Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak


menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih dalam
tahap proses pertumbuhan dan perkembangan (Supartini, 2012). Hospitalisasi atau masuk
rumah sakit merupakan keadaan yang mengharuskan anak untuk dirawat dirumah sakit
karena mengalami kondisi krisis dan kesakitan secara fisik maupun psikologis. Hospitalisasi
merupakan stressor yang besar yang harus dihadapi oleh setiap orang, khususnya pada anak
prasekolah karena lingkungan yang asing, kebiasaan yang berbeda serta perpisahan dengan
orangtua (Wong, 2009).

Menurut Potter & Perry (2010), tumbuh dan kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan
(internal) dan faktor lingkungan. Rumah sakit sebagai lingkungan asing bagi anak dengan
pengalaman pertamanya untuk menjalani perawatan di rumah sakit, menyebabkan gangguan
yang menghambat perkembangan anak. Proses perawatan yang mengharuskan anak untuk
tinggal dalam kurun waktu tertentu di rumah sakit baik terencana ataupun darurat.

Anak usia prasekolah dan usia sekolah merupakan usia yang rentan terkena penyakit,
sehingga banyak anak pada usia tersebut yang harus dirawat di rumah sakit (Wong, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Lemos et al (2015) menunjukan bahwa persentase prasekolah
(3 sampai 6 tahun) yang dirawat dirumah sakit sebanyak 52,38% lebih tinggi dibandingkan
anak usia sekolah (7 sampai 11) yakni 47,62%. Reaksi anak prasekolah ketika mengalami
perawatan di rumah sakit seperti protes, putus asa dan regresi. Hal ini bisa dibuktikan dengan
anak tampak tidak aktif, sedih, tidak tertarik pada lingkungan, tidak komunikatif dan juga
perilaku regresi seperti ketergantungan, menarik diri dan kecemasan (Wong, 2009).

Salah satu masalah yang sering dialami oleh anak yang mengalami hospitalisasi adalah
kecemasan (Supartini, 2012). Dampak hospitalisasi dan kecemasan yang dialami oleh anak
akan berisiko mengganggu tumbuh kembang anak dan berdampak pada proses penyembuhan
(Supartini, 2012). Dampak lainnya anak dapat menyebabkan terganggunya tidur dan nafsu
makan, gangguan perkembangan dan dapat menunda proses pemulihan penyakit (Khazemi et
al. 2012). Kecemasan akibat hospitalisasi yang terjadi pada anak prasekolah merupakan
kondisi yang dapat beresiko mengganggu tumbuh kembang anak dan berdampak pada proses
penyembuhan. Kecemasan yang teratasi dengan cepat dan baik akan membuat anak lebih
nyaman dan kooperatif dengan tenaga kesehatan sehingga tidak menghambat proses
keperawatan. Jika kecemasan itu berlangsung lama dan tidak teratasi maka akan
menimbulkan sikap pelepasan pada anak sehingga anak mulai tidak peduli dengan
lingkungan sekitarnya, lebih memilih untuk berdiam diri atau apatis, menolak untuk
diberikan tindakan dan yang paling parah akan menimbulkan trauma setelah keluar dari
rumah sakit (Wong, 2009).

Salah satu intervensi keperawatan untuk meminimalkan dampak hospitalisasi adalah terapi
bermain (Wong, 2009). Terapi bermain merupakan usaha untuk mengubah tingkah laku
bermasalah dengan menempatkan anak dalam situasi bermain, perubahan yang dimaksud
berarti menghilangkan, mengurangi, meningkatkan atau memodifikasi suatu kondisi tingkah
laku tertentu (Andriani, 2011). Adapun tujuan terapi bermain bagi anak yang dirawat
dirumah sakit adalah untuk mengurangi perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri
(Supartini, 2012). Kegiatan bermain tidak hanya di dibutuhkan oleh anak yang sehat, anak
yang sedang sakit pun memerlukannya, apa lagi mereka yang harus menjalani rawat inap
dirumah sakit. Dirumah sakit anak menghadapi lingkungan yang asing, petugas kesehatan
yang tidak dikenal dan gangguan gaya hidup mereka (Andriani, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, maka upaya mengatasi masalah yang timbul pada anak dalam
perawatan di rumah sakit, difokuskan pada intervensi keperawatan dengan cara
meminimalkan stresor, memaksimalkan manfaat hospitalisasi dan memberi dukungan
psikologis pada anggota keluarga. Media yang paling efektif dalam upaya meminimalkan
stresor atau penyebab stres adalah melalui kegiatan permainan anak, oleh karena itu
pemberian aktivitas bermain pada anak di rumah sakit memiliki nilai terapeutik yang akan
sangat berperan dalam memberikan pelepasan stres dan ketegangan pada anak (Wong, 2003
dalam Wahyuningsih, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi koping anak ?
2. Bagaimana reaksi anak terhadap hospitalisasi?
3. Bagaimana reaksi orang tua terhadap hospitalisasi pada anaknya?
4. Apa saja intervensi keperawatan dalam mengatasi hospitalisasi?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami mengenai hospitalisasi pada anak serta intervensi
keperawatan dalam mengatasi hospitalisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja factor-faktor yang mempengaruhi koping
anak ?
b. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana reaksi anak terhadap hospitalisasi?
c. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
pada anaknya?
d. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja intervensi keperawatan dalam mengatasi
hospitalisasi?

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman
penulis tentang hospitalisasi pada anak serta intervensi keperawatan dalam mengatasi
hospitalisasi
2. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi civitas akademik
dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta dapat dijadikan sebagai bahan untuk
kelengkapan perpustakaan.
SUMBER :

Kazemi, S., Shima, K., Koosha, G., Sima, B & Leila Kashani. (2012). Music and Anxiety in
Hospital Hospitalized Children. Journal of Clinical and Diagnostic Research
Supartini. 2012. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC
Wong, D. L, et al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Vol. 1). Jakarta: EGC
Wong, D. L, et al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Vol. 2). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai