Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL TERAPI BERMAIN

Diajukan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing:

Ibu Nursyamsiyah, M.Kep.

Ibu Hj. Sri Kusmiati, S.Kp., M.Kes.

Ibu Henny Cahyaningsing, S. kp., M.Kes.

DISUSUN OLEH :

Fadhilah Muayyidatul Millah

NIM P17320120027

TINGKAT 2

D3 KEPERAWATAN BANDUNG

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penyusun untuk menyelesaikan laporan praktikum ini. Atas Rahmat dan
Hidayah-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan Proposal Terapi Bermain tepat waktu.

Proposal Terapi Bermain ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Praktik Klinik
Keperawatan Anak di program studi D3 Keperawatan Bandung Poltekkes Kemenkes Bandung.
Selain itu, penyusun juga berharap agar laporan praktikum ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Terapi bermain pada anak. Penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Anak karena tugas yang
diberikan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penyusun. Tak lupa penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
laporan praktikum ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima demi kesempurnaan laporan praktikum
ini.

Bandung, 14 Februari 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan atau
gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan. Sakit dan dirawat di rumah
sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Anak yang dirawat di rumah sakit
akan mudah mengalami krisis dan masalah seperti anak mengalami stress, dan anak
mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping. Hospitalisasi juga
menimbulkan beberapa dampak pada anak di antaranya seperti dampak perpisahan,
kehilangan control, sakit/nyeri, dan beberapa akibat dari dampak hospitalisasi tersebut ialah
anak merasa putus asa, menimbulkan reaksi protes, tidak kooperatif, depresi (Wong, 2004).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cemas pada anak yang dirawat dirumah
sakit, antara lain: akibat perubahan status kesehatan maupun lingkungan dalam kebiasaan
sehari-hari, keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun
kejadian-kejadian yang bersifat menekan (Whaley & Wong, 1998 dalam Nursalam, 2005).
Terapi Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Hidayat, 2008).
Ada beberapa fungsi bermain di rumah sakit antara lain: mengenalkan pada anak pada
lingkungan dan keadaan yang asing, mengajarkan untuk bisa membuat keputusan dan
control, untuk mengurangi stress dan cemas, untuk mengurangi nyeri, mengenalkan tentang
tujuan dan penggunaan alat medis (Wong, 2004). Menurut Nisha (2013), kecemasan yang
disebabkan oleh lingkungan rumah sakit dan prosedur pembedahan mungkin berbahaya
selama periode pere operatif karena dapat mempengaruhi kognitif, sosial, dan pengalaman
afektif. Terapi bermain digunakan untuk mengurangi kecemasan anak.

1.2 Tujuan
a. Mampu menetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya
b. Mampu menentukan sasaran dan kriteria, waktu dan tempat
c. Mampu menetapkan jenis dan alat permainan yang akan digunakan
d. Mampu menetapkan prinsip bermain yang akan dilakukan
e. Mampu membuat pengorganisasian dari kegiatan dan orang yang terlibat
f. Mampu menguraikan strategi bermain yang akan dilakukan
g. Mampu menguraikan hambatan yang mungkin terjadi
h. Mampu menguraikan kriteria evaluasi kegiatan terapi bermain
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Hospitalisasi dan Terapi Bermain

Perawatan di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan hal baru:
lingkungan baru, orang-orang asing, kebiasaan baru, dan kegiatan baru. Selain itu beberapa
kondisi juga menyebabkan ketidaknyamanan, antara lain: nyeri dan perlukaan, pembatasan
aktifitas, menjalankan program terapi yang traumatik. Situasi ini mengharuskan perawat
mampu melakukan pengkajian yang spesifik sebagai dampak hospitalisasi. Diagnosis
keperawatan yang diidentifikasi juga seharusnya mampu mendiskripsikan dengan teliti
seluruh respon yang terjadi selama proses adaptasi hospitalisasi.

Beberapa tindakan telah banyak direkomendasikan untuk meminimalkan dampak


hospitalisasi, namun sampai saat ini yang paling banyak digunakan dan diyakinin paling
efektif adalah dengan terapi bermain. Pada saat bermain anak memiliki kesempatan untuk
memainkan “perasaan dan permasalahannya, anak merasa menjadi orang yang paling
penting, mengatur situasi dan dirinya, tidak ada kritikan. Situasi seperti ini sangat kondusif
untuk anak yang sedang mengalami kecemasan, sehingga rasa amannya terpenuhi.

Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak dan salah satu cara yang
efektif untuk mengurangi stress. Saat sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan suatu
krisis pada kehidupan anak dan sering menyebabkan stress yang tersebar, dengan bermain
ketakutan dan kecemasan dapat diminimalkan (Hockenberry & Wilson, 2009).

2.2 Fungsi Bermain di Rumah Sakit

Menurut Hockenberry dan Wilson (2009), bermain secara umum berfungsi untuk
menstimulus perkembangan pada diri anak, diantaranya adalah perkembangan sensori dan
motorik, intelektual, meningkatkan kemampuan soialisasi, meningkatkan kreatifitas,
membentuk kesadaran diri, sebagai terapi, dan untuk perkembangan moral. Kondisi akit dan
dirawat dirumah sakit, bukan alasan bahwa anak harus dipisahkan dari aktivitas bermainnya.
Aktivitas bermain merupakan bagian yang terintegrasi dalam kehidupan anak dan tidak
dapat dipisahkan. Menurut (Hockenberry & Wilson, 2009), aktivitas bermain dirumah sakit
sangat penting bagi anak, karena bermain mempunyai peranan yang sangat penting yaitu
sebagai upaya untuk:

a. Memfasilitasi penyesuaian diri terhadap situasi yang tidak dikenal,


b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol diri.
c. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang bagian-bagian tubuh, fungsinya dan
penyakit atau kecacatan tubuhnya,
d. Memperbaiki konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan prosedur
medis.
e. Membantu mengurangi stres akibat perpisahan,
f. Memberi hiburan dan relaksasi.
g. Membantu anak merasa lebih nyaman di lingkungan yang aman.
h. Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan,
i. Untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap positif terhadap orang lain.
j. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat serta
k. Memberi cara untuk mencapai tujuan-tujuan terapeutik.

2.3 Prinsip Bermain di Rumah Sakit

Menurut Hockerberry dan Wilson (2009), dalam memberikan aktivitas bermain di


rumah sakit ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh perawat anak, diantaranya
adalah upayakan aktivitas bermain yang diberikan tidak membutuhkan banyak energi,
singkat dan sederhana. Hal yang paling penting dipertimbangkan perawat adalah keamanan
dan infeksi silang. Jika aktivitas bermain diselenggarakan dalam bentuk kelompok, maka
upayakan kelompok umur yang sama serta libatkan keluarga dan orang tua untuk
pendampingan anak selama proses bermain.

2.4 Hambatan yang mungkin terjadi saat Bermain

a. Anak merasa lelah


b. Anak merasa bosan
c. Anak merasa takut dengan lingkungan
d. Kecemasan pada orang tua
2.5 Bermain di RS Berdasarkan Tujuan

a. Meningkatkan masukan cairan


1) Gunakan cangkir bergambar kecil yang lucu
2) Buat pesta teh di meja kecil
3) Minta anak mengisi spuit dengan minuman dan semprotkan ke dalam mulut
4) Buat poster kemajuan, berikan pujian bila anak mau minum dalam jumlah yang
ditentukan
5) Bermain boneka simon’s says
b. Latihan nafas dalam
1) Bermain meniup busa sabun atau bola kapas
2) Simon’s says: “ambil nafas dalam” meniup gelembung dengan peniup
3) Meniup bulu, balon, peluit, harmonika, terompet mainan, peniup pesta
4) Lakukan kontesmeniup denganmenggunakan balon, bola kapas, bulu, bola pingpong,
5) selembar kertas
6) Meniup gelembung dengan sedotan tanpa sabun
c. Latihan otot, rentang gerak dan ektremitas
1) Bermain simon’s says “angkat tangan..”
2) Lempar dan tangkap bola
3) Memainkan gerakan tiruan seperti pesawat, kupu-kupu
4) Bermain tendangan bola: lemparkan benda atau bola ke dalam tempat yang diam.
5) Sentuh dan tendang balon atau bola
6) Mainkan gerakan burung atau kupu-kupu
7) Lakukan lomba balap sepeda roda tiga atau kursi roda di area yang aman
8) Mainkan video game atau pinnball
9) Mainkan plastisin
10) Buat gambar di kertas yang besar
11) Main salon-salonan (menyisir rambut sendiri)
d. Bermain untuk injeksi
Mintalah anak untuk berhitung 1-10 selama injeksi
e. Bermain untuk ambulasi
Berikan pada anak sesuatu untuk didorong
f. Bermain bersenang-senang
Menyanyi bersama – sama

2.6 Alat Permainan Sesuai Usia

a. Bayi (0 – 1 tahun)
Aktifitas bermain bertujuan untuk:
- Melatih dan mengevaluasi reflek fisiologis
- Melatih koordinasi antara mata dengan tangan dan mata dengan telinga
- Melatih untuk mencari objek yang tidak kelihatan
- Melatih mencari sumber asal suara
- Melatih kepekaan perabaan

Karakteristik permainan: social affective play dan sense of pleasure play.

Alat permainan: benda yang aman dimasukkan ke dalam mulut, boneka, mainan yang
bersuara dll.

b. Toddler (2 – 3 tahun)
Aktivitas bermain bertujuan untuk:
- Mengembangkan keterampilan Bahasa
- Melatih motorik halus dan kasar
- Mengembangkan kecerdasan (mengenalwarna, berhitung)
- Melatih daya imajinasi
- Menyalurkan perasaan anak

Karakteristik permainan: skill play dan parallel play

Alat permainan: playdought, alat untuk menggambar dan mewarnai, puzzle sederhana,
alat-alat rumah tangga, kertas untuk melipat (origami paper) dll.

c. Pre school (4 – 5 tahun)


Aktivitas bermain bertujuan untuk:
- Mengembangkan kemampuan berbahasa, berhitung serta menyamakan dan
- membedakan
- Merangsang daya imajinasi
- Menumbuhkan sportivitas, kreativitas dan percaya diri
- Memperkenalkan ilmu pengetahuan, suasana bergotong royong dan kompetisi
- Mengembalikan koordinasi motorik, sosialisasi dan kemampuan untuk
mengendalikan emosi

Karakteristik permainan: dramatic role play, associative play dan skill play

Alat permainan: buku, majalah, alat mewarnai, alat tulis, balok dll

d. Usia sekolah (6 – 12 tahun)


Aktivitas bermain bertujuan untuk:
- Belajar dengan aturan kelompok
- Belajar bersaing, menerima orang lain dan kooperatif
- Laki-laki: mechanical
- Perempuan: mother role.

Karakteristik permainan: cooperative play

Alat permainan:

- Usia 6 – 8 tahun: bermain kartu, boneka, alatolah raga, alat untuk melukis, mencatat
dan bermain sepeda.
- Usia 8 – 12 tahun: mengumpulkan perangko, uang logam, keterampilan tangan,
bermain kartu, olah raga bersama, bersepeda dll
BAB III

SAP TERAPI BERMAIN

A. Jadwal Pelaksanaan

Hari/ Tanggal : Sabtu, 11 Juni 2022

Waktu : 10.15 WIB

Tempat : Ruang Anak LH Lantai RSUD Al - Ihsan

B. Tujuan
1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dengan perawat
2. Memberikan rasa senang pada anak
3. Membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang,dan
nyeri
4. Melatih kemampuan kognitif anak.
5. Melatih kemampuan sensorik anak.
6. Membuat anak lebih rileks.
7. Mampu mengurangi kejenuhan selama dirawat di rumah sakit.
8. Mampu beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di rumah
sakit.
C. Sasaran

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan umum : Baik, Kesadaran composmentis, Tanda – tanda vital dalam rentang normal.

D. Jumlah Peserta
Jumlah peserta 1 orang anak.
E. Jenis dan Alat Bermain
Mainan plastisin (play dough).

F. Strategi Bermain
1. Terapi bermain dilakukan dikamar dan diruangan pasien
2. Persiapan alat seperti boneka yang akan digunakan untuk bermain bersama pasien
3. Persiapan pasien dan keluarga
4. Persiapan lingkungan yang tenang dan nyaman dengan mengatur posisi pasien dan
mengatur pencahayaan agar tidak terlalu terang serta tidak terlalu redup.
5. Pelaksanaannya perawat mengajak pasien untuk bermain boneka bersama sehingga dapat
melatih kemampuan sensorik pasien meliputi indra penglihatan, pendengaran, perasa,
penciuman hingga sentuhan.
6. Terminasi yang baik kepada pasien

G. Setting tempat
Tempat pelaksanaan terapi bermain dilakukan di ruangan pasien yaitu ruang rawat inap
anak LH Lantai 6 RSUD Al - Ihsan. Tempat dimodifikasi menjadi tempat dan lingkungan
yang aman dan nyaman, dengan menjaga privasi pasien serta mengatur pencahayaan agar
tidak terlalu gelap juga tidak terlalu terang.
Waktu yang dipilih untuk memberikan terapi bermain ini pada anak, yaitu pada saat
anak tersebut sedang tidak pada waktu makan dan tidur, Durasi atau lamanya bermain
adalah sekitar 30 menit untuk menghindari anak merasa bosan dengan terapi bermain
tersebut. Pelaksanaan berada di kamar rawat inap anak LH lantai 6, posisi anak berada di
tempat tidur dengan posisi perawat atau fasilitator berada kanan anak dan orang tua anak
berada di samping kiri anak.

H. Pengorganisasian

Leader : Fadhilah Muayyidatul Millah

Co Leader : Fadhilah Muayyidatul Millah

Fasilitator : Fadhilah Muayyidatul Millah


Observer : Fadhilah Muayyidatul Millah

I. Deskripsi tugas
1. Leader : Mengkoordinasikan pelaksaan terapi bermain, Bertanggung jawab terhadap
terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka dan menutup kegiatan ini.
2. Co leader: Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain
dalam terapi bermain.
3. Fasilisator : Memfasilitasi sarana dan prasarana untuk anak bermain, membimbing anak
bermain, memperhatikan respon anak saat bermain, Mengajak anak untuk bersosialisasi
dengan lingkungannya.
4. Observer
a. Mengawasi jalannya permainan.
b. Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana.
c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
d. Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan leader
e. dan fasilitator.

J. Kegiatan Pembelajaran
Waktu Tahap Kegiatan
1. Persiapan ruangan/tempat
17.15 – 17.20 Persiapan 2. Persiapan pasien dan keluarga
3. Menyiapkan alat-alat
Pembukaan
1. Mengucapkan Salam
2. Memperkenalkan Diri
17.20 – 17.25 Proses 3. Menjelaskan tujuan terapi bermain
4. Membuat kontrak waktu
5. Meminta kerja sama dengan pasien
dan keluarga
Pelaksanaan
17.25 – 17.35
1. Menjelaskan kepada orang tua
mengenai cara bermain
2. Mengajak pasien bermain
3. Membantu pasien dalam bermain
4. Memberikan kesempatan kepada
pasien untuk bermain
1. Melihat kondisi pasien setelah
dilakukan terapi bermain
2. Menghentikan terapi bermain
17.35 – 17.40 Evaluasi 3. Memberikan pujian dan sebuah
reward terhadap anak
4. Menutup dengan salam dan ucapan
terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

Rohmah, Nikmatur. (2018). Terapi Bermain. Diakses online dari


http://repository.unmuhjember.ac.id/2285/1/buku%20terapi%20bermain%20lengkap_nikm
atur.pdf
Hurfa Nursyamsiyah. (2022). Modul Praktikum Terapi Bermain. Dari
https://www.canva.com/design/DAEY7UyjBxU/bbrFxn9b0oBcn4abQB0mdw/view?utm_c
ontent=DAEY7UyjBxU&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=s
harebutton#17.
Kusmiati Sri. (2022). Play Therapy. Dari
https://classroom.google.com/c/NDUxNzU0NzI4MTI5/m/NDQ0NzI0ODcyMjc4/details.

Anda mungkin juga menyukai