Anda di halaman 1dari 7

OUTLINE PENGAJUAN JUDUL KIAN

DATA MAHASISWA

Nama : Luki

NIM : C1AC23061

Program : Profesi Ners

A. Judul Penelitian
Analisis Praktek Klinik Keperawatan Penerapan Terapi Story Telling Terhadap
Penurunan Kecemasan Dampak Dari Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang
Menderita Gastroenteritis Akut Di Ruang Anak RS Bhakti Medicare Kabupaten
Sukabumi.

B. Latar Belakang
Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan dan
perkembangan yang mulai dari bayi (0 – 1 tahun), usia bermain atau toddler (1 -3 tahun),
pra sekolah (3 – 6 tahun), usia sekolah (7 – 11) tahun, hingga remaja (11 – 18 tahun).
Rentang ini berbeda antara anak satu dengan lainnya mengingat latar belakang anak
berbeda. Pada anak terdapat tentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu
rentang cepat dan lambat. Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif,
konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Pawiliyah & Marlenis, 2019).
Anak usia prasekolah adalah anak yang berumur antara 3-6 tahun, pada pada masa
ini anak sering berimajinasi dan percaya bahwa mereka memiliki kekuatan. Pada usia
prasekolah anak membangun kontrol sistem tubuh seperti kemampuan ke toilet,
berpakaian dan makan sendiri (Purnama et al., 2021). Anak usia prasekolah sedang
dalam masa belajar menguasai dan mengespresikan emosi serta masa emas, dimana
perkembangan anak akan mengalami banyak perubahan yang sangat berarti. Anak pada
usia pasekolah ini biasanya mengalami aktivitas fisik yang semakin meningkat. Karena
daya tahan tubuh yang belum stabil dan daya tahan tubuh yang belum kuat, anak mudah
lelah, mudah sakit, dan seringkali memerlukan perawatan dan perawatan di rumah sakit
(Hasbyalloh et al., 2022).
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) tahun 2020 bahwa 4%-12%
pasien anak yang di rawat di Amerika Serikat mengalami stress selama hospitalisasi.
Sekitar 3%-6% dari anak usia sekolah yang dirawat di Jerman juga mengalami hal yang
serupa , 4%-10% anak yang di hospitalisasi di Kanada dan Selandia Baru juga
mengalami tanda stress selama di Hospitalisasi (WHO, 2020). Angka kesakitan anak di
Indonesia mencapai lebih dari 58% dari jumlah kesuluruhan populasi anak di Indonesia
(Kemenkes RI, 2019). Menurut kementrian kesehatan RI tahun (2019) kasus
gastroenteritis di indonesia sebanyak 2.455.098 kasus. Dari banyaknya kasus tersebut
bisa kita ketahui bahwa kasus di Indonesia cukup tinggi dibandingkan dengan negara
lain. Hal ini biasanya disebabkan oleh faktor-faktor seperti kurangnya air bersih, sanitasi
yang buruk, jajan sembarangan, dan kurangnya edukasi tentang higiene yang
menyebabkan diare (Nurjanah et al., 2023).
Gastoenteritis Akut (GEA) adalah suatu keadaan dimana feses hasil dari buang air
besar (defeksasi) yang berkonsistensi cair ataupun setengah cair dan kandungan air lebih
banyak dari feses pada umumnya, disertai radang lambung dan usus dengan gejala yang
berlangsung kurang dari 14 hari disertai diare, mual muntah dan frekuensi dari buang air
besar lebih dari 3 kali dalam sehari (Kemenkes RI, 2022).
Hospitalisasi merupakan suatu proses bagi anak untuk berada di rumah sakit
menjalani pengobatan dan perawatan sampai keadaan pulih dan dapat dipulangkan
kembali ke rumah (Purnama et al., 2021). Hospitalisasi merupakan cara yang efektif
untuk penyembuhan anak yang sakit, namun dapat menjadi pengalaman yang
mengancam, menakutkan, kesepian dan membingungkan bagianak yang menjalani
hospitalisas sehingga anak bisa mengalami stres. Hospitalisasi merupakan stresor yang
besar karena lingkungan yang asing, kebiasaan yang berbeda atau perpisahan dengan
keluarga yang harus dihadapi oleh setiap orang, khususnya pada anak. Hospitalisasi
seringkali menciptakan peristiwa traumatik dan penuh stres dalam iklim ketidakpastian
bagi anak dan keluarga, baik itu merupakan prosedur efektif yang telah direncanakan
sebelumnya. Anak terutama usia pra sekolah bereaksi terhadap stres hospitalisasi
sebelum masuk, selama hospitalisasi, dan setelah pulang. Selain efek fisiologis masalah
kesehatan, efek hospitalisasi pada anak mencakup kecemasan serta ketakutan, cemas
perpisahan dan kehilangan kontrol (Devi et al., 2024).
Anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi pada umumnya mengalami
kecemasan, lingkungan Rumah Sakit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kecemasan. Lingkungan fisik Rumah Sakit seperti bangunan atau ruang rawat, alat-alat
Rumah Sakit, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan (Welalang, 2020).
Kecemasan merupakan respons emosional terhadap stresor. Kecemasan merupakan hal
yang normal jika seseorang merasa cemas saat berhadapan dengan stressor. Kecemasan
adalah pengalaman manusia yang bersifat universal, suatu respon emosional yang tidak
menyenangkan, penuh kekhawatiran suatu rasa takut yang tidak terekspresikan dan tidak
terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran yang datang tidak jelas dan tidak
teridentifikasi (Faidah & Marchelina, 2022).
Menurut Sunarti (2021), kecemasan yang terjadi pada
anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi membuat anak menjadi hiperaktif dan
tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan serta menimbulkan gangguan psikologi.
Kecemasan pada anak yang menjalani hospitalisasi juga dapat menyebabkan gangguan
perkembangan dan gangguan emosional jangka panjang apabila kecemasan pada anak
yang menjalani hospitalisasi mendapatkan penanganan yang lambat akan mempengaruhi
lamanya hari rawat dan memperberat kondisi penyakit yang diderita anak, Sehingga
kecemasan pada anak ini harus segera ditangani karena bisa berdampak buruk bagi
kesehatan, dapat menambah lama rawat, serta menyebabkan gangguan perkembangan
dan gangguan emosional pada anak yang menjalani proses hospitalisasi.
Mengingat dampak dari kecemasan pada anak dalam menghadapi hospitalisasi,
maka peran petugas kesehatan khususnya dalam hal ini adalah perawat sangat
diperlukan. Perawat merupakan salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting
dalam penyelenggaraan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Selain mengupayakan
pelayanan keperawatan yang optimal, memberikan motivasi untuk kesembuhan anak,
adapun peran penting perawatanak adalah sebagai pembela (advocacy), pendidik,
konselor, pembuat keputusan etik, perencana kesehatan, pembina hubungan terapeutik,
pemantau, evaluator. Perawat sebagai advocacy dituntut untuk menjadi pembela bagi
anak yang membutuhkan pertolongan, yang tidak dapat mengambil keputusan /
menentukan pilihan, dan meyakinkan keluarga untuk menyadari pelayanan yang tersedia,
pengobatan, dan prosedur yang dilakukan dengan cara melibatkan keluarga. Anak-anak
dengan usia prasekolah pada umumnya masih mengalami perkembangan emosi yang
belum matang dan keterampilan berkomunikasi yang belum sempurna, sehingga
diperlukan pendekatan khusus untuk berkomunikasi dan meringankan kecemasan yang
dirasakan oleh anak. Salah satu bentuk kegiataan yang dapat dilakukan untuk
menurunkan kecemasan yaitu melalui kegiataan terapi story telling (Pradanita et al.,
2022).
Story Telling merupakan salah satu teknik bermain terapeutik yang bercerita atau
mendongen dalam menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita kepada
anak-anak melalui lisan(Apriliyanto et al., 2021). Story telling adalah salah satu teknik
terapi bermain yang sederhana yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan anak
usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi. Story telling merupakan metode yang tepat
yang mampu membuat anak-anak memahami situasi yang terjadi, mengenali dan
mengekspresikan emosinya dengan benar, dan meminimalkan dampak negatif dari
situasi yang dihadapi (Pradanita et al., 2022). Menurut Padila dkk, 2019 mendongeng ini
mengembangkan fantasi, empati dan berbagi perasaan penting membangun kedekatan
dan keharmonisan dan media pembelajaran. Adapun manfaat lain adalah
mengembangkan daya fikir, imajinasi, kemampuan bicara, daya sosialisasi dan hal Ini
juga selaras dengan penelitian sebelumnya yang dilakukaniolehiRubdiiLumbansiantar,
2019 hasil penelitian menunjukkan sebelumidiberikannya story telling rata-rata tingkat
kecemasan berada pada kategori sedang setelah diberikan terapi story telling rata-rata
kecemasan pasien turunimenjadi kategori ringan diperkuat oleh penelitian yang
dilakukan oleh Padila et al., (2019) yang menyatakan bahwa setelah diberikan intervensi
terapi story telling selama 3 kali penurunan kecemasan enam kali lebih cepat
menurunkan pada anak pra sekolah di masa hospitalisasi di rumah sakit. Hal ini
didukung dengan peneli-tian yang dilakukan oleh penelitian yang dilakukan oleh
Pawiliyah (2019) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh terapi bermain
mendongeng terhadap penurunan kecemasan anak usia pra sekolah. Melalui bercerita,
anak akan melepaskan ketakutan, kecemasan akibat rasa nyeri dan dapat
mengekspresikan kemarahan. Bercerita adalah cara yang baik untuk menghilangkan
cemas dan rasa nyeri (Sunarti et al., 2021). Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk
menganalisa praktik klinik keperawatan penerapan terapi story telling terhadap
penurunan kecemasan anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi dengan
diagnosa medis GEA.
Proses hospitalisasi seringkali menimbulkan dampak kecemasan pada anak usia
prasekolah sehingga dibutuhkan terapi untuk mengatasi hal tersebut, storytelling
merupakan salah satu tehnik terapi distraksi yang diharapkan mampu menghibur dan
membuat anak merasa nyaman sehingga dapat mengatasi kecemasan yang dirasakan oleh
anak usia prasekolah yang menjalani proses hospitalisasi. Berdasarkan uraian singkat
tersebut memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah penerapan terapi story telling terhadap penurunan kecemasan dampak
dari hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang menderita gastroenteritis akut di ruang
anak RS Bhakti Medicare Kabupaten Sukabumi?”.

C. Estimasi Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Anak RS Bhakti Medicare Kabupaten
Sukabumi, karena di Ruang tersebut banyak pasien yang mengalami gastroenteritis akut
usia pra sekolah terutama yang mengalami cemas akibat hospitalisasi.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian
adalah: “Bagaimana Analisis Praktek Klinik Keperawatan Penerapan Terapi Story
Telling Terhadap Penurunan Kecemasan Dampak Dari Hospitalisasi Pada Anak Usia
Prasekolah Yang Menderita Gastroenteritis Akut Di Ruang Anak RS Bhakti Medicare
Kabupaten Sukabumi?”.

E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Asuhan Keperawatan dalam
mengaplikasikan penerapan terapi story telling terhadap penurunan kecemasan
dampak dari hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang menderita gastroenteritis
akut di ruang Anak RS Bhakti Medicare Kabupaten Sukabumi.

2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu memaparkan hasil pengkajian penerapan terapi story telling
terhadap penurunan kecemasan dampak dari hospitalisasi pada anak usia
prasekolah yang menderita gastroenteritis akut di Ruang Anak RS Bhakti
Medicare Kabupaten Sukabumi.
b. Penulis mampu memaparkan hasil analisa data pada asuhan keperawatan
penerapan terapi story telling terhadap penurunan kecemasan dampak dari
hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang menderita gastroenteritis akut
berdasarkan kebutuhan manusia.
c. Penulis mampu memaparkan hasil intervensi keperawatan pada asuhan
keperawatan Penerapan terapi story telling terhadap penurunan kecemasan
dampak dari hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang menderita
gastroenteritis akut kebutuhan dasar manusia.
d. Penulis mampu memaparkan hasil implementasi keperawatan pada kasus asuhan
keperawatan Penerapan terapi story telling terhadap penurunan kecemasan
dampak dari hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang menderita
gastroenteritis akut berdasarkan kebutuhan dasar manusia.
e. Penulis mampu memaparkan hasil evaluasi keperawatan pada kasus asuhan
keperawatan penerapan terapi story telling terhadap penurunan kecemasan
dampak dari hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang menderita
gastroenteritis akut berdasarkan kebutuhan dasar manusia.
f. Penulis mampu memaparkan hasil analisis inovasi keperawatan (sebelum dan
sesudah tindakan) pada kasus asuhan keperawatan penerapan terapi story telling
terhadap penurunan kecemasan dampak dari hospitalisasi pada anak usia
prasekolah yang menderita gastroenteritis akut berdasarkan kebutuhan dasar
manusia.
Daftar Pustaka

Apriliyanto, A., Astuti, W. T., & Nurhayati, L. (2021). Literature Review : Penerapan Terapi
Bermain Puzzle terhadap Kecemasan pada Anak Prasekolah akibat Hospitalisasi. Jurnal
Keperawatan Karya Bhakti, 7(2), 72–84. https://doi.org/10.56186/jkkb.96
Faidah, N., & Marchelina, T. (2022). Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Yang
Dirawat Di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan
Masyarakat Cendekia Utama, 11(3), 218. https://doi.org/10.31596/jcu.v11i3.1207
Hasbyalloh, S. M., Nursifa, N., & Wardany, M. (2022). Studi Komparatif Story Telling dan
Hipnoterapi Untuk Menurunkan Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak
Usiaprasekolah di RSUD Al - Ihsan. Medical Journal Of Al-Qodiri, 8(2), 156–163.
Nurjanah, P. A., Murniati, M., & Handayani, R. N. (2023). Asuhan Keperawatan Diare pada
Anak dengan Gastroenteritis di Ruang Ar-Rahman. Journal of Management Nursing,
2(2), 201–206. https://doi.org/10.53801/jmn.v2i2.92
Padila, P., Agusramon, A., & Yera, Y. (2019). Terapi Story Telling dan Menonton Animasi
Kartun terhadap Ansietas. Journal of Telenursing (JOTING), 1(1), 51–66.
https://doi.org/10.31539/joting.v1i1.514
Pawiliyah, P., & Marlenis, L. (2019). Pengaruh Terapi Bermain Mendongeng dengan
Penurunan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Pra Sekolah Akibat Hospitalisasi.
Jurnal Keperawatan Silampari, 3(1), 271–280. https://doi.org/10.31539/jks.v3i1.788
Pradanita, V. N., Setiawati, Y., & Yuniar, S. (2022). Communicating using storytelling
method to children experienced sexual abuse and harassment. COUNS-EDU: The
International Journal of Counseling and Education, 6(2), 55–62.
https://doi.org/10.23916/0020210633620
Purnama, B. A., Indriyani, P., & Ningtyas, R. (2021). KECEMASAN SELAMA
HOSPITALISASI PADA ANAK DENGAN DEMAM Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palembang , Sumatera Selatan , Indonesia. 1(November), 128–136.
Sunarti, S., Ismail, Y., Studi, P., Keperawatan, I., & Masyarakat, K. (2021). Pengaruh Story
Telling Terhadap Kecemasan Anak Prasekolah pada Tindakan Pemasangan Infus The
Effect of Story Telling on Anxiety in Preschool Children in the Action of Infusion at
Bhayangkara Hospital Makassar. An Idea Health Journal ISSN, 1(01), 1.

Anda mungkin juga menyukai