Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT

KECEMASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG AKAN

DILAKUKAN PEMASANGAN INFUS DI

RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU

MANADO

Oleh :

ILOH DEVI YANNI

NIM 1301104152

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sakit dan dirawat dirumah sakit merupakan krisis utama yang

tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat dirumah sakit, maka anak

tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak mengalami stress

akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun

lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari, dan anak mempunyai

sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah

maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan. Reaksi anak dalam

mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia,

pengalaman sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat, system

dukungan psikologis orang tua yang tersedia, serta keterampilan koping

dalam menangani stress (Nursalam at al, 2008).

Sebenarnya bukan hanya efek psikologis orang tua yang

mempengruhi kesehatan anak tetapi efek psikologis penyakit dan

hospitalisasi pada anak mencakup ansietas serta ketakutan yang

berhubungan dengan keseluruhan proses dan kemungkinan cedera tubuh,

bahaya fisik, dan nyeri, selain itu anak dipisahkan dari rumah, keluarga,

dan teman mereka serta dari berbagai hal yang sudah familiar bagi mereka,

yang dapat menghasilkan ansietas perpisahan (distress yang berhubungan


dengan pelepasan dari keluarga dan lingkungan yang familiar. Terjadi

kehilangan control secara umum terhadap kehidupan dan terkadang emosi

serta perilaku mereka. Hasilnya dapat berupa perasaan marah, dan

bersalah, regresi (kembali ketahap perkembangan sebelumnya), bertingkah

rewel dan jenis mekanisme pertahanan diri yang lain untuk mengatasi efek

ini (Kyle & Carman, 2015).

Menurut dasarnya setiap asuhan pada anak yang dirawat dirumah

sakit memerlukan keterlibatan orang tua. Menurut Supartini (2004) dalam

Hesti (2013) anak adalah bagian dari kehidupan orang tuanya sehingga

apabila ada pengalaman yang mengganggu kehidupannya maka orang tua

pun merasa sangat stress. Dengan demikian, asuhan keperawatan tidak bisa

hanya berfokus pada anak, tetapi juga pada orang tuanya anak

membutuhkan orang tua selama proses hospitalisasi apabila anak

mengalami kecemasan fungsi saat dirawat dirumah sakit, orang tua

menjadi stress. Untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan

pengobatan pada anak yang dirawat dirumah sakit sangat diperlukan

kerjasama antar orang tua dan tim kesehatan. Pendekatan yang dilakukan

perawat dalam melakukan tindakan adalah dengan memperkenalkan diri

pada anak, menyapa dan berusaha membujuknya agar mau dipasang infus.

Asuhan pada anak baik sehat maupun sakit paling baik dilakukan oleh

orang tua dengan bantuan tenaga kesehatan yang kompeten sesuai

kebutuhannya. (Diana, 2013).


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Miftahul Zannah et

all. 2015) diketahui bahwa terdapat hubungan peran orang tua terhadap

tingkat kecemasan anak pada saat pemasangan infus; Hasil penelitaan

yang dilakukan oleh (Suryati et all, 2012) diketahui bahwa terdapat

perbedaan antara tingkat kecemasan yang dialami anak sebelum dilakukan

terapi bermain (mewarnai dan origami) dan sesudah dilakukan terapi

bermain (mewarnai dan origami).

Berdasarkan uraian diatas maka saya tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan dukungan orang tua dengan tingkat

kecemasan anak yang akan dilakukan pemasangan infus

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah yang dapat

dirumuskan adalah Apakah ada hubungan dukungan Orang tua dengan

tingkat kecemasan pada anak usia sekolah yang akan dilakukan

pemasangann infus di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menjelaskan hubungan dukungan Orang tua dengan tingkat

kecemasan pada anak usia sekolah yang akan dilakukan pemasangan

infus di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan Dukungan orang tua dengan tingkat kecemasan

pada anak usia sekolah yang akan dilakukan pemasangan infus.

b. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pada anak usia sekolah yang

akan dilakukan pemasangan infus.

c. Menganalisis hubungan dukungan Orang tua dengan tingkat

kecemasan pada anak usia sekolah yang akan dilakukan

pemasangann infus di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan kesehatan dan memperluas wawasan tentang dukungan

orang tua dengan tingkat kecemasan pada anak usia sekolah yang akan

dilakukan pemasangan infus. Bagi dunia pendidikan keperawatan

khususnya institusi Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Unsrat untuk mengembangkan ilmu dan teori Keperawatan.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada

bidang pelayanan kesehatan mengenai hubungan dukungan orang tua

dengan tingkat kecemasan pada anak usia sekolah yang akan

dilakukan pemasangan infus sehingga bagi pelayanan kesehatan dapat

menjadi perantara untuk mengadakan sosialisasi tentang dampak


dukungan orang tua dengan tingkat kecemasan pada anak usia sekolah

yang akan dilakukan pemasangan infus.

3. Bagi ilmu Keperawatan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi

dalam mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan

dilakukan tentang hubungan antara dukungan orang tua dengan tingkat

kecemasan pada anak usia sekolah yang akan dilakukan pemasangan

infus. Selain itu hasil penelitian ini bias dijadikan data dasar bagi

penelitian selanjutnya.

4. Bagi Masyarakat

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

bagi para orang tua untuk memperhatiakan dukungan orang tua dengan

tingkat kecemasan pada anak usia sekolah yang akan dilakukan

pemasangan infus.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah memiliki pemahaman yang lebih realistis tentang

alasan terjadinya penyakit dan dapat lebih mampu memahami penjelasan.

Setelah berusia 11 tahun, terjadi peningkatan kesadaran tentang penyebab

fisiologis, psikologis dan perilaku yang menyebabkan penyakit dan

cedera. Anak usia sekolah mengkhawatirkan ketidakmampuan dan

kematian, saat mereka takut terhadap cedera dan nyeri. Mereka dapat

memahami penyebab dan efeknya serta bagaimana hal tersebut terkait

dengan penyakit mereka. Mereka merasa tidak nyaman dengan setiap

jenis pemeriksaan seksual. Beberapa anak usia sekolah dapat mengalami

regresi dan menjadi orang yang membutuhkan (neddy), menuntut

perhatian dari orang tua mereka, atau bermain dengan mainan yang

dapat menenangkan khusus yang mereka gunakan sewaktu kecil. Anak

usia sekolah terbiasa untuk mengontrol perawatan diri dan biasanya

sangat bersifat sosial, mereka suka untuk terlibat. Mereka terbiasa untuk

membuat keputusan tentang makanan dan aktivitas. (Terri & Susan,

2015)
B. Hospitalisasi

1. Definisi

Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi setiap

orang. Penyakit yang diderita akan menyebabkan perubahan-perubahan

perilaku normal sehinggaklien perlu menjalani perawatan atau hospitalisi

(Asmadi, 2008).

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang

berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit,

menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah.

Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai

kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman

yang sangat traumatic dan penuh stress (Supartini, 2012).

C. Pemasangan Infus

1. Definisi

Terapi intravena dilakukan untuk memperbaiki atau mencegah

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. (Perry dan Potter, 2005).

Pemberisn cairan melalui infus merupakan tindakan memasukan

cairan melalui intravena pada pasien dengan bantuan perangkat infus.

Tindakan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan

elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan

(Musrifatul & Aziz, 2008).

2. Tujuan pemasangan infus (Bandiyah, 2009)

a. Sebagai tindakan pengobatan


b. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit

Dilakukan pada :

1. Pasien dengan dehidrasi

2. Pasien sebelum transfuse darah

3. Pasien pra dan pasca bedah, sesuai dengan program pengobatan

4. Pasien yang tidak bias makan dan minum melalui mulut

5. Pasien yang memerlukan pengobatan yang pemberiannya harus

melalui cairan infus

3. Prosedur Pemasangan Infus (Asmadi, 2008)

Peralatan

a. Seperangkat infus set steril

b. Cairan yang diperukan

c. Kain kasa steril dalam tempatnya

d. Kapas alcohol dalam tempatnya

e. Plester

f. Gunting verband

g. Bengkok (neirbekken)

h. Infus lengkap dengan gantungan botol (kolf)

i. Perlak kecil dan alas

j. Tali pembendung (Tourniquet)

k. Spalk dalam keadaan siap pakai, bila perlu terutama pada

anak-anak
Prosedur

a. Jelaskan prosedur tindakan kepada klien.

b. Cuci tangan dengan prinsip 5 benar sebelum melakukan

tindakan.

c. Perlak dan alas panjang dibawah anggota tubuh yang akan

dipasang infus.

d. Tusukan selang infus ketutup botol.

e. Botol cairan digantungkan pada standart infus.

f. Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan sampai keluar hingga

udara tidak ada lagi dalam selang saluran infus. Selanjutnya

diklem dan jarum ditutup kembali.

g. Area yang akan dilakukan penusukan dibendung dengan

tourniquet, lalu didesinfeksi dengan kapas alcohol.

h. Tusukan IV kateter (abokat) secara perlahan dengan lubang

jarum menghadap keatas.

i. Bila berhasil darah akan keluar dan terlihat melalui

indicator.pembendung dilonggarkan. Lalu IV kateter

disambungkan dengan selang infus. Klem dilepaskan untuk

melihat kelancaran tetesan.

j. Bila tetesan lancer, amankan IV kateter melalui :

1) Pasang plester dibawah IV kateter dengan sisi yang

lengket menghadap keatas dan silangkan plester diatas

IV kateter.
2) Letakan kasa steril yang sudah dioleskan dengan

betadine atau salep Povidan Yodin. Lalu tempatkan pada

tempat fungsi vena. Kemudian direkatkan dengan

plester.

3) Pasang plester berikutnya untuk mengamankan selang

infu dan mencegah selang lepas serta ketidaknyamanan

lainnya.

k. Atur tetesan sesuai dengan kebutuhan.

l. Rapikan klien dan alat-alat.

m. Cuci tangan.

n. Dokumentasikan tindakan ini meliputi tanggal, waktu

pemasangan, kecepatan tetesan, dan lain-lain.

D. Kecemasan

1. Definisi

Kecemasan merupakan respons individu terhadap suatu

keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua mahluk

hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan

pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi

secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek

yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi

untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha

memelihara keseimbangan hidup. Kecemasan terjadi sebagai akibat

dari ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat
mendasar bagi keberadaan individu. Kecemasan dikomunikasikan

secara interpersonal dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-

hari menghasilkan peringatan yang berharga dan penting untuk

upaya memelihara keseimbangan diri dan melindungi diri.

Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang

akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan

dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati 2005).

Ansietas adalah suatu perasaan khawatir yang berlebihan dan

tidak jelas, juga merupakan suatu respon terhadap stimulieksternal

maupun internal yang menimbulkan gejala emosional, kognitif, fisik,

dan tingkah laku. Ansietas dibedakan dengan rasa takut karena pada

rasa takut objeknya diketahui dengan jelas dan objek ini mengancam

kesejahteraan seseorang, sedangkan pada ansietas objeknya tidak

diketahui. Ansietas adalah suatu pengalaman yang dialami semua

orang (universal) seumur hidupnya. Ansietas mempunyai fungsi

yang positif dapat mendorong orang untuk mengambil tindakan yang

dapat menyelesaikan masalah. Ansietas normal apabila proporsional

dengan situasi dan akan hilang setelah situasi diselesaikan dengan

baik. (Baradero, 2015).

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak

nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa

malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang


mengancam tersebut terjadi, ansietas merupakan alat peringatan

internal yang memberikan tanda bahwa kepada individu (Videback,

2008).

2. Klasifikasi

Menurut Stuart (2006) terdapat empat klasifikasi kecemasan (ansietas)

yaitu :

a. Ansietas Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari. Ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

b. Ansietas Sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini

mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian,

individu mengalami tidak perhatian yang selektif (namun dapat

berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya).

c. Ansietas Berat

Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu

cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak

berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukan untuk


mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak

arahan untuk berfokus pada area lain.

d. Panik

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror. Hal

yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan

kendali, individu yang mengalami panic tidak mampu melakukan

segala sesuatu walaupun dengan arahan. Panic mencakup

disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas

motoric, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan

orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran

yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan,

jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi

kelelahan dan kematian.

3. Penyebab

Berbagai teori menjelaskan asal ansietas (Stuart, 2006) :

a. Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu identitas diri dan

superego identitas diri mewakili dorongan insting dan implus

primitif, sedangkan supergo mencerminkan hati nurani dan

dikendalikan oleh norma budaya, ego atau aku berfungsi menegahi

tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut dan fungsi

ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.


b. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan

takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.

Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kerentangan tertentu.

Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami

ansietas berat.

c. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi

yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain

menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yang dipelajari

berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari

kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang

terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutak yang berlebihan

lebih sering menunjukan ansietas pada kehidupan selanjutnya. Ahli

teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua

kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan

timbal balik antara konflik dan ansietas. Konflik menimbulkan

ansietas dan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya yang

selanjutnya meningkatkan konflik yang dirasakan.

d. Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya

terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih

antara gangguan ansietas dandepresi.


e. Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor

khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan

neuroregulator inhibis asam gama-aminobutitrat (GABA), yang

berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan

dengan ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat

ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi

ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan

selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi

stressor.

4. Mekanisme Koping

Menurut Stuart (2006) ketika mengalami ansietas individu

menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba

mengatasinya. Ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif

merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patalogis. Pola yang

biasa digunakan oleh individu untuk mengatasi ansietas ringan

cenderung tetapi dominan ketika ansietas menjadi lebih intens. Ansietas

ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar. Ansietas

sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme kopig yaitu :

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan

berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stress

secara realistis.

Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau

mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.


Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari

sumber ancaman, baik secara fisik maupun psikologis

Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang

biasa dilakukan individu, mengganti tujuan, atau

mengorbankan aspek kebutuhan personal.

b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan

dan sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara

relative pada tingkat tidak sadar dan mencangkup penipuan diri

dan distorsi realitas, mekanisme ini dapat menjadi respons

maladaptive terhadap stress.

E. Tinjauan Umum Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya

sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Keluarga

dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga

saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesame anggota

keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga yang ada

disekitarnya atau masyarakat sekitarnya atau dalam konteks yang luas

berpengaruh terhadap keluarga (Harnilawati 2013).

Menurut Bossard dan Ball (1966) dalam Moeljono. N dan

Latipun. (2005). Keluarga merupakan lingkungan social yang sangat

dekat hubungannya dengan seseorang. Dikeluarga seseorang


dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain,

dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan kebiasaanya. Keluarga

juga berfungsi sebagai seleksi segenap budaya luar, dan mediasi

hubungan anak dengan lingkungannya.

Menurut Fitzpatrick (2004) dalam Sri Lestari (2013) definisi

tentang keluarga dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu

definisi structural, definisi fungsional, dan definisi intersaksional.

a. Definisi Struktural

Keluarga didefinisikan berdasarkan kehadiran atau

ketidakhadiran keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat

lainnya. Definisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi

bagian keluarga. Dari persepektif ini dapat muncul pengertian

tentang keluarga sebagai asal usul (families of orgin), keluarga

sebagai wahana melahirkan keturunan (families of procreation).

b. Definisi Fungsional

Keluarga didefinisikan dengan penekanan pada terpenuhinya

tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi-fungsi tersebut

mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan

materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu. Definisi ini

memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga.

c. Definisi Transaksional

Keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang

mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang


memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family identity),

berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa

depan. Definisi ini memfokuskan pada bagian keluarga

melaksanakan fungsinya.

2. Fungsi Pokok Keluarga

Fungsi keluarga secara umum menurut friedman dalam

Harnilawat (2013) adalah sebagai berikut :

a. Fungsi efektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota

keluarga berhubungan dengan orang lain.

b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengambangkan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan

rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.

c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan

generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk mengembangkan

kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi

untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga

agar tetap memiliki produktifitas tinggi.

3. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan Menurut Freeman

dalam Harnilawati (2013) dibagi menjadi lima tugas, yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga

secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab

keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu

segera dicatat kapan terjadinya,

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan

keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang

mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan

tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat

dan benar, teteapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah

diketahui oleh keluarganya sendiri. Perawatan ini dapat

dilakukan dirumah apabila keluarga telah memiliki

kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.


d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

4. Peran Keluarga

Menurut Harnilawati (2013) peran adalah sesuatu yang

diharapkan secara normative dari seseorang dalam situasi sosial

tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah

tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks

keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu

dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,

kelompok dan masyarakat.

Dalam UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 5 dalam

Harnilawati (2013) menyebutkan setiap orang berkewajiban untuk

ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

perorangan, keluarga dan lingkungan. Setiap anggota keluarga

mempunyai peran masing-masing antara lain adalah :

a. Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa


aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota

masyarakat kelompok sosial tertentu.

b. Ibu

Sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik

anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah

tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat

kelompok sosial tertentu.

c. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, sosial, mental dan spiritual.


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Dukungan Keluarga Tingkat Kecemasan

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Hubungan Antara Variabel

B. Hipotesis

1. Hipotesis Angka (Ha)

Terdapat hubungan dukungan Orang tua dengan tingkat

kecemasan pada anak usia sekolah yang akan dilakukan

pemasangann infus di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

2. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak terdapat hubungan dukungan Orang tua dengan tingkat

kecemasan pada anak usia sekolah yang akan dilakukan

pemasangann infus di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.


C. Variable Penelitian

1. Variable Independen

Yang menjadi variable Independen pada penelitian ini adalah

dukungan orangtua.

2. Variabel Dependen

Yang menjadi variable Dependen penelitian ini adalah tingkat

kecemasan pada anak.

D. Definisi Operasional

N Variabel Definisi Alat Ukur Kriteria Skala

O Penelitian Operasion

al

1 Independen Dukungan Lembar Skor Ordinal

Dukungan yang kuesioner dukung

Keluarga diberikan yang an

orang tua terdiri dari keluarg

pada 8 a 8-16.

anaknya pertanyaa

saat akan n.

dilakukan

pemasang

an Infus di

rumah
sakit

2 Dependen Pengaruh Lembar Skor Ordinal

Tingkat yang kuesioner kecema

kecemasan terjadi yang san 15-

pada anak pada anak terdiri dari 60

saat akan 15

dilakukan pernyataa

pemasang n.

an infus
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode

observasional analitik. Pendekatan dilakukan adalah cross sectional

karena pengukuran dukungan orang tua (independen) dan tingkat

kecemasan anak (dependen) dilakukan secara simultan pada saat

bersamaan untuk melihat adanya hubungan atau tidak antara keduanya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi penelitian ini adalah seluruh

orang tua dan anak yang akan dilakukan pemasangan infus di

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013). Pengambilan

sampel dilakukan dengan menggunakan Purposive Sampling yaitu

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang

dikehendaki peneliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

berjumlah 30 orang.

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

1. Kriteria Inklusi

Seluruh orang tua dan anak yang akan dilakukan pemasangan infus

di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

2. Kriteria Ekslusi

Orang tua dan Anak yang tidak bersedia untuk menjadi responden.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner

untuk mengetahui dukungan orang tua dan tingkat kecemasan anak

yang akan dilakukan pemasangan infus.

1. Dukungan Orang tua

Kuesioner dukungan orang tua diambil dari skripsi Senuk (2009)

dengan jumlah sebanyak 8 item pertanyaan dan dimodifikasi oleh

peneliti. Dimana terdapat 2 tipe pilihan sesuai dengan Guatman

Ya=2 dan Tidak=1. Hasil pengukuran dari 8 item pertanyaan yaitu

8 untuk jawaban (Ya) dan 16 untuk jawaban (tidak).

2. Tingkat kecemasan anak


Alat ukur yang digunakan berupa Kuesioner kecemasan anak yang

dimodifikasi dan dikembangkan dalam Hockenberry dan Wilson

(2007) dan Kalaus (2013) dengan jumlah sebanyak 15 item

pernyataan respon anak. Pengukuran tingkat kecemasan

menggunakan skala likert yaitu selalu (SL) = 4, sering (SR) = 3,

kadang-kadang (KD) = 2, tidak pernah (TP) = 1. Hasil pengukuran

jumlah dari 15 item pernyataan yaitu skor 15 (kecemasan ringan)

sampai 60 (panic).

F. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini akan melalui beberapa tahap

(Notoatmodjo, 2012) :

1. Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan

dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa keseimbangan

data, dan memeriksa keseragaman data yang telah di entry kedalam

computer.

2. Koding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua

jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu memberikan simbol-

simbol tertentu untuk setiap jawaban seperti inisial nama, dan

pemberian symbol pada jenis kelamin.

3. Tabulasi Data
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam

suatu table menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan

penelitian, table mudah dianalisis.

4. Teknik Analisa data

a. Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian

(Notoatmodjo, 2012).

b. Analisis Bivariat untuk melihat hubungan variable independen

yaitu dukungan orangtua dan variable dependen yaitu tingkat

kecemasan anak. Analisis uji statistic dengan menggunakan

Chi Square dengan nilai =0,05.

G. Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak

yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan

memperoleh dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012),

masalah etika dalam penelitian ini meliputi :

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada

subjek yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan

disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan

subjek dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila ada


subjek menolak maka penelitian tidak memaksa tetapi

menghormati hak-hak subjek.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak

akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data

yang diisi subjek, tetapi lembar tersebut hanya akan diberi kode

tertentu.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi subjek di jamin peneliti, hanya

sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Supartini, Y., (2012) . Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.

Jakarta : EGC

Nursalam et all., (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk

perawat dan bidan), edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Kyle , T. & Carman, S., (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatri edisi 2.

Jakarta : EGC

Diana, H., (2013). Gambaran Dukungan Keluarga Pada Anak Usia Pra

Sekolah Saat Pelaksanaan Pemasangan Infus Di RSKA Empat

Lima Yogyakarta. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah

Yogyakarta

Suryanti, et al. (2012). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai dan Origami

Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak

Usia Pra Sekolah di RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata

Purbalingga. Artikel Penelitian FIKES Universitas Muhammadiyah

Purwokerto

Zannah, M. et al. (2015) Peran Orang Tua Terhadap Tingkat Kecemasan

Anak Pada Saat Pemasangan Infus diinstalasi Gawat Darurat (IGD)

RSUD Banjarbaru. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Lambung

Mangkurat

Stuart. (2006). Buku saku keperawatan jiwa edisi 5. Jakarta : EGC


Videbeck, S.(2008). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta :

EGC

Baradero, M, et al. (2005). Kesehatan Mental Pskiatri. Jakarta : EGC

Notosoedirdjo, M. & Latipun., (2005). Kesehatan Mental. Penerbitan

Universitas Muhammadiyah : Malang

Lestari, S., (2013). Psikologi Keluarga (Penanaman Nilai dan Penanganan

Konflik dalam Keluarga). Prenada Media Grup

Hernilawati., (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi

Selatan : Pustaka As Salam

Asmadi., (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi

Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika

Uliyah. M. & Hidyat A.A.A., (2008). Praktikum Keterampilan Dasar Praktik

Klinik Aplikasi Dasar-dasar Praktik Kebidanan. Salemba Medika:

Jakarta.

Bandiyah, S. (2009). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Keperawatan dan

Kebidanan edisi 1.Jakarta : Nuha Medika

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka

Cipta

Suliswati, et al. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :

EGC
Setiadi. (2003). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 2.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Asmadi., (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Cetakan 1. Jakarta : EGC


KUESIONER KECEMASAN

Petunjuk Pengisian

Kuesioner terdiri dari 15 pernyataan yang tersusun dalam empat kolom.

Setiap nomor pernyataan akan diisi oleh peneliti dengan memberikan tanda ()

pada salah satu kolom respon anak yang tersedia (selalu, sering, kadang-

kadang, dan tidak pernah). Selnjutnya peneliti akan menjumlah nilai dari

semua pernyataan.

Respon Anak

NO Respon Perilaku Anak Selalu Sering Kadang- Tidak

kadang Pernah

A. Reaksi anak selama dalam

perawatan

1. Anak mau diberi makan

2. Anak mudah ditidurkan

3. Anak dengan diam-

diam menangisi orang

tuanya

4. Anak terus menerus

me-nanyakan kapan

saudaranya atau teman-


temannya dating

berkunjung

5. Anak mengekspresikan

ma-rahnya dengan

menangis/ memukul

orang lain/menolak

selam aktivitas

perawatan

B. Reaksi anak pada saat

perawat masuk keruangan

tempat anak dirawat.

6. Anak tetap be-rmain/

makan/ minum, ek-

spresi wajah tenang/

wajar

7. Anak segera mendekati

orang tuanya

8. Anak memegangi orang

tuanya atau keluarga

yang ada didekatnya

9. Anak menghisap ibu

jari tangannya atau


meremas-meras

tangannya

C. Reaksi anak ketika perawat

mendekati anak

10. Anak memegangi

tangan orang tua serta

merapatkan tubuhnya

11. Anak diam

12. Ekspresi wajah anak

tenang/ wajar

13. Anak segera

membelakangi perawat/

tubuh atau mukanya

atau menyelimuti

berpura-pura tidur

14. Anak mengajak

orangtuanya untuk

pulang atau me-

ninggalkan ruang

perawatan

15. Anak mau dit inggal

sendiri
Sumber : Inggrith Kalaus (2013) Perbedaan Terapi Bermain Puzzle dan

Bercerita Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Selama

Hospitalisasi
KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA

NO JAWABAN

Pertanyaan YA TIDAK

1. Keluarga memberikan perhatian pada

anak selama dalam perawatan

2. Keluarga menemani anak disaat masa-

masa sulit dalam perawatan

3. Keluarga tetap mencintai dan

menyayangi anak selama anak sakit

4. Keluarga menunjukan kepedulian

terhadap perubahan status kesehatan

anak

5. Keluarga selalu menanyakan hal-hal

yang mengurangi rasa nyaman anak

6. Keluarga mengingatkan anak tentang

perilaku-perilaku yang memperburuk

penyakit anak

7. Keluarga selalu memberi semangat

kepada anak untuk cepat sembuh


8. Keluarga menjelaskan pentingnya

peningkatan kepercayaan diri anak

pada keluarga dan petugas kesehatan

untuk proses penyembuhan

Sumber : Abdurahim Senuk (2009) Hubungan Pengetahuan dan Dukungan

Keluarga Dengan Kepatuhan Menjalani Diet Diabetes Melitus di Poliklinik

Anda mungkin juga menyukai