Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN SHARING JURNAL

“The effectiveness of a parent participation improvement program for parents on


partnership, attachment infant growth in a neonatal intensive care unit: A
randomized controlled trial”
DISUSUN UNTUK MEMENUHI
TUGAS KELOMPOK PROFESI KEPERAWATAN ANAK

OLEH :
KELOMPOK 3

Yadi Fatriaullah 180070300011003


Yeni Auli Diana H 180070300011010
Agus Triono 180070300011035
Litwinayanti Perwita 180070300011042
Yeni Rahmawati 180070300011048
Siti Raikhanah 180070300011053
Wahyu Dwi Ariwibowo 180070300011059
Robertus Karmanto 180070300011076

PROGRAM PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat, kasih dan karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan sharing jurnal yang berjudul “The effectiveness of a parent
participation improvement program for parents on partnership, attachment infant
growth in a neonatal intensive care unit: A randomized controlled trial” ini
dengan baik sebagai salah satu tugas kelompok dari praktek profesi keperawatan
anak. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memfasilitasi kami dalam menjalankan profesi keperawatan anak dan dalam
proses penyelesaian tugas ini diantaranya:
1. Manajemen dan staf RS Lavalette Malang
2. Ibu Ns. Rinik Eko Kapti, S.Kep,. M.Kep selaku ketua program studi
Profesi Keperawatan FKUB sekaligus sebagai CI akadeemik Profesi
Keperawatan Anak.
3. Ibu Ns. Septi Dewi Rachmawati, S.Kep,. M.Ng selaku pembimbing
akademik Profesi Keperawatan Anak.
4. Ibu Ns. Nurona Azizah, S.Kep,. M.Biomed selaku pembimbing akademik
Profesi Keperawatan Anak.
5. Para Pembimbing/CI klinik ruangan Perinatologi, ruangan Topaz 1 & 2,
dan ruangan PICU/NICU RS Lavalette yang telah dengan sabar
membimbing kami.
Kami berharap semoga laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai perawatan balita/anak sakit di rumah
sakit. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
masukan, saran dan usulan demi perbaikan laporan ini. Segala kekurangan dan
kekeliruan kami mohon maaf dari hati yang terdalam. Terima kasih dan salam
selamat membaca.
Malang, Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3

2.1 Pengertian Family Center Care (FCC) ..................................................3

2.2 Tujuan Family Center Care ...................................................................4

2.3 Elemen-elemen Family Center Care .....................................................4

2.3 Prinsip FCC menurut Potter & Perry (2007) ........................................8

BAB 3 PEMBAHASAN .......................................................................................10

3.1 Pembahasan Jurnal ..............................................................................10

3.2 Jurnal Pembanding ..............................................................................19

3.3 Penerapan Di Indonesia........................................................................20

BAB 4 PENUTUP.................................................................................................25

4.1 Kesimpulan ..........................................................................................25

4.2 Saran .....................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................27


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya bayi yang dilahirkan dalam kondisi normal dapat melewati
masa adaptasi dengan baik, sebaliknya bayi baru lahir risiko tinggi yang
dilahirkan dalam keadaan prematur atau bayi yang lahir dengan penyulit lebih
sulit untuk melalui proses adaptasi tersebut. Akibat kondisi fisiologis yang tidak
stabil, bayi baru lahir risiko tinggi harus dirawat di Neonatal Intensive Care Unit
(NICU) dan terpisah dengan orang tuanya (Hockenberry dan Wilson, 2009).
Perawatan pasien di ruang intensif memberikan dampak kepada pasien, selain itu
juga dampak terhadap keluarga yang merawatnya (Padilla Fortunatti, 2014).
Beberapa literatur menjelaskan bahwa kebutuhan keluarga akan jaminan
pelayanan, support, informasi kenyamanan dan kedekatan menjadi meningkat
ketika terdapat anggota keluarga yang dirawat di ruang intensif (Haley et al.,
2002). Kebutuhan ini akan bersifat implisit dan tidak dapat diungkapkan oleh
keluarga karena tingkat stressor yang tinggi (Sudore, Casarett, Smith, Richardson,
& Ersek, 2014).
Pendekatan keperawatan yang dapat digunakan untuk memfasilitasi dalam
pencapaian adaptasi dan perkembangan bayi secara optimal dapat dilakukan
melalui penerapan asuhan perekembangan (Pressler, Turnage Carrier & Kenner,
2004). Komponen kunci dalam asuhan perkembangan ini adalah adanya dukungan
pada orangtua untuk terlibat dan kompeten sebagai pengasuh utama bayinya
(Horrison, Lotas & Jorgensen, 2004). Pada penelitian yang dilakukan Bernard
mengatakan bahwa kurangnya interaksi orangtua dan bayi akan menimbulkan
dampak terjadinya pengabaian, kekerasan pada anak, pelecehan atau
keterlambatan perkembangan dan bahkan tidak dapat memberikan gambaran pada
orangtua untuk meningkatkan kognitif, emosional dan dalam perkembangan anak.
Saat ibu telah memiliki keterlibatan emosional dan harmoni pada bayinya yang
sedang dirawat di klinis maka secara tidak langsung ibu akan memiliki rasa
percaya diri dengan kemampuannya merawat bayi, ibu akan merasa kompeten dan
puas pada perannya sebagai ibu bayi (Tomey dan Alligood, 2010).
Sebagai perawat yang merawat pasien dalam segala aspek, seharusnya
perawat mampu melihat kebutuhan ini. Sehingga intervensi yang diberikan dapat
menyeluruh dan menunjang keberhasilan terapi dari pasien yang sedang dirawat.
Family centered care (FCC) merupakan salah satu strategi yang bisa digunakan
pada keadaan bayi memerlukan peawatan lebih lanjut dan menetap di rumah
sakit, dimana FCC didasarkan pada kolaborasi antara anak, orangtua, dokter anak,
perawat anak, dan profesional lainnya dalam perawatan klinis yang berdasarkan
pada perencanaan, pemberian dan evaluasi pelayanan kesehatan (American
Academy of Pediatrics, 2012). Konsep Family Centered Care sebagai filosofi
dalam memberikan pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan pendekatan
yang bisa dilakukan karena dalam pendekatan ini terjadi hubungan timbal balik
antara penyedia pelayanan, pasien dan keluarga sehingga akan meminimalkan
konflik yang selama ini timbul sebagai akibat kurangnya informasi dan
komunikasi. Sehingga Family Centered Care dapat menjadi solusi sebagai
penjembatan penyedia dan penerima pelayanan kesehatan khususnya bayi dengan
perawatan intensif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Family Center Care (FCC)

Family Center Care (FCC) didefinisikan oleh Association for the Care of

Children’s Health (ACCH) sebagi filosofi dimana pemberi perawatan

mementingkan dan melibatkan peran penting dari keluarga, dukungan keluarga

akan membangun kekuatan,mebantu untuk membuat suatu pilihan yang terbaik,

dan meningkatkan pola normalyangada dalam kesehariannya selama anak sakit

dan menjalani penyembuhan.

Family Center Care didefinisikan menurut Hanson (Trivette 2009),

sebagai pendekatan inovatif dalam merencanakan, melakukan dan mengevaluasi

tindakan keperawatan yang diberikan didasarkan pada manfaat hubungan antara

perawat dan keluarga yaitu orang tua.

Stower pada tahun 1992 mengemukakan “family Center Care merupakan

suatu pendekatan yang holistic. Pendekatan Family Center Care tidak hanya

memfokuskan asuhan keperawatan kepada anak sebagi klien atau individu dengan

kebutuhan biologis, psikologi, social, dan spiritual (biopsikospiritual) tetapi juga

melibatkan keluarga sebagai bagian yang konstan dan tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan anak” (fretes, 2012).

Gill pada tahun 1993 menyebutkan bahwa “Family Center Care

merupakan kolaborasi bersama antara orang tua dan tenaga professional.

Kolaborasi orang tua dan tenaga professional dalam membentuk dan mendukung

keluarga terutama dalam aturan perawatan yang mereka lakukan” (fretes, 2012).
filosofi Family Center Care. kemudian, secara lebih spesifik dijelaskan

bahwa filosofi Family Center Care yang dimaksudkan merupakan dasar

pemikiran dalam keperawatan anak yang digunakan untuk memberikan asuhan

keperawatan kepadaanak dengan melibatkan keluarga sebagai focus utama

perawatan. Kutipan definisi dari para ahli diatas memberikan bahwa dalam

penerapan Family Center Care sebgai suatu pendekatan holistic dan filosofi

dalam keperawatan anak. Perawat sebagai tenaga professional perlu melibatkan

orang tuas dalam perawatan anak. Adapun peran perawat dalam menerapkan

Family Center Care adalah sebagai mitra dan fasilitator dalam perawatan anak

dirumah sakit.

2.2 Tujuan Family Center Care

Tujuan penerapan konsep Family Center Care dalam perawatan anak,

menurut Brunner and Suddarth (fretes, 2012). adalah memberikan kesempatan

bagi orang tua untuk merawat anak mereka selama proses hospitalisasi dengan

pengawasan dari perawat sesuai dengan aturan yang berlaku.

Selain itu Family Center Care juga bertujuan untuk meminimalkan trauma

selama perawatan anak dirumah sakit dan meningkatkan kemandirian sehingga

peningkatan kulaitas hidup dapat tercapai.

2.3 Elemen-elemen Family Center Care

Tterdapat beberapa elemen Family Center Care menurut shelton, yaitu:

1. Perawat menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang konstan dalam

kehidupan anak, sementara system layanan dan anggota dalam system tersebut
berfluktuasi. Kesadaran perawat bahwa keluarga adalah bagian yang

konstanmerupakan hal yang penting. Fungsi perawat sebagai motivator

menghargai dan menghormati peran keluarga dalam merawat anak serta

bertanggung jawab penuh dalam mengelola kesehatan anak. Beberapa hal yang

diterapkan untuk menghargai dan mendukung individualitas dan kekuatan yang

dimiliki dalam satu keluarga seperti :

1) Kunjungan yang dibuat dirumah keluarga atau ditempat lain dengan waktu

dan lokasi yang disepakati bersama keluarga.

2) Perawat mengkaji keluarga berdasarkan kebutuhan keluarga

3) Orangtua adalah bagian dari keluarga yang menjadi focus utama dari

perawatan yang diberikan mereka turut merencanakan perawatan dan peran

mereka dalam perawatan anak.

4) Perencanaan perawatan yang diberikan bersifat komprehensif dan perawatan

memberikan semua perawatan yang dibutuhkan misalnya perawatan pada

anak, dukungan kepada orang tua, bantuan keuangan, hiburan dan dukungan

emosional (Shelton 1987 dalam Fretes, 2012).

5) Memfasilitasi kerjasama antara keluarga dan perawat disemua tingkat

pelayanan kesehatan, merawat anak secara individual, pengembangan

program, pelaksanaan dan evaluasi serta pembentukan kebijakan.

2. Memfasilitasi kerjasama antara keluarga dan perawat disemua tingkat

pelayanan kesehatan, merawat anak secara individual, pengembangan program,

pelaksanaan dan evaluasi serta pembentukan kebijakan

3. Menghormati keanekaragaman ras, etnis budaya dan social ekonomi dalam

keluarga. Tujuannya adalah untuk menunjang keberhasilan perawatan anak


mereka dirumah sakit dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan anak

diagnosamedis.halini akan menjadi sulit apabila program perawatan diterapkan

bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga (Shelton, 1987

dalam Fretes, 2012).

4. Mengakui kekuatan keluarga dan individualitas serta memperhatikan

perbedaan mekanisme koping dalam keluarga. Elemen ini mewujudkan dua

konsep yang seimbang pertama, Family Center Care harus menggambarkan

keseimbangan anak dan keluarga. Hal ini berarti dalam menemukan masalah

pada anak, maka kelebihan dari anak dan keluarga harus dipertimbangkan

dengan baik. Kedua, menghargai dan menghormati mekanisme koping dan

individualitas yang dimiliki oleh anak maupun keluarga dalam kehidupan

mereka.

5. Memberikan informasi yang lengkap dan jelas kepada orang tua dan secara

berkelanjutan dengan dukungan penuh. Memberikan informasi kepada orang

tua bertujuan untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan orang tua terhadap

perawat anak mereka. Selain itu,dengan demikian informasi orang tua akan

merasa menjadi bagian yang penting dalamperawatan anak. Ketersediaan

informasi tidak hanya memiliki pengaruh emosional, melainkan hal ini

merupakan factor kritikal dalam melibatkan partisipasi orang tua secara penuh

dalam proses membuat keputusan terutama untuk setiap tindakan medis dalam

perawatan anak mereka (Shelton, 1987 dalam Fretes, 2012).

6. Mendorong dan memfasilitasi keluarga untuk saling mendukung. Pada bagian

ini, Shelton menjelaskan bahwa dukungan yang lain yang dapat diberikan

kepada keluarga adalah dukungan antar keluarga. Elemen ini awalnya


diterapkan pada perawatan anak-anak dengan kebutuhan khusus misalnya

down syndrome atau autism. Perawat ataupun tenaga professional yang lain

memfasilitasi keluarga untuk mendapatkan dukungan dari keluarga lain yang

juga memiliki masalah yang sama mengenai anak mereka. Dukungan antara

keluarga ini berfungsi untuk:

a) Saling memberikan dukungan dan menjalin hubungan persahabatan dan

b) Bertukar informasi mengenai kondisi dan perawatan anak

c) Memanfaatkan dan meningkatkan system pelayanan yang ada untuk

kebutuhan perawatan anak mereka.

7. Memahami dan menggabungkan kebutuhan dalam setiap perkembangan bayi,

anak-anak, remaja dan keluarga mereka kedalam system perawatan kesehatan

Pemahaman dan penerapan setiap kebutuhan dalam perkembangan anak

mendukung perawat untuk menerapkan pendekatan yang komprehensif

terhadap anak dan keluarga agar mampu dalam melewati setiap tahap

perkembangan dengan baik (Shelton, 1987 dalam Fretes, 2012).

8. Menerapkan kebijakan yang komprehensif dan program yang memberikan

dukungan emosional dan keuangan untk memenuhi kebutuhan keluarga.

Dukungan kepadakeluarga bervariasi dan berubah setiap waktu sesuai dengan

kebutuhan keluarga tersebut. Jenis dukungan yang diberikan misalnya

mendukung keluarga untuk memenuhi waktu istirahat mereka, pelayanan home

care, pelayanan konseling, promosi kesehatan, program bermain, serta

koordinasi layanan kesehatan yang ada untuk membantu keluarga

memanfaatkan layanan kesehatan yang ada untuk menunjang kebutuhan

layanan kesehatan secara finansial. Dukungan yang baik dapat membantu


menurunkan stress yang dialami oleh keluarga karena ketidakseimbangan

tuntutan keadaan kondisi dengan ketersediaan tenaga yang dimiliki oleh

keluarga saat mendampingi anak selama dirawat dirumah sakit. Oleh karena

itu perawat harus kritis dalam mengkaji kebutuhan keluarga sehingga

dukungan dapat diberikan dengan tepat termasuk mempertimbangkan

kebijakan yang berlaku baik dirumah sakit maupun untuk menunjang

dukungan yang akan diberikan kepada keluarga. (Shelton, 1987 dalam Fretes,

2012).

9. Merancang system perawatan kesehatan yang fleksibel, dapat dijangkau

dengan mudah dan responsive terhadap kebutuhan keluarga teridentifikasi

Sistem pelayanan kesehatan yang fleksibel didasarkan pada pemahaman bahwa

setiapanak memiliki kebutuhan terhadap layanan kesehatan yang berbeda maka

layanan kesehatan yang ada harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan

kelebihan yang dimiliki oleh anak dan keluarga.oleh karena itu, tidak hanya

satu intervensi kesehatan untuk semua anak tetapi lebih dari satu intervensi

yang berbeda untuk setiap anak.

2.3 Prinsip FCC menurut Potter & Perry (2007)

1. Martabat dan kehormatan

Praktisi keperawatan mendengarkan dan menghormati pandangan dan

pilihan pasien. Pengetahuan,nilai, kepercayaan, dan latar belakang budaya

pasien dan keluarga bergabung dalam rencana dan intervensi keperawatan.


2. Berbagi informasi

Praktisi keperawatan berkomunikasi dan memberikan informasi yang

berguna bagi pasien dan keluarga dengan benar dan tidak memihak kepada

pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga menerima informasi setiap waktu,

lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan

keputusan.

3. Partisipasi

Pasien dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam perawatan dan

pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka buat.

4. Kolaborasi

Pasien dan keluarga juga termasuk kedalam komponen dasar kolaborasi.

Perawat berkolaborasi dengan pasien dan keluarga dalam pengambilan

kebijakan dan pengembangan program, implementasi dan evaluasi, desain

fasilitas kesehatan dan pendidikan professional terutama dalam pemberian

perawatan (Potter & Oerry 2007).


BAB 3
Ringkasan Jurnal

3.1 Ringkasan Jurnal


1. Judul
“The effectiveness of a parent participation improvement program for parents
on partnership, attachment infant growth in a neonatal intensive care unit: A
randomized controlled trial”

2. Penulis
1) Yoo Jin Heo
2) Won-Oak Oh

3. Tahun/ penerbit :
֊ Received 12 September 2018
֊ Received in revised form 25 March 2019
֊ Accepted 25 March 2019
Jurnal:
֊ International Journal of Nursing Studies (Elsevier)

4. Metode (Desain Penelitian)


Kontrol Randomized Trial paralel dua kelompok dengan desain
eksperimental pretest-posttest prospektif dilakukan mulai dari 1 Februari
hingga 31 Agustus 2017, di neonatal intensif care unit (NICU) di rumah sakit
Seoul, Korea Selatan.

5. Partisipan
Peserta untuk penelitian ini direkrut dari neonatal intensif care unit
(NICU) di rumah sakit di Seoul, Korea Selatan.
Kriteria inklusi untuk bayi :
(a) <37 minggu kehamilan,
(b) Menerima bantuan pernapasan berupa nasal kanula aliran tinggi atau
kurang
(c) diperkirakan tidak akan keluar dalam waktu satu bulan.
Kriteria inklusi untuk orang tua adalah :
(a) Kesediaan untuk menghabiskan waktu bersama bayi sesuai dengan rencana
program
(b) Persetujuan untuk partisipasi.
Ukuran sampel dihitung dengan G-power program (3.1.9.2), dan Ukuran
sampel 30 per kelompok dianggap cukup untuk perkiraan ukuran efek 0,65
dengan α nilai 0,05 dan kekuatan 0,8 (Melnyk et al., 2006). Diperhitungkan
kemungkinan kehilangan 10 persen subjek selama penelitian, total 66 bayi
prematur dan 132 orang tua mereka (66 ibu dan 66 ayah) terdaftar dalam
penelitian ini.

6. Prosedur
Studi ini disetujui oleh dewan peninjau kelembagaan dari rumah sakit
(nomor kode: 2016-12 119-001). Peneliti menjelaskan tujuan dan proses
penelitian untuk potensi peserta, dan informed consent tertulis diperoleh dari
semua orang tua yang setuju untuk berpartisipasi. Orang tua diberitahu dan
mereka dapat menarik diri dari ruang belajar kapan saja mereka mau, dan
peneliti menjelaskan bahwa yang dikumpulkan data hanya akan digunakan
untuk tujuan penelitian. Sebanyak 66 bayi dan 132 orang tua mereka (66 ibu
dan 66 ayah) didekati untuk pendaftaran dalam penelitian; 66 bayi itu secara
acak ditugaskan pada kelompok intervensi (n = 33) atau kelompok kontrol (n =
33) sesuai dengan urutan partisipasi. Pengacakan dilaksanakan dengan
menggunakan acak yang dihasilkan computer angka (http://randomizer.org).
Dalam penelitian ini, empat bayi dikecualikan, tiga karena mereka keluar dari
rumah sakit, dan satu karena bayi menjadi tidak stabil secara medis, seperti
dilaporkan pada peserta diagram alir (Gbr. 1). Dalam terakhir analisis, total 62
bayi dan 124 orang tua mereka (62 ibu dan 62 ayah) dimasukkan.
Orang tua dalam kelompok intervensi berpartisipasi dalam Orang Tua
Program Peningkatan Partisipasi selama dua minggu. Orang tua di kelompok
kontrol diberikan perawatan biasa menurut kebijakan unit. Mereka tidak
dibatasi dalam jumlah kunjungan atau waktu. Mereka diberi informasi umum
tentang kondisi tersebut bayi, dan jika mereka mau, mereka bisa memberikan
perawatan untuk mereka bayi seperti menyusui atau perawatan kangguru.
Untuk meminimalkan peluang untuk kontaminasi antar kelompok, interaksi
individual dan tahap pra-partisipasi program dilakukan secara terpisah di ruang
pendidikan di unit perawatan intensif neonatal. Pada kelompok intervensi,
pengumpulan data dilakukan pada awal (segera sebelum memulai tahap
interaksi individual) dan kemudian menyelesaikan program menggunakan
swadaya daftar pertanyaan. Pada kelompok kontrol, setelah informed consent
didokumentasikan, data dasar dikumpulkan. Dua minggu kemudian, sebuah
posttest kuesioner selesai. Berat badan bayi adalah diukur oleh peneliti yang
sama dengan skala yang sama pada yang sama hari kuesioner dikumpulkan.

7. Pengumpulan Data:
Instruments
(The Pediatric Nurse-Parent Partnership Scale) Skala Kemitraan Perawat
Orangtua-Anak (Choi and Bang, 2013) digunakan untuk mengukur kemitraan
orang tua dengan perawat. kuesioner yang dilaporkan sendiri terdiri dari 34
item yang dinilai pada 5- titik skala Likert, diukur pada 7 subskala: timbal
balik, pengetahuan dan keterampilan profesional, sensitivitas, komunikasi,
berbagi informasi, kolaborasi, dan kehati-hatian. Lebih tinggi skor
menunjukkan kemitraan yang lebih positif dengan perawat. Nilai Cronbach
alpha adalah 0,96. Persediaan Maternal Attachment, diterjemahkan ke dalam
bahasa Korea dan Korea direvisi (Han, 2002), digunakan untuk mengukur
keterikatan orang tua bayi prematur. Kuisioner yang dilaporkan sendiri terdiri
dari 26 item yang dicetak pada skala Likert 4 poin. Skor yang lebih tinggi
menunjukkan tingkat keterikatan bayi yang lebih tinggi. Nilai alfa Cronbach
adalah 0,85. Berat badan bayi diukur oleh seorang peneliti dengan Skala-
Tronix 4802 skala anak / bayi. Setelah titik nol pada skala diperiksa sebelum
ditimbang, semua perangkat terpasang ke bayi, termasuk popok, dilepas
sebelum ditimbang. Unit pengukuran berat adalah gram (gm).
Analisis data
Data dianalisis menggunakan SPSS 16.0 untuk Windows. Orangtua dan
informasi dasar bayi diringkas menggunakan frekuensi, persentase, rata-rata,
dan standar deviasi. Homogenitas dari dua kelompok dinilai dengan uji-t dan
uji chi-squared. SEBUAH Uji Shapiro-Wilk digunakan untuk menguji
distribusi normal data. Dua sampel t-tes dan tes Mann-Whitney U adalah
dilakukan untuk mengetahui efek Partisipasi Orang Tua Program Peningkatan
pada lampiran, kemitraan, dan bayi ' berat badan. Nilai p <0,05 menunjukkan
signifikansi statistik.

Diagram alir penelitian

8. Hasil Penelitian
Dalam analisis akhir, dibandingkan dengan kelompok kontrol, baik ibu
maupun ayah di RSUP kelompok intervensi melaporkan skor kemitraan yang
jauh lebih tinggi (Mann-Whitney U = 99,50, p <0,001) dan lampiran (t = 8,47,
p <0,001), serta skor yang secara signifikan lebih tinggi dalam semua
kemitraan subskala kecuali "komunikasi." Tidak ada perbedaan dalam berat
bayi antara intervensi dan kelompok kontrol.

9. Diskusi
Temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa Induk Program
Peningkatan Partisipasi efektif dalam meningkatkan ikatan orangtua dengan
bayi prematur dan kemitraan dengan Perawat pada ibu dan ayah jika
dibandingkan dengan kontrol kelompok. Pertama, skor kemitraan dari ibu dan
ayah kelompok intervensi meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Ada juga perbedaan yang signifikan dalam skor pada "Pengetahuan dan
keterampilan profesional", "sensitivitas," dan "kehati-hatian" subskala.
Pengetahuan dan keterampilan profesional perawat berarti bahwa perawat
harus menyediakan perawatan kesehatan untuk bayi melalui proses yang rumit
dan pendekatan profesional. Kemitraan perawatan didasarkan pada interaksi
antara perawat dan orang tua dan, untuk sukses kemitraan, perlu bagi perawat
untuk menjadi ahli dalam membimbing dan mendukung orang tua untuk
berpartisipasi secara efektif dalam pemulihan bayi mereka. Selain itu,
mengingat bahwa atribut kemitraan "negosiasi peran" yang diidentifikasi
melalui analisis konseptual adalah dimasukkan ke dalam subskala kemitraan
"timbal balik", peningkatan "timbal balik" dapat dilihat sebagai indikasi bahwa
"bekerja bersama berdasarkan negosiasi pada tujuan dan rencana "disajikan
dalam studi kemitraan oleh Bidmead dan Cowley (2005) terjadi selama
program Lee, 2007 menyoroti pentingnya negosiasi dalam kemitraan
keperawatan, dan program dikembangkan dalam penelitian ini secara efektif
mendukung peluang yang cukup untuk negosiasi antara orang tua dan perawat.
Alhasil, kemitraan skor meningkat.
Tahap interaksi individual dari program yang disediakan memberi peluang
bagi orang tua untuk berbagi pendapat tentang partisipasi dan diskusikan
kegiatan seperti apa yang dapat dilakukan orang tua, sementara wawancara
dengan orang tua selama Fase pengembangan program membantu peneliti
memahami terlebih dahulu apa yang dilakukan orang tua ingin berpartisipasi
dan apa yang sebenarnya bisa mereka ikuti masuk. Pemahaman ini diyakini
telah memungkinkan orang tua untuk berpartisipasi lebih aktif dan
memungkinkan untuk memberikan lebih banyak peluang partisipasi untuk
orang tua. Nilai kemitraan dalam kelompok kontrol menunjukkan peningkatan
yang signifikan setelah dua minggu, yang dapat dijelaskan oleh model
perubahan peran orang tua dalam NICU disajikan oleh Norris dan Hoyer
(1993). Mereka melaporkan itu, sebagai berjalannya waktu, interaksi terjadi
secara alami antara perawat dan orang tua, dan peran orangtua menjadi
semakin aktif. Kendati demikian, kemitraan ini menghasilkan skor dari orang
tua dalam intervensi kelompok meningkat secara signifikan dibandingkan
dengan kelompok kontrol karena atribut kemitraan disarankan oleh banyak
sarjana tercermin dengan baik dalam program ini, dengan demikian
memfasilitasi interaksi antara orang tua dan perawat. Sementara itu, dalam
subskala kemitraan "komunikasi", skor post-test dari kelompok intervensi
meningkat secara signifikan, tetapi tidak signifikan bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Ini karena isi program yang dikembangkan dalam penelitian
ini berfokus pada peningkatan partisipasi orang tua, dengan pelatihan dan
latihan yang dilakukan terutama untuk mencapai tujuan itu. Berdasarkan hasil
penelitian ini, perlu untuk menetapkan strategi khusus yang dapat
mempromosikan masing-masing atribut kemitraan sehingga orang tua dan
perawat dapat berinteraksi lebih efektif.
Adapun hasil yang terkait dengan lampiran, itu temuan ini Penelitian ini
konsisten dengan Kaaresen et al. (2006) yang mengidentifikasi tingkat stres
orang tua dengan menyediakan program transisi untuk orang tua dari bayi
prematur. Itu ditunjukkan lampiran, subskala dari Indeks Stenting Parenting
(PSI), meningkat secara signifikan pada ibu dan ayah. Dibandingkan dengan
studi sebelumnya, makalah ini memiliki keterbatasan dilakukan pada sejumlah
kecil peserta, dan isi programnya berbeda. Namun, mengingat interaksinya
perawat dan orang tua, menetapkan tujuan bersama untuk meningkatkan
orangtua partisipasi, dan termasuk ayah sebagai peserta utama, bisa dipandang
sebagai metode intervensi yang lebih efektif. Selanjutnya, ini belajar
membantu orang tua berpartisipasi aktif dalam perawatan bayi sehingga
mereka punya cukup waktu untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan
mereka bayi prematur di seluruh program. Ini disediakan peluang untuk
kedekatan, timbal balik, dan komitmen, sebagai ditunjukkan dalam studi
analisis konsep pada lampiran (Goulet et al., 1998), dan dapat dianggap
membantu meringankan situasi orang tua dipisahkan dari bayi dan untuk
membantu mereka dalam membentuk lampiran. Dalam studi kualitatif oleh
Fegran et al. (2008), ibu prematur bayi mengatakan bahwa mereka percaya
bahwa dengan berpartisipasi dalam perawatan bayi, mereka mendapatkan
kembali posisi penting dalam kehidupan bayi mereka tetapi mereka kurangnya
keterampilan membuat partisipasi semacam itu memberatkan. Pada konteks ini,
perawat terus memberikan dukungan dan dorongan sementara orang tua
berpartisipasi aktif dalam program ini. Orang tua tidak lagi dilihat sebagai
pengamat belaka dalam perawatan bayi prematur dan mereka dibantu dalam
memainkan peran mereka sebagai orang tua yang percaya diri, menyediakan
lingkungan fisik dan psikologis yang memungkinkan mereka merasakan
kestabilan emosi saat mereka terikat dengan mereka bayi baru lahir.
Program ini tidak menargetkan bayi prematur siap untuk keluar dari rumah
sakit tetapi malah menawarkan kesempatan bagi orang tua untuk lebih banyak
berhubungan dan berinteraksi dengan bayi cepat selama rawat inap. Bayi-bayi
dari program ini kelompok intervensi dirawat di rumah sakit selama 7-174 hari.
Bowlby (1977) menjelaskan bahwa enam bulan setelah kelahiran sangat
penting dalam membentuk keterikatan antara ibu dan bayi. Ini menunjukkan
kontak antara orang tua dan bayi, sejak lahir, sangat penting. Perilaku dan
sinyal bayi prematur yang ada tidak terorganisir dibandingkan dengan bayi
baru lahir normal bisa sulit untuk orang tua untuk memahami dan merespons
dengan benar, tetapi mereka dapat melakukannya waktu untuk
mempertahankan kontak dan berinteraksi dengan bayi tersebut oleh
berpartisipasi dalam perawatan kesehatan mereka melalui program ini. Selain
itu, dengan memasukkan ayah, program ini diyakini telah membantu mereka
membentuk keterikatan dengan bayi mereka, menghasilkan skor total total
lampiran yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Itu ayah dari bayi
prematur dirawat di neonatal intensif unit perawatan merasakan kontak dengan
bayi sebagai pengalaman positif, dan memandang bayi itu sebagai makhluk
istimewa yang dengannya mereka berbagi kesamaan emosional dan fisik. Ini
menunjukkan bahwa memberi ayah, yang dikeluarkan dari proses kelahiran,
Kesempatan untuk berpartisipasi dalam perawatan bayi memungkinkn
kesadaran yang tinggi pada orang tua bahwa dia adalah orang yang penting
bagi bayinya. Program tampaknya telah mampu meningkatkan stabilitas emosi
ayah dan tingkatkan kepercayaan diri mereka dalam merawat anak-anak
mereka. Selain itu, tampaknya memiliki dampak positif pada peningkatan skor
kelekatan ibu karena dengan melibatkan kedua ibu dan para ayah, beban
perawatan dibagi. Akhirnya, penelitian ini menemukan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
pada bayi pertambahan berat badan. Biasanya, bayi prematur bertambah
beratnya 20-30 g m / hari rata-rata (An dan Shin, 2016). Dalam penelitian ini,
rata-rata berat bayi prematur meningkat 28,04 gram di kelompok intervensi dan
26,31 gram pada kelompok kontrol. Meskipun perbedaan antara kedua
kelompok untuk penambahan berat tidak signifikan secara statistik, kenaikan
berat badan rata-rata untuk bayi di kelompok intervensi lebih tinggi daripada
kelompok kontrol. Itu hasilnya mirip dengan Craig et al. (2015) yang
menunjukkan perawatan yang berpusat pada keluarga, yang berfokus pada
peran keluarga terlibat dalam semua perawatan dan perawatan untuk bayi,
memiliki positif berpengaruh tidak hanya pada perkembangan kognitif dan
mental bayi, tetapi juga pada pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. Sebuah
studi oleh O'Brien et al. (2015) melaporkan hasil yang sama: secara statistik
kenaikan berat badan yang signifikan pada bayi prematur yang merupakan
bagian dari perawatan terintegrasi keluarga. De Bernardo et al. (2017) juga
menunjukkan kenaikan berat badan yang signifikan pada bayi yang diberi
intervensi perawatan yang berpusat pada keluarga. Program dalam penelitian
ini dapat dipertimbangkan untuk memberikan lingkungan yang lebih positif
dan stimulasi untuk bayi prematur dengan memasukkan orang tua mereka ke
dalam merawat mereka.
Alasan lain untuk kenaikan berat badan prematur dalam kelompok
intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol mungkin aktif dorongan
menyusui. ASI adalah faktor penting dalam kesehatan bayi prematur (AAP,
2012) dan lebih efektif dalam meningkatkan berat bayi prematur dari pada susu
formula (Li et al., 2017). Ketika menetapkan tujuan spesifik pada interaksi
individual panggung, banyak orang tua menyatakan bahwa mereka ingin
menyusui saat berpartisipasi dalam program; dengan demikian, program
tersebut diyakini memiliki memiliki efek positif pada pertumbuhan bayi
dengan meningkatkan menyusui. Alasan tidak ada perbedaan antara kedua
kelompok mungkin bahwa faktor-faktor potensial yang mempengaruhi
pertumbuhan bayi bertindak sebagai faktor perancu, meskipun peneliti
mencoba mengendalikannya ini dengan tugas acak ke grup. Selain itu,
penelitian itu dilakukan dengan sejumlah kecil peserta dan intervensi Periode
tion terlalu pendek untuk secara tepat mengukur efeknya. Oleh karena itu,
penelitian lebih lanjut perlu memperpanjang sesi intervensi dan menilai
efeknya terhadap berat badan melalui tindak lanjut jangka panjang.

10. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan Partisipasi Orang
Tua Program Peningkatan untuk orang tua dalam perawatan neonatal dan untuk
mengevaluasi efeknya. Program ini terbukti efektif untuk meningkatkan
keterikatan dan kemitraan pada ibu dan ayah. Itu program, dikembangkan
sesuai dengan pencapaian tujuan King teori, akan berfungsi sebagai referensi
yang berguna dalam mengembangkan standar pedoman untuk mempromosikan
partisipasi orang tua dalam perawatan neonatal, dan diharapkan untuk
menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik oleh menerapkan perawatan
yang berpusat pada keluarga pada basis praktis neonatal peduli.
3.2 Jurnal Pembanding
Tahun &
Penulis &
No. Judul Penelitian Tempat Isi/ Hasil penelitian
Judul Jurnal
Penelitian
1 De Bernardo, Supporting parents 2017 FCC dapat menurunkan
G. et.all in taking care of NICU at a tingkat stress orang tua dan
their infants hospital in dapat meningkatkan berat
admitted to a Naples, Italy badan Bayi.
neonatal intensive
care unit: a
prospective cohort
pilot study
2 Abdeyazdan A family support 2014 Pemberdayaan orang tua
Z, Shahkolahi intervention to NICU of memainkan peranan
Z, Mehrabi T, reduce stress Behashti penting daalam perawatan
Hajiheidari M. among parents of Hospital bayi. Dukungan
preterm infants in (Isfahan, pendidikan dan emosional
neonatal intensive Iran) awal untuk orang tua dari
care unit bayi prematur mengurangi
stres mereka.
3. Ramezani T, Family-centered 2014 perawatan yang berpusat
Hadian Shirazi care in neonatal pada keluarga adalah
Z, Sabet intensive care unit: pendekatan perawatan
Sarvestani R, a concept analysis. komprehensif dan holistik
Moattari M. dalam perawatan intensif
neonatal. Oleh karena itu,
sangat dianjurkan untuk
mengubah pendekatan dan
filosofi perawatan saat ini
dan menyediakan fasilitas
untuk melakukan
perawatan yang berpusat
pada keluarga di unit
perawatan intensif
neonatal.
3.3 Penerapan Di Indonesia
Angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi apabila
dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Berdasarkan World Health
Organization (WHO) tahun 2000, Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia
sebesar 54 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2006 menjadi 49 per
1000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut data dari Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI), AKB di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 34
per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup
(Kemenkes, 2010). Menurut WHO, ditemukan bahwa 29% kematian bayi
disebabkan oleh berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi baru lahir dapat
mengalami perawatan di ruang perawatan intensif dengan berbagai alasan
masuk, diantaranya prematuritas, BBLR, sepsis, kesulitan bernafas, atau
gagal nafas. Perawatan bayi baru lahir di ruang perawatan intensif
memerlukan waktu yang cukup lama, dari beberapa minggu hingga beberapa
bulan (Mundy dan & Jarrold, 2010). Bayi akan terpapar lingkungan yang
bervariasi dan stimulus berlebihan dengan berbagai prosedur yang dilakukan.
Perawatan tersebut dapat memberikan dampak negatif bagi bayi dan orang
tuanya.
Perawatan bayi di ruang perawatan intensif bagi orang tua
merupakan suatu situasi krisis yang mengakibatkan pengalaman stres, cemas,
depresi, dan bahkan dapat mengalami posttraumatic stress (Cleveland, 2008).
Hal ini terjadi karena secara psikologis orang tua belum siap untuk
menghadapi penyakit kritis bayinya. Orang tua mungkin kecewa, mereka
mungkin memiliki perasaan bersalah, kegagalan, putus asa, marah,
ketidakberdayaan, dan hilangnya harga diri. Menurut hasil penelitian Shaw et
al. dalam Cleveland (2008), sumber stres orang tua berawal dari perpisahan
dengan bayinya yang baru lahir; ketidakmampuan untuk membantu, menjaga,
dan merawat bayi; ketidakmampuan melindungi bayi dari nyeri; penggunaan
teknologi serta alat-alat di ruang intensif; dan kritisnya kondisi bayi.
Upaya yang dapat dikembangkan untuk meminimalkan dampak
negatif perawatan tersebut, baik bagi bayi ataupun orang tua, yaitu dengan
mengaplikasikan family centered care (FCC). FCC merupakan model
perawatan bayi di ruang perawatan intensif, dimana perawat melibatkan
orang tua dalam merawat bayi yang sakit dengan bimbingan dan arahan dari
perawat (Mattsson, Forsner, Castre´n, & Arman, 2013). Model ini
dikembangkan berdasarkan filosofi bahwa orang tua memiliki pengaruh yang
besar terhadap kesehatan dan kesembuhan anak (Mundy, 2010; Trajkovski,
Schmied, Vickers, & Jackson, 2012; & Hiromi, 2012). Pada model ini, anak
dipandang sebagai bagian dari orang tua yang tidak terpisahkan (Mattsson,
Forsner, Castre´n, & Arman, 2013).
Family centered care melibatkan orang tua dari berperan pasif
menjadi berperan aktif untuk terlibat dalam perawatan anaknya
(Akbarbegloo, Valizadeh, & Asadollahi, 2009; Soury-Lavergne et al., 2011;
& O’Brien et al., 2013). Berdasarkan berbagai hasil penelitian, didapatkan
bahwa FCC merupakan model yang relatif aman dan mudah diterapkan.
Selain itu, model ini juga terbukti dapat meningkatkan berat badan bayi,
menurunkan behavioral stress pada bayi, meningkatkan kesejahteraan dan
bonding attachment antara ibu dan bayi, menurunkan stres yang dialami
orang tua terkait perawatan bayinya, menurunkan length of stay (LOS), dan
membuat orang tua merasa lebih percaya diri dan kompeten dalam merawat
bayinya setelah pulang ke rumah (Sikorova & Kucova, 2012; Skene, Franck,
Curtis, & Gerrish, 2012; Byers et al., 2012; & O’Brien et al., 2013). Sehingga
dengan diaplikasikannya FCC, diharapkan dapat juga meningkatkan kualitas
hidup neonatus. Langkah pertama untuk mengaplikasikan model FCC di
ruang perawatan intensif neonatal adalah dengan mengidentifikasi kebutuhan
orang tua. Menurut Ward (2001), kebutuhan orang tua dibagi kedalam 5 hal,
yaitu: kebutuhan terhadap informasi (information), kebutuhan terhadap
kepastian (assurance), kebutuhan terhadap kedekatan (proximity), kebutuhan
terhadap kenyamanan (comfort), dan kebutuhan terhadap dukungan (support).
Jika kebutuhan orang tua dapat diidentifikasi dengan baik, maka perawat
dapat memberikan dukungan yang tepat bagi orang tua dalam memenuhi
kebutuhan tersebut. Dengan terpenuhinya kebutuhan orang tua, dapat
meningkatkan kualitas perawatan yang diberikan oleh perawat di ruang
perawatan intensif neonatal, baik kepada anak, orang tua, maupun
keluarganya. Sebaliknya, respon yang tidak tepat dalam menanggapi
kebutuhan orang tua, dapat menyebabkan orang tua lebih cemas, stres, takut,
dan kebingungan (Ward, 2001).
Dalam konsep developmental care yang merupakan konsep
perawatan neuroprotektif dengan tujuan mencegah efek jangka panjang akibat
lingkungan fisik dengan mempromosikan organisasi yang optimal dan
perkembangan neurologis bayi prematur di unit perawatan intensif neonatal
(NICU) serta mengintegrasikan orang tua sebagai mitra perawatan, FCC
merupakan salah satu komponen inti dalam asuhan perkembangan (Altimier,
Kenner, & Damus, 2015; Coughlin, Gibbins, & Hoath, 2009; Kenner &
McGrath, 2014). Keterlibatan keluarga dalam perawatan bayi di ruang NICU
sangat penting. Kontak fisik antara bayi dan orang tua dapat meningkatkan
kedekatan emosi dan peningkatan pemberian ASI di usia selanjutnya
(Bredemeyer et al, 2008). Perawatan kontak kulit ke kulit seperti Perawatan
Metode Kanguru sangta penting untuk mendukung proses adaptasi dan
penerimaan antara ibu dan bayi (Wong et al, 2009; Kenner & Mc Grath,
2004). Beberapa komponen penting dalam family center care menurut
Couglin et al (2009) sebagai berikut :
1) Keluarga (orang tua atau wali bayi) memiliki akses selama 24 jam penuh
terhadapa bayinya.
 Keluarga ditawari kesempatan untuk hadir dan / atau berpartisipasi
dalam putaran medis dan perubahan laporan giliran kerja
 Keluarga ditawarkan kesempatan untuk hadir selama prosedur invasif
dan / atau intervensi resusitasi
 Keluarga didukung dalam kegiatan pengasuhan termasuk perawatan
kulit ke kulit, memegang, kegiatan makan, berpakaian, mandi,
mengganti popok, bernyanyi dan semua interaksi perawatan bayi
2) Memfasilitasi keluarga untuk berpartisipasi dalam support group yang
tersedia di lingkungan NICU serta membantu menyediakan sumber daya
untuk kebutuhan sosial, spiritual dan keuangan keluarga
 Keluarga diundang untuk berpartisipasi dalam kelompok dukungan
keluarga unit perawatan intensif neonatal
 Pendidikan keluarga yang sensitif secara budaya tentang keselamatan
bayi dan perawatan bayi tersedia dalam berbagai format
 Sumber-sumber untuk kebutuhan sosial, spiritual, dan keuangan
keluarga disediakan
Dalam universal developmental care, keluarga merupakan inti yang
berada antara bayi dan lingkungan perawatan. Kedekatan ini menggambrkan
suatu hubungan kemitraan yang harus muncul antara penyedia perawatan
NICU dan orang tua / keluarga yang saling ketergantungan dengan kolaborasi
yang mengakui kontribusi unik dan vital dari keluarga dan penyedia
perawatan untuk kesehatan untuk kesejahteraan bayi.
Menurut dokter spesialis anak Siloam Hospital kebun Jeruk,
menilai saat ini sebagian besar rumah sakit yang memiliki Neonatal Intensive
Care Unit (NICU) belum melibatkan orangtua terkait fasilitasnya. Padahal
jika melibatkan orang tua bayi, fasilitas yang biasa digunakan untuk
penanganan bayi yang lahir dalam kondisi premature akan mempercepat
proses pemulihan. Adanya Family Center Care NICU maka ada partisipasi
orang tua seperti mengganti popok, mengurus bayi sehingga selain
menambah kedekatan, orang tua juga paham tentang perannya pada saat bayi
prematur. Dengan adanya FCC, orang tua bisa tinggal dan memantau
perkembangan bayinya, ibu tetap memberikan ASI Ekslusif. Rumah Sakit
Siloam memberikan persembahan khusus dengan menambah fasilitas Family
Center Care (FCC NICU) pertama di Indonesia, dengan Golden Standar
NICU. (Tribun.com, 2018)
Menurut penelitian tentang Kajian Kebutuhan Family Centered
Care dalam perawatan bayi sakit kritis di Neonatal Intensive Care Unit yang
dilakukan oleh Sri Hendrawati, dkk. 2017, di NICU RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung dan RSUD Majalaya, mengatakan bahwa Hasil penelitian ini
menyarankan kepada perawat ruangan NICU untuk lebih memberikan
perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan orang tua dengan bayi sakit kritis
pada berbagai dimensi kebutuhan orang tua, terutama dimensi kebutuhan
terhadap kepastian, informasi, dan kedekatan karena orang tua merupakan
bagian dari perawatan bayi di NICU sehingga FCC dapat diaplikasikan
dengan baik. Perasaan ketidakpastian yang dirasakan orang tua dapat
diminimalisir dengan peran perawat untuk menciptakan lingkungan yang
saling percaya dan mendukung dimana keluarga diakui sebagai bagian
penting dari perawatan bayi dan pemulihannya; memberikan jaminan bahwa
bayi mendapatkan perawatan yang terbaik dengan memberikan penjelasan
atau informasi secara rutin, jelas, mudah dipahami, dan sejujur-jujurnya
mengenai prognosis bayi kedepannya, tindakan yang dilakukan pada bayi,
dan perkembangan kondisi bayi; komunikasi terapeutik; menunjukkan
kompetensi dalam merawat bayi; mengijinkan dan menghargai kehadiran
orang tua di NICU untuk dekat dengan bayi dan memberikan sentuhan
kepada bayi; menjalin hubungan baik dengan orang tua; sikap empati; dan
hadir pada saat orang tua membutuhkan bantuan.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep Family Centered
Care sangat diperlukan untuk diterapkan di NICU. Jurnal yang kami angkat sangat
feasibel untuk bisa diterapkan di seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia dengan
memperhatikan sumber daya yang tersedia serta kebijakan yang ada untuk mampu
menerapkan konsep Family Centered Care dalam pemberian perawatan terhadap bayi
karena bayi dan orang tua adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Beberapa komponen penting dalam family center care menurut Couglin et al
(2009) yang dapat diterapkan di Indonesia adalah :
1) Keluarga (orang tua atau wali bayi) memiliki akses selama 24 jam penuh terhadapa
bayinya.
 Keluarga ditawari kesempatan untuk hadir dan / atau berpartisipasi dalam
putaran medis dan perubahan laporan giliran kerja
 Keluarga ditawarkan kesempatan untuk hadir selama prosedur invasif dan / atau
intervensi resusitasi
 Keluarga didukung dalam kegiatan pengasuhan termasuk perawatan kulit ke
kulit, memegang, kegiatan makan, berpakaian, mandi, mengganti popok,
bernyanyi dan semua interaksi perawatan bayi
2) Memfasilitasi keluarga untuk berpartisipasi dalam support group yang tersedia di
lingkungan NICU serta membantu menyediakan sumber daya untuk kebutuhan
sosial, spiritual dan keuangan keluarga
 Keluarga diundang untuk berpartisipasi dalam kelompok dukungan keluarga
unit perawatan intensif neonatal
 Pendidikan keluarga yang sensitif secara budaya tentang keselamatan bayi dan
perawatan bayi tersedia dalam berbagai format
 Sumber-sumber untuk kebutuhan sosial, spiritual, dan keuangan keluarga
disediakan
Perawat sangat berperan untuk menciptakan lingkungan yang saling percaya dan
mendukung dimana keluarga diakui sebagai bagian penting dari perawatan bayi dan
pemulihannya; memberikan jaminan bahwa bayi mendapatkan perawatan yang terbaik
dengan memberikan penjelasan atau informasi secara rutin, jelas, mudah dipahami,
dan sejujur-jujurnya mengenai prognosis bayi kedepannya, tindakan yang dilakukan
pada bayi, dan perkembangan kondisi bayi; komunikasi terapeutik; menunjukkan
kompetensi dalam merawat bayi; mengijinkan dan menghargai kehadiran orang tua di
NICU untuk dekat dengan bayi dan memberikan sentuhan kepada bayi; menjalin
hubungan baik dengan orang tua; sikap empati; dan hadir pada saat orang tua
membutuhkan bantuan.

4.2 Saran
Saran yang dapat iberikan pada jurnal ini antara lain yaitu:
1. Memberikan kesempatan pada orang tua bayi untuk terlibat 24 jam dalam perawatan
bayi di unit intensif
2. Melibatkan orangtua dalam tindakan invasif dan non invasif tanpa meninggalkan
faktor infeksi nosokomial bagi bayi
3. Memfasilitasi orang tua dalam peer grup dengan menyediakan sumber daya untuk
kebutuhan sosial, spiritual keluarga klien.
DAFTAR PUSTAKA

Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St. Louis
Missoury: Mosby
Sudore, R. L., Casarett, D., Smith, D., Richardson, D. M., & Ersek, M. (2014).
Family involvement at the end-of-life and receipt of quality care. Journal of
pain and symptom management, 48(6), 1108-1116.
Pressler, J. L., Turnage-Carrier, C. S., & Kenner, C. (2004). Developmental care:
an overview. Developmental care of newborns & infants: a guide for health
care professionals. St. Louis: Mosby, 1-27.
Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2010). Nursing theories and their
work. Mosbey: Eleseiver.
Kelly, L. E., Rieder, M., van den Anker, J., Malkin, B., Ross, C., Neely, M. N., ...
& Koren, G. (2012). More codeine fatalities after tonsillectomy in North
American children. Pediatrics-English Edition, 129(5), e1343.
Dunst, C. J., & Trivette, C. M. (2009). Let's be PALS: An evidence-based
approach to professional development. Infants & Young Children, 22(3), 164-
176.
De fretes, fiane. 2012. Hubungan family centered care dengan efek
hospitalisasiAnak Usia 3-6 Tahun. Skripsi Universitas Kristen Satya Wicana
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2007). Fundamentals of nursing. Concepts, process
and practice. St Louis.
Heo, Y. J., & Oh, W. O. (2019). The effectiveness of a parent participation
improvement program for parents on partnership, attachment infant growth in
a neonatal intensive care unit: A randomized controlled trial. International
journal of nursing studies, 95, 19-27.
De Bernardo, G., Svelto, M., Giordano, M., Sordino, D., & Riccitelli, M. (2017).
Supporting parents in taking care of their infants admitted to a neonatal
intensive care unit: a prospective cohort pilot study. Italian journal of
pediatrics, 43(1), 36.
Abdeyazdan, Z., Shahkolahi, Z., Mehrabi, T., & Hajiheidari, M. (2014). A family
support intervention to reduce stress among parents of preterm infants in
neonatal intensive care unit. Iranian journal of nursing and midwifery
research, 19(4), 349.
Ramezani, T., Shirazi, Z. H., Sarvestani, R. S., & Moattari, M. (2014). Family-
centered care in neonatal intensive care unit: a concept analysis. International
journal of community based nursing and midwifery, 2(4), 268.
KEMENKES, RI. (2010). Pedoman pelayanan antenatal terpadu. Direktur
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Mundy, P., & Jarrold, W. (2010). Infant joint attention, neural networks and social
cognition. Neural Networks, 23(8-9), 985-997.
Cleveland, L. M. (2008). Parenting in the neonatal intensive care unit. Journal of
Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing, 37(6), 666-691.
Akbarbegloo, M., Valizadeh, L., & Asadollahi M. I. (2009), Mothers and nurses
viewpoint on importance and amount of nursing supports for parents with
hospitalized premature infants in Neonatal Intensive Care Unit. Iranian
Journal of Critical Care Nursing Summer, 2(2), 71–74.

Mundy, C.A. (2010). Assessment of family needs in Neonatal Intensive Care


Units. Am J Crit Care, 19, 156–163. DOI: 10.4037/ ajcc2010130.

Mattsson, J., Forsner, M., Castrén, M., & Arman, M. (2013). Caring for children
in Pediatric Intensive Care Units: An observation study focusing on nurses’
concerns. Nursing Ethics, 20(5), 528–538. DOI: 10.1177/0969733012466000.

Sikorova, L., & Kucova, J. (2012). The needs of mothers to newborns hospitalised
in Intensive Care Units. Biomed, 156(4), 330– 336.

Ward, K. (2001). Perceived needs of parents of critically ill infants in a Neonatal


Intensive Care Unit (NICU). Pediatr Nurs, 27(3), 281– 286.

http.// www.Tribun.com, 2018, Pentingnya partisipasi orang tua saat anak


dirawat di ruang NICU. diakses tanggal 2 Mei 2019

Hendrawati Sri, dkk. (2017). Kajian Kebutuhan Family Centered Care dalam
Perawatan Bayi Sakit Kritis di Neonatal Intensive Care Unit. JKP - Volume
5 Nomor 2 Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai