Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PENERAPAN TINDAKAN TERAPI

DEKAPAN UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA ANAK USIA


TODDLER SAAT DILAKUKAN TINDAKAN INJEKSI DI RSUD Dr.
SOEDIRMAN KEBUMEN

RHADZANI MUHAMMAD ADAMS

2021010063

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK

2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Anak merupakan individu yang berusia 0-18 tahun secara bertahap
akan mengalami tumbuh kembang yang dimulai dari bayi sampai dengan
remaja (Hartini, 2015). Anak yang sakit dapat menimbulkan suatu stres
bagi anak itu sendiri maupun keluarga. Hospitalisasi merupakan suatu
proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan
anak harus tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan kembali ke rumah (Setiawan, 2014).
Berdasarkan data WHO (2012) bahwa 3-10 % anak dirawat di
Amerikat Serikat baik anak usia toddler ataupun anak usia sekolah.
Sedangkan menurut The National Centre for Health Statistic
memperkirakan bahwa 3-5 juta anak dibawah usia 15 tahun menjalani
kecemasan hospitalisasi setiap tahunnya (Nursondang, 2015). Di Indonesia
sendiri anak yang dirawat di rumah sakit dan mengalami kecemasan
hospitalisasi cukup tinggi yaitu sekitar 35 per 100 anak, yang ditunjukkan
dengan selalu penuhnya ruangan anak baik rumah sakit pemerintah
maupun rumah sakit swasta (Terri K & Susan C, 2015).
Di rumah sakit anak akan menghadapi lingkungan yang asing.
petugas (dokter dan perawat) yang tidak dikenal dan gangguan terhadap
gaya hidup mereka. Mereka terkadang harus menjalani prosedur yang
tidak menyenangkan dan menimbulkan rasa nyeri ketika (disuntik, diinfus
dan sebagainya). Bagi seorang anak, keadaan sakit dan hospitalisasi
menimbulkan stress bagi kehidupannya. Anak sering menjadi tidak
kooperatif terhadap perawatan dan pengobatan di rumah sakit, anak
menjadi sulit / menolak untuk didekati oleh petugas apalagi berinteraksi
Mereka akan menunjukkan sikap marah, menolak makan, menangis,
berteriak-teriak, bahkan berontak saat melihat perawat atau dokter datang
menghampirinya. Mereka beranggapan bahwa kedatangan petugas hanya
akan menyakiti mereka. Keadaan ini akan dapat menghambat dan dapat
menyulitkan proses pengobatan dan perawatan terhadap anak yang sakit
(Adriana, D, 2013).
Kecemasan pada anak ditimbulkan oleh sakit dan hospitalisasi
(Baskara, 2017) Kecemasan merupakan peringatan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk
mengtasi ancaman (Kaplan,2010). Kecemasan berupa rasa takut adalah
perasaan yang tidak menyenangkan dan dianggap sesuatu yang berbahaya
(Afsheen,2017). Anak yang cemas akan mengalami kelelahan karena
menangis terus, tidak mau berinteraksi dengan perawat, dan anak-anak
cenderung menolak untuk diajak makan (Sari,2015). Anak yang dirawat di
rumah sakit akan memperoleh tindakan pengobatan dan perawatan sesuai
dengan penyakit dan kebutuhan dasarnya. Salah satu tindakan di rumah
sakit yang menyebabkan kecemasan pada anak adalah tindakan injeksi.
Sebagian besar anak-anak sangat takut dengan jarum suntik. Mereka
berfikir bahwa bahwa jarum suntik sangat menakutkan karena
menimbulkan rasa nyeri.
Kondisi kecemasan pada anak harus segera ditangani sedini
mungkin, karena keterlambatan dalam penanganan kecemasan ini, akan
berdampak tidak baik pada proses kesembuhan anak. Supartini (2012)
mengatakan bahwa dampak kecemasan akibat hospitalisasi yang dialami
oleh anak akan beresiko mengganggu tumbuh kembang anak. Dampak lain
dari kecemasan adalah anak akan mengalami penolakan perawatan dan
tindakan pengobatan.
Menurut Kusumaningum (2013) kecemasan pada anak dapat
dicegah dengan meminimalkan dampak perpisahan seperti orang tua dan
anak tinggal bersama, orang tua berpartisipasi dalam perawatan anak,
membuat ruang perawatan anak senyaman mungkin, meminimalkan rasa
takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri misalnya saat melakukan
pengukuran suhu tubuh, memanfaatkan manfaat hospitalisasi dengan
membantu perkembangan hubungan orang tua dengan anak, memberi
kesempatan untuk pendidikan, meningkatkan selfmastery dan memberikan
kesempatan untuk sosialisasi serta memberikan support dan melibatkan
keluarga dalam melakukan tindakan.
Cara mengatasi kecemasan salah satunya dengan terapi dekapan.
Posisi yang nyaman dari orang tua atau pengasuh merupakan teknik yang
tepat untuk membantu meminimalkan timbulnya distress pada anak saat
dilakukan prosedur injeksi. Tujuan dari posisi yang nyaman ini yaitu untuk
immobilisasi ekstremitas anak saat dilakukan prosedur, memberikan rasa
aman dan senang bagi anak, memberikan kenyamanan melalui kontak
langsung dengan orang tua atau pengasuh, orang tua ikut berpartisipasi
memberikan bantuan positif bukan bentuk menahan secara negatif, posisi
duduk dengan menghadap orang tuan atau mendekap lebih menciptakan
rasa kontrol sehingga lebih sedikit orang yang diperlukan untuk
menyelesaikan prosedur tindakan injeksi. (The Children's Mercy Hospital,
2013)
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun
karya tulis ilmiah yang berjudul "Penerapan Tindakan Terapi Dekapan
Untuk Mengurangi Kecemasan Pada Anak Usia Toddler Saat Dilakukan
Tindakan Injeksi

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimanakah penerapan tindakan terapi dekapan untuk mengurangi
kecemasan pada anak usia toddler saat dilakukan tindakan injeksi di
Rumah Sakit?

1.3 TUJUAN STUDI KASUS


1. Tujuan Umum Penelitian
Menggambarkan asuhan keperawatan dengan penerapan tindakan
terapi dekapan untuk mengurangi kecemasan pada anak usia toddler
saat dilakukan tindakan injeksi di Rumah Sakit
2. Tujuan Khusus Penelitian
a. Mendeskripsikan pengkajian pada anak usia toddler yang
mengalami kecemasan saat dilakukan tindakan injeksi
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada anak usia toddler
yang mengalami kecemasan saat dilakukan tindakan injeksi
c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pada anak usia toddler
yang mengalami kecemasan saat dilakukan tindakan injeksi
d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada anak usia
toddler yang mengalami kecemasan saat dilakukan tindakan
injeksi
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada anak usia toddler
yang mengalami kecemasan saat dilakukan tindakan injeksi
f. Menggambarkan kemampuan melakukan terapi dekapan saat
dilakukan tindakan injeksi
g. Menggambarkan kecemasan saat dilakukan tindakan injeksi

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1. Manfaat Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengaruh terapi
dekapan untuk mengurangi kecemasan pada anak usia toddler saat
dilakukan tindakan injeksi di Rumah Sakit
2. Manfaat Bagi Pengembangan Ilmu Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan pada bidang
keperawatan dalam pengaruh tindakan terapi dekapan untuk
mengurangi kecemasan pada anak usia toddler saat dilakukan tindakan
injeksi di Rumah Sakit
3. Manfaat Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan pengaruh
tindakan terapi dekapan untuk mengurangi kecemasan pada anak usia
toddler saat dilakukan tindakan injeksi di Rumah Sakit
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1) Biodata
Data biografi: Nama, alamat, umur, jenis kelamin, umur, agama,
status, pekerjaan, alamat rumah, tanggal masuk rumah sakit.
selain itu juga dilengkapi dengan identitas penanggung jawab
klien meliputi nama, jenis kelamin. umur agama, pekerjaan,
hubungan dengan klien serta alamat.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama: klien cemas saat akan dilakukan injeksi
b) Riwayat kesehatan sekarang: klien merasa cemas saat akan
dilakukan injeksi
c) Riwayat kesehatan dahulu: klien mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit terdahulu.
d) Riwayat kesehatan keluarga: keluarga klien mengatakan tidak
memiliki penyakit turunan.

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu keputusan klinis mengenai
respon individu, keluarga, serta masyarakat tentang problem
kesehatan aktual atau potensial (Nuraif & Kusuma, 2015). Diagnosa
keperawatan yang terjadi pada klien dengan kecemasan menurut
SDKI, 2016 adalah sebagai berikut:
D.0080 Ansietas b.d Krisis Situasional
Definisi: Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman
 Data Subyektif:
1) Merasa khawatir dengan akibat
2) Sulit berkonsentrasi
 Data Obyektif:
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
(Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2016)

C. Intervensi Keperawatan
Dalam perencanaan tindakan keperawatan pada masalah
keperawatan Ansietas b.d Krisis Situasional adalah dengan melakukan
identifikasi faktor penyebab kecemasan: kaji tanda-tanda vital, dan
berikan teknik nonfarmakologis terapi dekapan yang memberikan rasa
nyaman sehingga mampu menurunkan rasa cemas. (SIKI, 2018)

D. Implementasi Keperawatan
Menurut SIKI (2018), implementasi keperawatan dalam
pada masalah keperawatan Ansietas b.d Krisis Situasional adalah
dengan melakukan mengidentifikasi faktor penyebab
kecemasan: mengkaji tanda-tanda vital, dan memberikan
teknik nonfarmakologis terapi dekapan yang memberikan rasa
nyaman sehingga mampu menurunkan rasa cemas.
a) Observasi
- Identifikasi pilihan teknik distraksi yang diinginkan
b) Terapeutik
- Gunakan teknik distraksi (mis. terapi dekapan)
c) Edukasi
- Anjurkan keluarga klien menggunakan teknik sesuai dengan
tingkat energi, kemampuan, usia, tingkat perkembangan
- Anjurkan keluarga klien membuat daftar aktivitas yang
menyenangkan
- Anjurkan keluarga klien berlatih teknik distraksi

E. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam (2015), evaluasi keperawatan terdiri
dari dua jenis, yaitu:
1) Evaluasi formatif:
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan, evaluasi
ini dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
2) Evaluasi somatif:
Evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment,
Perencanaan)
S: klien mengatakan sudah tidak merasa cemas saat dilakukan
injeksi
O: klien tampak tidak gelisah, klien tampak tidak tegang
A: Ansietas b.d Krisis Situasional
P: intervensi dilanjutkan atau dihentikan sesuai kondisi klien

2.2 Konsep Kecemasan


A. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah kekhawatiran berlebihan yang sering terjadi
berhari-hari seperti gelisah, tegang, mudah lelah, sulit berkonsentrasi,
intibilitas dan ketegangan otot, serta gangguan tidur (Hawari, 2013).
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,
yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart,
2009).
Dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah rasa takut atau
khawatiran yang berlebihan pada situasi tertentu yang dianggap
bahaya yang mengakibatkan gelisah, tegang, sulit berkonsentrasi serta
mengakibatkan gangguan tidur.

B. Tanda dan gejala Kecemasan


Tanda dan gejala kecemasan menurut Hawari (2013) antara lain
sebagai berikut:
1) Gejala psikologis: pernyataan cemas/khawatir, firasat buruk, takut
akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak
tenang, gelisah dan mudah terkejut.
2) Gangguan pola tidur: mimpi-mimpi yang menegangkan
3) Gangguan konsentrasi daya ingat
4) Gejala somatik: rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar
dan sesak napas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan
perkemihan, tangan terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainya

C. Ruang Respon Kecemasan


Menurut Stuart (2009) rentang respon individu terhadap cemas
berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptive. Rentang respon
yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk
beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang
yang paling maladapttif adalah panik dimana individu sudah tidak
mampu lagi merespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga
mengalami gangguan fisik, perilaku maupun kognitif.

D. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan


Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang
tidak nyata dan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya
penolakan dari masyarakat menyebabkan kecemasan berada di
lingkungan yang baru dihadapi.
Sedangkan Wijayanti (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan adalah:
1) Faktor Biologis
Penyebab faktor biologis karena terjadinya ansietas yang
berlawanan dengan penyebab psikologis. Beberapa individu yang
mengalami episode sikap bermusuhan, iritabilitas, perilaku social
dan perasaan menyangkal terhadap kenyataan hidup dapat
menyebabakan ansietas tingkat berat bahkan kearah panik.
2) Faktor Fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu
sehingga memudahkan timbulnya kecemasan.
3) Faktor Psikologis
Penanganan terhadap integritas fisik dapat mengakibatkan
ketidakmampuan psikologis atau penurunan terhadap aktivitas
sehari-hari seseorang.
4) Faktor Keluarga
Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara
nyata akibat adanya konflik dalam keluarga. Lingkungan kecil
dimulai dari lingkungan keluarga.

E. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart (2009) tingkat kecemasan antara lain:
1) Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketergantungan dalam kehidupan sehari-
hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan
meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
2) Kecemasan Sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang peting dan
mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit
lapang persepsi individu dengan demikian individu tidak
mengalami perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada
lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
3) Kecemasan Berat
Individu cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik
serta tidak berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak
arahan untuk berfokus pada area lain.
4) Tingkat Panik
Ketakutan yang berhubungan dengan terperangah, takut dan teror.
Hal yang rinci terhadap proporsinya karena mengalami hilang
kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan arahan. Panik merupakan disorganisasi
dan menimbulkan peningkatan aktifitas motorik, menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.

F. Mekanisme Koping Kecemasan


Setiap ada stressor penyebab individu mengalami kecemasan,
maka secara otomatis muncul upaya untuk mengatasi dengan berbagai
mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping akan efektif bila
didukung dengan kekuatan lain dan adanya keyakinan pada idividu
yang bersangkutan bahwa mekanisme yang digunakan dapat
mengatasi kecemasannya.
Menurut Asmadi (2008) mekanisme koping terhadap kecemasan
antara lain sebagai berikut:
1) Strategi pemecahan masalah (Problem solving strategic)
2) Strategi pemecahan masalah ini bertujuan untuk mengatasi atau
menanggulangi masalah/ancaman yang ada dengan kemampuan
pengamatan secara realistis.
3) Mekanisme pertahanan diri (deference mechanism)
Mekanisme pertahanan diri ini merupakan mekanisme
penyesuaian ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan
tidak adekuat. Beberapa ciri mekanisme pertahanan diri antara
lain:
a) Bersifat hanya sementara karena berfungsi atau bertahan dari
hal-hal yang tidak menyenangkan dan secara tidak langsung
mengatasi masalah
b) Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran, individu
tidak menyadari bahwa mekanisme pertahanan din tersebut
sedang terjadi
c) Sering kali tidak berorientasi pada kenyataan.

2.3 Terapi Dekapan


A. Pengertian Terapi Dekapan
Terapi dekapan adalah menahan fisik anak setidaknya satu atau
dua orang untuk membantu anak mengatasi perilaku kehilangan
kontrol untuk mendapatkan kembali kontrol emosi yang kuat
(Brenner,2007). Sedangkan menurut Giese (2010), pelukan atau
dekapan merupakan salah satu kenyamanan masa kecil yang
ditinggalkan di masa dewasa dan menguntungkan hampir semua orang
selama masa stress dan digunakan untuk memfasilitasi penyelesaian
prosedur klinik (Royal College of Nursing, 2010)
Terapi dekapan merupakan pembatasan gerak menggunakan
pembatasan aktivitas atau menggunakan kekuatan terbatas. Metode ini
membantu anak dengan mengijinkan mereka mengelola/mengatasi
kecemasan akibat prosedur yang dianggap menyakitkan dengan
mudah dan efektif. Terapi dekapan ini berbeda dengan pembatasan
aktivitas fisik terletak pada tingkat kekuatan yang diperlukan dan
keterlibatan anak.
Tujuan dan terapi dekapan adalah membantu anak untuk
meminimalkan kecemasan saat dilakukan Tindakan injeksi. Selain itu
juga bertujuan untuk memberikan rasa nyaman dan aman melalui
kontak mata saat anak mengalami kecemasan (Royal College of
Nursing, 2010).

B. Keterlibatan Keluarga Dalam Terapi Dekapan


Pembatasan aktivitas yang sering dilakukan pada anak terutama
terapi dekapan melibatkan ibu/pengasuh, mendekap anak secara erat
dengan mempertahankan adanya kontak mata diantara mereka,
bertujuan untuk sengaja memprovokasi tekanan pada anak sampai
anak membutuhkan dan menerima kenyataan. Hal ini dapat
meningkatkan hubungan anak dan orang tua serta membuka
kemampuan anak untuk berhubungan dengan orang lain.
Pemberian posisi yang nyaman dari orang tua merupakan
Teknik yang tepat untuk membantu meminimalkan kecamasan pada
anak saat dilakukan tindakan prosedur injeksi. Posisi ini dapat
dilakukan dimana saja baik di rumah sakit, di klinik dokter, atau
daerah lain yang memungkinkan anak memerlukan bantuan untuk di
pegang.

2.4 Kerangka Teori


Kerangka teori adalah gambaran teori-teori dan argument tentang variabel
yang akan diteliti maupun interaksinya, baik variabel bebas maupun terikat

Hospitalisasi
Dampak Hospitalisasi:
1. Kecemasan disebabkan
perpisahan
2. Kehilangan kontrol
3. Luka pada tubuh dan
rasa sakit (rasa nyeri)
4. Gangguan fisik psikis,
sosial dan adaptasi
terhadap lingkungan

Terapi Dekapan

Kecemasan Peran Orang Tua

Faktor yang mempengaruhi:


1. Umur
2. Frekuensi perpisahan dari orang
tua
3. Tingkat perkembangan
4. Tingkat kognitif
5. Pengalaman sakit dirawat
sebelumnya
6. Cemas dan perubahan saat ini
7. Reaksi orang tua terhadap
penyakit dan hospitalisasi
8. Pendampingan orang tua
9. Sikap perawat

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Wong et al (2009), Nursalam (2013), Hidayat (2012)
BAB III
METODE STUDI KASUS
3.1 Jenis/ Desain/ Rancangan
Jenis karya ilmiah yang digunakan dalam menyusun studi kasus ini
adalah metode penelitian kuantitatif atau deskriptif studi kasus. Metode
penelitian deskriptif adalah suatu metode penilaian yang dilakukan dengan
tujuan untuk membuat suatu gambaran atau deskriptif tentang suatu
keadaan atau populasi yang bersifat faktual secara objektif, sistematis dan
akurat (Sulistyaningsih, 2012). Studi kasus ini dilakukan dengan cara
mengobservasi tingkat kecemasan pada anak yang dilakukan terapi
dekapan saat tindakan injeksi.

3.2 Subyek Studi Kasus


Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah 3 pasien anak
usia toddler (1-3 tahun) yang sedang mengalami perawatan di rumah sakit.
Kriteria inklusi studi kasus:
1. Klien anak usia toddler
2. Klien anak yang diberikan intervensi tindakan injeksi
3. Klien anak yang bersedia menjadi subyek studi kasus
Kriteria eksklusi studi kasus:
1. Klien anak yang sedang menjalani perawatan intensif/isolasi
2. Klien anak yang mendapatkan terapi obat yang lebih nyeri seperti
Dexametason

3.3 Fokus Studi Kasus


Studi kasus ini berfokus pada penerapan terapi dekapan pada anak
usia toddler (1-3 tahun) untuk mengurangi tingkat kecemasan pada pasien
anak saat dilakukan tindakan injeksi di ruang Melati RSUD Dr. Soedirman
Kebumen.
3.4 Definisi Operasional
Kecemasan pada anak adalah kecemasan yang terjadi pada anak
usia toddler yang disebabkan oleh suatu keadaan saat anak sakit dan di
rawat di rumah sakit yang ditandai dengan perilaku antara lain yaitu
cemas, regresi, sedih, putus asa, hiperaktif, agresif, tidak kooperatif dalam
pemberian tindakan.
Terapi pelukan/dekapan yaitu terapi dengan memeluk pasien
sebelum dilakukan injeksi untuk mengurangi kecemasan. Badan anak
menghadap ke ibu, dimana dada anak bertemu sejajar dengan dada ibu dan
tangan ibu memeluk anak. Terapi dekapan ini akan dilakukan 3 kali dalam
sehari saat dilakukan tindakan injeksi. Mendekap anak secara erat dengan
mempertahankan adanya kontak mata diantara mereka, selain untuk
mengurangi kecemasan saat di injeki juga bertujuan untuk memprovokasi
tekanan pada anak sampai anak membutuhkan dan menerima kenyataan
saat dilakukan tindakan injeksi. Hal ini juga dapat meningkatkan hubungan
anak dari orang tua serta membuka kemampuan anak untuk dapat
berhubungan dengan orang lain.

3.5 Instrumen Studi Kasus


Instrumen merupakan alat atau fasilitas yang digunakan untuk
mendapatkan data, alat-alat dan bahan merupakan penjelasan tentang yang
dibutuhkan selama pelaksanaan dalam studi kasus (Budiarto, 2009)
Instrumen yang digunakan oleh penulis dalam studi kasus ini
menggunakan skala pengukuran distress yaitu dengan Children Fear's
Score (CFS) dari McMurtry, Chambers dan McGrath yang bertujuan untuk
mengukur rasa takut pada anak yang sedang menjalani prosedur medis.
Terdapat lima gambar yang menunjukkan ketakutan anak. Dimulai dari
gambar wajah paling kiri menunjukkan gambar wajah tidak takut sama
sekali, wajah sedikit lebih takut sampai wajah yang menunjukkan rasa
paling takut Score pada skala distress mulai 0 sampai 4. Anak lebih mudah
menggunakan skala wajah untuk mentafsirkan perasaannya daripada
menggunakan penilaian skala angka (Hockenberry & Wilson, 2009).

3.6 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku-buku, jurnal dan sumber-
sumber lainnya untuk mendapatkan dasar-dasar ilmiah yang
berhubungan dengan permasalahan dalam studi kasus
2. Menyususn proposal Karya Tulis Ilmiah
3. Melakukan sidang proposal Karya Tulis Ilmiah yang dilaksanakan
pada tanggal 19 November 2018 di STIKES Muhammadiyah
Gombong
4. Mengajukan surat ijin penelitian ke LPPM STIKES Muhammadiyah
Gombong
5. Menyerahkan surat ijin penelitian dari LPPM ke Kantor
KESBANGPOL dan BAP3DA
6. Menyerahkan surat ijin pengambilan studi kasus ke RSUD Dr.
Soedirman Kebumen
7. Mencari klien yang sesuai dengan kriteria inklusi, setelah menemukan
klien yang sesuai, peneliti menjelaskan kepada klien dan keluarga
klien mengenai tujuan dan prosedur pelaksanaan tentang penelitian
penerapan yang akan dilakukan. Jika keluarga klien menyatakan
setuju terlibat dalam penelitian, keluarga klien menandatangani surat
persetujuan (informed consent)
8. Melakukan pengkajian kepada keluarga klien untuk mendapatkan data
klien. Pengkajian dilakukan dengan metode pemeriksaan fisik dan
anamnesa
9. Melakukan observasi skala kecemasan klien saat dilakukan tindakan
injeksi
10. Menuliskan hasil observasi di lembar observasi klien

3.7 Lokasi dan Waktu Studi Kasus


Lokasi
Lokasi untuk pengambilan studi kasus ini adalah di ruang Melati RSUD
Dr. Soedirman Kebumen
Waktu
Studi kasus akan dilakukan selama 4 hari pada bulan Januari 2019

3.8 Analisis Data dan Penyajian Data


Menganalisis pada observasi penurunan tingkat kecemasan pada
anak usia toddler (1-3 tahun) saat di injeksi selama masa perawatan di
rumah sakit oleh penulis dilakukan dengan melakukan pengelompokkn
pada seluruh hasil observasi. Setelah melakukan pengelompokkan pada
hasil wawancara sehingga membentuk konsep. Tahap selanjutnya yaitu
melakukan terapi dekapan pada anak usia toddler (1-3 tahun) dan
melakukan evaluasi Setelah data-data terkumpul, kemudian disajikan
sebagai hasil logis dengan mengetahui tingkat kecemasan saat di injeksi
derigan dilakukan terapi dekapan.

3.9 Etika Studi Kasus


Ada 3 prinsip utama etika riset atau penelitian yang perlu dipahami
dan diterapkan oleh peneliti adalah:
1. Justice (Keadilan)
Penulisan dilakukan secara adil, jujur, hati-hati, profesional,
berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,
keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan
religius, subyek penelitian. Keadilan merupakan prinsip moral
berlaku adil untuk semua individu. Tindakan yang dilakukan untuk
semua orang adalah sama Dalam tindakan studi kasus ini perawat
berlaku adil, tidak membeda-bedakan pasien yang dirawat baik
aspek sosial, ekonomi, agama, suku dan lain-lain. Dengan
demikian, penulis dalam memberikan Penerapan Terapi Dekapan
pada klien anak untuk mengurangi kecemasan saat dilakukan
injeksi ini tidak memandang dari segi apapun Penulis akan
berperilaku adil untuk mencapai kesembuhan klien.
2. Benefience (Kebaikan)
Benefience adalah melakukan yang baik, kebaikan
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan
penghapusan kesalahan dan peningkatan kebaikan oleh diri sendiri
dan orang lain. Dalam studi kasus tindakan keperawatan ini
perawat memiliki kewajiban untuk mengelola klien kecemasan saat
dilakukan injeksi dengan baik yaitu mengimplementasikan
tindakan yang menguntungkan bagi klien dan keluarga khususnya
dapat menerapkan Terapi Dekapan sesuai dengan tujuan studi
kasus ini serta penulis dapat memberikan edukasi kepada keluarga
terkait dengan penerapan terapi dekapan pada anak saat dilkukan
tindakan injeksi.
3. Right of Human Dignity (Keselamatan)
Keselamatan yang dimaksud adalah menghormati harkat
dan martabat manusia (Respect for Human Dignity). Studi kasus ini
mempertimbangkan hal-hal klien maupun keluarga klien yang
mengalami kecemasan untuk mendapatkan informasi terbuka
berkaitan dengan jalannya penulisan studi kasus serta memiliki
kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penulisan (Autonomy). Dalam kasus
ini perawat tidak memaksakan kehendak apapun kepada klien
maupun keluarga. Penulis sebagai perawat berkewajiban
memberikan informasi yang rinci dan jelas sehingga klien maupun
keluarga klien membuat keputusan dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak Edisi
Revisi. Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. (2008). Teknik prosedural konsep & aplikasi kebutuhan dasar
klien. Jakarta: Salemba Medika.
Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap
penunrunan suhu tubuh anak demam usia 1 – 3 tahun di SMC RS
Telogorejo Semarang.
Hawari, D. (2013). Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: FK UI
Kaplan, H.I., Sadock B.J. and Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi 2:.Dr. I. Made Wiguna
S. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursondang, S., Setiawati, & Elliya, R. (2015). Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada
Anak Usia Pra Sekolah Di Ruang Alamanda RSUD dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan Holistik, 9(2), 59–
63.
Stuart g.w, Larala.M.T.(2009). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing 9th . Elsever.St.Louis : Mosby Year B.
Supartini. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC
Terri, K., & Susan, C. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (2nd ed.).
EGC.
Wong, D., Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2015). Wong’s nursing care
of infants and children. (D. Wilson & M. . Hockenberry, Eds.)
(10th ed.). Kanada: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai