Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hospitalisasi pada anak dapat menimbulkan kecemasan baik bagi anak

maupun orang tua. Kecemasan bisa muncul karena anak mengalami hal baru

untuk pertama kalinya, merasa tidak aman, dan merasa tidak nyaman (Wong,

2009). Selama tinggal di rumah sakit, anak-anak mengalami berbagai

pengalaman perawatan yang dapat menimbulkan stres dan traumatis. Anak

dapat mengalami kecemasan dan stress selama di rumah sakit, yang

ditunjukkan dengan perilaku anak seperti marah, sering menangis, sulit tidur,

dan anak yang mau digendong dan tidak mau makan (Rianthi, 2022).

Kecemasan dan ketakutan adalah efek dari rawat inap, dan kecemasan selama

rawat inap adalah apa yang anak-anak rasakan saat menghadapi stresor di

lingkungan rumah sakit. Hal tersebut muncul dari ketidaknyamanan yang

disebabkan oleh menghadapi atau mengalami rasa sakit (Aliyah &

Rusmariana, 2021).

World Health Organization (WHO) (2017) memperkirakan jumlah kasus

anak hospitalisasi di seluruh dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600

ribu kematian tiap tahunnya. Angka kesakitan anak di Indonesia mencapai

lebih dari 45% dari jumlah keseluruhan populasi anak di Indonesia

(Kementrian Kesehatan RI, 2018), sehingga didapat peningkatan hospitalisasi


pada anak.Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018 angka

rawat inap atau hospitalisasi anak di Indonesia naik sebesar 13%

dibandingkan tahun 2017 (BPS, 2018).RSD ( Rumah Sakit Daerah )

Mangusada Kabupaten Badung pada kurun waktu Januari-Desember 2020

terdapat 733 pasien anak, dan tiga bulan terakhir tahun 2021 (Januari-Maret)

terdapat 103 pasien anak (Rianthi, 2022). Anak usia prasekolah dan anak usia

sekolah merupakan usia yang rentan terkena penyakit, sehingga banyak usia

tersebut yang harus dirawat di rumah sakit dan meyebabkan populasi anak

yang dirawat di rumah sakit mengalami peningkatan yang sangat dramatis

(Wong, 2009).

Penyebab kecemasan sangat kompleks, dan dipengaruhi oleh banyak

faktor, antara lain tindakan pemberi pelayanan kesehatan (perawat, dokter,

dll), adanya lingkungan asing, dan anggota keluarga yang mendampingi

pasien selama perawatan. Kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit

merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian. Anak-anak sering

menjadi kewalahan dengan pembatasan dan takut keselamatan fisik mereka

terancam saat berada di rumah sakit (Putri, 2020). Menurut Stewart dalam

Sutrisno (2017) kecemasan yang terjadi pada anak di rumah sakit membuat

anak menjadi hiperaktif dan tidak kooperatif dengan perawat serta

menimbulkan tekanan psikologis. Kecemasan pada anak yang dirawat di

rumah sakit juga dapat menjadi penyebab gangguan perkembangan dan

tekanan emosional jangka panjang. Selain itu, jika kecemasan pada anak yang
dirawat di rumah sakit ditangani secara perlahan akan mempengaruhi lamanya

hari rawat di rumah sakit dan memperparah kondisi penyakit yang diderita

anak tersebut sehingga kecemasan pada anak tersebut harus diwaspadai segera

diobati karena dapat berdampak buruk bagi kesehatan menambah lama tinggal

di rumah sakit, menyebabkan gangguan perkembangan dan emosional pada

anak yang sedang dalam proses rawat inap (Ahwaliana, 2022).

Melihat dampak kecemasan terhadap anak saat dirawat di rumah sakit,

peran perawat khususnya sangat diperlukan. Perawat memainkan peran

penting dalam penyampaian layanan kesehatan berkualitas di rumah sakit, dan

tugas mereka termasuk memotivasi anak untuk pulih, memberikan dukungan

dan pendidikan, serta membangun hubungan terapeutik. Anak-anak masih

mengalami banyak perkembangan emosional dan stresor yang belum matang

pada tahap ini dalam hidup mereka, yang berarti bahwa mereka membutuhkan

perhatian khusus saat menghadapi kecemasan (Ahwaliana, 2022).

Terapi bermain merupakan jenis terapi yang tidak menggunakan obat-

obatan. Terapi ini dikenal sebagai terapi non-farmakologis karena

memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan

membebaskan perasaan yang terpendam. Tujuannya agar anak senang dan

terhibur sehingga merasa tenang dan nyaman selama proses pengobatan atau

proses pembelajaran. Sudah beberapa terapi bermain yang dilakukan untuk

mengurangi kecemasan pada anak yang menjalani proses hospitalisasi, namun

terapi bermain tersebut memerlukan beberapa persiapan alat dan beberapa


panduan yang tidak praktis. Terapi bermain lain yang sederhana namun

bermanfaat bagi anak yang menjalani rawat inap adalah mewarnai gambar

(Ahwaliana, 2022).

Studi tersebut menemukan bahwa mendongeng adalah teknik terapi

bermain sederhana yang dapat membantu anak-anak mengatasi kecemasan

mereka selama dirawat di rumah sakit. Ini membantu mereka memahami

situasinya, mengekspresikan emosi mereka dengan tepat, dan meminimalkan

dampak negatif dari situasi tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana penatalaksanaan terapi story telling terhadap tingkat kecemasan

anak yang mengalami hospitalisasi di rumah sakit

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan

terapi story telling terhadap tingkat kecemasan anak yang mengalami

hospitalisasi di rumah sakit.

2. Tujuan khusus

a. Teridentifikasinya tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak usia

prasekolah (3-6 tahun) sebelum dan setelah diberikan storytelling.

b. Diketahuinya perbedaan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6

tahun) yang diberikan dan tidak diberikan storytelling


D. Manfaaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu keperawatan anak terkait dengan hospitalisasi,

khususnya dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada anak.

2. Manfaat praktis

a. Bagi STIKep PPNI Jawa Barat

Hasil penlitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang

berguna bagi perkembangan ilmu keperawatan khususnya

keperawatan anak.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini bermanfaat dalam memberikan alternatif terapi

untuk anak yang mengalami kecemasan dalam menghadapi

hospitalisasi pada anak usia prasekolah dan memberikan pengetahuan

bahwa storytelling perlu dilaksanakan untuk membantu proses

penyembuhan.

c. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian mengenai storytelling ini diharapkan dapat

memperkaya program terapi bermain yang telah diterapkan selama

ini di ruang perawatan anak dalam pemberian asuhan keperawatan

anak , yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan stres akibat

hospitalisasi pada anak.

Anda mungkin juga menyukai