Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS BERMAIN

PROGRAM TERAPI AKTIVITAS BERMAIN


“ MENYUSUN DAN MENEMPEL”
UNTUK USIA ANAK 3-5 TAHUN DALAM HOSPITALISASI
DI RUMAH SAKIT PMI BOGOR

Disusun oleh:
Alifia Ramadhianti (202001)
Nadila Fitriani (202011)
Qurnia Eka Rahayu (202013)
Setia Putri (202015)
Siti Aisah (202016)
Siti Nurul Rohmah (202017)

AKADEMI KEPERAWATAN YAYASAN JALAN KIMIA


JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan kasih-Nyalah sehingga kami dapat menuyun Proposal Terapi Bermain Menempel Gambar
ini yang telah ditentukan. Proposal terapi bermain ini diajukan guna memenuhi tugas yang
diberikan pada stase Keperawatan Anak.

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan Proposal Terapi
Bermain ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyusun isi Proposal Terapi Bermain ini masih jauh dari kategori sempurna. Baik
dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan Proposal Terapi Bermain ini.

Bogor, 10 Agustus 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan, perawatan, dan
lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman hidup yang nyata. Bermain juga
merupakan unsur penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta
intelektual. Oleh karena itu bermain merupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak (Hidayat,
2008).
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk membantu anak
mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu yang
tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra sekolah adalah kegiatan serius, yang
merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir
sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam
bermain di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana
lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan (Sacharin, 2003).
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak. Semakin muda
usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga timbul hal yang menakutkan.
Semakin muda usia anak dan semakin lama anak mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis
yang terjadi salah satunya adalah peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan perpisahan
dengan saudara atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan
sesuai dengannya (Whaley and Wong, 2001).
Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi, selama
hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan kebiasaannya bermain
bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang yang asing baginya serta perawatan dengan
berbagai prosedur yang harus dijalaninya terutama bagi anak yang baru pertama kali di rawat menjadi
sumber utama stress dan kecemasan / ketakutan (Carson, dkk, 2002). Hospitalisasi merupakan
masalah yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti
menambah permasalahan baru yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat pelaksanaan terapi di
rumah sakit.
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal.
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun
harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami
berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak
akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar
dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas
anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak
juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 40 menit, diharapkan kreativitas anak-anak
berkembang baik anak merasa tenang dan senang selama berada di ruang rawat talasemia RS
PMI Bogor dapat bersosialisasi dengan teman sebaya sesuai tumbuh kembang anak dan dapat
membantu mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak
akibat hospitalisas.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan:
1) Bisa merasa tenang dan senang selama berada di ruang rawat talasemia RS PMI
Bogor
2) Anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya
3) Anak tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi
4) Anak menjadi lebih percaya dan tidak takut dengan perawat
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP BERMAIN

2.1.1 Pengertian
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam
kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak
perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat
koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Mudrikah (2016) mendefinisikan terapi bermain adalah faktor yang sangat
mempengaruhi penurunan kecemasan anak selama hospitalisasi, dan dapat menjalin
hubungan saling percaya antara terapis dengan pasien dan hal ini bias dijadikan kegiatan
yang secara kontinyu dilakukan, dan menjadi tugas penting juga bagi orang tua untuk
melakukan hal tersebut agar anak-anak tidak mengalami kecemasan selama di Rumah sakit
ataupun di Rumah.
Terapi bermain yang akan diberikan ialah menempel potongan gambar dari kertas
origami. Permainan yang akan dilakukan hanyalah menempel dan menyusun sesuai dengan
contoh sketsa yang ada. Sketsa yang ada bisa berbentuk mobil-mobilan, bebek, ikan, perahu,
dan bunga. Gambar yang terbuat dari kertas origami yang sudah dibentukmenjadi potongan-
potongan tinggal di tempel sesuai sketsa dengan berbagai macam warna dan menyusunnya
menjadi sebuah gambar. Anak akan memilih sketsa, dan pola warna tema dari sktetsa sesuai
keinginan dan keterampilan yang akan digunakan

2.1.2 Fungsi Bermain


Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
1. Perkembangan Sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris merupakan komponen
terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan penginderaan anak dimulai
meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak seperti: stimulasi
visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi kinetik.
2. Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala sesuatu
yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan
membedakan objek.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial
dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut.
4. Perkembangan Kreativitas
Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar mengembangkan
kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan Kesadaran diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan, terutama dari orang
tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat kesempatan
untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan
dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
7. Bermain sebagai Terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi).
2.1.3 Klasifikasi Bermain
Bermain diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan karakteristiknya menurut Wong
(2008) yaitu :
1. Menurut isi permainan
a. Social affective play, yaitu permainan yang membuat anak belajar berhubungan
dengan orang lain. Contoh; orang tua berbicara, memeluk, bersenandung, anak
memberi respon dengan tersenyum, mendengkur, tertawa, beraktivitas, dll
b. Sense pleasure play (bermain untuk bersenang-senang), contohnya; obyek seperti
wanita, cahaya, bau, rasa, benda alam dan gerakan tubuh
c. Skill play, yaitu bermain yanng sifatnya membina ketrampilan misalnya
berulangkali melakukan dan dan melatih kemampuan yang baru didapat, seringkali
menimbulkan nyeri dan frustasi pada anak. Contoh naik sepeda
d. Perilaku bermalas-malasan (Unoccupied Behavior), dimana tidak bermain tetapi
memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik. Misalnya sibuk dengan
benda-benda lain atau bajunya.
e. Dramatic role play, dimulai pada akhir masa bayi 11-13 bulan, contoh; berpura-
pura melakukan kegiatan keluarga seperti makan, minum dan tidur. Pada usia
toddler kegiatan berupa hal-hal yang lebih dikenalnya. Untuk usia prasekolah
kegiatan sehari-hari tetapi lebih rumit
f. Permainan game, contohnya puzzle, komputer games dan video.
2. Menurut karakteristik social
a. Bermain mengamati atau unlooker, dimana anak akan melihat sesuatu yang
dilakukan oleh anak lain tetapi tidak ada usaha untuk ikut bermain. Contohnya
menonton televise
b. Bermain mandiri (solitary play), dimana anak bermain sendiri. Menyukai
kehadiran orang lain tapi tidak ada usaha untuk mendekat atau berbicara. Hanya
terpusat pada aktivitas atau permainannya sendiri.
c. Parallel play, yakni bermain sendiri ditengah anak lain, tidak ada asosiasi
kelompok dan merupakan ciri bermain anak Toddler.
d. Assosiation play, yaitu bermain dan beraktifitas serupa bersama, tetapi tidak ada
pembagian kerja, pemimpin atau tujuan bersama, anak interaksi dengan saling
meminjam alat.
e. Cooperative play yaitu bermain dalam kelompok, ada perasaan kebersamaanatau
sebaliknya, terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Ada tujuan yang
ditetapkan dan ingin dicapai
2.2 Tahap Tumbuh Kembang Anak usia
a. Kemampuan Motorik
1. Anak dapat naik tangga dengan cara melangkah kan kakinya satu per satu.
2. Anak dapat belajar berdiri menggunakan satu kaki.
3. Jari anak sudah lebih terlatih memegang crayon atau pensil warna.
4. Dapat mengelompok kan benda berdasarkan warna.
5. Dapat membedakan ukuran benda yang besar dan kecil.
6. Lebih mahir mengendarai sepeda roda 3
7. Belajar makan mandiri menggunakna peralatan sendok dan garpu.
8. Mengerti cara menggunakna toilet.
9. Dapat bermain tangkap bola dengan lebih mudah.
10. Mewarnai gambar tanpa keluar dari batas garis gambar nya

b. Kemampuan Bahasa
1. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi lebih baik, misalnya bisa merespon
jawaban saat ibu bertanya kepada si anak.
2. Mampu menyayikan lagu sendiri.
3. Bisa menuturkan cerita tentang pengalaman nya misalnya, saat jalan-jalan ke kebun
binatang.
4. Mampu menuturkan Kembali beberapa potongan cerita dalam buku dongeng.
5. Dapat mengenali bebrapa jenis warna.
6. Mengetahui nama kota dan juga nama kedua orang tua nya.

C. Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandirian


1. Mengerti konsep main secara bergantian, namun biasanya anak masih enggan untuk
melakukan hal ini saat bermain.
2. Mulai timbul rasa takut, misalnya saat suasana ruangan gelap.
3. Terkadang anak berbicara dengan dirinya sendiri.
4. Mood si anak mudah berubah-rubah suata saat tertawa riang dan tiba-tiba bisa mudah
menangis.
5. Si anak belajar mandiri, misalnya makan sendiri atau mengenkan pakain sendiri.
6. Mampu bermain peran, misalnya mnejadi dokter atau tokoh jagoan favorit.
7. Anak mulai menjadi pusat perhatian untuk membuat ibu, ayah dan anak seusainya
tertawa melihat tingkah lakunya.
8. Bisa menunjukan sikap bangga, setiap kali berhasil melakuakn suatu hal.

2.3 Karakteristik Permainan Untuk Anak Usia


1. Umur 3-4 tahun
a. Menggambar dan menulis
b. Jalan jinjit
c. Menyebutkan warna warni
d. Melompat dengan satu kaki
e. Melempar ke atas
f. Menggunting dan menempel
g. Mengenal huruf dan angka
h. Mengenal bentuk dan warna gambar
i. Membaca
j. Mengenal musim
k. Bermain kredit
2. Umur 4-5 tahun
a. Melompat dengan satu kaki
b. Mengancingkan baju
c. Bercerita dan mengingat
d. Mengenal tulisan
e. Pertanyaan “ mengapa “
f. Mengenal tanda, simbol dan lambing
g. Bergaul

2.4 Karakteristik Sasaran


Peserta yang mengikuti terapi bermain ini adalah anak usia 3-5 tahun yan sedang menjalani
perawatan di ruang thalassemia dengan kesadaran ompos mentis, kooperatif, dan keadaan umum baik
2.5 Jenis Permainan
Meyusun dan menempel
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel dan menyusunmerupakan
bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yangdilakukan anak, apakah
dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnaigambar, melipat kertas origami, puzzle
dan menempel gambar. Bermain aktif jugadapat dilakukan dengan bermain peran misalnya
bermain dokter-dokteran danbermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998). Pada permainan ini
anak akan di ajakbermain untuk menempel gambar yang akhirnya akan seperti frame
pemandangan atau benda.
Sedangkan menurut klasifikasi bermain merupakan permainan keterampilan(skill play).
Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya motorikkasar dan halus. Misalnya,
anak akan terampil akan memegang benda-benda kecil,memindahkan benda dari satu tempat ke
tempat lain dan anak akan terampil dalammenyocokan gambar sesuai dengan imajinasinya. Jadi
keterampilan tersebut diperolehmelalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan. Pada
permainan ini anakdiajarkan menempel dan menyusun. Mengapa demikian? Karena dilihat dari
kondisianak yang tidak boleh main berlebih yang membutuhkan energi ekstra, dan anak
yangcenderung pendiam selama hospitalisasi.

2.6 Bermain dengan Menempel Gambar


2.6.1 Pengertian
Menurut Beal, Nancy (2003) menempel merupakan salah satu kegiatan yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak.
Menempel sering disebut kolase. Kegiatan menempel adalah salah satu kegiatan yang
menarik minat anak-anak karena berkaitan dengan meletakan dan merekatkan sesuatu
sesuka mereka. Dari pengertian kolase adalah penyusunan berbagai bahan pada sehelai
kertas yang datar. Bahan yang digunakan untuk direkatkan terdiri dari berbagai bentuk
kertas, kain, bahan-bahan bertekstur dan benda- benda menarik lainnya, bisa 2 dimensi
atau 3 dimensi. Koordinasi mata tangan saat mengguntingdan menempel dapat
merangsang kerja otak si kecil.

Kegiatan menempel guntingan-guntingan kertas menurut gambar yang


dibuatnya yaitu dengan memberi rangsangan, bantuan, dan dorongan kepada anak apabila
diperlukan, disesuaikan kemampuan dan perkembangan anak dalam membuat gambar
maupun bentuk (Rahayuningsih 2011).
2.6.2 Tujuan
Tujuan Menempel pada Anak
1. Agar anak mampu menggerakan fungsi motorik halus untuk menyusun potongan-
potongan bahan kain, kertas, kayu dan bij - bijian dan merekatnya pada pola atau
gambar.
2. Anak dapat mempraktikkan langsung. 

2.6.3 Manfaat
Ada beberapa manfaat dalam ke kegiatan menempel,yaitu sebagai berikut:
1. Melatih motorik halus Anak ketika diberi iatan menempel akan bisa menggerakan
jemari tangan nya sehingga melatih motorik halus anak usia dini.
2. Mengembangkan kreativitas Anak akan berkreasi untuk membuat hasil karya tempel
dengan berbagai bentuk sehingga melatih kreativitas anak untuk berkreasi
3. Melatih konsentrasi Anak akan melatih konsentrasinya saat kegiatan menempel,
seingga kegiatan menempel dapat terselesaikan dengan baik
BAB III
RENCANA kEGIATAN

3.1 Nama Kegiatan : Terapi Bermain “Menyusun dan Menempel”


3.2 Tema Kegiatan : Menyenangkan (Untuk melatih kefokusan anak”
3.3 Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal : Rabu/ 10 Agustus 2022
b. Waktu : 09:00 s/d Selesai
c. Tempat : RS PMI Bogor Ruang Thalasemia/ Aster
3.4 Sasaran :
a. 3-5 tahun
b. Anak yang di rawat di RS PMI Bogor
c. Tidak mempunyai keterbatasan fisik yang dapat menghalangi proses terapi bermain
d. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
c. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi menempel gambar
3.5 Jumlah Peserta :6-8
3.6 Media dan Alat
3.7 Pengorganisasian
a. Leader : Setia Putri
b. Co Leader : Qurnia Eka Rahayu
c. Fasilatator : Siti Aisyah dan Siti Nurul
d. Notulen : Alifia Ramadhianti dan Nadila Fitriani
3.8 Pembagian Tugas
a. Leader
- Memimpin dan mengorganisasikan jalan Terapi Bermain mulai dari pembukaan sampai
selesai
- Mengarahkan jalannya Terapi Bermain
- Memandu proses Terapi Bermain
b. Co Leader
- Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang atau terlupakan.
- Membantu leader dalam memandu proses jalannya Terapi Bermain
c. Fasilatator
- Memfasilitasi klien untuk menjalankan Terapi Bermain Membantu mengkoordinir anak-anak
- Membantu leader dalam menjalankan kegiatan
- Membimbing klien untuk menjalankan Terapi Bermain
- Memperhatikan respon klien saat Terapi Bermain
- Membantu anak dalam melatih kemampuannya
- Bertangung jawab dalam mengantisipasi masalah
d. Notulen
- Mengawasi jalannya permainan
- Mencatat kemampuan klien dalam lembar observasi kemampuan anak
3.9 Kegiatan Terapi Bermain

Kriteria Evaluasi

Keterangan:
: pasien : observer

: orang tua : leader

: Fasilitator : co-leader
3.10 Kegiatan Terapi Bermain
Permainan ini akan dilaksanakan secara tim, dengan susunan acara sebagai berikut :
No. Terapis Waktu Subjek terapi
1. Persiapan 5 menit Ruangan, alat, anak
a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan anak
2. Proses
a. Membuka terapi dengan 25 menit Menjawab salam,
mengucapkan salam dan Memperkenalkan diri
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan pada anak tentang Memperhatikan
tujuan dan manfaat bermain
c. Membaca doa sebelum memulai
permainan
d. Mengajak anak bermain
e. Kalau ingin bertanya atau
menjawab angkat tangan terlebih
dahulu baru berbicara
f. Mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
g. Mengevaluasi respon anak Bermain bersama dengan
antusias dan
mengungkapkan
perasaannya
3. Penutup
a. Istirahat 10 menit Memperhatikan dan
b. Evaluasi kegiatan menjawab salam
c. Meminta anak menceritakan
kegiatan bermain
d. Berdoa
3.11 Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Anak hadir diruangan minimal 80%
2. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan diruangan anak
3. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
4. Proposal sudah di konsulkan
b. Evaluasi Proses
1. Anak antusias dalam kegiatan menempel gambar
2. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
3. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk menempeli gambar
c. Evaluasi Kriteria Hasil
1. Anak terlihat senang dan gembira
2. Kecemasan anak berkurang
3. Menempel gambar sesuai dengan contoh
4. Anak mampu menempel kan gambar
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah
sakit (Wong, 2009).
Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan perkembangan sensoris-motorik,
sebagai terapi, meningkatkan perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral, dan perkembangan intelektual (kognitif).
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel dan menyusun merupakan
bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah
dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle
dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya
bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998). Pada permainan ini
anak akan di ajak bermain untuk menempel gambar yang akhirnya akan seperti frame
pemandangan atau benda.
Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh
kembang yang mormal pada saat sakit, mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-
idenya, mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah, dapat beradaptasi
secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di RS, serta mengurangi tingkat kecemasan
atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi.

4.2 Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak dapat
tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin penting dari
stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Factor keamanan dari permainan yang
dipilih juga harus tetap diperhatikan .
2. Rumah sakit
Sebagai tempat pelayanan Kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan trauma
yang akan didapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan khusus untuk melakukan
Tindakan
3. Mahasiswa Mahasiswa
diharapkan dapat teteap membantu anak untuk mengurangi dampak hospitalisasi dengan
terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain
yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun di rumah
sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, D.L, Hockenberry, M, et al.(2004).BukuAjarKeperawatanPediatrik.Alih

bahasa: Monica Ester; (6th.ed).volume 2. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Mudrikah, Rosalina, dkk. 2016. Pengaruh Terapi Bercerita Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah
Yang Mengalami Hospitalisasi Di Rsud Kabupaten Semarang. Jawa Timur:
Narendra, Sularso, dkk. 2009. Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto
Anggani, Sudono. 2009. Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta:
Grafindo

Anda mungkin juga menyukai