas maknanya. Dalam usia 2-3 tahun ini mulai

mengembangkan emosi anak berdasarkan lingkungan memperlakukan dia.

2.1.2.3 Usia 4-6 tahun

Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif untuk melakukan

kegiatan yang bermanfaat bagi perkembangan otot seperti :

memanjat,melompat dan berlari. Perkembangan bahasapun juga

berkembang dengan contoh dapat meniru dan memahami pembicaraan

orang lain. Perkembangan kognitif sangatlah pesat ditunjukkan dengan

rasa ingin tahu yang tinggi terhadap lingkungan luar.

2.1.3 Kebutuhan Dasar Anak

Mahanani (2020) berpendapat bawasannya kebutuhan dasar anak untuk

mencapai tumbuh kembang secara optimal dapat digolongkan menjadi 3

bagian, yaitu :

2.1.3.1 Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)

Merupakan pencukupan kebutuhan pangan /gizi. Perawatan dasar

diantaranya imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi, dan

pengobatan kalau sakit. Pemukiman yang layak dengan kebersihan

lingkungan, sandang, sanitasi dan lain sebagainya.


2.1.3.2 Kebutuhan Emosi/Kasih sayang (ASIH)

Dengan ibu yang menyusui bayi secepat mungkin setelah bayi

lahir. Kekurangan kasih sayang dapat berdampak negatif bagi

tumbuh kembang anak “Sindrom Deprivasi Maternal”.

2.1.3.3 Kebutuhan akan Stimulasi Mental (ASAH)

Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar pada

anak. Asah merupakan metode melatih perkembangan mental

psikososial anak : kecerdasan, keterampilan, kemandirian,

kreativitas, produktivitas dan lain sebagainya.

2.2 Hospitalisasi

2.2.1 Pengertian Hospitalisai Pada Anak

Hospitalisasi merupakan proses dimana keadaan darurat atau kritis

sehingga menyebabkan anak harus melakukan peroses perawatan di rumah

sakit sampai sembuh, sehingga anak mengalami proses bosan dan dapat

berpengaruh pada proses tumbuh kembang yang seharusnya. (Faradilla &

Permatasari, 2023)

2.2.2 Penyebab Hospitalisasi

Menurut Dr. Deswita, M.Kep., Ns. Sp. Kep. An., dan Ns. Yusi Nursiam,

S.Kep., M. Kep.,(2023) berpendapat ada 4 faktor yang berpengaruh terhadap

proses hospitalisasi pada anak, yaitu :


2.2.2.1 Lingkungan rumah sakit

Lingkungan yang baru yang menurut anak asing yang berpengaruh

terhadap terasingkannya anak yang sering kali sulit beradaptasi dengan

lingkunagn dan suasana baru.

2.2.2.2 Berpisah dengan orang yang sangat berarti

Anak sering kali memiliki teman bermain yang membuat mereka senang,

dikarenakan proses perawatan yang mengharuskan anak berada di RS

dalam waktu tertentu berpengaruh pada anak yang merasa gelisah.

Dikarenakan kebanyakan rumah sakit menganjurkan anak kurang dari 14

tahun untuk tidak masuk ke lingkungan RS karena faktor imunitas yang

masih rentan, sehingga dapat tertular penyakit.

2.2.2.3 Kehilangan kebebasan

Kehilangana kebebasan sering dikarenakan anak dalam proses

keperawatan dipasang infus sehingga menyebabkan kebebasannya

terganggu. Faktor kebebasan juga dapat di hubungkan dengan proses

bermain anak yang menjadi terbatas dan hanya di tempat-tempat itu

saja, sehingga sering kakli anak menjadi bosan dan rewel.

Dikarenakan Proses terapi yang harus dijalani anak seperti tindakan

injeksi, nebulizer dan lainnya sehingga menyebabkan kecemasan anak

meningkat.

2.2.2.4 Faktor Jenis kelamin

Faktor yang berpengaruh dalam proses hospitalisai merupakan jenis

kelamin, anak yang memiliki jenis kelamin perempuan memiliki


tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Sehingga

anak prasekolah dengan jenis kelamin perempuan lebih tinggi tingkat

hospitalisasinya dibanding dengan anak laki-laki.

2.3 Kecemasan

2.3.1 Definisi Kecemasan menurut Swarjana (2022) didefinisikan menjadi 3, yaitu:

2.3.1.1 Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat dari kegelisahan,

ketakutan, atau ketegangan dalam menghadapi suatu situasi.

2.3.1.2 Kecemasan adalah perasaan dari ketakutan yang timbul dari rangsangan

eksternal ataupun internal yang dapat memiliki gejala perilaku emosiional,

kognitif dan fisik.

2.3.1.3 Kecemasan adalah emosional kompleks dan berkepanjangan yang terjadi

ketika seseorang mengalami situasi ancaman yang tak terduga.

2.3.2 Jenis-Jenis Kecemasan

Menurut Swarjana (2022) jenis kecemasan dibagi menjadi 5, yaitu :

2.3.2.1 Antisipatif kecemasan (anticipatory anxiety), merupakan kecemasan yang

timbul karena riwayat fobia atau gangguan panik. Dengan merasa

khawatir dengan kemungkinan situasi yang akan terjadi.

2.3.2.2 Kecemasan sinyal (signal anxiety), merupakan respon terhadap ancaman

atau bahaya yang dirasakan. Mekanisme ego akan aktif jika dalam

ancaman atau bahaya.

2.3.2.3 Sifat Kecemasan (anxiety trait), merupakan komponen kepribadian yang

sudah ada dalam jangka waktu lama dan dapat diukur dengan mengamati

perilaku fisiologis, emosional, serta kognitif orang tersebut.


2.3.2.4 Keadaan Kecemasan (anxiety state), terjadi akibat situasi stres, dimana

orang tersebut kehilangan kendali atas emosinya.

2.3.2.5 Kecemasan Mengambang Bebas (free floating anxiety), Kecemasan yang

selalu hadir dibarengi dengan perasaan takut.

2.3.3 Dimensi Kecemasan menurut Menurut Swarjana (2022), yaitu :

2.3.3.1 Dimensi Kognitif, yaitu pikiran negatif, tidak fokus, pikiran yang tidak

berhubungan dengan kondisi saat ini.

2.3.3.2 Dimensi motorik, yaitu berhubungan dengan tubuh yang kaku, terasa

berat, gemetar, raut muka yang berkerut, mondar mandir.

2.3.3.3 Dimensi somatis, ditandai dengan pernafasan tidak beratur, sering buang

air kecil, merasakan ketegangan.

2.3.3.4 Dimensi Afektif, ditandai dengan lebih mudah putus asa dan merasakan

keraguan diri.

2.4 Hubungan Variabel Penelitian

Pengaruh terapi menonton film kartun untuk mengurangi kecemasan anak terhadap

hospitalisasi yaitu dengan menonton film kartun.

Anak-anak sering kali mengalami proses takut, cemas dan tidak nyaman saat

dilakukan proses perawatan dan pengobatan yang mereka jalani selama di rumah sakit

bahkan bisa menyebabkan anak menjaditrauma. Hospitalisasi merupakan sebuah krisis

pada anak yang dirawat di rumah sakit dapat berupa distres fisik maupun psikologi yang

mengharuskan anak berada di Rumah sakit sampai sembuh. (Faradilla & Permatasari,

2023)

Maka dari masalah tersebut diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah
hospitalisasi tersebut. Salah satu cara yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut yaitu

dengan mengalihkan rasa bosan anak dengan menggunakan media menonton film kartun

untuk mendistraksi rasa bosan pada anak.

Terapi distraksi merupakan teknik pengalihan fokus ke hal yang lain untuk mengurangi

kecemasan yang timbul. Salah satu terapi distraksi yang dapat diaplikasikan yaitu

audiovisual, salah satu implementasinya adalah menggunakan media untuk memutarkan film

kartun dikarenan kebanyakan anak suka melihat tontonan kartun yang bisa di akses melalui

yutub atau media pemutaran lain, sehingga perhatian anak dapat teralih dan tidak merasa

jenuh berada di rumah sakit. (Faradilla & Permatasari, 2023)

2.5 Kerangka Teori

Definisi kecemasan pada


anak yang mengalami
hospitalisasi
Media : Handpond
dengan aplikasi
youtube
Pengumpulan data menurut
teori-teori mengatasi
masalah kecemasan pada Distraksi dengan menonton Pengumpulan data dengan
anak yang mengalami film kartun mengisi quisioner pre dan
hospitalisasi post tindakan distraksi

Penggisi quisioner adalah


orang tua pasien

Data didapat dari kurang Saaran pada anak yang Dianggap teori berhasil jika
lebih 15 anak dirawat di ruang maranatha mengalami prosentase
1 keberhasilan lebih dari 80%
atau sekitar 12 responden
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel terikat

Menonton Film Kartun


Tingkat kecemasan anak
prasekolah

3.1 Gambaran kerangka konsep


3.2 Hipotesis penelitian
Penelti menduga akan ada hubungan penurunan jumlah anak yang mengalami
hospitalisasi. Karena dari beberapa teori yang menjadi acuan penulisan didapatkan
adanya keefektifan metode menonton kartun ini dengan proses menurunnya kecemasan
anak dalam menjalani proses perawatan di rumah sakit atau yang sering di sebut dengan
hospitalisasi.
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian
3.3.1 Jenis Penelitian

Studi kasus dengan mengguankan metode kualitatif, karena lebih


menekankan pada pengamatan fenomena dan lebih meneliti ke subtansi makna
dari fenomena tersebut. Analisis dan ketajaman penelitian kualitatif sangat
terpengaruh pada kekuatan kata dan kalimat yang digunakan. fokus dari penelitian
kualitatif adalah pada prosesnya dan pemaknaan hasilnya. Perhatian penelitian
kualitatif lebih tertuju pada elemen manusia, objek, dan institusi, serta hubungan
atau interaksi di antara elemen-elemen tersebut, dalam upaya memahami suatu
peristiwa, perilaku, atau fenomena.
Ha1 Adanya hubungan distraksi menonton film kartun untuk menurunkan
tingkat kecemasan anak dengan hospitalisasi di Rumah Sakit Mardi Rahayu
Ha2 Ada Hubungan Tingkat kecemasan anak terhadap tindakan medis saat
di rawat di Rumah Sakit sehingga menyebabkan anak mengalami hospitalisasi di
Rumah Sakit Mardi Rahayu
Ho Tidak ada hubungan menonton film kartun untuk mengurangi tingkat
kecemasan anak saat dilakukan tindakan medikasi di Rumah Sakit Mardi Rahayu
Ho2 Tidak ada hubungan tingkat kecemasan anak terhadap tindakan medis
sehingga anak mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit Mardi Rahayu
3.3.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian menggunakan Studi kasus dengan mengguankan
metode kualitatif, karena lebih menekankan pada pengamatan fenomena dan lebih
meneliti ke subtansi makna dari fenomena tersebut. Sehingga peneliti dapat
mendapatkan kesimpulan dari hasil riset.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.4.1 Lokasi
Ruang maranata rumah sakit mardi rahayu kudus
3.4.2 Waktu Penelitian
Bulan September 2024 sampai dengan selesai

3.5 Populasi dan sampel penelitian


3.5.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah anak presekolah dengan usia 3-5 tahun yang
dirawat di Rumah Sakit Mardi Rahayu dari bulan januari 2023 sampai dengan
Januari 2024.

3.5.2 Sampel Penelitian


Sampel penelitian didapat dari 15 anak yang dirawat di Ruang Maranata 1
Ruamah Sakit Mardi Rahayu.
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek
yang diteliti dan dianggap mewakli seluruh populasi (Notoatmodjo, 2018). Teknik
sampling merupakan cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar
memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subyek
penelitian (Nursalam, 2018). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
dengan Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2017) purposive sampling
adalah pengambilan sampel sesuai dengan kriteria sampel. Notoatmodjo (2018)
menyatakan penghitungan besar sampel dapat menggunakan rumus Slovin
berikut;

Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi yang diketahui (jumlah anak prasekolah di RS mardi rahayu
tahun januari 2023 sampai januari 2024 yaitu 1627 kasus)
d2 : Tingkat ketepatan terhadap populasi yang diinginkan 0.05 (5%)
Dengan menggunakan rumus tersebut dapat diambil jumlah sampel minimal sebagai
berikut;
1627
n = ––––––––––
1 + 1627 (0,05) 2

1627
n = ––––––––––
1 + 4,0675

1627
n = –––––––––– = 321,065 (dibulatkan 321 orang).
5,0675

Berdasarkan penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa sampel minimal adalah


sebanyak 14 orang.
Untuk mengantisipasi drop out, maka ditambah 10% sehingga besar sampel dibuat
penghitungan berikut;
n
n=
(1−f )

1627
n=
1−0 . 1
= 1807,77 (dibulatkan 1.808 orang)
Berdasarkan penghitungan tersebut, maka dapat diketahui bahwa jumlah sampel
1808 responden.
3.6 Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Alat dan Hasil Ukur Skala


Operasional Cara Ukur
Terapi Merupakan metode Diukur 1. Berhasil ditendai Nominal
menonton film terapi yang
dengan dengan anak tidak
kartun digunakan untukmenggunaka menangis dan tidak
menghlangakn n ceklist rewel.
kecemasan anak 2. Tidak berhasil
karena proses ditendai dengan anak
perawatan selama yang rewel dan
di rumah sakit. menangis.
Anak yang merupakan suatu Diukur 1. Tidak berhasil Nominal
dirawat dan keadaan kritis saatdengan ditandai dengan anak
mengalami anak sakit dan checklist yang mengalami
hospitalisasi harus dilakukan hospitalisasi.
2. Berhasil ditandai
proses pengobatan
dengan anak yang
dirumah sakit tidak mengalami
sehingga hospitalisasi.
menyebabkan
pengalaman yang
tidak
menyenangkan dan
menyebabkan anak
menjadi trauma

3.7 Instrumen Penelitian

3.7.1 Instrumen Penelitian


Wawancara dengan melakukan interaksi verbal dengan objek penelitian
sehingga mendapatkan data yang valid, Observasi dengan melakukan pengamatan
dari metode yang dilakukan peneliti terhadap proses implementasi dan
Dokumentasidalam hal ini peneliti harus mencari beberapa literature untuk
melandasi penelitian yang dilakukakan, sehingga dapat menjadi pembanding
antara teori dan praktek yang ada di lapangan.
Instrumen adalah segala macam alat bantu yang digunakan peneliti untuk
memudahkan dalam pengukuran variabel (Hidayat, 2017). Instrumen yang
digunakan terdiri dari beberapa bagian antara lain:
a. Bagian A untuk mengetahui karakteristik responden yang meliputi umur,
jenis kelamin dalam bentuk checklist.
b. Bagian B untuk mengetahui kadar kecemasan anak dengan checklist.

3.7.2 Uji Validitas


Instrumen penelitian ini menggunakan instrumen yang sudah ada
ketentuanya dalam bentuk checklist sehingga tidak dilakukan uji validitas dan
reliabilitas.
Menurut Saryono (2016) validitas (keaslian) isi kuesioner adalah
instrumen mengukur secara tepat sesuai yang diukur. Uji validitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Pearson Product Moment. Instrumen penelitian
dinyatakan valid, jika nilai r hitung > r tabel.
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur
dapat dipercaya dan diandalkan serta menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran
itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala
yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2018).
Menurut Santoso (2018) reliabilitas instrumen menggunakan Alpha Cronbach.
Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha cronbach diukur berdasarkan skala
alpha dengan membandingkan dengan nilai r tabel pada taraf signifikan 5%.

3.7.3 Teknik Pengumpulan Data

a. Jenis Data
1) Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan
instrumen, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono,
2016). Pengumpulan data primer dalam penelitian dilakukan secara langsung dari
hasil pengisian checklist.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung di
peroleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berupa data
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Notoatmodjo, 2018). Data
sekunder diperoleh dengan mendapatkan data dari RS Mardi Rahayu Kudus.
3.7.4 Teknik Pengolahan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
1) Peneliti meminta surat rekomendasi penelitian dari STIKES Cendekia Utama Kudus,
dilanjutkan ke Kesbangpol Kudus, ijin ke Dinas Kesehatan dan pihak RS Mardi
Rahayu Kudus.
2) Setelah mendapat izin, peneliti menetapkan sampel penelitian sesuai kriteria yang
telah ditetapkan.
3) Peneliti memberikan penjelasan dan pengarahan kepada sampel penelitian tentang
tujuan dan sifat keikutsertaan dalam penelitian, sehingga tidak akan terjadi perbedaan
persepsi.
4) Responden yang setuju berpartisipasi, peneliti memberikan lembar persetujuan
(informed consent) untuk menandatanginya.
5) Peneliti membagikan kuesioner kepada responden terpilih, setelah kuesioner terisi
lengkap, dilakukan olah data dan analisa data.
6) Setelah data terkumpul, dilakukan olah data dan analisa data.
7) Teknik pengolahan data berupa :
1. Memeriksa (Editing)
Editing dilakukan dengan cara memeriksa kebenaran jawaban dari responden.
Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data.
2. Coding (memberi tanda kode)
Koding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) pada hasil data
penelitian.
3. Entry Data
Entry data dilakukan dengan cara setelah pemberian kode, selanjutnya
memasukkan data ke dalam data base komputer.
4. Tabulasi (pengumpulan data)
Tabulasi dibuat peneliti dalam bentuk tabel yang berisi tentang distribusi
frekwensi dan prosentase.

3.8 Analisis Data


3.8.1 Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian pada umumnya (Notoatmodjo, 2018). Menurut Sugiyono (2017) analisis
univariat menghasilkan analisis deskriptif berupa mean, median, modus dan standar
deviasi dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Analisa deskriptif penelitian
ini terdiri dari karakteristik responden (umur, jenis kelamin, dan prefelensi hospitalisasi.

3.8.2 Analisis Bivariat


Analisa bivariat adalah analisa pada dua variabel yang diduga mempunyai
hubungan atau korelasi (Notoatmodjo, 2018). Analisis bivariat dalam penelitian ini
menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α=0.005. Adapun
syarat-syarat dari Uji Chi-Square adalah Tidak ada cell dengan nilai frekuensi
kenyataan atau disebut juga Actual Count (F0) sebesar 0 (Nol). Apabila bentuk tabel
kontingensi 2×2. maka tidak boleh ada 1 cell saja yang mcmiliki frekuensi harapan atau
disebut juga expected count (“Fh”) kurang dari 5.
Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan atau korelasi antar variabel
independen dan dependen. Hasil uji Chi-Square didapatkan nilai ρ value≤ ɑ (0,05), Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Sebaliknya, jika ρ value ≥ ɑ (0,05), H0 diterima dan Ha ditolak yang
berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
3.9 Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2017) masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain:
1. Informed Consent
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Responden yang bersedia
menandatangani lembar persetujuan berupa informed consent.
2. Anonimity (tanpa nama)
Penelitian ini tidak mencantumkan nama responden, peneliti hanya menuliskan kode
angka pada lembar kuesioner atau pada hasil penelitian.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Penelitian ini menjamin kerahasiaan informasi dan masalah lain dar hasil penelitian.
Informasi yang tidak terpakai dimusnahkan dengan dibakar.
4. Etika Manfaat
Peneliti juga meminimalkan dampak yang merugikan bagi responden. Dalam
penelitian ini tidak ada aspek yang merugikan bagi responden.

Anda mungkin juga menyukai