PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk memaparkan tentang pelaksanaan prinsip atraumatic care
dengan baik dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada anak
b. Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian dan analisis ruangan menggunakan format
SWOT (strength, weakness, opportunity and threat).
2. Memaparkan hasil pelaksanaan prinsip atraumatic care dan desiminasi
ilmu di ruang perawatan anak kronis
BAB III
PENGKAJIAN DAN ANALISIS RUANGAN
A. Pengkajian
1. Kriteria Ruang Perawatan
Ruangan rawat inap Kronis merupakan ruang rawatan anak kelas 3
yang terdiri dari 4 ruangan dengan kapasitas 24 tempat tidur. Masing-
masing ruangan terdiri dari 6 tempat tidur. Masing-masing ruangan
dilengkapi dengan 1 kamar mandi untuk pasien dan keluarga penunggu.
Setiap tempat tidur dilengkapi oleh 1 handrub yang digantung dan box
meja untuk tempat penyimpanan baju dan keperluan pasien.
2. Ketenagaan
Ketenagaan perawat di ruang kronis terdiri dari 15 orang perawat.
3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi di ruang kronis dikepalai oleh kepala ruangan.
Kepala ruangan dibantu oleh 2 ketua tim yaitu ketua tim A dan ketua tim
B. Ketua tim mengepalai beberapa perawat pelaksana.
4. Model Asuhan Keperawatan
a) Model asuhan keperawatan professional yang dipakai di ruang kronis
adalah model keperawatan tim modifikasi. Pembagian tugas per tim
dilakukan berdasarkan pembagian jadwal dinas tiap shift.
b) Pembagian tugas di ruang rawat inap kronis sudah jelas pada setiap
anggota tim
c) Penerapan model keperawatan di ruang rawat inap kronis sudah
optimal dan dilaksanakan setiap shift dinas
5. Lingkungan
a) Lokasi ruang rawat inap kronis RSUP Dr. M. Djamil Padang berada
di lantai 3 pada sisi kiri gedung rawat inap anak dan kebidanan.
b) Lingkungan kondusif untuk pasien anak dengan pencahayaan yang
kurang jendela kaca di setiap ruangan, sirkulasi udara cukup dengan
pengaturan AC di setiap ruangan.
c) Kebersihan ruangan terjaga dengan adanya cleaning service yang
membersihkan ruangan 3 kali sehari
d) Lokasi nurse station berada di dalam ruangan perawatan yang
memudahkan keluarga untuk meminta bantuan perawat
e) Penataan ruangan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien
f) Waktu kunjungan tidak diterapkan karena kondisi pandemi, setiap
pasien ditemani oleh 1 orang keluarga selama pasien di rumah sakit.
6. Sarana Prasarana
a) Tersedianya sarana untuk mencuci tangan yaitu wastafel di masing-
masing toilet ruangan perawatan, dan setiap tempat tidur ada tersedia
handrub. Wastafel juga tersedia di nurse stasion yang dilengkapi
dengan cairan sabun pencuci tangan.
b) Pengelolaan sampah sudah dipisahkan antara sampah medis, non
medis dan sampah jarum/benda tajam, untuk sampah medis diletakkan
di dalam plastik kuning, sampah non medis plastik hitam dan sampah
jarum/benda tajam diletakkan di derigen putih.
c) Tersedianya ruang tindakan yang terpisah dengan ruang rawat, untuk
melakukan tindakan-tindakan tertentu seperti pemasangan infus,
pengambilan lumbal fungsi dan melakukan kemoterapi
d) Tersedianya alat tenun yang memadai yang sesuai dengan jumlah
pasien yang dirawat.
e) Tersedianya alat pelindung diri dan memadai namun tidak digunakan
secara optimal.
f) Belum adanya ruang khusus untuk melakukan terapi bermain
g) Tidak tersedia strerilisator di ruangan karena sistem sterilasi alat
dilakukan secara sentralisasi.
h) Pada umumnya keluarga menyatakan bahwa fasilitas perawatan anak
diruangan cukup bersih dan nyaman.
i) Keluarga menyatakan bahwa peralatan dan fasilitas bermain di
ruangan perawatan anak belum mencukupi hal ini juga disebabkan
karena lahan untuk membuat ruang bermain juga belum ada.
7. Pelayanan Keperawatan
Pemberian pelayanan pada pasien yang dirawat dengan kasus
infeksi dan non infeksi harus memperhatikan prinsip pencegahan
penularan infeksi silang atau HAIs (Healthcare Associated Infections)
yang terjadi selama perawatan pasien di rumah sakit. Peranan perawat
dalam pencegahan infeksi sangatlah penting sehingga perawat dituntut
untuk mengerti, memahami dan mampu melaksanakan universal
precaution. Perawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang sudah menerapkan
universal precaution.
Tidak hanya perawat ruangan kronis saja yang sudah dibekali oleh
pelatihan universal precaution tetapi semua mahasiswa yang melakukan
praktik aplikasi di RSUP Dr. M. Djamil Padang dibekali layanan orientasi
terkait dengan universal precaution. Alat pelindung diri yang digunakan
setiap hari adalah masker medis, sarung tangan dan gaun/apron untuk
melakukan tindakan keperawatan kepada pasien.
8. Dokumentasi Keperawatan
a) Ruang akut kronis RSUP Dr. M. Jamil padang sudah mempunyai
format pendokumentasian keperawatan yang terdiri dari format
pengkajian, diagnosa keperawatan, dan rencana keperawatan. Untuk
implementasi dan eveluasi perawat mendokumentasikannya pada
format catatan perkembangan. Berdasarkan hasil observasi pelaksaan
pencatatan asuhan keperawatan sudah dilakukan dengan baik.
b) Implementasi dan evaluasi sudah didokumentasikan dengan optimal.
Pencatatan implementasi keperawatan berfokus pada kebutuhan dasar
dan instruksi medis. Implementasi dilakukan dengan mencontreng
format intervensi dan implementasi keperawatan sesuai dengan
masalah keperawatan yang diangkat, sedangkan di pendokumentasian
evaluasi menggambarkan perubahan kondisi pasien berdasarkan
masalah keperawatan walaupun sudah berbentuk soap. Evaluasi
keperawatan juga dicatat di CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi)
9. Universal Precaution
a) Tersedianya Alat Pelindung Diri (APD) di ruangan seperti masker,
sarung tangan, gaun dan lain-lain).
b) Perawat menyatakan bahwa penggunaan alat steril pada setiap
tindakan invasif sudah optimal.
c) Perawat melakukan tindakan pencegahan infeksi nosokomial dengan
baik seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, menggunakan sarung tangan dan lain-lain.
d) Menurut perawat kendala belum optimal tindakan asepsis dalam
setiap invasif karena alat tidak tersedia di ruangan, membutuhkan
waktu yang lama, anak sulit ditenangkan dan sibuk serta tenaga yang
kurang.
e) SOP pencegahan HAIs sudah ada di ruangan dan sudah tersosialisasi
kepada perawat ruangan.
f) Semua perawat telah mendapatkan pelatihan tentang universal
precaution.
b) Pelayanan Keperawatan
Tindakan invasif menggunakan teknik steril seperti pemasangan
infus
Tersedianya sop tindakan keperawatan yang dilakukan di
ruangan.
Perawat mendokumentasikan hasil pengkajian dan implementasi
keperawatan yang telah dilakukan
c) Sarana dan Prasarana
Peralatan tindakan invasif berada pada kondisi siap pakai seperti
alat pemasangan infus, ngt, dll
Fasilitas pencegah infeksi di setiap ruangan: tempat cuci tangan,
sabun antiseptik, handrub (setiap bed pasien), tisu pengering dan
panduan teknik cuci tangan yang benar
Pemeliharaan sarana dan prasarana dengan baik
d) Lingkungan
Pengaturan dengan baik mengenai kebersihan, suhu, dan
pencahayaan ruangan dan diusahakan memenuhi standar
kebutuhan para bayi.
Letak peralatan yang dibutuhkan mudah dijangkau.
2. Kelemahan (Weakness)
a) Sumber daya manusia
Rasio perawat dan pasien yang tidak sesuai. Setiap shift perawat yang
bertugas berjumlah 3 orang sedangkan rata-rata pasien setiap harinya
berjumlah lebih dari 20 pasien, sehingga rasio perawat dan pasien
tidak ideal yaitu 1 perawat merawat 6-7 pasien.
b) Tingkat ketergantungan anak tinggi
c) Belum tersedianya fasilitas bermain untuk pasien anak.
d) Media untuk pelaksanaan rencana pemulangan pasien seperti poster,
lembar balik dan leafleat kurang memadai dan penggunaannya belum
optimal.
e) Anak yang dirawat dengan kasus infeksi, setting ruangan masih
seperti setting perawatan dewasa yang kurang mencirikan ruang
perawatan bagi anak.
f) Anak kurang termotivasi untuk bermain (terutama pada pasien
infeksi) karena hari rawat yang singkat, kondisi pasien dan sosialisasi
yang belum optimal.
A. Prioritas Masalah
Untuk memudahkan penentuan urutan masalah yang menjadi prioritas,
maka dilakukan penghitungan dengan pembobotan pada setiap masalah
yang ditemukan. Proses memprioritaskan masalah akan dilakukan dengan
pembobotan yang memperhatikan aspek sebagai berikut :
1) Magnitude (M) : kecenderungan dan seringnya kejadian
masalah
2) Severity (S) : besarnya kerugian yang ditimbulkan
3) Manageable (Mn) : bisa di pecahkan
4) Nursing consern (Nc) : melibatkan perhatian dan pertimbangan
perawat
5) Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya
Penilaian dilakukan dengan rentang nilai 1-5 dengan 5 = “sangat penting”, 4
= “penting”, 3 = “cukup”, 2 = “kurang penting”, 1 = sangat kurang penting.
Penentuan prioritas utama dihitung dengan rumus M x S x Mn x Nc x Af
B. Skoring Prioritas Masalah
PRIORI
PEMBOBOTAN
TAS
NO MASALAH BOBOT
TOTA
MG N SV B MN N NC AF N
L
1 Potensial pencegahan 5 5 25 5 25 5 25 5 25 5 25 125 I
trauma pada anak
2 Belum optimalnya 5 4 20 4 20 4 20 4 20 4 20 100 III
perencanaan kebutuhan
tenaga perawat yang
disebabkan karena belum
dipahaminya perhitungan
beban kerja perawat.
3 Belum adanya 5 4 20 5 25 4 20 4 20 5 25 110 II
penatalaksanaan ebp stress
psikologis pada anak yang
dilakukan tindakan invasif
C. Prioritas Masalah
Analisis sebab akibat masalah menggunakan fish bone analysis terhadap masalah-masalah yang sudah diprioritaskan. Adapun masalah-
masalah yang sudah diprioritaskan antara lain:
1. Potensial tindakan pencegahan trauma pada anak
2. Belum ada penatalaksanaan ebp (evidence based practice) stres psikologis terhadap anak yang dilakukan tindakan invasif
3. Belum optimalnya perencanaan kebutuhan tenaga perawat disebabkan karena belum dipahaminya perhitungan beban kerja perawat
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, I., Nurhaeni, N., Waluyanti, F. T., Ilmu, S. T., Al, K., Al, I., Cilacap, I., &
Keperawatan, F. I. (2015). PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP
RESPON FISIOLOGIS DAN PERILAKU KECEMASAN ANAK SELAMA
HOSPITALISASI The Effect of Music Therapy on physiological responses and
anxiety behavior during hospitalization for child. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad
(JKA), VIII(2), 52.
Chrisvianti, I., Kesehatan, F. I., & Magelang, U. M. (2018). Efektifitas pemakaian spalk
bermotif terhadap tingkat kecemasan pada anak yang terpasang infus di ruang anak rsud
muntilan tahun 2018.
Dahlan, A., & Zulaikha, F. (2020). Pengaruh Terapi Mewarnai terhadap Respon Nyeri
dan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Selama Hospitalisasi di Ruang
Melati RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Borneo Student Research,
1(3), 1609–1612.
Edupaint. (2019). Desain Warna Kamar Rawat Inap Untuk Anak Edupaint. retrieved october
18, 2019, from http://edupaint.com/diskusi/fas-kesehatan/6673-desainwarna-kamar-
rawatinap-untuk-anak.html
Hayati, T., Nur, B. M., Rayasari, F., Sofiani, Y., & Irawati, D. (2019). Journal of
Telenursing. 1, 1–13. https://media.neliti.com/media/publications/282055-perbandingan-
pemberian-hiperoksigenasi-s-148c6e62.pdf
Pakseresht, M., Hemmatipour, A., Gilav, A., Zarea, K., Poursangbor, T., & Sakeimalehi, A.
(2019). The Effect Of Nurses Uniform Color On Situational Anxiety In The School Age
Inpatients Children. Journal Of Research In Medical And Dental Science, 7(1), 114–120.
Paramita Iga, Wijayanti K, Mareta R.(2017). Pengaruh Bercerita Menggunakan Audiovisual
Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Di Rumah Sakit Harapan. Jurnal
:Fakultas ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang
Pulungan, Z. S. A. (2018). Atraumatic Care Dengan Spalk Manakara Pada Pemasangan Infus
Efektif Menurunkan Tingkat Kecemasan Anak Pra Sekolah. Journal of Health,
Education and Literacy, 1(1), 24–32. https://doi.org/10.31605/j-healt.v1i1.149
Subandi A, Nurhaeni N,Agustini N.(2012).Pengaruh Pemasangan Spalk Bermotif Terhadap
Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Selama Prosedur Injeksi Inra Vena Di
Rumah Sakit Wilayah Cilacap. Jurnal .Depok
Sureskiarti E,Maawiyah M.(2017).Perbedaan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada
Tindakan Injeksi Dengan Diterapkan Dan Tanpa Diterapkan Pemakaian Rompi
Bergambar Di Ruang Melati RSUD Abdul Wahab Sjahrenie