Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS BERMAIN (TAB) PADA ANAK


DI RUANG ANAK RSPAD GATOT SOEBROTO

OLEH

1. EKA WIDYANINGSIH
2. FEBRI NUR HIDAYATI
3. HALIJAH SIMANJUNTAK
4. NILLA PRAMIDA

PRODI S1 KEPERAWATAN KELAS REGULER B

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKHNOLOGI PKP DKI JAKARTA


Jalan Raya PKP, Kelurahan Kelapa Dua Wetan
Kecamatan Ciracas – Jakarta Timur 13730
TAHUN 2023/2024

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mendapatkan perawatan di Rumah Sakit merupakan peristiwa yang
sering menimbulkan pengalaman traumatik pada anak, yakni ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai
faktor, diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol dan
perlakuan tubuh akibat tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibat
perpisahan pada anak akan menimbilkan berbagai reaksi seperti menolak
makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif terhadap
aktifitas sehari-hari serta menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
Pada saat di rawat di rumah sakit akan anak merasa takut bila
mendapat perlukaan, karena ia menganggap bahwa tindakan dan prosedur
yang dilakukan di rumah sakit semuanya dapat mengancam integritas
tubuhnya. Anak masuk rumah sakit akan bereaksi dengan agresif, ekspresi
verbal dan dependensi. Maka sulit bagi anak untuk percaya bahwa mengukur
suhu, mengukur tekanan darah, mendengarkan suara napas dan prosedur
lainnya tidak akan menimbulkan perlukaan. Jika hal ini berlanjut maka
tindakan keperwatan dan pengobatan tidak akan berhasil sehingga masalah
anak tidak teratasi.
RSPAD Gatot Soebroto merupakan Rumah Sakit Rujukan tertinggi
yang memfasilitasi pemeriksaan dan perawatan bagi anak yang kemudian
menjadi penyebab stres bagi anak, orang tua atau pengasuh anak yang
mendampinginya untuk dilakukan pemeriksaan dan tindakan. RSPAD Gatot
Soebroto memiliki banyak ruangan untuk pasien rawat inap, salah satunya
yaitu Ruang anak. Ruang anak secara khusus merawat pasien anak dengan
berbagai macam penyakit.
Berbagai cara dan metode telah banyak dikembangkan untuk
menghindari masalah di atas, salah satunya adalah dengan melakukan terapi

2
bermain kepada anak yang mengalami hospitalisasi. Selain merupakan
kegiatan dari dunia anak, bermain juga dipercaya mampu menurunkan stress
pada anak akibat lingkungan yang baru dan tindakan infasif salama proses
perawatan di rumah sakit. Penerapan terapi bermain dalam penanganan anak
yang dirawat di rumah sakit juga dapat memudahkan anak mengalihkan rasa
kecemasan dan ketakutan lewat permainan, mempercepat proses adaptasi di
rumah sakit, anak dapat berkumpul dengan teman sebayanya di rumah sakit
sehingga tidk merasa terisolisir, anak mudah diajak bekerja sama dengan
metode pendekatan proses keperawatan di rumah sakit.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
a. Mengurangi kecemasan dan trauma hospitalisasi pada anak
b. Mendorong Intraksi Antara Perawat Dengan Anak

2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan intelektual anak
b. Meningkatkan keterampilan sensori motorik halus
c. Meningkatkan keterampilan sensori motorik kasar
d. Meningkatkan kreativitas
e. Meningkatkan perkembangan sosial anak
f. Mengembangkan kebebasan dalam bereksplorasi
g. Mengembangkan kemandirian dan keyakinan anak

C. Manfaat
1. Bagi Keluarga Pasien
Sebagai terapi untuk meningkatkan perkembangan sosial dan
intelektual anak
2. Bagi Rumah Sakit

3
Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan intervensi keperawatan
anak
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan evaluasi pendidikan untuk meningkatkan mutu
Pendidikan, khususnya di bidang perawatan anak
4. Bagi Mahasiswa
Sebagai pembelajaran dalam rangka mencapai kompetensi pelaksanaan
asuhan keperawatan pada anak dengan menerapkan terapi modalitas
pada anak.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Bermain
Hurlok (2007) Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan
anak dan salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena
hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi
tersebut sering disertai stres berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk
mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam
menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak
juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2008).
Landreth (2001) mendefinisikan terapi bermain sebagai hubungan
interpersonal yang dinamis antara anak dengan terapis yang terlatih dalam
prosedur terapi bermain yang menyediakan materi permainan yang dipilih dan
memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak untuk
sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pengalaman dan
perilakunya) melalui media bermain.

B. Fungsi Bermain
Menurut Wong (2008) fungsi bermain meliputi:
1. Perkembangan sensori motorik
Bermain penting untuk mengembangkan otot dan energi. Komponen yang
paling utama untuk semua umur terutama bayi. Anak mengeksplorasi alam
sekitarnya dengan cara:
a. Bayi melalui stimulasi taktil (sentuhan), audio, visual.
b. Toddler dan prasekolah yaitu gerakan tubuh dan eksplorasi lingkungan
c. Sekolah dan remaja yaitu memodifikasi gerakan tubuh lebih
terkoordinasi dan rumit. Contoh berlari dan bersepeda.
2. Perkembangan intelektual atau kognitif

5
Anak belajar berhubungan dengan lingkungannya, belajar
mengenal objek dan bagaimana menggunakannya, biasanya dimulai dari
teman-teman sekelasnya anak belajar berpikir abstrak dapat meningkatkan
kemampuan bahasa, dapat mengatasi masalah dan menolong anak
membandingkan antara fantasi dan realita. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
membacakan kepada teman-temannya.
3. Sosialisasi
Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi
anak sehingga anak cepat mengatasi persoalan yang akan timbul dalam
hubungan sosial. Dengan sosialisasi akan berkembang nilai-nilai norma dan
etik. Anak belajar yang benar dan salah serta bertanggung jawab atas
kehendaknya. Permainan membantu anak untuk membuka diri dan pengertian
kepada orang lain diluar keluarga melalui saling berbagi cerita dan rahasia
pribadi, mendengarkan pendapat teman dan saling memberi.
a. Bayi: perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran orang lain dimana
kontak sosial pertama anak adalah figur ibu
b. Sampai usia 1 tahun: bayi memeriksa bayi lain, memeriksa objek
dilingkungan
c. Usia 2-3 tahun: permainan pura-pura dengan ibu dan anak, dokter dan
pasien, penjual dan pembeli. Kemudian meluas teman sementara dan
teman sepermainannya
d. Usia pra sekolah: sadar akan keberadaan teman sebaya, mengidentifikasi
ciri yang ada pada setiap bermainnya
e. Usia sekolah: teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar memberi dan
menerima belajar peran benar atau salah, nilai moral dan etik, mulai
memahami tamggung jawab dari tindakannya.
4. Kreativitas
Melalui bermain anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru
dalam bermain. Kalau anak merasa puas dari kreativitas baru, maka anak
akan mencoba pada situasi yang lain.
a. Nilai terapeutik

6
Untuk melepaskan stress dan ketegangan.
1) Kesadaran diri
Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahanya serta tingkah
lakunya. Anak dapat meminta tolong kepada teman bila mengalami
kesulitan dengan mengajak teman lain bergabung dalam permainan
atau tugas (case)
2) Nilai moral
Belajar salah atau benar dari kultur, rumah, sekolah dan interaksi.
Contoh bila ingin diterima sebagai anggota kelompok, anak harus
mematuhi kode perilaku yang diterima secara kultur, adil, jujur,
kendali diri dan mempertimbangkan kepentingan orang lain.
5. Nilai terapeutik
Untuk melepaskan stress dan ketegangan
6. kesadaran diri
Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahannya serta tingkah lakunya.
7. Nilai Moral
Belajar salah/benar dari kulutr, rumah, sekolah dan interaksi. Contoh bila
ingin diterima sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode
perilaku yang diterima secara kultur, adil, jujur, kendali dir dan
mempertimbangkan kepentingan orang lain.

C. Klasifikasi Bermain
Bermain diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan karakteristiknya
menurut Wong (2008) yaitu :
1. Menurut isi permainan
a. Social affective play, yaitu permainan yang membuat anak belajar
berhubungan dengan orang lain. Contoh; orang tua berbicara, memeluk,
bersenandung, anak memberi respon dengan tersenyum, mendengkur,
tertawa, beraktivitas, dll
b. Sense pleasure play (bermain untuk bersenang-senang), contohnya;
obyek seperti wanita, cahaya, bau, rasa, benda alam dan gerakan tubuh

7
c. Skill play, yaitu bermain yanng sifatnya membina ketrampilan misalnya
berulangkali melakukan dan dan melatih kemampuan yang baru didapat,
seringkali menimbulkan nyeri dan frustasi pada anak. Contoh naik
sepeda
d. Perilaku bermalas-malasan (Unoccupied Behavior), dimana tidak
bermain tetapi memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik.
Misalnya sibuk dengan benda-benda lain atau bajunya
e. Dramatic role play, dimulai pada akhir masa bayi 11-13 bulan, contoh;
berpura-pura melakukan kegiatan keluarga seperti makan, minum dan
tidur. Pada usia toddler kegiatan berupa hal-hal yang lebih dikenalnya.
Untuk usia prasekolah kegiatan sehari-hari tetapi lebih rumit
f. Permainan game, contohnya puzzle, komputer games dan video.
2. Menurut karakteristik sosial
a. Bermain mengamati atau unlooker, dimana anak akan melihat sesuatu
yang dilakukan oleh anak lain tetapi tidak ada usaha untuk ikut bermain.
Contohnya menonton televisi
b. Bermain mandiri (solitary play), dimana anak bermain sendiri. Menyukai
kehadiran orang lain tapi tidak ada usaha untuk mendekat atau berbicara.
Hanya terpusat pada aktivitas atau permainannya sendiri.
c. Parallel play, yakni bermain sendiri ditengah anak lain, tidak ada
asosiasi kelompok dan merupakan ciri bermain anak Toddler.
d. Assosiation play, yaitu bermain dan beraktifitas serupa bersama, tetapi
tidak ada pembagian kerja, pemimpin atau tujuan bersama, anak interaksi
dengan saling meminjam alat.
e. Cooperative play yaitu bermain dalam kelompok, ada perasaan
kebersamaanatau sebaliknya, terbentuk hubungan pemimpin dan
pengikut. Ada tujuan yang ditetapkan dan ingin dicapai.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bermain


1. Kesehatan

8
Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti
permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai
hiburan.
2. Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja
yang dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada perkembangan
motorik anak.
3. Intelegensi
Pada setiap usia anak, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang
pandai dan permainan mereka lebih menunjukkan keseimbangan perhatian
bermain yang besar, termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan
intelektual yang nyata.
4. Jenis kelamin
Pada masa awal kanak-kanak, anak laki-laki menunjukkan perhatian pada
berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang perempuan, tetapi
sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak.
5. Status sosial ekonomi
Anak dari status sosial ekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai kegiatan
yang mahal sedangkan dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang
tidak mahal. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang
ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi
terhadap mereka.
6. Lingkungan
Anak dari lingkungan buruk kurang bermain ketimbang anak lainnya karena
kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan dan ruang. Anak yang berasal
dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari
lingkungan kota. Hal ini dikarenakan kurangnya peralatan dan waktu bebas.
7. Peralatan bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya.
Misalnya, dominasi boneka dan binatang buatan yang mendukung permainan
pura-pura.

9
E. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan Anak
1. Tradisi
a. Setiap generasi meniru permainan generasi sebelumnya
b. Bentuk permainan yang memuaskan akan dilanjutkan
c. Tergantung dari perubahan musim
2. Bermain mengikuti pola perkembangan yang dapat diramalkan. Usia
bertambah, penggunaan material lebih bermakna, misalnya balok.
3. Waktu dan usia
a. Ragam kegiatan bermain berkurang dengan tambahnya usia.
b. Waktu berkurang sesuai usia
c. Aktifitas fisik berkurang
d. Waktu untuk aktifitas spesifik meningkat
e. Perhatian menyempit tetapi lebih lama
f. Jumlah dan usia teman (lebih sedikit dan spesifik)

F. Jenis Permainan Sesuai Dengan Usia Anak


a. Umur 0-3 bulan
a. Sentuhan, ocehan, kontak mata
b. Perhatian, tersenyum, warna dan suara
b. Umur 3 bulan
a. Sentuhan pensil pada punggung tangan dan ujung jari anak, melatih
menggenggam dan menggerakkan lengan tangan dan tungkai ; gerak
kasar.
b. Warna/cahaya digerakkan ke kiri dan ke kanan; visual dan gerak halus.
c. Suara; berbicara, tape, dan lain-lain
d. Tertawa dan tersenyum; bergaul dan mandiri
e. Berbicara dengan lembut, memeluk dan mencium, membuai dan
menimang, memupuk cinta kasih sayang dan rasa aman
f. Melatih membalikkan badan dari telentang ke tengkurap

10
g. Melatih mengangkat kepala, menelungkupkan anak memberikan benda-
benda yang menarik dan digerak-gerakkan
h. Letakkan benda-benda kecil sebesar biji kacang di depan anak, ambil
benda itu sampai anak meniru, awasi.
i. Beri biskuit atau roti hingga anak dapat memasukkan makanan kedalam
mulut.
j. Melatih anak meraih benda
c. Umur 3-6 bulan
a. Gunakan mainan yang dapat menimbulkan suara
b. Pindahkan mainan ke posisi berubah-ubah, bergaul dan mandiri
c. Melatih mencari sumber suara
d. Mengoceh pada anak sehingga anak meniru
e. Melatih menyangga leher
f. Melatih untuk duduk
g. Melatih untuk menyangga badan dan kedua kaki
h. Memberi kesempatan pada anak untuk coret-coret
i. Melatih meniru kata-kata, mengenal suara, lingkungan sekitar, bergaul
d. Umur 6-9 bulan
1. Anak didudukkan dan mempertahankan posisi dengan kepala tegak
2. Memindahkan benda dari tangan kanan ke tangan kiri
3. Sering diajak bicara
4. Perlihatkan bambar lucu dan menarik
5. Mengajak dirinya dikaca
6. Melatih merangkak, berdiri
7. Melatih memasukkan dan mengeluarkan benda, tepuk tangan,menepuk
beduk dan gendang
8. Mengajak anak mengikuti kegiatan keluarga. Contoh : makan bersama,
jalan-jalan dan rekreasi
e. Umur 9-12 bulan
1. Bermain merambat pada meja atau kursi
2. Meraup benda-benda kecil dengan kelima jari-jari

11
3. Berbicara ( melatih ) dengan dua suku kata
4. Bermain untuk melatih anak memanjat kursi atau tangga secara
bertahap
5. Bermain bola
6. Melatih atau bermain dengan berjalan
7. Menumpuk balok
8. Menggambar
9. Melatih membungkukkan badan saat mengambil sesuatu benda
10. Menyebutkan beberapa nama dari bagian tubuhnya

f. Umur 12-18 bulan


a. Bermain mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk
b. Makan dan minum
c. Berjalan mundur (dengan menarik mainan)
d. Menangkap, melempar dan menendang bola
e. Memakai dan melepas pakaian
f. Puzzle
g. Perintah sederhana
h. Bercerita (minta pada anak)
g. Umur 18-24 bulan
a. Menggambar dengan pola
b. Menunjukkan dan menyebut salah satu bagian tubuh yang benar
c. Rumah-rumahan, masak-masakan ( pekerjaan RT )
d. Melatih berjalan jinjit, melompat dan berdiri dengan satu kaki
e. Bermain dengan lilin atau tanah liat atau adonan kue
f. Memasukkan benda ke lubang yang sesuai
g. Menyebut nama benda-benda dan mengenal sifatnya
h. Cuci tangan dan kaki
i. Memilih baju

12
h. Umur 2-3 tahun
a. Berdiri dengan satu kaki
b. Menggambar
c. Menghitung jumlah benda
d. Mencocokkan gambar dengan benda sesungguhnya
e. Menyebut nama
f. Bercerita dengan dirinya
g. Menyebut lawan kata
h. Permainan dramatik, sopan santun, masak-masakan, mandi, dll.
i. Umur 3-4 tahun
1. Menggambar dan menulis
2. Jalan jinjit
3. Menyebutkan warna warni
4. Melompat dengan satu kaki
5. Melempar ke atas
6. Menggunting dan menempel
7. Mengenal huruf dan angka
8. Mengenal bentuk dan warna gambar
9. Membaca
10.Mengenal musim
11.Bermain kredit
j. Umur 4-5 tahun
a. Melompat dengan satu kaki
b. Mengancingkan baju
c. Bercerita dan mengingat
d. Mengenal tulisan
e. Pertanyaan “ mengapa “
f. Mengenal tanda, simbol dan lambang
g. Bergaul
k. Umur 5-6 tahun

13
1. Main bola ( jarak 1 m )
2. Menggambar ( segi tiga )
3. Angka, huruf, menghitung 0 – 10
4. Bersepeda
5. Bermain lilin atau tanah liat atau adonan kue
6. Menyebut nama hari, bulan, jumlah hari dalam 1 Minggu dan 1
bulan dan seterusnya
7. Waktu
8. Ukur panjang dan lebar dengan penggaris
9. Masak-masakan

G. Alat Permainan Edukatif (APE)


Yang dimaksud alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya,
serta berguna untuk:
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu alat kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak.
2. Pengembangan aspek bahasa, dengan melatih berbicara menggunakan
kalimat yang benar.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk, warna, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi
dengan orang tua, keluarga, teman dan lingkungan masyarakat. Syarat sebuah
APE adalah sebagai berikut:
a. Aman
b. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia perkembangan anak
c. Desainnya harus jelas
d. Berfungsi untuk mengembangkan motorik, bahasa, kecerdasan dan
sosialisasi anak
e. Harus bervariasi

14
f. Menarik
g. Mudah diterima oleh semua kebudayaan
h. Tidak mudah rusak.

BAB III
RENCANA PELAKSANAAN

A. Waktu dan tempat


1. Waktu permainan:
a. Lama bermain : 30 menit (1 X bermain)
b. Hari/Tanggal : Rabu, 10 Januari 2024
c. Jam : 10.30 WIB
2. Tempat bermain.
Ruang Anak (IKA 1) RSPAD Gatot Soebroto

B. Karakteristik Bermain
1. Menyalurkan emosi dan perasaan
2. Melatih motorik halus
3. Meningkatkan kecerdasan
4. Melatih kerjasama mata – tangan
5. Membedakan permukaan dan warna benda
6. Mengembangkan kreatifitas anak dengan cara memilih warna dan
mencorat-coret buku gambar

D. Karakteristik Peserta
- Jumlah peserta : Minimal 2 Orang
- Nama peserta : Terlampir

E. Metode
1. Ceramah
2. Bermain

15
3. Tanya Jawab

F. Uraian Tugas
Tugas yang harus dilakukan dalam terapi bermain antara lain :
- Mengkoordinir pelaksanaan program bermain.
- Mengadakan kontrak dengan pasien dan keluarga.
- Meminta izin dengan Kepala Ruangan.
- Memfasilitasi proses bermain.

G. Strategi
1. Pra kegiatan
 Menyiapkan tempat / ruangan
 Menyiapkan alat – alat
 Menyiapkan peserta
2. Kegiatan
 Anak diberikan kebebasan dalam memilih permaianan sesuai dengan
daya kreativitas dan imajinasi mereka.
 Anak diberi kebebasan dalam mewarnai gambar dan memasukan bola.
 Memberikan bantuan/arahan jika diperlukan.

H. Langkah-langkah
1. Persiapan : 5 menit
2. Pembukaan : 5 menit
 Perkenalan
 Penjelasan maksud dan tujuan
3. Pelaksanaan : 15 menit
4. Evaluasi : 5 menit

I. Pengorganisasian
Leader : Eka Widyaningsih

16
Co Leader : Nilla Pramida

Fasilitator : Febri Nur Hidayati

Oberver : Halijah Simanjuntak

J. Pembagian tugas
a. Leader : Eka Widyaningsih
Tugas:
1) Membuka acara, memperkenalkan nama-nama terapis
2) Menjelaskan tujuan terapi bermain.
3) Menjelaskan aturan terapi permainan
b. Co. Leader: Nilla Pramida
Tugas:
1) Membantu leader dalam mengorganisir kegiatan
2) Menyampaikan jalannya kegiatan
3) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader dan sebaliknya
c. Observer: Halijah Simanjuntak
Tugas:
1) Mengevaluasi jalannya kegiatan
2) Mendokumentasikan kegiatan
d. Fasilitator: Febri Nurhidayati
Tugas:
1) Memfasilitatori kegiatan yang diharapkan
2) Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan
3) Sebagai Role Model selama kegiatan

K. Evaluasi yang diharapkan


1. Anak dapat mengekspresikan perasaan mereka setelah bermain.
2. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
3. Anak merasa senang.
4. Anak tidak takut lagi dengan petugas / perawat.

17
L. Peserta
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah
1. Anak yang kooperatif
2. Anak yang dalam kondisi mampu mengikuti terapi bermain
3. Besedia dengan baik
Peserta terdiri dari:
1. Anak
2. Orang tua anak.
3. Mahasiswa 4 orang
4. Pembimbing akademik dan lahan

M. Sarana dan Media


1. Sarana:
 Ruangan tempat bermain
 Peralatan bermain

N. Tahap Kerja Terapi Bermain pada Anak


1. Stimulasi Sosial
Anak bermain bersama orang tua atau fasilitator.
2. Stimulasi Keterampilan
Mengetahui kemampuan yang ada pada anak dan merangsang
perkembangan anak.
3. Stimulasi Kerjasama
Anak mampu bekerjasama dalam permainan. Contoh: anak mengikuti
intstruksi dari fasilitator ataupun orang tua yang mendampingi.

O. Susunan Acara
Permainan ini akan dilaksanakan secara tim dengan susunan
acara sebagai berikut :

Waktu Kegiatan perawat Kegiatan peserta

18
1. Mengucapkan salam 1. Membalas salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dan peraturan penjelasan
5 Menit
kegiatan 3. Mendengarkan
Pembukaan
4. Menjelaskan alat yang akan penjelasan
(perkenalan)
dijadikan media permainan
4. Mendengarkan
penjelasan
1. Meminta kepada setiap orang tua 1. Memperkenalkan
untuk menyebutkan nama diri
masing-masing anak
2. Menjelaskan kembali tentang
permainan beserta alat-alatnya 2. Mendengarkan
15 Menit 3. Meminta orang tua/pendamping penjelasan
Permainan anak untuk bersiap-siap memulai
permainan 3. Mulai bersiap-siap
4. Melakukan/melaksanakan untuk memulai
permainan permainan
4. Bermain

1. Meminta kepada peserta untuk 1. Klien


mengemukakan perasaannya Mengemukakan
setelah bermain tentang
10 Menit 2. Orang tua/ pendamping anak perasaannya
Evaluasi dipersilahkan untuk bertanya 2. Bertanya

5 Menit 1. Memberikan kesimpulan tentang 1. Mendengarkan.


permainan

19
2. Memberikan hadiah kepada anak
yang mengikuti terapi bermain 2. Anak terlihat
3. Mengucapkan salam penutup senang
Penutup
(Terminasi)
3. Menjawab salam
penutup

P. Denah Bermain Peran

Leader

klien klien

Orang tua klien Orang tua klien

fasilitator
fasilitas
klien
klien
to
to
klien
klien
Orang tua klien
Orang tua klien

Observer

20
DAFTAR PUSTAKA

Narendra, Sularso, dkk. 2009. Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja. Jakarta:
Sagung Seto
Anggani, Sudono. 2009. Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan
Usia Dini. Jakarta: Grafindo
Soettjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Pusdiknakes. 2007. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta:
Depkes.

21
DAFTAR NAMA PESERTA TERAPI BERMAIN DI RUANG ANAK
RSUD DR.R SOEDJONO SELONG

No Nama Anak Nama Ibu Ket

22
LEMBAR OBSERVASI PENCAPAIAN ANAK

No Nama Anak Capaian anak Nilai

23

Anda mungkin juga menyukai