Anda di halaman 1dari 74

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan individu yang unik dan bukan orang

dewasa mini. Anak juga bukan merupakan harta atau kekayaan

orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan

masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan

secara individual. Anak dapat gagal memenuhi harapan setiap

orang tua apabila anak mengalami suatu trauma dimasa kanak-

kanak seperti trauma di rumah sakit, sekolah maupun di rumah.

Persentasi anak yang di rawat di rumah sakit saat ini mengalami

masalah yang serius dan kompleks di bandingkan kejadian

hospitalisasi pada tahun-tahun sebelumnnya (Apriza, 2017).

Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam

ketika anak menjalani hospitalisasi karena stressor yang di hadapi

dapat menimbulkan perasaan tidak aman. Hospitalisasi bagi anak

dan keluarga adalah suatu pengalaman yang mengancam dan

keduanya dapat menimbulkan suatu krisis bagi anak dan

keluarganya. Orangtua yang anaknya mengalami hospitalisasi akan

bersikap penolakan, ketidakpercayaan akan penyakit anaknya,

marah, dan rasa bersalah karena tidak mampu merawat anaknya,

rasa takut, cemas, frustasi dan depresi. Sedangkan anak akan

mengalami perasaan seperti perpisahan, tidak mengenal

1
2

lingkungan atau lingkungan asing, kehilangan control, menarik diri,

serta lebih peka dan pasif seperti menolak makan.

Berdasarkan data WHO ( Word Health Organization ) pada

tahun 2012 pasien yang di rawat di rumah sakit sekitar 52 % adalah

anak – anak dengan beragam penyakit yang dideritanya. Data

penghimpunan nasional rumah sakit di amerika serikat di

perkirakan lebih dari 5 juta anak hospitalisasi karena prosedur

pembedahan dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut mengalami

kecemasan dan stress (Badriadi et al., 2018).

Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan survey

kesehatan Nasional (susenas) tahun 2017 menurut kelompok usia

0-17 tahun sebanyak 15,86%. Angka kesakitan anak diperkotaan

sebesar 16,66% relatif tinggi dibandingkan dengan dipedesaan

sebesar 15,01%. Persentase anak yang mengalami keluhan

kesehatan dan rawat inap dalam setahun terakhir sebesar 3,21 %

sedangkan data dari provinsi Sulawesi selatan pada tahun 2017

sebanyak 3,26% mengalami keluhan kesehatan dan rawat inap

dalam setahun (Propil Anak Indonesia, 2018).

Berdasarkan data yang didapat di rekam medik RSUD

H.Andi Sulthan Daeng radja Bulukumba jumlah anak yang di rawat

inap di ruang perawatan mawar tahun 2018 sebanyak 1.747 orang

sedangkan pada tahun 2019 anak yang di rawat inap selama 3

bulan terakhir yaitu januari 216 orang, februari 255 orang dan maret
3

sebanyak 192 orang ( Rekam Medik RSUD H.Andi Sulthan Daeng

Radja Bulukumba, 2019)

Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat

menyebabkan kecemasan dan stress pada semua tingkat usia .

penyebab terjadinya kecemasan pada anak dipengaruhi oleh

berbagai faktor diantaranya faktor dari petugas ( perawat, dokter

dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru maupun keluarga

yang mendampinginya selama pengobatan. Faktor lain yang dapat

menyebabkan kecemasan hospitalisasi pada anak yaitu lama hari

rawat karena dapat menimbulkan stress pada anak dan orangtua

selama mejalani rawat inap (Anggitasari, 2014).

Dampak hospitalisasi pada anak akan menimbulkan respon

emosional seperti cemas akibat perpisahan, hilang kendali, cedera

tubuh, dan nyeri. Anak yang mengalami perpisahan dengan

lingkungan tempat tinggal dan tempat bermain. Anak juga harus

menyesuaikan lingkungan baru di rumah sakit dan berbagai

tindakan perawatan di rumah sakit. Perubahan pada kondisi

seperti ini akan menimbulkan masalah besar bagi anak dan dapat

menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis pada anak jika

tidak mampu beradaptasi pada lingkungan tersebut. (Febriani

Sartika Sari and Batubara, 2017)

Keluarga mempunyai satu peran penting terkait dengan

perawatan anak di rumah sakit yaitu peran pengasuhan (parenting

role), dimana keluarga mempunyai tugas yang harus dijalankan


4

yaitu menerima kondisi anak, mengelola kondisi anak, memenuhi

kebutuhan perkembangan anak, memenuhi kebutuhan

perkembangan keluarga, menghadapi stressor dengan positif,

membantu anggota keluarga untuk mengelolah perasaan yang ada,

mendidik anggota keluarga yang lain tentang kondisi anak yang

sedang sakit, mengembangkan sistem dukungan sosial.

Keluarga juga merasa cemas dengan perkembangan

keadaan anaknya proses pengobatan dan biaya perawatan.

Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung pada anak

secara psikologis anak akan merasakan perubahan perilaku

orangtua yang mendampinginya selama perawatan. Anak akan

menjadi semakin stress dan hal ini berpengaruh pada proses

penyembuhan yaitu menurunnya sistem imun (Badriadi et al.,

2018).

Dalam penelitian yang di lakukan oleh Novianti dkk tahun

2018 tentang hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan

anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi di dapatkan hasil

bahwa peran keluarga terhadap anak usia sekolah mengalami

hospitalisasi mayoritas berkategori baik sebanyak 17 orang

(56,7%). Sedangkan tingkat kecemasan pasien mayoritas

berkategori cemas ringan sebanyak 16 orang ( 53,3%) artinya

terdapat hubungan signifikan antar peran keluarga dengan tingkat

kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi.


5

Penelitian dilakukan oleh Kurniawan dan Syafriani tahun

2018 tentang hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan

akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah diruang rawat inap

didapatkan hasil dari 40 sampel 11 responden keluarga yang baik,

terdapat 4 orang (36,4%) mengalami cemas, dari 10 responden

dengan peran keluarga yang cukup baik, terdapat 4 orang ( 40%)

mengalami cemas dan 19 responden dengan peran yang kurang

baik, terdapat 3 orang ( 15,9%) tidak cemas artinya terdapat

hubungan yang signifikan peran keluarga dengan kecemasan

akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah diruang rawat inap.

Penelitian lain yang di lakukan oleh Rahayunigrum pada

tahun 2015 tentang hubungan peran orang tua dengan kecemasan

hospitalisasi pada anak prasekolah di dapatkan hasil peran orang

tua yang dominan adalah sebagai sahabat masing – masing 24,4%

dan hasil kecemasan hospitalisasi anak pra sekolah sebagian

besar mengalami kecemasan ringan 15 (53%), hasil uji korelasi

Spearman di peroleh 0.704 dengan taraf signifikan 0.000 (p<0.05)

artinya terdapat hubungan peran orang tua dengan kecemasan

hospitalisasi pada anak prasekolah.

Hasil wawancara terhadap 9 orangtua yang anaknya

mengalami hospitalisasi pada bulan desember tahun 2018 di ruang

perawatan mawar RSUD H.Andi Sultan Daeng Radja menunjukan

bahwa orang tua mengeluh anaknya rewel, menangis , gelisah,

takut akan kehadiran perawat, tidak kooperatif dan tidak mau


6

berinteraksi dengan orang lain, tidak mau dilakukan tindakan

keperawatan dan terus merengek minta pulang. Peran keluarga

pada saat anak mengalami kecemasan dengan menemani anak

saat dilakukan tindakan keperawatan serta mengajak anak

bermain. Peran keluarga sangat sangat di butuhan oleh anak ketika

menjalani hospitalisasi dalam membantu mengurangi rasa cemas

ketika anak hospitalisasi, karena dapat membantu dalam proses

pengobatan bagi pasien anak.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti

akan melakukan penelitian dengan judul,’’ Hubungan Peran

Keluarga Dengan tingkat Kecemasan Pada Anak Yang Menjalani

Hospitalisasi Di Ruang Perawatan Mawar RSUD H.Andi Sulthan

Daeng Radja Bulukumba Tahun 2019 “.

B. Rumusan Masalah

Hospitalisasi pada anak dapat menimbulkan kecemasan,

memberikan respon fisik, dan psikologis dan mengancam

kesejahteraan anak. Fakta di lapangan menunjukkan anak

mengalami kecemasan selama hospitalisasi sedangkan peran

keluarga dalam meminimalkan kecemasan yaitu dengan

mendampingi anak saat di lakukan tindakan keperawatan sangat di

butukan oleh anak.

Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat di rumuskan

masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada Hubungan Peran

Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Hospitalisasi Pada Anak Di


7

Ruang Perawatan Mawar RSUD H.Andi Sulthan Daeng Radja

Bulukumba Tahun 2019 ?

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara

peran keluarga dengan tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak

di ruang perawatan mawar RSUD H.Andi Sulthan Daeng Radja

Bulukumba Tahun 2019.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah diketahuinya

hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan

hospitalisasi pada anak di ruang perawatan mawar RSUD

H.Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Diidentifikasinya peran keluarga selama proses hospitalisasi

pada anak diruang perawatan mawar RSUD H. Andi Sultan

Daeng Radja Bulukumba Tahun 2019.

b. Diidentifikasinya tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak

yang sedang dirawat di ruang perawatan mawar RSUD H.

Andi Sultan Daeng Radja Bulukumba Tahun 2019.

c. Diidentifikasinya hubungan peran keluarga dengan tingkat

kecemasan pada anak yang menjalani hospitalisasi di ruang

perawatan mawar RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja

Bulukumba Tahun 2019.


8

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Di harapkan hasil penelitian dapat memberikan manfaat

sekaligus wawasan pengetahuan khususnya perawat dalam

memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk

mengatasi tingkat kecemasan pada anak dengan menfasilitasi

keluarga bagi anak selama menjalani hospitalisasi.

2. Manfaat Aplikatif

Di harapkan penelitian ini dapat menjadi bahan informasi

bagi perawat pentingnya peran keluarga dalam setiap intervensi

keperawatan yang di lakukan pada anak selama menjalani

hospitalisasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka Tingkat Kecemasan

1. Pengertian kecemasan

Kecemasan atau ansietas merupakan penilaian dan respon

emosional terhadap sesuatu yang berbahaya. Kecemasan

sangat berkaitan dengan perasaan tidak empati dan tidak

berdaya. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan

dalam hubungan interpersonal. Kecemasan merupakan suatu

perasaan yang berlebihan terhadap kondisi ketakutan,

kegelisahan, bencana yang akan datang, kekhawatiran atau

ketakutan terhadap ancaman nyata atau yang di rasakan

(Saputro and Fazrin, 2017)

Kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi pada

anak selama hospitalisasi dan dapat berdampak terhadap

penurunan status kesehatan anak, masalah adaptasi dan

gangguan perkembangan (Herman et al., 2018)

2. Tanda dan gejala kecemasan

Gejala klinis cemas yang sering di kemukan oleh orang

yang mengalami gangguan tersebut antara lain dalam

(Aidar, 2011) :

a. Cemas, khawatir, firasat buruk,takut akan pikiran sendiri,

mudah tersinggung.

b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah mudah terkejut

9
10

c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan orang banyak

d. Gangguan pola tidur mimpi yang menengangkan.

e. Gangguan konsentarasi dan daya ingat

f. Keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging (tinitus), berdebar – berdebar,

sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan ,

sakit kepala.

Penelitian yang dilakukan oleh (Febriana Sartika Sari

and Batubara, 2017) dengan judul kecemasan anak saat

hospitalisasi jenis penelitian ini menggunakan desain cross

sectional hasil dari penelitian ini menjelaskan tanda dan

gejala kecemasan ketika anak hospitalisasi yaitu seperti

bergetar saat diperiksa, terlihat sangat sedih, mimpi buruk,

membanting benda didekatnya dan memukul orang terdekat

saat akan diajak di ruang tindakan.

3. Tingkatan kecemasan

Tingkatan kecemasan di bedakan menjadi 3 menurut

Saputro dan Fazrin (2017) yaitu :

a. Kecemasan ringan

Pada tingkat kecemasan ringan seorang mengalami

ketegangan yang di rasakan setiap hari sehingga,

menyebabkan seseorang akan lebih tanggap dan bersikap

positif terhadap peningkatan minat dan motivasi. Tanda -


11

tanda kecemasan ringan berupa gelisah, mudah marah, dan

perilaku, mencari perhatian.

b. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang meningkatkan seorang anak

untuk memusatkan pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan

sesuatu yang lebih terarah. Pada saat kecemasan sedang,

seseorang akan kelihatan serius dalam memperlihatkan

sesuatu. Tanda – tanda kecemasan sedang berupa suara

bergetar, perubahan dalam nada suara, takikardi,

gemetaran, peningkatan ketegangan otot.

c. Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi,

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang rinci dan

spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal yang lain.

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi menurunkan

kecemasan dan fokus pada kegiatan lain berkurang. Orang

tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu daerah lain. Tanda – tanda

kecemasan berat berupa perasaan terancam, ketegangan

otot berlebihan perubahan pernapasan, perubahan

gastrointestinal ( mual, muntah, rasa terbakar, pada ulu hati,


12

sendawa, anoreksia, dan diare ), perubahan kardiovaskuler

dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.

Adapun gangguan kecemasan pada anak yang sering

di jumpai pada rumah sakit adalah panik, fobia, obsesif –

kompulsif, gangguan kecemasan umum dan lainnya.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan anak

Faktor yang mempengaruhi kecemasan anak antara lain

Menurut Saputro dan Fazrin (2017) yaitu :

a. Usia

Usia dikaitkan dengan pencapaian perkembangan

kognitif anak. Anak usia prasekolah belum mampu menerima

dan mempersepsikan penyakit dan pengalaman baru

dengan lingkungan asing. Dalam penelitian Tsui, (2007).

Semakin muda usia anak, kecemasan hospitalisasi akan

semakin tinggi. Anak usia infant, toddler, dan pra sekolah

lebih mungkin mengalami stress akibat perpisahan karena

kemampauan kognitif anak yang terbatas untuk memahami

hospitalisasi.

b. Karakteristik saudara ( Anak ke - )

Karekteristik saudara dapat mempengaruhi

kecemasan pada anak yang di rawat di rumah sakit. Anak

yang di lahirkan sebagai anak pertama dapat menunjukkan

rasa cemas yang berlebihan dibandingkan anak kedua.


13

c. Jenis kelamin

Jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat stress

hospitalisasi, dimana anak perempuan yang mengalami

hospitalisasi memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi

dibandingkan dengan anak laki – laki, walaupun ada

beberapa menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang

signifkan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan

anak.

d. Pengalaman terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit

Menurut Tsui, (2007) anak yang mempunyai

pengalaman hospitalisasi sebelumnya akan memiliki

kecemasan lebih rendah dibandingkan dengan anak yang

memiliki pengalaman sama sekali.

e. Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah

Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah di kaitkan

dengan dukungan keluarga. Semakin tinggi dukungan

keluarga pada anak usia pra sekolah yang menjalani

hospitalisasi, maka semakin rendah tingkat kecemasan

anak. Semakin banyak jumlah saudara kandung, maka anak

akan cenderung cemas, merasa sendiri serta kesepian saat

anak harus di rawat di rumah sakit.

f. Persepsi anak terhadap sakit

Keluarga dengan jumlah yang cukup besar

mempengaruhi pesepsi dan perilaku anak dalam mengatasi


14

masalah menghadapi hospitalisasi. Jumlah anggota keluarga

dalam satu rumah semakin besar memungkinkan dukungan

keluarga keluarga yang baik dalam perawatan anak.

5. Respon Terhadap Kecemasan

a. Respon Fisologis

Secara fisologis respon tubuh terhadap kecemasan

adalah dengan mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis

maupun parasimpatis). Serabut simpatis mengaktifkan

tanda–tanda vital pada setiap tanda bahaya untuk

memepersiapkan pertahanan tubuh. Anak yang mengalami

ganguan kecemasan akibat perpisahan akan menunjukkan

sakit perut, sakit kepala, mual, muntah, deman ringan,

gelisah, kelelahan, sulit konsentrasi, dan mudah marah.

b. Respon Psikologis

Respon perilaku akibat kecemasan adalah tampak

gelisah, terdapat ketegangan fisik, reaksi terkejut, bicara

cepat, kurang koordinasi menarik diri dari hubungan

interpersonal, melarikan diri dari masalah, menghindar, dan

sangat waspada.

c. Respon kognitif

Kecemasan dapat mempengaruhi kemampauan

berpikir baik proses pikir maupun isi pikir, diantaranya tidak

mampu memperhatikan konsentrasi menurun, mudah lupa,


15

menurunnya lapang persepsi, bingung, sangat waspada,

kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada

gambaran visual, takut pada cedera dan mimpi buruk.

d. Respon Afektif

Secara afektif klien akan mengepresikan dalam

bentuk kebingungan gelisah, tegang, gugup, ketakutan,

waspada, khawatir, mati rasa, rasa bersalah atau malu, dan

curiga berlebihan dengan reaksi emosi terhadap kecemasan.

6. Alat ukur kecemasan

Tingkat kecemasan dapat dilihat dari manifestasi yang

ditimbulkan oleh seseorang. Alat ukur kecemasan terdapat

beberapa versi, antara lain menurut Saputro dan Fazrin (2017) :

a. Zung Self Rating Anxiety Scale

Zung self rating anxiety scale dikembangkan oleh W.K

Zung tahun 1971 skala ini berfokus pada kecemasan secara

umum dan koping menghadapi stress. Skala ini terdiri dari

20 pertanyaan dengan 15 pertanyaan tentang peningkatan

kecemasan dan 5 tentang penurunan kecemasan.

b. Hamilton Ansiety Scale

Hamilton Ansiety Scale dikembangkan oleh oleh Max

Hamilton pada tahun 1956, untuk mengukur semua tanda

kecemasan , baik psikis maupun somatic. HARS terdiri dari


16

14 item pertanyaan untuk mengukur tanda adanya

kecemasan pada anak dan orang dewasa.

c. Preschool Ansiety Scale

Preschool Ansiety Scale dikembangkan oleh Spence

et al, dalam kousiner ini mencakup pernyataan dari anak

( Spence children’s anxiety scale parent report ) pada tahun

2000. Masing – masing memiliki 45 dan 39 pertanyaan yang

menggunakan pernyataan tidak pernah, kadang – kadang,

sering dan selalu.

d. Children Manifest Anxiety Scale ( CMAS)

Pengukuran kecemasan Children manifest anxiety

scale ditemukan oleh Janet Taylor. CMAS berisi 50 butir

pertanyaan, dimana responden menjawab keadaan “ ya atau

tidak’; sesuai dengan keadaan dirinya dengan member tanda

( o) pada kolom jawaban “ ya”atau tanda ( X) pada kolom

jawaban “ tidak’’.

e. The Pediatric Rating Scale ( PARS)

The Pediatric Rating Scale ( PARS) Digunakan untuk

menilai tingkat keparahan kecemasan pada anak – anak dan

remaja, dimulai usia 6 sampai 17 tahun. PARS memiliki dua

bagian, daftar periksa gejala dan item keparahan. Daftar

periksa gejala digunakan untuk menentukan gejala pada

minggu – minggu terakhir. Ketujuh item tingkat keparahan

digunakan untuk menentukan tingkat keparahan gejala dan


17

skor total PARS. Gejala yang termasuk dalam penilaian

umunya diamati pada pasien dengan ganguan- ganguan

seperti gangguan panik, fobia spesifik.

B. Tinjaun Pustaka Hospitalisasi Pada Anak

1. Pengertian Hospitalisasi

Hospitalisasi adalah masuknya individu ke rumah sakit

sebagai pasien dengan berbagai alasan seperti pemeriksaan

diagnostik, prosedur operasi, perawatan medis, pemberian obat

dan menstabilkan atau pemantauan kondisi tubuh. Hospitalisasi

ini merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit

dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak

berusaha beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu

rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi stressor baik

terhadap anak maupun orang tua dan keluarga, perubahan

kondisi ini merupakan masalah besar bagi anak yang

menimbulkan ketakutan, kecemasan bagi anak yang dapat

menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis pada anak

jika tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan tersebut

(Saputro and Fazrin, 2017).

2. Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi

Reaksi anak yang yang di hospitalisasi sesuai dengan

tahapan perkembangan anak (Rahman et al., 2018).


18

a. Masa bayi (0 – 1 tahun)

Masalah utama yang terjadi adalah karena dampak

dari perpisahan dengan orang tua sehingga ada gangguan

pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak

usia lebih dari 6 bulan terjadi stranger anxiety atau cemas

apabila bertemu dengan orang yang tidak dikenalnya dan

cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada

anak usia ini adalah menangis, marah dan banyak

melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila

ditinggalkan ibunya, bayi akan merasakan cemas karena

perpisahan dan perilaku yang ditunjukan adalah dengan

menangis keras. Respons terhadap nyeri atau adanya

perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh

yang banyak, dan ekspresi wajah yang tidak

menyenangkan.

b. Masa toddler ( 1- 3 tahun )

Anak usia todller bereaksi terhadap hospitalisasi

sesuai dengan sumber stresnya. Sumber stres yang utama

adalah cemas akibat perpisahan. Respons perilaku anak

sesuai dengan tahapannya, yaitu tahap protes, putus asa

dan pengingkaran (denial). Pada tahap protes, perilaku yang

ditunjukkan adalah menangis, anak tidak aktif, kurang

menunjukkan minat untuk bermain dan makan, sedih dan

apatis. Pada tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukan


19

adalah secara samar mulai menerima perpisahan, membina

hubungan secara dangkal, dan anak mulai terlihat menyukai

lingkungannya.

c. Masa pra sekolah ( 3 sampai 6 tahun )

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk

berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh

kasih sayang dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah,

permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap

perpisahan yang ditunjukan anak usia pra sekolah adalah

dengan menolak makan, sering bertanya, menangis

walaupun secara perlahan, dan tidak koorperatif terhadap

petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit juga membuat

anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Perawatan di

rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktivitas

anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri.

Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan anak

prasekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa

malu, bersalah atau takut.

d. Masa sekolah ( 6 sampai 12 tahun )

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk

berpisah dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga

dan terutama kelompok sosialnya dan menimbulkan

kecemasan. Kehilangan kontrol tersebut berdampak pada

perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan


20

kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan

bermain, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik.

Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan

dengan ekspresi baik secara verbal maupun non verbal

karena anak sudah mampu mengkomunikasikannya. Anak

usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya jika

merasa nyeri yaitu dengan menggigit bibir atau memegang

sesuatu dengan erat.

e. Masa remaja (12 sampai 18 tahun )

Anak usia remaja mempersepsikan perawatan di

rumah sakit (hospitalisasi) menyebabkan timbulnya

perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman

sebayanya. Anak remaja percaya dan sering kali

terpengaruh oleh kelompok sebayanya (geng). Apabila harus

dirawat di rumah sakit, anak akan merasa kehilangan dan

timbul perasaan cemas karena perpisahan tersebut. Reaksi

yang sering muncul terhadap pembatasan aktivitas adalah

dengan menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan

padanya atau anak tidak mau kooperatif dengan petugas

kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien.

Perasaan sakit karena perlukaan menimbulkan respon anak

bertanya-tanya, menarik diri dari lingkungan atau menolak

kehadiran orang lain.


21

3. Respon Keluarga terhadap Hospitalisasi

Respon keluarga terhadap hospitalisasi pada anak (Utami,

2014) yaitu :

a. Respon orang tua

Hampir semua orang tua berespon terhadap penyakit

dan hospitalisasi anak dengan reaksi yang luar biasa. Pada

awalnya orang tua dapat bereaksi dengan tidak percaya,

terutama jika penyakit tersebut muncul tiba-tiba dan serius.

Takut, cemas dan frustasi merupakan perasaan yang

banyak diungkapkan oleh orang tua. Takut dan cemas dapat

berkaitan dengan keseriusan penyakit dan jenis prosedur

medis yang digunakan. Sering kali kecemasan yang paling

besar berkaitan dengan trauma dan nyeri yang terjadi pada

anak

b. Respon sibling

Reaksi saudara kandung terhadap anak yang sakit

dan dirawat di rumah sakit adalah kesiapan, ketakutan,

khawatiran, marah, cemburu, benci, iri dan merasa bersalah.

Orang tua sering kali memberikan perhatian yang lebih pada

anak yang sakit dibandingkan dengan anak yang sehat. Hal

tersebut menimbulkan perasaan cemburu pada anak yang

sehat dan merasa ditolak


22

4. Dampak hospitalisasi

Dampak hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan

kecemasan dan stress pada semua tingkat usia. Penyebab dari

kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari

petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya),

lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga yang

mendampingi selama perawatan. Keluarga sering cemas

dengan keadaan dan pekembangan anaknya, pengobatan dan

biaya perawatan. Meskipun dampak tidak bersifat langsung

terhadap anak secara fisiologis anak akan merasakan

perubahan perilaku dari orangtua yang mendampinginya selama

perawatan hal ini telah dibuktikan oleh Robert Ader ( 1885)

bahwa pasien yang mengalami goncangan jiwa akan mudah

terserang penyakit, karena pada kondisi stress akan terjadi

penekanan sistem imum. Pasien anak akan merasa nyaman

dengan selama perawatan dengan adanya dukungan keluarga,

lingkungan perawatan terapeutik, dan sikap perawat yang

penuh dengan perhatian akan mempercepat masa

penyembuhan.

Dampak hospitalisasi yang dialami anak dan keluarga akan

menimbulkan stress dan rasa tidak aman. Jumlah anak dan

efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga

terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan. Berikut ini adalah


23

dampak hospitalisasi terhadap anak usia ,Menurut Nursalam

and Utami, (2013) sebagai berikut:

a. Cemas karena perpisahan

Sebagian besar kecemasan yang terjadi pada anak

pertengahan sampai anak periode prasekolah khususnya

anak berumur 6-30 bulan adalah cemas karena perpisahan.

Hubungan anak dengan ibu sangat dekat sehingga

perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan

b. Kehilangan kendali

Anak yang mengalami hospitalisasi biasanya

kehilangan kontrol. Hal ini terihat jelas dalam perilaku anak

dalam hal kemampuan motorik, bermain, melakukan

hubungan interpersonal, melakukan aktivitas hidup sehari-

hari activity daily living (ADL), dan komunikasi. Akibat sakit

dan dirawat di rumah sakit, anak akan kehilangan

kebebasan pandangan ego dalam mengembangkan

otonominya. Ketergantungan merupakan karakteristik anak

dari peran terhadap sakit. Anak akan bereaksi terhadap

ketergantungan dengan cara negatif, anak akan menjadi

cepat marah dan agresif. Jika terjadi ketergantungan dalam

jangka waktu lama (karena penyakit kronis), maka anak

akan kehilangan otonominya dan pada akhirnya akan

menarik diri dari hubungan interpersonal.


24

c. Cedera tubuh dan nyeri

Konsep tentang citra tubuh, khususnya pengertian

body boundaries (perlindungan tubuh), pada kanak-kanak

sedikit sekali berkembang. Berdasarkan hasil pengamatan,

bila dilakukan pemeriksaan telinga, mulut atau suhu pada

rektal akan membuat anak sangat cemas. Reaksi anak

terhadap tindakan yang tidak menyakitkan sama seperti

tindakan yang sangat menyakitkan. Anak akan bereaksi

terhadap rasa nyeri dengan menangis, mengatupkan gigi,

menggigit bibir, menendang, memukul atau berlari keluar.

C. Tinjauan Pustaka Peran Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu

yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, adopsi, dan

tiap – tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain

(Harmoko, 2016).

Menurut Depkes RI (1988) Keluarga adalah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat

dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Harnilawati, 2013).

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat

dekat hubungannya dengan seseorang. Keluarga lebih dekat

hubungannya dengan anak dibandingkan dengan masyarakat


25

luas). Keluarga juga didefinisikan sebagai suatu ikatan atau

persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang

dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau

seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah

sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau

adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Bakri, 2017).

2. Ciri – ciri Keluarga

Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton ciri – ciri

keluarga yaitu ) :

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaaan yang berkaitan

dengan hubungan perkawinan sengaja dibentuk atau

dipelihara.

c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama ( mampu

diatur) termasuk perhitungan dari keturunan.

d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh

anggota – anggota berkaitan dengan kemampuan dan

membesarkan anak.

e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama atau rumah

tangga (Benna, 2013).

3. Fungsi Keluarga

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi dan tugas

keluarga yang dapat dijalankan. Fungsi keluarga sebagai

berikut (Harmoko, 2016) :


26

a. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan

keturunan, memelihara dan membesarkan anak, serta

memenuhi kebutuhan gisi keluarga.

b. Fungsi psikologis,yaitu memberi kasih sayang,dan rasa

aman bagi keluarga, memberikan perhatian diantara

keluarga, memberikan kedewasaan kepribadian

anggota keluarga, serta memberikan identitas pada

keluarga.

c. Fungsi sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma

tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan

masing – masing dan meneruskan nilai dan budaya.

d. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber – sumber

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

dimasa yang akan datang.

e. Fungsi pendidikan yaitu dengan menyekolahkan anak

untuk memberikan pengetahuan, keterampilan,

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan

minat yang dimilikinya, menpersiapkan anak untuk

kehidupan dewasa yang akan datang untuk memenuhi

peranannya sebagai orang dewasa, serta mendidik

anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

4. Pengertian Peran

Peran adalah suatu yang diharapakan secara normatif dari

seseorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi


27

harapan- harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik

yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi

peranan keluarga adalah menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu

dalam posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam posisi

keluarga di dasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga

didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok

dan masyarakat (Harnilawati, 2013).

Dalam UU Kesehatan N0.23 tahun 1992 pasal 5

menyebutkan “setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,

keluarga dan lingkungan’’. Dari pasal di atas jelas bahwa

keluarga berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan

dalam upaya meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang

optimal.

Adapun peran masing- masing anggota keluarga dapat

dideskripsikan sebagai berikut (Bakri, 2017):

a. Ayah

Dalam tradisi masyarakat kita, ayah memiliki peran

sangat penting dan strategis dalam keluarga. Posisi sering

menjadi rujukan anggota keluarga dalam menentukan

perilaku dan arah hidup keluarga. Ha ini sangat wajar karena

ayah memiliki peran sebagai pemimpin/kepala keluarga,

pencari nafkah, pelindung, pemberi rasa aman, sebagai


28

anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya.

b. Ibu

Peran ibu tidak kalah penting dengan ayah.dalam

masyarakat kita, ibu cenderung menjadi teman dan pendidik

pertama bagi anak. Selain mengurus wilayah domestik

keluarga, ibu juga berperan sebagai salah satu anggota

kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya. Bahkan ibu dapat berperan

pula sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga,

c. Anak

Dalam posisi ini, anak menjadi objek sekaligus subjek.

Anak yang yang di bentuk oleh keluarga pada saat

bersamaan juga memiliki peranannya sendiri. Dalam tradisi

masyarakat kita, anak melaksanakan peran psikososial

sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental,

sosial dan spiritual.

5. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Sesuai dengan dengan fungsi pemeliharaan kesehatan,

keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu

dipahami dan dilakukan yaitu (Harmoko, 2016) .

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak

boleh di abaikan, karena tanpa kesehatan segala sesuatu


29

tidak akan berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan dan

perubahan - perubahan yang dialami oleh anggota

keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami

anggota keluarga, secara tidak langsung akan menjadi

perhatian keluarga atau orangtua. Apabila menyadari

adanya perubahan, keluarga perlu mencatat kapan

terjadinya perubahan, perubahan apa yang terjadi,dan

seberapa besar perubahannya.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama

untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan

keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara

keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk

menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang di

lakukan oleh keluarga di harapakan tepat agar masalah

kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika

keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan

kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar dapat

memperoleh bantuan.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Sering kali keluarga telah mengambil keputusan

tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki

keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika

demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan


30

kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau dapat

dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah

apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan

tindakan untuk pertolongan pertama.

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan

bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota

keluarga akan memiliki waktu lebih banyak berhubungan

dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi

rumah haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan bagi

anggota keluarga.

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Apabila mengalami gangguan atau masalah yang

berkaitan dengan kesehatan keluarga atau anggota keluarga

harus dapat memanfaatkan fasilitas yang ada disekitarnya.

Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga

keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami

anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari

segala macam penyakit.

Penelitian yang dilakukan oleh (Noviati et al., 2018)

dengan judul penelitian hubungan peran keluarga dengan

tingkat kecemasan anak usia sekolah yang mengalami

hospitalisasi menggunakan desain penelitian analitik

kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dalam


31

penelitian ini menjelaskan keluarga mempunyai peran

penting terkait perawatan anak di rumah sakit seperti

keluarga harus mengambil keputusan dalam kesehatan, ikut

merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi

lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

sanggat pentin dalam mengatasi kecemasan pasien.

6. Peran Keluarga dalam Hospitalisasi

Berkaitan dengan perawatan anak di rumah sakit

menurut Canam, 1993 dalam (Aidar, 2011) membuktikan

bahwa tugas yang dijalankan keluarga secara adaptif. Dalam

perawatan anak di Rumah Sakit sangat mempengaruhi dalam

pencapaian tujuan perawatan anak.

Tugas tersebut adalah :

a. Menerima kondisi anak

Tugas ini dapat di jalankan dengan cara

mencari arti dari kondisi sakit anaknya dan

mengembangkan koping konstruktif, untuk itu,

praktek dalam menjalankan agama atau ibadah

sangat bermanfaat untuk mengembangkan koping

yang kontruktif.

b. Mengelolah kondisi anak

Hal yang positif yang dilakukan adalah dengan

cara membina hubungan yang positif dengan

kesehatan sehingga dapat menggunakan sumber


32

yang ada pada meraka dan dapat memahami

kondisi anak dengan baik. Orang tua perlu

disosialisasikan dengan sistem pelayanan

kesehatan yang ada.

c. Memenuhi kebutuhan perkembangan anak .

Keluarga dapat menjalankan tugas ini dengan

cara membantu menurunkan dampak negatif dari

kondisi anak, mengasuh anak sebagaimana

biasanya dan memperlakukan anak seperti anak

lain yang ada di rumah.

d. Memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga.

Hal ini dapat dicapai dengan mempertahankan

hubungan antara untuk mengembangkan kondisi

anak di rumah sakit dan di rumah walaupun waktu

tertentu anak di rumah sakit menjadi prioritas

utama.

e. Menghadapi stressor yang positif

Keluarga harus mencegah adanya

penumpukan stress pada keluarga dengan

mengembangkan koping yang positif, yaitu kearah

pemecahan masalah. Hal yang dapat dilakukan

adalah dengan klarifikasi masalah dan tugas yang

dapat dikelola, dan dapat menurunkan reaksi

emosi. Untuk itu penting sekali adanya keyakinan


33

spiritual keluarga yang menguatkan harapan dana

keyakinan untuk memecahkan setiap masalah

secara positif.

f. Membantu anggota keluarga mengelolah

perasaan yang ada

Orang tua harus belajar untuk mengelola

perasaan anggotanya. Cara yang dapat dilakukan

adalah mengidentifikasi dan mengekresikan

perasaan, mencari dukungan positif apabila ada

kelompok orang tua yang mempunyai masalah

kesehatan anak yang sama hal ini sangat

membantu sebagai tempat berbagai perasaan dan

pengalaman.

g. Mendidik anggota keluarga lain yang sedang sakit

Orang tua harus memiliki pemahaman yang

tepat tentang kondisi anak sehingga dapat

memberi pengertian pada anggota keluarga yang

lain tentang kondisi anaknya yang sedang sakit

dan harus memiliki koping yang positif. jawab

pertanyaan anak sesuai kepastiannya untuk

mengerti, tetapi harus jujur dan buat diskusi

dengan keluarga tentang masalah yang

berhubungan.
34

h. Mengembangkan sistem dukungan sosial

Upaya ini dapat dilakukan dengan cara

membuat jaringan kerja sama dengan anggota

keluarga yang lain, kerabat atau kawan. Dan

menggunakan jaringan kerja sama sebagai

sumber pemecahan masalah.

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar

dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang

menjelaskan keterkaitan antar variabel yang diteliti maupun yang

sudah diteliti (Dharma, 2011)

Variabel independen Variabel dependen

Peran Keluarga Tingkat kecemasan


hospitalisasi pada
anak

Gambar 2.1 Kerangka konsep

Keterangan :

: Variabel Independen yang diteliti

: Variabel Dependen yang di teliti

: Hubungan antar Variabel


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Peneltian

Desain penelitian adalah suatu model atau metode yang

digunakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang

memberikan arah jalannya peneltian (Dharma, 2011).

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Jenis

penelitian ini menggunakan rancangan Observasional anatik

dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen

diidentifikasi pada satuan waktu

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 06 Mei – 06 Juni 2019.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang perawatan mawar RSUD H.

Andi Sultan Daeng Radja Bulukumba.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas:objek/

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiono, 2017).

35
36

Populasi dalam penelitian ini adalah Semua pasien anak

yang di rawat di ruang perawatan mawar RSUD H. Andi Suthan

Daeng Radja Bulukumba pada bulan maret tahun 2019

sebanyak 192 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiono, 2017). Penelitian ini adalah penelitian analitik

korelatif numerik dengan menggunakan rumus besar sampel

menurut (Dahlan, 2011) :


𝟐
(𝒁𝜶 + 𝒁𝜷)
𝒏=( 𝟏 + 𝒓) + 𝟑
𝟎, 𝟓 𝐥𝐧 𝟏 − 𝒓

𝟐
(𝟏, 𝟗𝟔 + 𝟎, 𝟖𝟒)
=( 𝟏 + 𝟎, 𝟒 ) + 𝟑
𝟎, 𝟓 𝐥𝐧
𝟏 − 𝟎, 𝟒
𝟐
(𝟐, 𝟖)
=( 𝟏, 𝟒) + 𝟑
𝟎, 𝟓 𝐥𝐧 𝟎, 𝟔

𝟐
(𝟐, 𝟖)
=( ) +𝟑
𝟎, 𝟓 𝐥𝐧 𝟏, 𝟖𝟓

𝟐
(𝟐, 𝟖)
=( ) +𝟑
𝟎, 𝟓 . 𝟎, 𝟖𝟒

𝟐
(𝟐, 𝟖)
=( ) +𝟑
𝟎, 𝟒𝟐

= (𝟔, 𝟔𝟔)𝟐 + 𝟑

= 𝟒𝟕

Jadi, besar sampel pada penelitian ini adalah 47 orang anak.


37

Keterangan :

n = Besar sampel

Z Baku Alfa (Zα) = 1,96

Z Baku Beta (Zβ) = 0,84

Ln = Bilangan Natural

r = Koefisen atau nilai bermakna 0,4

3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini di lakukan

dengan teknik probality sampling dengan simple random

sampling adalah suatu metode pemilihan sampel secara acak

sederhana dengan asumsi bahwa karakteristik tertentu yang

dimiliki oleh populasi tidak dipertimbangkan dalam penelitian.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tesebut, kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiono, 2017).

1. Variabel Independen

Variabel independen di sebut juga variable sebab yaitu

karakteristik dari subjek yang dengan keberadaannnya

menyebabkan perubahan pada variabel lainnya (Dharma,

2011) . Variabel independen dalam penelitian ini adalah peran

keluarga.
38

2. Variabel Dependen

Variable dependen adalah variable akibat atau variable yang

akan berubah akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi

pada variabel indenpenden (Dharma, 2011). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan hospitalisasi

pada anak.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mengukur atau menilai variabel

penelitian, kemudian memberikan gambaran tentang variabel

tersebut atau menghubungkannya, sehingga penting untuk

menjelaskan variabel penelitian, meliputi variabel – variabel yang

diteliti, jenis variabel, defenisi konseptual dan operasional (Dharma,

2011)

1. Peran keluarga Adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan

dalam konteks keluarga. Peran keluarga dalam perawatan

anak dirumah sakit antara lain: kemampuan keluarga dalam

menerima kondisi anak, mengelola kondisi anak, memenuhi

kebutuhan perkembangan anak, memenuhi kebutuhan

perkembangan keluarga, menghadapi stressor dengan positif,

membantu anggota keluarga untuk mengelola perasaan yang

ada, mendidik anggota yang lain tentang kondisi anak yang

sedang sakit,mengembangkan system dukungan sosial .


39

kriteria objektif :

a. Baik : > 70

b. Kurang baik : < 70

Skala ukur : ordinal

Alat ukur : Kousioner

2. Tingkat kecemasan hospitalisasi adalah suatu kondisi dimana

anak harus mengalami gangguan – gangguan kenyamanan

pada saat hospitalisasi antara lain : gangguan pola tidur,

gangguan konsentrasi dan daya ingat, keluhan somatik.

Kriteria objektif :

a. Kecemasan ringan : 16-24

b. Kecemasan sedang : 25-36

c. Kecemasan berat :>37

Skala ukur : ordinal

Alat ukur : Kousioner

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang di gunakan oleh

peneliti untuk mengobservasi, mengukur, atau menilai suatu

fenomena. Data yang diperoleh dari suatu pengukuran kemudian

dianalisis dan dijadikan sebagai bukti dari suatupenelitian

(Dharma, 2011).

Instrument yang di gunakan untuk peran keluarga adalah

kousioner yang diadopsi milik (Aidar, 2011) yang terdiri dari 24

pernyataan setiap jawaban dari pernyataan diberi nilai 4 = selalu, 3


40

= sering 2 = kadang – kadang, 1 = tidak pernah. Sedangkan

instrument tingkat kecemasan anak yang menjalani hospitalisasi di

adopsi dari aidar yang terdiri dari 16 item gejala kecemasan, setiap

jawaban dari pernyataan diberi nilai 4= selalu, 3= sering, 2= kadang

–kadang, 1 = tidak pernah.

Hasil uji validitas dan realibilitas pada kousioner peran keluarga

menghasilkan Cronbach Alpha 0,881 dan terdapat 24 item

pernyataan kousioner yang dinyatakan valid. Sedangkan hasil uji

validitas dan realibilitas pada kousioner tingkat kecemasan anak

yang menjalani hospitalisasi menghasilkan Cronbach Alpha 0,862

dengan 16 pernyataan yang dinyatakan valid.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer atau data tangan pertama adalah data yang

diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan

alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada

subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Susila and

Suyanto, 2014).

Data primer didapat dari hasil wawancara langsung

dengan keluarga yang anaknya sedang menjalani hospitalisasi.

Data diambil menggunakan kousioner tentang peran keluarga

dengan tingkat kecemasan pada anak yang menjalani

hospitalisasi.
41

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber

yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh di perpustakaa,

laporan- laporan. Disebut juga data yang tersedia.(Syamsuddin,

2015).

Data sekunder di peroleh dari rekam medik RSUD H.Andi

Sulthan Daeng Radja Bulukumba dari laporan tahunan melihat

jumlah pasien anak yang di rawat di ruang perawatan mawar

pada tahun 2018.


42

H. Alur Penelitian

Proposal Penelitian : Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat


Kecemasan Hospitalisasi pada Anak Di Ruang Perawatan
Mawar RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba Tahun
2019.

Hipotesis:. Ada hubungan antara peran keluarga dengan


tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak di ruang perawatan
mawar RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba tahun
2019

Populasi:seluruh pasien anak yang di rawat di ruang perawatan


mawar RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja Bulukumba
sebanyak 192 orang.

Sampel : sampel dalam penelitian ini sebanyak 47 orang


dengan menggunakan simple random sampling

Instrument penelitian: lembar kuisioner (angket)

Izin penelitian
RSUD H.Andi
Sultan Daeng
Pengumpulan data Radja Bulukumba

Variabel independen: Variabel dependen:


Peran keluarga Tingkat kecemasan
hospitalisasi pada anak

Analisa data :
Univariat dan Bivariat

Hasil dan
Kesimpulan dan saran
pembahasan

Gambar 3.1 Alur Penelitian


43

I. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik pengolahan data

Setelah data yang perlu terkumpul, maka selanjutnya data

tersebut diolah dengan tahapan sebagai berikut.

a. Editing

Data yang dikumpulkan selama penelitian perlu

diperiksa terlebih dahulu, untuk memastikan data tersebut

layak diolah lebih lanjut. Adapun data yang dikumpulkan

selama penelitian adalah berupa kuesioner.

b. Coding

Melakukan pengkodean sesuai dengan alternative

jawaban yang ada untuk memudahkan entri data.

c. Scoring

Skor untuk setiap pertanyaan dalam kuesioner.

d. Entri data

Memasukkan data yang telah dilakukan pengkodean

dengan menggunakan computer pada program data.

e. Cleaning

Setelah data masuk. Maka selanjutnya dilakukan

pengecekan data yang masuk sudah benar atau salah

dengan cara melibatkan variasi data dalam bentuk

distribusi frekuensi melihat konsitensi dan antara variabel

dan crostable data.


44

2. Analisa data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat, yaitu suatu analisis yang dilakukan

terhadap sebuah variabel. Adapun tujuan analisis univariat

pada penelitian ini adalah untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel

independen dan dependen.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui

interaksi dua variabel , baik berupa komparatif, asosiatif

maupun korelatif. Analisis bivariat dalam penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui hubungan peran keluarga

dengan tingkat kecemasan pada anak yang menjalani

hospitalisasi . Uji statistic yang di gunakan adalah uji chi –

square jika memenuhi syarat digunakan uji Kolmogrov

Smirnov. Uji ini bertujuan melihat ada atau tidaknya

perbedaan proporsi yang bermakna antara distribusi

frekuensi yang di amati dengan yang di harapkan dengan

derajat kemaknaan 0,05. Bila p- Value<0,05 berarti ada

hubungan yang bermakna (Ho ditolak ) sedangkan p- Value

> 0.05 tidak ada hubungan yang bermakna (Ho) diterima.


45

J. Etika Penelitian

Secara umum terdapat 4 prinsip utama dalam etika penelitian

yaitu (Dharma, 2011) :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia ( respect for

human dignity)

Penelitian yang di laksanakan harus menjunjung tinggi

harkat dan martabat manusia. Subjek memiliki hak asasi dan

kebebasan untuk menentukan pilihan atau penekanan

terhadap teretentu agar subjek bersedia ikut dalam penelitian.

Subjek dalam penelitian juga berhak mendapatkan informasi

yang terbuka dan terlengkap tentang pelaksanaan penelitian,

posedur penelitian , keuntungan yang mungkin didapat dan

kerahasiaan informasi.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek ( respect for

privacy and convidentially ).

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan

hak asasi untuk mendapatkan kerahasiaan informasi .

Namun bila tidak di pungkiri bahwa penelitian menyebabkan

terbukanya informasi tentang subjek sehingga peneliti perlu

merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi

subjek yang tidak ingin identitas dan segala informasi

tentang dirinya di ketahui oleh orang lain.

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas ( respect for justice

inclusiveness)
46

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna

bahwa penelitian di lakukan secara jujur, tepat, cermat,

berhati – hati dan di lakukan secara propesional. Sedangkan

prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian

memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang di timbulkan

( blancing harm and benefisits).

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap

penelitian harus mempertimbangkan manfaat sebesar –

besarnya bagi subjek penelitian dan populasi dimana hasil

penelitian akan di terapkan ( beneficience ) kemudian

meminimalisir resiko /dampak yang merugikan bagi subjek

penelitian.

K. Jadwal Penelitian
No
Bulan
Uraian Kegiatan
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli
1 Pengajuan judul
2 Acc judul
3 Penyusunan
proposal
4 Bimbingan proposal
5 Acc proposal
6 Ujian proposal
7 Revisi Proposal
7 Penelitian
8 Penyusunan skripsi
9 Acc skripsi
10 Ujian skripsi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Penelitian ini di laksanakan di ruangan perawatan mawar RSUD

H.Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba pada tanggal 06 mei – 06

juni 2019, dengan pengumpulan data secara primer dengan subjek

penelitian anak yang yang menjalani hospitalisasi dengan sampel

47 orang. Dari hasil penelitian tersebut maka diperoleh data- data

sebagai berikut.

1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jenis kelamin, usia, jumlah
saudara dan pemgalaman rawat inap di RSUD H. Andi Sultan Daeng
Radja Bulukumba

Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)


Jenis Kelamin
Laki - Laki 21 44.7
Perempuan 26 55.3
Total 47 100.0
Usia
3-5 Tahun 24 51.1
6-12 Tahun 20 42.6
13-15 Tahun 3 6.4
Total 47 100.0
Jumlah Saudara
1 Orang 8 19.1
2 Orang 14 29.8
3 Orang 16 31.9
> 3 Orang 9 19.1
Total 47 100
Pengalaman Rawat Inap
Belum 23 48.9
Sudah Pernah 24 51.1
Total 47 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa persentase

responden sebagian besar pada kategori jenis kelamin perempuan

47
48

berjumlah 26 responden (55,3%) dibandingkan dengan jenis

kelamin laki – laki sebanyak 21 responden (44,7%) usia anak yang

paling banyak berusia 3-5 tahun sebanyak 24 responden (51,1%)

dan usia yang paling sedikit yaitu usia 13 – 15 tahun sebanyak 3

responden (6,4%). Jumlah saudara yang paling banyak berjumlah

3 orang sebanyak 16 responden (31,9%) dan paling sedikit dengan

jumlah saudara 1 orang sebanyak 8 responden (19,2%), dan

pengalaman rawat inap sebagian besar sudah pernah di rawat

sebanyak 24 responden (51,1%) dibandingkan dengan belum

pernah sebanyak 23 responden ( 48,9%).

2. Analisis Univariat

a. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Peran Keluarga

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Keluarga di
RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja Bulukumba

Peran Keluarga Frekuensi (f) Persentase (%)


Baik 30 63.8
Kurang Baik 17 3.2
Total 47 100.0
Sumber: Data Primer 2019

Hasil penelitian tabel 4.12 menunjukkan bahwa

distribusi frekuensi berdasarkan peran keluarga terhadap

hospitalisasi anak sebanyak 30 responden dengan kategori

baik ( 63,8%) sedangkan 17 responden dalam kategori

kurang baik ( 36,2%).


49

b. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat

Kecemasan Hospitalisasi .

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan
Hospitalisasi Pada Anak Di RSUD H. Andi Sultan Daeng
Radja Bulukumba

Tingkat Kecemasan Frekuensi (f) Persentase (%)


Ringan 23 48.9
Sedang 19 40.4
Berat 5 106
Total 47 100.0
Sumber: Data Primer 2019

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

berdasarkan tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak

diketahui tingkat kecemasan ringan sebanyak 23 responden

(48,9%), tingkat Kecemasan sedang sebanyak 19 responden

(40,4%) dan Tingkat Kecemasan Berat sebanyak 5

responden ( 10,6%).

3. Analisis Bivariat

Tabel 4.4
Analisis Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan
Hospitalisasi Pada Anak Di RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja Bulukumba
Tahun 2019

Tingkat Kecemasan Jumlah


Peran
Ringan Sedang Berat p
Keluarga
n % n % n % n %
Baik 21 44.7 9 19.1 0 0 30 63.8
0,001
Kurang Baik 2 4.3 10 21.3 5 10.6 17 36.2
Total 23 48.9 19 40.4 5 10.6 47 100.0
*uji chi- Square Alternativ Kolmogrov-Smirnov ( p<0,005)*

Hasil tabel 4.14 di ketahui bahwa responden yang

mempunyai peran keluarga baik sebanyak 30 responden .


50

dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 21 responden

(44,7%), tingkat kecemasan sedang sebanyak 9 responden

(19,1%) sedangkan responden yang mempunyai peran keluarga

kurang baik sebanyak 17 responden dengan tingkat

kecemasan ringan sebanyak 2 responden (4,3%), tingkat

kecemasan sedang sebanyak 10 responden (21,3%) dan

tingkat kecemasan berat sebanyak 5 responden (10,6%).

Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan

menggunakan uji chi- Square Alternativ Kolmogrov-Smirnov

diperoleh nilai p = 0,001 ini berarti lebih kecil dari nilai p =0,05.

Sehingga H1 diterima dan Hα ditolah berarti terdapat hubungan

peran keluarga dengan tingkat kecemasan hospitalisasi pada

anak di ruang perawatan mawar RSUD H. Andi Sultan Daeng

Radja Bulukumba Tahun 2019 artinya Semakin tinggi peran

serta keluarga yang di berikan semakin rendah tingkat

kecemasan yang di alami anak.

B. Pembahasan

1. Peran Keluarga Selama Proses Hospitalisasi Di RSUD H. Andi

Sulthan Daeng Radja Bulukumba

Berdasarkan tabel 4.2 diatas hasil penelitian menunjukkan

bahwa 47 responden, yang memiliki peran keluarga baik

sebanyak 30 responden ( 63,8%) , sedangkan responden

yang memiliki peran keluarga kurang baik sebanyak 17

responden ( 36,2 %).


51

Menurut Supartini,( 2012), keluarga mempunyai satu peran

penting terkait dengan perawatan anak di rumah sakit yaitu

peran pengasuhan (parenting role) sedangkan teori yang di

kemukan friedman (2010), bahwa keluarga harus mampu

mengambil keputusan dalam kesehatan, ikut merawat angggota

keluarga yang sakit, memodifikasi fasilitas kesehatan yang ada

sangatlah penting dalam mengatasi kecemasan pasien

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukankan

oleh Stella Engfel Lumunia, Josef S.B Tuda Dan Tati Ponidjan

tahun 2013 tentang hubungan Dukungan keluarga dengan

tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di

Irina E Blu RSUP Prof Dr.R.D Kandao Manado dengan hasil

penelitian Anak yang mendapatkan dukungan dari keluarga

yang baik itu disebabkan Karena anak yang di rawat Irina E Blu

RSUP Prof Dr.R.D Kandao Manado menjelaskan tugas

kesehatan keluarga dengan benar sedangkan anak yang

mendapat dukungan keluarga yang kurang baik di sebabkan

karena keluarga jarang menemani anak ketika di lakukan

tindakan keperawatan.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

vepivania Maniku, Sisfiani Sarimin, dan Grace Watang tentang

tahun 2016 tentang hubungan peran orangtua dengan dampak

hospitalisasi pada anak usia prasekolah di Ruangan Ester

Rumah sakit Pancara Kasih GMM Manado dengan hasil


52

penelitian bahwa peran orangtua baik sebanyak 22 ( 52,4%)

responden dan peran orangtua kurang baik sebanyak 20

responden (47,6%). Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan terdapat hubungan peran orangtua dengan dampak

hospitalisasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan

mengenai peran keluarga selama hospitalisasi pada anak maka

peneliti berasumsi bahwa peran serta keluarga yang baik dilihat

dari cara komunikasi dengan anak yaitu membantu mengatasi

cemas dengan memberikan pujian saat anak kooperatif

terhadap perawat dan mendampingi anak ketika menjalani

perawatan sedangkan anak yang mendapatkan dukungan

keluarga dukungan baik disebabkan karena keluarga jarang

menemani anak bahkan jarang menjenguk ketika anak

menjalani perawatan.

2. Tingkat Kecemasan Hospitalisasi Pada Anak Di RSUD H. Andi

Sulthan Daeng Radja Bulukumba Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.3 diatas hasil penelitian menunjukkan

bahwa 47 responden, sebagian besar responden mengalami

tingkat kecemasan ringan sebanyak 23 responden (48,9%).

Tingkat kecemasan sedang sebanyak 19 responden (40,4%)

dan tingkat kecemasan sedang sebanyak 5 responden ( 10,6%).

Hal ini sesuai dengan teori yang di kemukan oleh (Wong,

2013) menyatakan bahwa hospitalisasi pada anak seringkali


53

menyebabkan munculnya stressor-stressor yang dapat

menganggu perkembangan anak. Kemampuan koping anak

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut menurut wong adalah tingkat perkembangan

umur,pengalaman sakit sebelumnya, perpisahan atau

hospitalisasi, terdapatnya support sistem atau dukungan dari

lingkungan sekitar, keahlian koping alami ataupun yang didapat

dan keseriusan diagnosa penyakit.

Anak yang mengalami kecemasan dan mengalami reaksi di

antaranya di antaranya anak menangis ketika pertama kali di

rawat, menangis ketika orangtua meninggalkan ruangan untuk

suatu keperluan, ekspresi anak juga terlihat penolakan tindakan

keperawatan. Perilaku diantaranya anak menolak dan

menangis.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh

Febriana Sartika Sari dan Intan Maharani Batubara dengan

judul kecemasan anak saat hospitalisasi hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari 60 responden anak terdapat 41 anak

(68,3%) mengalami kecemasan ringan dan 19 anak mengalami

kecemasan sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak

cemas ringan dan sedang menunjukkan respon menangis saat

ditinggal Bapak atau Ibu, menangis saat tiap dilakukan tindakan

keperawatan atau medis, menangis saat akan diajak ke ruang

tindakan, tidak mau kontak dengan orang asing, sering


54

bertanya, anak masih mau berinteraksi dengan perawat,

menangis saat perawat datang, menjadi rewel atau lebih mudah

menangis selama dirawat di rumah sakit, sering merengek minta

pulang selama dirawat di rumah sakit, memegang erat orang tua

ketika akan ditinggal, rewel saat malam hari, terbangun saat

malam hari, wajah anak tampak tegang saat dilakukan tindakan

perawatan atau medis, dan berkeringat banyak saat diperiksa.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan

mengenai tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak, maka

peneliti berasumsi bahwa perawat ruangan maupun petugas

kesehatan lainnya dapat mengurangi tingkat kecemasan seperti

memberitahukan kepada orang tua agar selalu mendampingi

dan mengalihkan perhatiannya agar mengurangi tingkat

kecemasan ketika anak menjalani hopsitalisasi.

3. Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan

Hospitalisasi Pada Anak Di RSUD H. Andi Sulthan Daeng

Radja Bulukumba.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di ruang

perawatan mawar RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja

Bulukumba dengan jumlah responden 47 di dapatkan bahwa

dari 30 responden ( 63,8%) memiliki peran keluarga baik dan 17

responden (36,2%) memiliki peran keluarga kurang baik

sedangkan dari 23 responden memiliki tingkat kecemasan

ringan terdapat 23 responden (48,3%). kecemasan sedang


55

sebanyak 19 responden 40,4%) dan tingkat kecemasan berat

sebanyak 5 responden (10,6%)

Hasil uji hubungan peran keluarga dengan tingkat

kecemasan hopsitalisasi pada anak di ruang perawatan mawar

RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba Tahun 2019

berdasarkan hasil analis data menggunakan uji Kolmogrov-

Smirnov diperoleh nilai p = 0,001 ini berarti lebih kecil dari nila

p =0,05 maka dapat di simpulkan ada hubungan peran keluarga

dengan tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak di ruang

perawatan mawar RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja

Bulukumba Tahun 2019.

Semakin baik peran orang tua semakin semakin ringan

tingkat kecemasan yang terjadi pada anak. Hal ini sesuai

dengan pendapat bahwa peran orang tua adalah sebagai

pengasuh, pendidik, pendorong, pengawas dan konselor. Peran

oarangtua yang baik karena adanya dukungan untuk perawatan

pada anak yang sakit, seperti peberian fasilitas kesehatan yang

sesuai, serta adanya upaya orangtua untuk membuat suasana

anak lebih baik. Kegiatan yang telah di upayakan orangtua

pasien tersebut sesuai dengan pendapat yang mengatakan

bahwa keluarga atau orangtua berperan sebagai salah satu

sumber kekuatan dalam upaya penanganan masalah

keperawatan (Badriadi et al., 2018).


56

Berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Ygge (2004)

bahwa bentuk peran peran serta orangtua adalah dalam

perawatan anak di rumah sakit adalah keterlibatan orangtua

dalam perawatan. Bentuk keterlibatan orangtua mulai dari

komunikasi antara anak dengan perawat, membantu dan

mendampingi anak selama prosedur perawatan . hal ini akan

membuat anak merasa nyaman dan tidak takut menghadapi

dokter atau perawat.

Penelitian yang dilakukan oleh Elis Novianti, Iim Imas

Masru’ah dan Fidya Anisa Firdausi mengenai hubungan peran

keluarga dengan dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah

yang mengalami hospitalisasi Hasil penelitian menunjukan

bahwa peran keluarga terhadap anak yang mengalami

hospitalisasi dapat menyebabkan adanya ketenangan dan rasa

aman pada anak yang dirawat di Ruang Melati Rumah Sakit

Umum Daerah Ciamis Hasil uji chi- square tentang peran

keluarga dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah di

peroleh p value 0,000 ( 0,05) yang menunjukkan bahwa ada

hubungan peran keluarga dengan dengan tingkat kecemasan

anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi.

Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang

dilakukan oleh Badriadi, Dkk tahun 2018 tentang hubungan

peran serta keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak

usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di bangsal RSUD


57

Penembahan Senopati Bantul Yogyakarta yang menyatakan

bahwa semakin tinggi peran keluarga yang diberikan maka

semakin rendah tingkat kecemasan yang di alami oleh anak

usia prasekolah Di RSUD Penembahan Senopati bantul.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan

mengenai adanya peran keluarga dengan tingkat kecemasan

hospitalisasi pada anak, maka peneliti berasumsi bahwa peran

keluarga sangat di butuhkan oleh anak pada saat mengalami

hospitalisasi, bentuk peran keluarga dalam perawatan anak di

rumah sakit adalah keterlibatan keluarga dalam perawatan,

peran orangtua yaitu mendampingi anak ketika menjalani

prosedur perawatan saat di rumah sakit, mendidik anak,

pengawasan anak yang baik saat di rumah sakit. Hal ini

membuat anak akan merasa nyaman dan tidak takut

menghadapi dokter.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengakui adanya

banyak kelemahan dan kekurangan sehingga hasil yang ada

belum optimal atau biasa dikatakan belum sempurna. Setiap

penelitian pasti ada hambatan dalam proses pelaksanaannya,

dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu :

1. Instrument penelitian dalam pengumpulan data

menggunakan kuosioner cenderung subjektif sehingga


58

kejujuran responden menentukan kebenaran data yang

diberikan.

2. Responden terkadang tidak memperhatikan penjelasan

penuh dari peneliti sehingga dalam penelitian kuesioner

tidak maksimal.

3. Pada saat penelitian pengisian kuosioner responden di

bantu oleh peneliti.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan khusus yang di kemukan pada bab

sebelumnya maka peneliti memberikan kesimpulan dan saran

berikut ini

1. Peran keluarga selama anak di hospitalisasi sebagian besar

peran keluarga baik.

2. Tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak sebagian besar

tingkat kecemasan ringan

3. Terdapat hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan

hospitalisasi pada anak di ruang perawatan mawar RSUD H.Andi

Sultan Daeng Radja Bulukumba Tahun 2019.

B. Saran

Berdasarkan manfaat penelitian yang telah diuraikan

sebelumnya, maka saran diberikan oleh peneliti adalah :

1. Agar penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan

masukan bagi perawat perlunya kerja sama antara orangtua

untuk menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan

keadaan responden.

2. Agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan

pentingnya peran keluarga dalam setiap intervensi

keperawatan pada anak yang menjalani hospitalisasi.

59
DAFTAR PUSTAKA

Aidar, N., 2011. Hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan


anak usia sekolah (6-12 tahun) yang mengalami hospitalisasi di ruang III
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Hub. Peran Kel. Dengan Tingkat
Kecemasan Anak Usia Sekol. 6-12 Tahun Yang Mengalami Hosp. Ruang
III Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Medan.

Anggitasari, D.A.D., 2014. Dukungan Keluarga Dengan Tingkat


Kecemasan Anak Yang Hospitalisasi Di Rsud Dr Wahidin Sudiro Husodo.
Kti D3 Keperawatan.

Apriza, A., 2017. Pengaruh Biblioterapi Dengan Buku Cerita Bergambar


Terhadap Tingkat Kecemasan Efek Hospitalisasi pada Anak Prasekolah.
J. Obsesi J. Pendidik. Anak Usia Dini 1, 105–110.

Badriadi, Sulistywati, Wahyuningsi, 2018. Hubungan Peran Serta


Keluarga Dengan Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah Yang
Mengalami Hospitalisasi Di Bangsal Anggrek RSUD Penambahan
Senopati Bantul Yogyakarta. Jurnal Keperawatan 5–15.

Bakri, M.H., 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga. Pustaka Mahardika,


Yogyakarta.

Benna, H.M.T., 2013. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Pustaka


As Salam, Takalar.

Dahlan, M.S., 2011. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian


Bidang Kedokteran dan Kesehatan, 2nd ed. Sagung Seto, Jakarta.

Dharma, K.K., 2011. Metodelogi Penelitian Keperawatan (Pedoman


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). CV.Trans Info Media,
Jakarta.

Harmoko, 2016. Asuhan Keperawatan Keluarga. Pustaka Pelajar,


Yogyakarta

Harnilawati, 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Pustaka


As Salam, Sulawesi Selatan.

Hawari, D., 2011. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. FKUI, Jakarta.
Herman, H., Novrianda, D., Putri, M.A.P., 2018. Pengaruh Intervensi
Pelibatan Keluarga Terhadap Kecemasan Anak yang Mengalami
Hospitalisasi di Ruang Perawatan Anak RSUD dr. Rasidin Padang Tahun
2016. NERS J. Keperawatan 13, 78–85.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan, 2018. Profil anak indonesia


2018. Jkt. CV Miftahur Rizky 4–6.

Kurniasih, E., 2017. Hubungan Antara Peran Orang Tua Dengan Tingkat
Stres Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Di Rsud
Soeroto Ngawi. War. Bhakti Husada Mulia 2.

Noviati, E., Masru’ah, I.I., Firdaus, F.A., 2018. Hubungan Peran Keluarga
dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah yang Mengalami
Hospitalisasi. Proceeding URECOL 256–261.

Nursalam, R.S., Utami, S., 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
(untuk perawat dan bidan). Jkt. Penerbit Salemba Med.

Rahayuningrum, L.M., 2015. Hubungan Peran Orang Tua dengan


Kecemasan Hospitalisasi Pada Anak Prasekolah. J. Ners Community 6,
158–165.

Rahman, Z., Sukmana, D.S., Sitio, M.D.S., 2018. Gambaran Kecemasan


Orang Tua Terhadap Dampak Hospitalisasi Pada Anak Di Instalasi Rawat
Inap. J. Keperawatan 1, 55–60.

Saputro, H., Fazrin, I., 2017. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah sakit ;
Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit : Proses, Manfaat dan
Pelaksanaanya. Forum Ilmiah Kesehatan ( FORIKIES ), Bandung.

Sari, F.S., Batubara, I.M., 2017. Kecemasan Anak Saat Hospitalisasi.


Jurnal Kesehatan Kusuma Huada 2–6.

Sari, F.S., Batubara, I.M., 2017. Kecemasan Anak Saat Hospitalisasi. J.


Kesehat. Kusuma Husada.

Sugiono, 2017. Metode Penelitian Kuantatif,Kualitatif, Dan R & D. Cv.


Alfabeta, Bandung.

Supartini, Y., 2012. Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC, Jakarta.


Susila, Suyanto, 2014. Metode Penelitian Epidemiologi Bidang
Kedokteran dan Kesehatan. Bursa Ilmu, Yogyakarta.

Syafriani, Kurniawan, F., 2018. Hubungan Peran keluarga dengan


Kecemasan Akibat Hospitalisasi pada Anak Prasekolah. Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, Vol 2, No. 1 ( Juni 2018) 1–7.

Syamsuddin, 2015. Pedoman Praktis Metode Penelitian Internal. Wade


group, Jakarta.

Utami, Y., 2014. Dampak hospitalisasi terhadap perkembangan anak. J.


Ilm. WIDYA 1.

Wong, L.D., 2013. Buku Ajar Keeprawatn Pediatrik. EGC, Jakarta.


Lampiran

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN
HOSPITALISASI PADA ANAK DI RUANG PERAWATAN MAWAR
RSUD H. ANDI SULTAN DAENG RADJA BULUKUMBA
TAHUN 2019

Petunjuk pengisian : isilah data di bawah ini dengan lengkap dan berilah

tanda ceklist (√) pada kotak pilihan yang tersedia.

A. Kuisioner Data Demografi Responden

1. Kode responden :

2. Nama Anak :

3. Jenis kelamin

Laki – laki

Perempuan

4. Umur :

5. Jumlah Saudara :

1 orang 3 orang

2 0rang > 3 orang

6. Pengalaman masuk rumah sakit

Belum pernah

Sudah pernah ( ) sebutkan berapa kali


I. Kuesioner peran keluarga
1. Baca baik-baik setiap item pernyataan dibawah ini
2. Jawablah pernyataan di bawah ini dengan menggunakan ceklis
( √ ) pada kolom jawaban dibawah ini :
Dengan keterangan
TP : Tidak Pernah
KK : Kadang - kadang
SR : Sering
SL : Selalu
No Pernyataan Jawaban

TP K SR SL

Menerima kondisi anak

1 Saya menjaga dan merawat anak saya


selama menjalani perawatan di rumah
sakit
2 Saya berdoa agar kondisi anak saya

cepat sembuh, setelah saya berdoa saya

berserah diri pada tuhan.

3 Saya selalu mendengarkan keluhan yang

di rasakan anak saya.

Mengelola kondisi anak

4 Saya memperhatikan kondisi kesehatan

anak saya yang sedang di rawat di rumah

sakit
5 Saat anak saya mejalani perawatan di

rumah sakit, Saya selalu berusaha untuk

menciptakan suasana seperti di rumah

6 Saya mencari informasi tentang

kesehatan anak saya dari perawat

ruangan

Memenuhi kebutuhan perkembangan anak

7 Saya selalu memperhatikan anak saya

dalam mengontrol emosinya.

8 Saya mengasuh anak saya yang sedang

sakit seperti layaknya di rumah

9 Saya selalu memperhatikan keadaan

kesehatan anak saya apalagi dalam

kondisi buruk

Memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga

10 Saat anak saya sakit, saya dapat

berinteraksi dan berkomunikasi dengan

keluarga lain di rumah

11 Saya berkomunikasi dengan petugas

kesehatan untuk memecahkan masalah

kesehatan pada anak yang sedang

dirawat

12 Walaupun anak saya dirawat di rumah

sakit saya tetap memperhatikan anggota


keluarga yang lain di rumah

Menghadapi stressor dengan positif

13 Saya selalu berdoa supaya saya kuat

dalam menghadapi keadaan anak saya

14 Saya merasa tenang dalam menghadapi

masalah keluarga saya

15 Jika anak saya sakit saya langsung

membawab anak saya kepelayanan

kesehatan

Membantu anggota keluarga untuk mengelola perasaan yang

ada

16 Keluarga saya selalu memberi semangat

dalam mengatasi masalah

17 Saya dapat menghibur anggota keluarga

yang sedih dalam menghadapi masalah

kesehatan anggota keluarga yang

sedang di rawat.

18 Saya mencari informasi masalah

kesehatan kepada orang lain yang sama

dengan masalah yang saya hadapi saat

ini

Mendidik anggota keluarga yang lain tentang kondisi anak

yang sedang sakit

19 Saya dengan anggota keluarga yang lain


bekerja sama untuk mengatasi masalah

kesehatan

20 Saya dapat menceritakan tentang

masalah yang saya hadapi kepada orang

lain yang mepunyai masalah seperti saya

21 Saya dapat memberikan informasitentang

pengalaman mengenai masalah

kesehatan anak kepada orang lain

Mengembangkan sistem dukungan sosial

22 Saya mendiskusikan masalah kesehatan

anak saya kepada orang yang menpunyai

masalah yang sama seperti saya

23 Jika mempunyai masalah saya akan

mencari orang lain yang dapat membantu

saya menyelesaikan masalah sesuai

dengan masalah yang hadapi

24 Dalam memecahkan masalah kesehatan

yang sedang saya hadapi saya selalu

mencari dukungan dari kerabat dekat

saya

Sumber : (Aidar, 2011)


II. Kuesioner tingkat kecemasan anak

Petunjuk : berilah tanda ceklist (√) pada setiapkolom jawaban yang

tersedia di bawah ini dengan kondisi dan situasi yang anda alami

berhubungan selama anda berada dirumah sakit.

Keterangan :

TP : Tidak Pernah SR : Sering


KK : Kadang – kadang SL : Selalu

No Gejala kecemasan TP KK SR SL

1 Saya melihat anak saya ketakutan

ketika di berada di ruangan ini

2 Anak saya sering menagis dan berteriak

saat perawat mendekatinya

3 Saya melihat anak saya gemetar dan

gelisah menghadapi perawat diruangan

ini

4 saya melihat wajah anak saya pucat

ketika perawat menghampirinya

5 saya melihat anak saya sedih saat saya

akan pergi meninggalkan dia di ruangan

ini

6 Saya melihat anak saya takut saat saya

pergi dan tidak ada yang melindungi dia


7 Saya melihat anak saya merasa tidak

nyaman karenaharus menginap dan

berada diruangan ini

8 Saya menjadi melihat anak saya tidak

selera makan ketika saya berada di

ruangan ini

9 Saya merasa tangan anak saya dingin

dan lembab saat berada di ruangan ini

10 Saya melihat anak saya lemas dan tidak

berdaya selama berada di ruangan ini

11 Saya melihat anak saya sulit

berkonsentrasi selam berada diruangan

ini

12 Saya melihat anak gugup saat berbicara

dengan orang asing bagi dirinya

13 Saya melihat anak saya sering

berkeringat dingin selama menjalani

perawatan di ruangan ini

14 Saya melihat anak saya enggan dan

takut untuk bersosialisasi/ berinteraksi

dengan teman sekamarnya

15 Saya melihat anak saya sering

terbangun pada malam hari karena

mimpi buruk
16 Saya melihat anak saya sering

terbangun dan sukar tidur kembali

Sumber : (Aidar, 2011)


HASIL OLAH DATA

UMUR ANAK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3 - 5 TAHUN 24 51.1 51.1 51.1

6-12 TAHUN 20 42.6 42.6 93.6


Valid
13-15 TAHUN 3 6.4 6.4 100.0

Total 47 100.0 100.0

JENIS KELAMIN ANAK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

LAKI - LAKI 21 44.7 44.7 44.7

Valid PEREMPUAN 26 55.3 55.3 100.0

Total 47 100.0 100.0

PENGALAMAN RAWAT INAP

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

BELUM 23 48.9 48.9 48.9

Valid SUDAH PERNAH 24 51.1 51.1 100.0

Total 47 100.0 100.0

JUMLAH SAUDARA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

1 ORANG 9 19.1 19.1 19.1


2 ORANG 14 29.8 29.8 48.9

Valid 3 ORANG 15 31.9 31.9 80.9

>3 ORANG 9 19.1 19.1 100.0

Total 47 100.0 100.0

PERAN KELUARGA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

30 63.8 63.8 63.8


17 36.2 36.2 100.0
47 100.0 100.0

KECEMASAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

RINGAN 23 48.9 48.9 48.9

SEDANG 19 40.4 40.4 89.4


Valid
BERAT 5 10.6 10.6 100.0

Total 47 100.0 100.0

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 70.83 2.278

95% Confidence Interval Lower Bound 66.24


for Mean Upper Bound 75.42

5% Trimmed Mean 70.84

Median 70.00

Variance 243.970

SKOR_KLG Std. Deviation 15.620

Minimum 47

Maximum 95

Range 48

Interquartile Range 33

Skewness .067 .347

Kurtosis -1.553 .681


Mean 29.83 .998

95% Confidence Interval Lower Bound 27.82


for Mean Upper Bound 31.84

5% Trimmed Mean 29.57

Median 29.00

Variance 46.796

SKOR_CEMAS Std. Deviation 6.841

Minimum 20

Maximum 45

Range 25

Interquartile Range 12

Skewness .540 .347


Kurtosis -.728 .681
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAR00005 .214 47 .000 .911 47 .002

a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

KELUARGA *
47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
KECEMASAN

KELUARGA * KECEMASAN Crosstabulation

KECEMASAN Total

RINGAN SEDANG BERAT

Count 21 9 0 30

BAIK Expected Count 14.7 12.1 3.2 30.0

% within KELUARGA 70.0% 30.0% 0.0% 100.0%


KELUARGA
Count 2 10 5 17

KURANG BAIK Expected Count 8.3 6.9 1.8 17.0


% within KELUARGA 11.8% 58.8% 29.4% 100.0%
Count 23 19 5 47

Total Expected Count 23.0 19.0 5.0 47.0

% within KELUARGA 48.9% 40.4% 10.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-


sided)

Pearson Chi-Square 18.574a 2 .000


Likelihood Ratio 21.636 2 .000
Linear-by-Linear
18.167 1 .000
Association
N of Valid Cases 47
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.81.

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Frequencies

KELUARGA N

BAIK 30

KECEMASAN KURANG BAIK 17

Total 47

Test Statisticsa

KECEMASAN

Absolute .582

Most Extreme Differences Positive .582

Negative .000
Kolmogorov-Smirnov Z 1.918
Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Grouping Variable: KELUARGA

Anda mungkin juga menyukai