KEJANG DEMAM
C. Manifestasi klinis
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, klonik, fokal,
atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak
memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak
terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti oleh
hemiparesis sementara (Hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai
beberapa hari. Kejang unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis yang menetap.
Bangkitan kejang yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang demam yang
pertama.
Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30
menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan frekuensinya dapat
kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali sehari. Pada kejang demam
kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali sehari dan kejangnya berlangsung
lebih dari 30 menit.
Gejalanya berupa:
a) Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi secara tiba-
tiba)
b) Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada
anak-anak yang mengalami kejang demam)
c) Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung
selama 10-20 detik)
d) Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya
berlangsung selama 1-2 menit)
e) Lidah atau pipinya tergigit
f) Gigi atau rahangnya terkatup rapat
g) Inkontinensia (mengompol)
h) Gangguan pernafasan
i) Apneu (henti nafas)
j) Kulitnya kebiruan
D. Klasifikasi
1. Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
1) Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh;
umumnya gerakan setipa kejang sama.
2) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa
seakan ajtuh dari udara, parestesia.
4) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
1) Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks
2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap –
ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang
pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
3) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a. Kejang absens
1) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
2) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15
detik
3) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik
1) Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
secara mendadak.
2) Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa
kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
3) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
4) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
2) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
3) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
4) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
1) Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata
turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
E. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium
(Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat
keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar
sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan
potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam
yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik,
hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat
yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme
otak meningkat.
Nursing Patway
Resiko Infeksi
Proses demam
Ketidakseimbangan kelainan
neurologis
ATP ASE
Pengobatan perawatan
Dan diit
15 menit
perubahan suplay
gejala sisa
Neuron otak
G. Penatalaksanaan
2) Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan
penunjang
a. Semua pakaian ketat dibuka.
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi.
d. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
e. Beri penahan gigi supaya tidak tergigit.
3) Pengobatan rumat
a. Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan
antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak
mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
b. Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
a) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
b) Kejang demam yang mempunyai ciri :
1. Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi
perkembangan dan mikrosefali
2. Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti
kelainan saraf yang sementara atau menetap
3. Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
4. Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4) Mencari dan mengobati penyebab
1. Pengobatan
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20
menit.
b. Turunkan panas
kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan
mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
2. Pencegahan
Dapat digunakan :
2. DIAGNOSA
1. Aspirasi berhubungan dengan adanya penumpukan sekret di saluran pernapasan
2. Resiko cedera berhubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran
3. Gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan dampak
patologi dari penyakitnya.
4. Kebutuhan oksigen meningkat berhubungan dengan kejang
3. INTERVENSI
1. Dx: Aspirasi berhubungan dengan adanya penumpukan sekret di saluran
pernapasan
Tujuan: Tidak terjadi aspirasi
KH: jalan napas bebas, tidak ada suara napas tambahan, tidak ada sekret yang
menumpuk
Rencana tindakan:
a) Berikan posisi miring pada pasien
R/ agar jalan napas tetap terbuka
b) Lakukan suction
R/ membersihkan jalan naapas
c) Lakukan nebulizer
R/ untuk mengencerkan sekret
d) Observasi tanda-tanda vital pasien
R/ mengetahui tingkat perkembangan pasien
e) Kolaborasi dengan tim medis/ dokter dalam pemberian terapi
R/ melaksanakan fungsi independent
2. Dx: Resiko cedera berhubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran
Tujuan: cedera pada saat terjadi kejang dapat dicegah
KH: tidak terjadi cedera, pederita tidak jatuh, lidah pasien tidak tergigit
Rencana tindakan:
a) Jaga kepala terhadap benda-benda yang dapat menimbulkan cedera
R/ menghindari cedera saat kejang
b) Rawat pasien dengan posisi tidur kepala miring
R/ sekret dapat keluar
c) Observasi tanda-tanda vital pasien tiap 15 menit selama fase akut
R/ mengetahui tingkat perkembangan pasien
d) Buka pakaian yang menekan
R/ membuka saluran nafas agar nafas pasien tidak tertekan
e) Berikan pengamanan pada tempat tidur
R/ menghindari cedera atau jatuh
f) Minimalkan terjadi cedea pada pasien
R/ meminimalkan terjadi cedea pada pasien
3. Dx: gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan
dampak patologi dari penyakitnya.
Tujuan: suhu tubuh normal dalam waktu 30 menit - 1 jam
KH: suhu tubuh 36,5 C, tidak keluar keringat dingin, pasien tenang
Rencana tindakan:
a) Berikan penjelasan pada keluarga pasien tentang penyebab peningkatan
suhu tubuh
R/ keluarga pasien dapat mengerti tentang penyebab demam
b) Ganti pakaian pasien dengan pakaian yang tipis dan mudah menyerap
keringat
R/ untuk mengurangi penguapan
c) Berikan kompres dingin pada pasien
R/ dapat mengurangi suhu panas pasien
d) Observasi tanda-tanda vital pasien
R/ mengetahui tingkat perkembangan pasien
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antipiretik
R/ menurunkan demam dan melaksanakan fungsi independent
4. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan
yang telah ditetapkan meliputi tindakan independent, depedent, interdependent. Pada
pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencan keperawatan,
mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan
pengumpulan data (Susan Martin, 1998)
5. EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan
sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari
identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
NO. Diagnosa/Masalah Evaluasi
1. Aspirasi berhubungan dengan Klien tidak mengalami aspirasi
adanya penumpukan sekret di Kriteria :
saluran pernapasan 1. Jalan napas bebas
2. Tidak ada suara napas
tambahan
3. Tidak ada sekret yang
2 Resiko cedera berhubungan menumpuk
dengan terjadinya penurunan Cedera pada saat terjadi kejang
kesadaran dapat dicegah
Kriteria :
1. Tidak terjadi cedera
2. Penderita tidak jatuh
3. Gangguan rasa nyaman 3. Lidah pasien tidak tergigit
(peningkatan suhu tubuh) Rasa nyaman terpenuhi
berhubungan dengan dampak Kriteria :
patologi dari penyakitnya 1. Tanda vital :
Suhu : 36 – 37,5ºC
N : 100 – 110 kali/ menit
RR : 24 – 28 kali/menit
2. Kesadaran : composmentis
3. Anak tidak rewel
4. Tidak keluar keringat dingin
I. Referensi
Arif, Mansjoer, dkk, (2000). Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3. Medica Aesculpalus,
FKUI. Jakarta
Amid dan Hardhi, 2013. Diagnosis keperawatan, NANDA NIC-NOC, EGC, Jakarta
Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.
Carpenito, L.J.,2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, EGC, Jakarta
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa; I Made Kariasa,
editor; Monica Ester, Edisi 3. EGC: Jakarta.
Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1. Jakarta:
Salemba medika.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2007).
Ilmu Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika
Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1. Jakarta:
Salemba medika.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2007).
Ilmu Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika