Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TAB

TERAPI AKTIVITAS BERMAIN

Dibimbing oleh:
Ns.Bambang Suryadi, S.Kep., M.Kes

Disusun oleh:
Chandra Yulistiara 18190000008
Ilham Permana 18190000037
Maya Gricella Latuputty 18190000012
Gracety Carlie Lakotany 18190000021
Suratmo 18190000018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
(STIKIM)
2020
LAPORAN TAB

TERAPI AKTIVITAS BERMAIN

A. Latar Belakang

Mendapatkan perawatan di Rumah Sakit merupakan peristiwa yang

sering menimbulkan pengalaman traumatik pada anak, yakni ketakutan dan

ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor,

diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol dan perlakuan

tubuh akibat tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibat perpisahan

pada anak akan menimbulkan berbagai reaksi seperti menolak makan, menangis,

teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif terhadap aktifitas sehari-hari serta

menolak tindakan keperawatan yang diberikan.

Pada saat di rawat di rumah sakit akan anak merasa takut bila mendapat

perlukaan, karena ia menganggap bahwa tindakan dan prosedur yang dilakukan

di rumah sakit semuanya dapat mengancam integritas tubuhnya. Anak masuk

rumah sakit akan bereaksi dengan agresif, ekspresi verbal dan dependensi. Maka

sulit bagi anak untuk percaya bahwa mengukur suhu, mengukur tekanan darah,

mendengarkan suara napas dan prosedur lainnya tidak akan menimbulkan

perlukaan. Jika hal ini berlanjut maka tindakan keperwatan dan pengobatan tidak

akan berhasil sehingga masalah anak tidak teratasi.

RSPAD merupakan Rumah Sakit Pusat yang memfasilitasi pemeriksaan

dan perawatan bagi anak yang kemudian menjadi penyebab stres bagi anak,

orang tua atau pengasuh anak yang mendampinginya untuk dilakukan


pemeriksaan dan tindakan. RSPAD memiliki banyak ruangan untuk pasien

rawat inap, salah satunya yaitu Ruang anak. Ruang anak secara khusus merawat

pasien anak dengan berbagai macam penyakit. Dari hasil observasi yang

dilakukan pada anak yaitu pada hari Rabut, 08 April 2020, terdapat setidaknya 7

orang anak yang menunjukkan kecemasan atau mengalami trauma hospitalisasi,

tentu hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi kondisi anak dalam proses

penyembuhan. Dalam kondisi seperti ini, anak membutuhkan suatu hiburan

dalam bentuk permainan dimana anak bisa pengalihan stres dengan cara

mendengarkan mendongeng.

Berbagai cara dan metode telah banyak dikembangkan untuk

menghindari masalah di atas, salah satunya adalah dengan melakukan terapi

bermain kepada anak yang mengalami hospitalisasi. Selain merupakan kegiatan

dari dunia anak, bermain juga dipercaya mampu menurunkan stress pada anak

akibat lingkungan yang baru dan tindakan infasif salama proses perawatan di

rumah sakit. Penerapan terapi bermain dalam penanganan anak yang dirawat di

rumah sakit juga dapat memudahkan anak mengalihkan rasa kecemasan dan

ketakutan lewat permainan, mempercepat proses adaptasi di rumah sakit, anak

dapat berkumpul dengan teman sebayanya di rumah sakit sehingga tidak merasa

terisolisir, anak mudah diajak bekerja sama dengan metode pendekatan proses

keperawatan di rumah sakit.


B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan terapi bermain selama 40 menit, anak dapat mengikuti

permainan stimulasi kognitif yang diberikan.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan terapi bermain selam 40 menit anak mampu :

a. Anak dapat memperhatikan dongeng yang disampaikan.

b. Anak dapat menyebutkan beberapa nama pemain dalam dongeng.

c. Anak dapat mengerti betapa pentingnya mencuci tangan.

C. Sasaran

Sasaran pemberian TAB ini adalah pada anak 3-6 tahun.

D. Prinsip Bermain Menurut Teori

1. Bermain Aktif

Bermain aktif yaitu anak banyak menggunakan energi dan isiatif dari anak

sendiri, contoh bermain sepak bola.

2. Bermain Pasif

Energi yang dikeluarkn sedikit, anak tidak perlu melakukan aktifitas (hanya

melihat) contoh memberikan support.


3. Konsep Bermain

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah

satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi

menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan karena situasi tersebut sering

disertai stres berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan

rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam

menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan

kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain

tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit.

Terapi bermain sebagai hubungan interpersonal yang dinamis antara

anak dengan terapis yang terlatih dalam prosedur terapi bermain yang

menyediakan materi permainan yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan

suatu hubungan yang aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan

dan eksplorasi dirinya (perasaan, pengalaman dan perilakunya) melalui media

bermain.

4. Fungsi Bermain

a. Perkembangan sensori motorik

Bermain penting untuk mengembangkan otot dan energi. Komponen

yang paling utama untuk semua umur terutama bayi. Anak mengeksplorasi

alam sekitarnya dengan cara:

 Bayi melalui stimulasi taktil (sentuhan), audio, visual.


 Toddler dan prasekolah yaitu gerakan tubuh dan eksplorasi

lingkungan

 Sekolah dan remaja yaitu memodifikasi gerakan tubuh lebih

terkoordinasi dan rumit. Contoh berlari dan bersepeda.

b. Perkembangan intelektual atau kognitif

Anak belajar berhubungan dengan lingkungannya, belajar

mengenal objek dan bagaimana menggunakannya, biasanya dimulai dari

teman-teman sekelasnya anak belajar berpikir abstrak dapat meningkatkan

kemampuan bahasa, dapat mengatasi masalah dan menolong anak

membandingkan antara fantasi dan realita. Hal ini dapat ditunjukkan

dengan membacakan kepada teman-temannya.

c. Sosialisasi

Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas

sosialisasi anak sehingga anak cepat mengatasi persoalan yang akan

timbul dalam hubungan sosial. Dengan sosialisasi akan berkembang

nilai-nilai norma dan etik. Anak belajar yang benar dan salah serta

bertanggung jawab atas kehendaknya. Permainan membantu anak untuk

membuka diri dan pengertian kepada orang lain diluar keluarga melalui

saling berbagi cerita dan rahasia pribadi, mendengarkan pendapat teman

dan saling memberi.

 Bayi: perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran orang lain

dimana kontak sosial pertama anak adalah figur ibu


 Sampai usia 1 tahun: bayi memeriksa bayi lain, memeriksa

objek dilingkungan

 Usia 2-3 tahun: permainan pura-pura dengan ibu dan anak,

dokter dan pasien, penjual dan pembeli. Kemudian meluas

teman sementara dan teman sepermainannya

 Usia pra sekolah: sadar akan keberadaan teman sebaya,

mengidentifikasi ciri yang ada pada setiap bermainnya

 Usia sekolah: teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar

memberi dan menerima belajar peran benar atau salah, nilai

moral dan etik, mulai memahami tamggung jawab dari

tindakannya.

d. Kreativitas

Melalui bermain anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru

dalam bermain. Kalau anak merasa puas dari kreativitas baru, maka anak

akan mencoba pada situasi yang lain.

e. kesadaran diri

Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahannya serta tingkah

lakunya.

f. Nilai Moral

Belajar salah/benar dari kulutr, rumah, sekolah dan interaksi. Contoh bila

ingin diterima sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode


perilaku yang diterima secara kultur, adil, jujur, kendali dir dan

mempertimbangkan kepentingan orang lain.

E. Karakteristik Permainan Sesuai Usia

1. Umur 0-3 bulan

 Sentuhan, ocehan, kontak mata

 Perhatian, tersenyum, warna dan suara

2. Umur 3 bulan

 Sentuhan pensil pada punggung tangan dan ujung jari anak, melatih

menggenggam dan menggerakkan lengan tangan dan tungkai ; gerak

kasar.

 Warna/cahaya digerakkan ke kiri dan ke kanan; visual dan gerak halus.

 Suara: berbicara, tape, dan lain-lain

 Tertawa dan tersenyum; bergaul dan mandiri

 Berbicara dengan lembut, memeluk dan mencium, membuai dan

menimang, memupuk cinta kasih sayang dan rasa aman

 Melatih membalikkan badan dari telentang ke tengkurap

 Melatih mengangkat kepala, menelungkupkan anak memberikan benda-

benda yang menarik dan digerak-gerakkan

 Letakkan benda-benda kecil sebesar biji kacang di depan anak, ambil

benda itu sampai anak meniru, awasi.


 Beri biskuit atau roti hingga anak dapat memasukkan makanan kedalam

mulut.

 Melatih anak meraih benda

3. Umur 3-6 bulan

 Gunakan mainan yang dapat menimbulkan suara

 Pindahkan mainan ke posisi berubah-ubah, bergaul dan mandiri

 Melatih mencari sumber suara

 Mengoceh pada anak sehingga anak meniru

 Melatih menyangga leher

 Melatih untuk duduk

 Melatih untuk menyangga badan dan kedua kaki

 Memberi kesempatan pada anak untuk coret-coret

 Melatih meniru kata-kata, mengenal suara, lingkungan sekitar, bergaul

4. Umur 6-9 bulan

 Anak didudukkan dan mempertahankan posisi dengan kepala tegak

 Memindahkan benda dari tangan kanan ke tangan kiri

 Sering diajak bicara

 Perlihatkan bambar lucu dan menarik

 Mengajak dirinya dikaca

 Melatih merangkak, berdiri


 Melatih memasukkan dan mengeluarkan benda, tepuk tangan,menepuk

beduk dan gendang

 Mengajak anak mengikuti kegiatan keluarga. Contoh : makan bersama,

jalan-jalan dan rekreasi

5. Umur 9-12 bulan

 Bermain merambat pada meja atau kursi

 Meraup benda-benda kecil dengan kelima jari-jari

 Berbicara ( melatih ) dengan dua suku kata

 Bermain untuk melatih anak memanjat kursi atau tangga secara

bertahap

 Bermain bola

 Melatih atau bermain dengan berjalan

 Menumpuk balok

 Menggambar

 Melatih membungkukkan badan saat mengambil sesuatu benda

 Menyebutkan beberapa nama dari bagian tubuhnya

6. Umur 12-18 bulan

 Bermain mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk

 Makan dan minum

 Berjalan mundur (dengan menarik mainan)

 Menangkap, melempar dan menendang bola


 Memakai dan melepas pakaian

 Puzzle

 Perintah sederhana

 Bercerita (minta pada anak)

7. Umur 18-24 bulan

 Menggambar dengan pola

 Menunjukkan dan menyebut salah satu bagian tubuh yang benar

 Rumah-rumahan, masak-masakan ( pekerjaan RT )

 Melatih berjalan jinjit, melompat dan berdiri dengan satu kaki

 Bermain dengan lilin atau tanah liat atau adonan kue

 Memasukkan benda ke lubang yang sesuai

 Menyebut nama benda-benda dan mengenal sifatnya

 Cuci tangan dan kaki

 Memilih baju

8. Umur 2-3 tahun

 Berdiri dengan satu kaki

 Menggambar

 Menghitung jumlah benda

 Mencocokkan gambar dengan benda sesungguhnya

 Menyebut nama
 Bercerita dengan dirinya

 Menyebut lawan kata

 Permainan dramatik, sopan santun, masak-masakan, mandi, dll.

9. Umur 3-4 tahun

 Menggambar dan menulis

 Jalan jinjit

 Menyebutkan warna warni

 Melompat dengan satu kaki

 Melempar ke atas

 Menggunting dan menempel

 Mengenal huruf dan angka

 Mengenal bentuk dan warna gambar

 Membaca

 Mengenal musim

 Bermain kredit

10. Umur 4-5 tahun

 Melompat dengan satu kaki

 Mengancingkan baju

 Bercerita dan mengingat

 Mengenal tulisan

 Pertanyaan “ mengapa “

 Mengenal tanda, simbol dan lambang


 Bergaul

11. Umur 5-6 tahun

 Main bola ( jarak 1 m )

 Menggambar ( segi tiga )

 Angka, huruf, menghitung 0 – 10

 Bersepeda

 Bermain lilin atau tanah liat atau adonan kue

 Menyebut nama hari, bulan, jumlah hari dalam 1 Minggu dan 1 bulan

dan seterusnya

 Waktu

 Ukur panjang dan lebar dengan penggaris

 Masak-masakan

F. Deskripsi Permainan Saat di Aplikasinya

Permainan yang dilakukan adalah mendongeng dan mengetahui kesimpulan atau

pembelajaran yang dapat diambil dari dongeng yang diceritakan. setiap anak

mendengarkan dongeng tentang upin-ipin dan setelah dongeng selesai anak-anak

diharapkan mau dan lebih sering mencuci tangan sebelum makan, setelah

makan, setelah melakukan aktifitas diluar rumah.

G. Jenis Permainan

Permainan yang dilakukan adalah mendongeng tentang doraemon dan

menggambarkan betapa pentingnya mencuci tangan, yang kemudian narator


membacakan sinopsis lalu dilanjutkan oleh para pemain peran dalam dongeng

doraemon.

H. Alat Permainan

1. Speaker mini

2. Karakter doraemon

I. Strategi Pelaksanaan Permainan

No Tahap Kegiatan Perawat Kegiatan Pasien


.
1. Pembukaan a. Salam pembukaan a. Memperhatikan
b. Perkenalan b. Menjawab salam
c. Mengkomunikasikan
tujuan
2. Kegiatan a. Menyiapkan alat peraga a. Mengikuti
Aktivitas b. Menceritakan dongeng b. Menanggapi
Bermain tentang doraemeon c. Mengikuti
c. Meminta respon dan
tanggapan anak
d. Meminta anak untuk
berpendapat setelah
mendengarkan dongeng
yang disampaikan.
e. Memberikan
Reinfocement positif jika
anak bias menyimpulkan
dan berpendapat tentang
dongeng yang
disampaikan.
3. Evaluasi a. Mengakhiri permainan a. Memperhatikan
b. Melakukan evaluasi b. Menanggapi
J. Setting Tempat

MEJA

Keterangan

: Peserta

: Tokoh Pemeran

: Observer

K. Waktu

Hari / tanggal : Rabu, 08 April 2020

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Ruang IKA II, RSPAD Gatot Soebroto

L. Hal-hal yang Perlu Diwaspadai Saat Bermain


1. Liat keadaan klien untuk bisa diajak terapi aktivitas bermain

2. Perhatikan sekitar lingkungan atau benda untuk tidak membahayakan klien

M. Pengorganisasian

Narator : Maya Gricella Latuputty

Tokoh Pemeran sebagai berikut :

Doraemon : Ilham Permana

Nobita : Gracety Charlie Lakotany

Shisuka : Chandra Yulistiara

Giant : Suratmo

Observer : Maya Gricella Latuputty

N. Evaluasi

 Sarana disiapkan pagi hari sebelum acara dimulai.

 Stuktur peran telah ditentukan 1 hari sebelum pelaksanaan.

 Kontrak dengan keluarga klien/anak yang akan diberi terapi bermain

dilakukan 1 hari sebelum dan pagi hari sebelum kegitan dilaksanakan


\

DAFTAR PUSTAKA

Foster and Humsberger. 2011. Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders
Company. Philadelpia. USA

Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Whaley and Wong.2010. Nursing Care infants and children. Fourth Edition. Mosby
Year Book. Toronto. Canada
Lampiran 1

DAFTAR HADIR PESERTA TAB

HARI/TGL : Rabu, 08 April 2020


WAKTU : .......WIB
TEMPAT : RUANG IKA II RSPAD Gatot Soebroto

NO. NAMA ANAK UMUR


Lampiran 2

LEMBAR DOKUMENTASI TAB

Anda mungkin juga menyukai