Anda di halaman 1dari 66

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN TES CEPAT

MOLEKULER PADA PENDERITA TUBERKULOSIS DI


PUSKESMAS CIMANGGIS

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Tugas Akhir Pendidikan Diploma III
Teknologi Laboratorium Medis

Oleh:
ARDELIA SETIA HENDRAYANTI
NIM. P3.73.34.1.18.010

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PRODI D III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2021
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN TES CEPAT
MOLEKULER PADA PENDERITA TUBERKULOSIS DI
PUSKESMAS CIMANGGIS

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Tugas Akhir Pendidikan Diploma III
Teknologi Laboratorium Medis

Oleh:
ARDELIA SETIA HENDRAYANTI
NIM. P3.73.34.1.18.010

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PRODI D III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2021

i
ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit kronis yang dapat menginfeksi
beberapa bagian tubuh manusia, terutama organ paru. Penyakit ini disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan oleh penderita TB paru
aktif melalui udara. Kemajuan pengendalian TB di dunia terus meningkat dengan
ditemukannya vaksin Bacillus Calmette–Guérin (BCG) dan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT). Namun, kemajuan pengobatan TB mendapat tantangan
dengan munculnya strain Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap
OAT sejak awal tahun 1990-an. Prevalensi TB yang terus meningkat menjadi
dasar diterapkannya metode deteksi TB berbasis biomolekuler, yaitu Tes Cepat
Molekuler (TCM) dengan alat GeneXpert MTB/RIF yang dapat mengidentifikasi
keberadaan Mycobacterium tuberculosis dan resistensinya terhadap rifampisin
secara simultan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil
pemeriksaan dengan metode TCM pada pasien suspek TB paru. Jenis penelitian
ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Subyeknya adalah seluruh
pasien suspek TB yang datang berobat ke Puskesmas Cimanggis pada bulan Juni
sampai Agustus 2019 dan melakukan pemeriksaan TB dengan metode TCM. Data
sekunder yang diambil berupa hasil positif atau negatif TB, usia, jenis kelamin,
serta resisten atau sensitif terhadap rifampisin. Seluruh variabel tersebut dianalisis
secara univariat menggunakan software SPSS. Penelitian ini dilaksanakan mulai
bulan Maret sampai dengan Juni 2021. Data menunjukkan bahwa hasil
pemeriksaan dengan metode TCM terhadap 137 pasien suspek TB didapatkan
hasil positif TB sebanyak 32 orang (23,36%) dan negatif TB sebanyak 105 orang
(76,64%). Jumlah penderita TB berdasarkan pengelompokkan usia 10 orang
(31,25%) pada remaja, 13 orang (40,62%) pada dewasa dan 9 orang (28,12%)
pada lansia. Jumlah penderita TB tertinggi berdasarkan jenis kelamin didapatkan
19 orang (59,38%) pada laki-laki dan 13 orang (40,62%) pada perempuan. Hasil
positif TB resisten terhadap rifampisin sebanyak 7 orang (21,88%) dan sensitif
terhadap rifampisin sebanyak 25 orang (78,12%).

Kata Kunci : Mycobacterium tuberculosis, GenExpert MTB/RIF, Resisten


Rifampisin, Tes Cepat Molekuler, Tuberkulosis
Kepustakaa : 21 (2007-2020)
n

ii
ABSTRACT

Tuberculosis (TB) is a chronic disease that can infect several parts of the human
body, especially the lungs. This disease is caused by Mycobacterium tuberculosis
bacteria which is transmitted by people with active pulmonary TB through the air.
The progress of TB control in the world continues to increase with the discovery
of the Bacillus Calmette–Guérin (BCG) vaccine and Anti-Tuberculosis Drugs.
However, progress in TB treatment has been challenged by the emergence of
drugs resistant strains of Mycobacterium tuberculosis since the early 1990s. The
increasing prevalence of TB has become the basis for the application of a
biomolecular-based TB detection method, namely the Molecular Rapid Test with
the GeneXpert MTB/RIF tool which can simultaneously identify the presence of
Mycobacterium tuberculosis and its resistance to rifampicin. The purpose of this
research is to describe the results of the test using the Molecular Rapid Test
method in patients with suspected pulmonary TB. This type of research is
descriptive with a cross sectional design. The subjects were all suspected TB
patients who came for treatment at the Cimanggis Health Center from June to
August 2019 and carried out TB test using the Molecular Rapid Test method.
Secondary data were taken in the form of positive or negative results for TB, age,
gender, and resistance or sensitivity to rifampicin. All of these variables were
analyzed univariately using SPSS software. This research was conducted from
March to June 2021. The data showed that the results of the examination using
the Molecular Rapid Test method on 137 suspected TB patients obtained positive
results for TB as many as 32 people (23.36%) and TB negative as many as 105
people (76.64%). The number of TB patients based on age grouping was 10
people (31.25%) in adolescents, 13 people (40.62%) in adults and 9 people
(28.12%) in the elderly. The highest number of TB patients based on gender was
19 people (59.38%) in men and 13 people (40.62%) in women. There were 7
positive results for rifampicin-resistant TB (21.88%) and 25 people (78.12%)
sensitive to rifampicin.

Keywords : Mycobacterium tuberculosis, GenExpert MTB/RIF, Rifampicin


Resistance, Molecular Rapid Test, Tuberculosis
Literature : 21 (2007-2020)

ii
ii
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Nama : Ardelia Setia Hendrayanti
NIM : P3.73.34.1.18.010
Prodi : D-III
Jurusan : Teknologi Laboratorium Medis
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan Laporan Karya
Tulis Ilmiah, yang berjudul “Gambaran Hasil Tes Cepat Molekuler pada Pasien
Tuberkulosis di Puskesmas Cimanggis”.
Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat permohonan ini saya
buat sebenar-benarnya.

Bekasi, 05 Juli 2021

Materai 6000

(Ardelia Setia Hendrayanti)

iv
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “GAMBARAN HASIL TES CEPAT
MOLEKULER PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS
CIMANGGIS” telah disetujui sebagai Laporan Karya Tulis Ilmiah.

Bekasi, 05 Juli 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Mega Mirawati, M. Biomed Puji Lestari, S.Si, M. Biotech


NIP. 196703111998032001 NIP. 199105162020122004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknologi Ketua Prodi D III Teknologi


Laboratorium Medis Poltekkes Laboratorium Medis Poltekkes
Kemenkes Jakarta III Kemenkes Jakarta III

Dra. Mega Mirawati, M. Biomed Retno Martini W,S.Si.M.Biomed


NIP. 196703111998032001 NIP. 196700131999032001

v
LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN TES CEPAT MOLEKULER PADA


PASIEN TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS CIMANGGIS

Karya Tulis ini dipresentasikan di hadapan Tim Penguji Politeknik Kesehatan


Kementrian Kesehatan Jakarta III Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Tanggal, 28 Juni 2021

Oleh

Ardelia Setia Hendrayanti


NIM P3.73.34.1.18.010

Bekasi, 28 Juni 2021

PENGUJI I

Husjain Djajaningrat, SKM, M.Kes


NIP. 196511081988021001

PENGUJI II

Dra. Mega Mirawati, M. Biomed


NIP. 196703111998032001

vi
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan ridho-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “GAMBARAN
HASIL PEMERIKSAAN TES CEPAT MOLEKULER PADA PENDERITA
TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS CIMANGGIS”.
Laporan Karya Tulis Ilmiah ini penulis susun untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh derajat Ahli Madya Teknologi Laboratorium
Medis/Teknologi Laboratorium Medis di Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III. Dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini penulis telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Yupi Supartini, S.Kp., M.Sc selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jakarta III.
2. Ibu Dra. Mega Mirawati, M. Biomed selaku Ketua Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III.
3. Ibu Retno Martini, S.Si, M. Biomed selaku Ketua Program Studi D III
Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III.
4. Ibu Dra. Mega Mirawati, M. Biomed selaku pembimbing materi dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini, yang telah memberikan saran dan masukan
terkait pengerjaan karya tulis ilmiah ini.
5. Ibu Puji Lestari, S.Si, M. Biotech selaku pembimbing teknis dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini, yang telah memberi masukan, dan arahan
dalam teknik penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini.
6. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun
materiil serta doa yang tiada henti kepada penulis.
7. Aditya, yang senantiasa menyemangati dan membersamai dalam proses
penyusunan karya tulis ilmiah ini.

vii
8. Teman-teman seperjuangan prodi D III TLM angkatan 23 yang telah menjadi
tempat berbagi, pendukung dan motivator penulis dalam menyusun karya tulis
ilmiah ini.
9. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai pada waktunya.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna.
Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bekasi, Mei 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL LUAR............................................................................
HALAMAN JUDUL DALAM......................................................................... i
ABSTRAK........................................................................................................ ii
ABSTRACT..................................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah.................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah........................................................................................ 4
E. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian........................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A.Tinjauan Teori............................................................................................... 7
B. Kerangka Berpikir........................................................................................ 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Definisi Operasional.................................................................................... 21
B. Desain Penelitian………………………………………………………….. 22
C. Populasi dan Sampel.................................................................................... 22
D. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................... 22
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 22
F. Teknik Penyajian dan Pengolahan/Analisis Data......................................... 23
G. Instrumen Penelitian.................................................................................... 24

BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil............................................................................................................ 25
B. Pembahasan................................................................................................ 28

BAB V PENUTUP
A. Simpulan..................................................................................................... 31
B. Saran........................................................................................................... 32

ix
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 33

DAFTAR TABEL

x
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel.......................................................... 21
Tabel 4.1 Persentase hasil TCM pada pasien suspek TB................................. 25
Tabel 4.2 Persentase hasil TCM berdasarkan usia........................................... 26
Tabel 4.3 Persentase hasil TCM berdasarkan jenis kelamin............................ 26
Tabel 4.4 Persentase hasil resistensi rifampisin dengan metode TCM............. 27
Tabel 4.5 Persentase hasil resistensi rifampisin berdasarkan usia................... 27
Tabel 4.6 Persentase hasil resistensi rifampisin berdasarkan jenis kelamin.... 28

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Transmission Electron Microscopy Dari MTB............................ 8


Gambar 2.2 Mesin GenExpert IV..................................................................... 18
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir......................................................................... 20

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Penelitian dan Pengambilan Data
Lampiran 3 Prosedur Pemeriksaan
Lampiran 4 Data Penelitian
Lampiran 5 Hasil Analisis Data Statistik
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian dan Pengambilan Data
Lampiran 7 Agenda Bimbingan

xiii
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization


MTB : Mycobacterium tuberculosis
RIF : Rifampisin
TB : Tuberkulosis
MDR : Multi Drug Resistance
OAT : Obat Anti Tuberkulosis
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
BTA : Bakteri Tahan Asam
PCR : Polymerase Chain Reaction
HIV : Human Immunodeficiency Virus
ICT : Imunokromatografi
INH : Isoniazid
HRZE : Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E)
UPK : Unit Pelayanan Kesehatan
KDT : Kombinasi Dosis Tetap

xiv
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis, penularannya terjadi melalui percikan dahak dari

pasien positif TB melalui udara. Sebagian besar bakteri Mycobacterium

tuberculosis menyerang organ paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ

lainnya termasuk kelenjar, tulang dan sistem saraf (KEMENKES, 2013).

Kemajuan pengobatan TB di dunia terus meningkat dengan ditemukannya vaksin

Bacillus Calmette–Guérin (BCG) dan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Namun,

kemajuan tersebut mendapat tantangan dengan munculnya strain Mycobacterium

tuberculosis yang resisten terhadap OAT sejak awal tahun 1990-an (PUSDATIN,

2018). Tuberkulosis Resisten Obat atau Multi Drug Resistance Tuberculosis (TB

MDR) merupakan suatu kondisi dimana perkembangan bakteri Mycobacterium

tuberculosis pada pasien TB sudah tidak dapat diatasi menggunakan satu atau

beberapa jenis OAT. Pada tahun 2013, World Health Organization (WHO)

memperkirakan di Indonesia terdapat 6.800 kasus baru TB MDR setiap tahun.

Diperkirakan lebih dari 55% pasien TB MDR belum didiagnosis dan belum

mendapat pengobatan dengan tepat (PUSDATIN, 2018).

World Health Organization (2016) juga melaporkan bahwa sebanyak 10,4

juta orang menderita TB dan sebanyak 1,7 juta orang meninggal karenanya

(termasuk 0,4 juta orang di antaranya adalah penderita HIV). Lebih dari 95%

kematian akibat TB terjadi di negara berpenghasilan rendah dan

xiii
3

menengah. Tujuh negara penyumbang 64% kasus TB paru adalah India,

Indonesia, China, Filipina, Pakistan, Nigeria dan Afrika Selatan (WHO, 2016).

Menurut hasil RISKESDAS (2013), terdapat lima provinsi dengan prevalensi TB

Paru tertinggi yaitu Provinsi Jawa Barat sebesar 0,7%, DKI Jakarta dan Papua

masing-masing sebesar 0,6%, kemudian disusul Provinsi Gorontalo sebesar 0,5%,

Banten sebesar 0,4% dan Papua Barat sebesar 0,4%. Hal tersebut diperkuat juga

dengan data tahun 2013 yang menyatakan bahwa sekitar 9 juta penduduk

menderita TB paru dan 1,5 juta orang di antaranya meninggal dunia

(RISKESDAS, 2013).

Metode pemeriksaan TB paru yang banyak digunakan di negara endemik

TB adalah pemeriksaan mikroskopis. Namun, metode tersebut memiliki

sensitivitas yang rendah, tidak mampu menentukan resistensi terhadap obat dan

inkonsistensi kualitas pemeriksaan karena dipengaruhi oleh tingkat keterampilan

teknisi dalam melakukan pemeriksaan. Mulanya, untuk mendeteksi TB MDR

harus dilakukan dengan mengkultur bakteri Mycobacterium tuberculosis dan

melakukan uji kepekaan bakteri tersebut terhadap OAT. Kedua hal tersebut

membutuhkan waktu lama dan teknik khusus yang tidak sederhana. Oleh sebab

itu, pasien mungkin mendapatkan pengobatan yang tidak sesuai selama

perawatan, sehingga meningkatkan kemungkinan berkembangnya strain TB

resistan obat (KEMENKES, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian dengan metode serupa di RSUD Kota

Tangerang pada tahun 2017 dengan 375 sampel, didapatkan hasil persentase

penderita positif TB sebanyak (41,9%), persentase TB tertinggi berdasarkan usia

xiii
4

adalah usia dewasa yaitu sebanyak (92,0%), persentase TB tertinggi berdasarkan

jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak (63,0) dan di antaranya ditemukan TB

resisten terhadap rifampisin sebanyak (12,0%) (Amalia, 2017). Tidak dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai resistensi terhadap rifampisin berdasarkan

variabel usia dan jenis kelamin.

Prevalensi TB yang terus meningkat menjadi salah satu dasar

diterapkannya metode deteksi cepat menggunakan pemeriksaan berbasis

molekuler, yaitu Tes Cepat Molekuler (TCM) dengan alat GeneXpert MTB/RIF.

Metode ini membutuhkan waktu relatif singkat dan dapat mengidentifikasi

keberadaan bakteri Mycobacterium tuberculosis serta resistensi terhadap

rifampisin secara simultan. Hasil penelitian skala besar menunjukkan bahwa

pemeriksaan dengan metode TCM menggunakan alat GeneXpert MTB/RIF

memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang jauh lebih baik dibandingkan

pemeriksaan dengan metode mikroskopis, serta mendekati kualitas diagnosis

dengan metode kultur (KEMENKES, 2017).

Pemeriksaan dengan metode TCM menggunakan alat GeneXpert

MTB/RIF mampu mendeteksi DNA Mycobacterium tuberculosis secara kualitatif

dari spesimen langsung, baik dari dahak maupun yang bukan dahak. Selain

mendeteksi Mycobacterium tuberculosis, pemeriksaan menggunakan alat

GeneXpert MTB/RIF juga dapat mendeteksi mutasi gen rpoB penyebab resistensi

terhadap rifampisin. Pemeriksaan menggunakan alat GeneXpert MTB/RIF dapat

mendiagnosis TB dan resistensi terhadap rifampisin secara cepat dan akurat,

namun tidak dapat digunakan sebagai pemeriksaan lanjutan (monitoring)

xiii
5

pengobatan karena alat ini tidak dapat menampilkan derajat keparahan penyakit

(KEMENKES, 2017).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui gambaran

hasil pemeriksaan dengan metode TCM pada pasien suspek TB di salah satu

Puskesmas di Jawa Barat, yaitu Puskesmas Cimanggis Kota Depok. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait sejauh mana

penerapan metode TCM untuk pasien suspek TB di wilayah tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan keunggulan TCM dibandingkan dengan metode lainnya

untuk mendeteksi pasien suspek TB, maka penting untuk mengetahui gambaran

hasil pemeriksaan dengan metode TCM menggunakan alat GenExpert MTB/RIF

dan sejauh mana penerapannya di Puskesmas Cimanggis Kota Depok.

C. Pembatasan Masalah

Karya tulis ini hanya akan membahas mengenai gambaran hasil

pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis dengan metode TCM pada pasien

suspek TB berdasarkan variabel positif atau negatif TB, usia, jenis kelamin, dan

sensitif atau resisten terhadap rifampisin. Subyek penelitian adalah pasien suspek

TB yang datang berobat ke Puskesmas Cimanggis pada bulan Juni sampai

Agustus 2019.

xiii
6

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

hasil pemeriksaan menggunakan metode TCM pada pasien suspek TB yang

datang berobat ke Puskesmas Cimanggis pada bulan Juni sampai Agustus 2019.

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hasil pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis dengan

metode TCM pada pasien suspek TB di Puskesmas Cimanggis selama bulan

Juni sampai bulan Agustus tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Mengetahui persentase pasien suspek TB berdasarkan hasil positif atau

negatif.

b. Mengetahui persentase pasien suspek TB berdasarkan usia.

c. Mengetahui persentase pasien suspek TB berdasarkan jenis kelamin.

d. Mengetahui persentase pasien suspek TB berdasarkan resistensi terhadap

rifampisin.

e. Mengetahui persentase pasien suspek TB yang resisten terhadap

rifampisin berdasarkan usia.

f. Mengetahui persentase pasien suspek TB yang resisten terhadap

rifampisin berdasarkan jenis kelamin.

xiii
7

F. Manfaat Penelitian

1. Memberikan sumbangan dalam pengetahuan dan pengembangan ilmu

Teknologi Laborarium Medis khususnya mengenai gambaran hasil

pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis dengan metode TCM pada

pasien suspek TB yang datang berobat ke Puskesmas Cimanggis pada

bulan Juni sampai Agustus 2019.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya terkait gambaran hasil

pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis dengan metode TCM pada pasien

suspek TB yang datang berobat ke Puskesmas Cimanggis pada bulan Juni

sampai Agustus 2019.

3. Sebagai acuan untuk koordinasi antar fasilitas pelayanan kesehatan dalam

mewujudkan langkah preventif dan kuratif terhadap pasien TB MDR.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit kronis yang dapat

menginfeksi banyak bagian tubuh manusia, seperti otak, pleura, tulang,

kelenjar limfe, terutama organ paru. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan oleh penderita TB paru aktif

xiii
8

melalui udara. Bakteri ini akan berada di dalam gelembung cairan bernama

droplet nuclei. Partikel kecil ini dapat bertahan di udara selama beberapa jam

dan tidak dapat dilihat oleh mata karena memiliki diameter sebesar 1-5 µm

(Irianti et al., 2016).

Penularan TB terjadi ketika seseorang menghirup droplet nuclei.

Droplet nuclei akan melewati mulut/saluran hidung, saluran pernapasan atas,

bronkus kemudian menuju alveolus. Setelah Mycobacterium tuberculosis

sampai di jaringan paru-paru, akan dimulai perbanyakan diri dan menyebar ke

kelenjar limfe. Pada kondisi ini, pasien mengalami fase laten dan tidak dapat

menularkan TB (Irianti et al., 2016).

Risiko penularan tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan

dahak pasien positif TB. Daya penularan ditentukan oleh banyaknya bakteri

yang dikeluarkan dari parunya.

xiii
9

Faktor yang memungkinkan seseorang terpapar bakteri Mycobacterium

tuberculosis ditentukan oleh konsentrasi droplet nuclei di udara dan durasi

seseorang menghirup udara tersebut. Droplet nuclei dapat bertahan selama

beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab (KEMENKES, 2017).

2. Etiologi Tuberkulosis (TB)

Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang menyebabkan TB

pada manusia. Mycobacterium tuberculosis disebut juga sebagai tubercle

bacillus. Bakteri ini berbentuk batang, bersifat non-motil (tidak dapat

bergerak sendiri) dan memiliki panjang 1-4 µm dan lebar 0,3-0,56 µm.

Mycobacterium tuberculosis merupakan mikroorganisme obligate aerob yang

berarti membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Oleh karena itu, koloni MTB

banyak ditemukan di lobus paru-paru bagian atas yang merupakan tempat

aliran udara (Irianti et al., 2016).

Gambar 2.1. Transmission electron microscopy dari M. tuberculosis (Irianti et al,


2016)
10

3. Epidemiologi Tuberkulosis (TB)

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa sebanyak 10,4

juta orang jatuh sakit karena TB, dan 1,7 juta orang di antaranya meninggal

(termasuk 0,4 juta di antara orang dengan HIV). Lebih dari 95% kematian

akibat TB terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tujuh

negara penyumbang 64% kasus TB paru adalah: India, Indonesia, China,

Filipina, Pakistan, Nigeria, dan Afrika Selatan. Indonesia menempati

peringkat kedua bersama China, dengan satu juta kasus baru pertahun (WHO,

2016).

Selama ini penyakit infeksi seperti TB dapat diatasi dengan penggunaan

antibiotik. Namun, banyak penderita telah menunjukkan resistensi terhadap

obat lini pertama ini. Sejak tahun 1980-an, kasus TB di seluruh dunia

mengalami peningkatan karena munculnya TB Multi Drug Resisten

Tuberculosis (TB MDR). Bakteri penyebab TB MDR adalah strain

Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap obat anti-TB lini pertama

seperti isoniazid dan rifampisin (Irianti et al, 2016).

World Health Organization (WHO) memperkirakan 9 juta kasus TB

paru terjadi secara global pada tahun 2013 dan sebanyak 480.000 kasus di

antaranya adalah TB MDR. Hanya seperempat dari jumlah kasus TB MDR

tersebut (kurang lebih 123.000) telah terdeteksi dan dilaporkan (Irianti et al.,

2016).

Menurut hasil Riskesdas 2013, terdapat lima provinsi dengan prevalensi

TB paru tertinggi berdasarkan diagnosis yaitu Provinsi Jawa Barat sebesar


11

(0,7%), DKI Jakarta dan Papua sebesar (0,6%), kemudian disusul Provinsi

Gorontalo sebesar (0,5%), Banten sebesar (0,4%) dan Papua Barat sebesar

(0,4%). Hal tersebut diperkuat juga dengan data tahun 2013 yang menyatakan

bahwa sekitar 9 juta penduduk menderita TB paru dan 1,5 juta orang di

antaranya meninggal (RISKESDAS, 2013).

Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 pada tahun 2017

(data per-17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TB

tahun 2017 pada laki-laki adalah 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada

perempuan. Bahkan berdasarkan survei prevalensi tuberculosis, prevalensi

pada laki-laki adalah 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Hal

ini kemungkinan karena paparan faktor risiko TB pada laki-laki lebih tinggi

misalnya merokok dan kurangnya kepatuhan minum obat (PUSDATIN,

2018).

4. Klasifikasi Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis (TB) berdasarkan lokasi organ tubuh yang terinfeksi dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu TB paru dan TB ekstra paru (Retno, 2012).

a) Tuberkulosis paru

Tuberkulosis (TB) paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan (parenkim) paru, namun tidak termasuk pleura dan jaringan-

jaringan lainnya. Berikut adalah klasifikasi tuberkulosis paru:

a.1) Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak

a.1.1) Tuberkulosis paru BTA positif


12

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen menunjukkan hasil

positif bakteri tahan asam atau hanya 1 kali pemeriksaan dengan

hasil spesimen dahak positif dan didukung dengan adanya kelainan

radiologi yang menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif atau

dengan hasil biakan positif (Retno, 2012).

a.1.2) Tuberkulosis paru BTA negatif

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan hasil negatif

sedangkan gambaran klinis dan radiologis menunjukkan hasil positif

(Retno A, 2012).

a.2) Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

a.2.1) Kasus Baru

Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau sudah pernah mengonsumsi

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu) (Retno, 2012).

a.2.2) Kasus Kambuh (Relapse)

Kasus kambuh (relapse) adalah pasien TB yang sebelumnya

pernah mendapat pengobatan TBdan telah dinyatakan sembuh,

didiagnosis kembali dengan hasil BTA positif (Retno A, 2012).

a.2.3) Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out/DO)

Kasus putus berobat (default/drop out/DO) adalah pasien TB

yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan hasil

BTA positif (Retno, 2012).

a.2.4) Kasus Gagal (Failure)


13

Kasus gagal (failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan

dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan

kelima atau lebih selama pengobatan (Retno, 2012).

a.2.5) Kasus Pindahan (Transfer In)

Kasus pindahan (transfer in) adalah pasien yang dipindahkan

dari Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang memiliki register TB

lain untuk melanjutkan pengobatannya (Retno, 2012).

a.2.6) Kasus lain

Kasus lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan

di atas. Dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien

dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai

pengobatan ulang (Retno, 2012).

b) Tuberkulosis Ekstra Paru

Tuberkulosis Ekstra Paru dalah tuberkulosis yang menyerang

organ tubuh selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung

(pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, dan

lain-lain (Retno, 2012). Berikut ini adalah klasifikasi tuberkulosis ekstra

paru berdasarkan organ tubuh yang terinfeksi:

b.1) Tuberkulosis Limfadenitis

Tuberkulosis limfaedinitis yang menyerang kelenjar limfe, TB jenis

ini adalah jenis TB ekstra paru yang paling sering terjadi (Suhariani,

2015).
14

b.2) Tuberkulosis Pleuritis

Tuberkulosis pleuritis memiliki manifestasi menumpuknya cairan

di rongga paru yaitu di antara lapisan luar dan lapisan dalam paru

(Suhariani, 2015).

b.3) Tuberkulosis Tulang

Penyebaran tuberkulosis tulang terjadi melalui jalur hematogen

dari kompleks primer pada bagian tubuh lain. Kebanyakan dari TB

tulang dan sendi terjadi dalam waktu 3 tahun sesudah terjadinya infeksi

pertama dengan gejala pembengkakan di sekitar tulang dan sendi

(Suhariani, 2015)

b.4) Tuberkulosis Meningitis

Tuberkulosis meningitis merupakan peradangan selaput otak atau

meningen yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis

dan merupakan hasil penyebaran hematogen dan limfogen dari infeksi

primer TB paru (Suhariani, 2015).

b.5) Tuberkulosis Peritonitis

Tuberkulosis peritonitis dapat menginfeksi semua bagian usus.

Penyakit ini umumnya merupakan lanjutan dari infeksi primer di bagian

tubuh lain (Suhariani, 2015).

5. Patogenesis Tuberkulosis (TB)

Penularan TB terjadi ketika seseorang menghirup droplet nuclei.

Droplet nuclei akan melewati mulut/saluran hidung, saluran pernapasan atas,

bronkus kemudian menuju alveolus. Setelah Mycobacterium tuberculosis


15

sampai di jaringan paru-paru, mereka akan mulai memperbanyak diri dan

menyebar ke kelenjar limfe. Pada kondisi ini, pasien mengalami fase laten

dan tidak dapat menularkan TB (Irianti et al., 2016).

Setelah infeksi pertama, sel pertahanan tubuh (makrofag) akan bergerak

menuju tempat infeksi dan memakan bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Namun, bakteri ini dapat bertahan karena struktur dinding selnya sangat kuat.

Mycobacterium tuberculosis justru menginfeksi makrofag dan hidup di

dalamnya. Setelahnya, sejumlah sel imun sampai di kelenjar limfa dan

berhasil merusak Mycobacterium tuberculosis (Irianti et al., 2016).

Pada beberapa kasus, sel imun tidak mampu merusak semua

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut bertahan lama dan inaktif. Saat

tahap ini, pasien masuk ke fase laten, tidak menunjukkan gejala dan tidak

dapat menularkannya kepada orang lain. Bakteri ini dapat aktif kembali dan

merusak sel imun dalam proses secondary TB infection. Fase ini sering

dianggap sebagai onset penyakit TB aktif, yaitu saat pasien menunjukkan

gejala klinis. (Irianti et al., 2016).

6. Diagnosis Laboratorium Tuberkulosis (TB)

Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan saat ditemukannya bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Metode BTA merupakan alat diagnosis paling

utama, yang menggunakan sampel dahak sebagai bahan pemeriksaannya.

Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat

digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya


16

(PDPI, 2011). Berikut ini adalah beberapa metode yang digunakan untuk

penegakkan diagnosis TB.

a) Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA)

Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA) menggunakan spesimen

dahak secara mikroskopis untuk penegakkan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak dalam 2 hari kunjungan yang berurutan

berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS). Pemeriksaan digunakan untuk

mengkonfirmasi keberadaan bakteri Mycobacterium tuberculosis pada

spesimen dengan pewarnaan Zeihl-Neilsen. Bila dari dua kali pemeriksaan

didapatkan hasil BTA positif, maka pasien tersebut dinyatakan positif

mengidap TB paru (KEMENKES, 2017). Berikut adalah tahap-tahap

pengambilan spesimen:

- Sewaktu (dahak sewaktu saat kunjungan)

- Dahak pagi (keesokan harinya)

- Sewaktu (saat mengantarkan dahak pagi)

b) Pemeriksaan Kultur dan Uji Kepekaan Obat

Pemeriksaan kultur menggunakan agar padat Lowenstein Jensen

atau Agar base media (Middle Brook) sebagai media pembiakannya.

Pemeriksaan kultur bertujuan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan

dapat mendeteksi resistensi Mycobacterium tuberculosis resisten terhadap

campuran antibiotik di dalam media (Polymixin B, Amphoterin B,

Nalidixid Acid, Trimetoprim, Azlocilin). Walaupun metode ini lebih baik


17

dibandingkan metode BTA, namun memerlukan waktu setidaknya 7 hari

dan biayanya mahal (KEMENKES, 2017).

c) Immunokromatografi (ICT)

Rapid IgG adalah pemeriksaan anti TB secara ICT TB dengan

metode ELISA yang menggunakan lima antigen murni hasil sekresi

Mycobacterium tuberculosis selama infeksi aktif. Prinsip metode ini

adalah mendeteksi antigen-antibodi pada bahan nitroselulose asetat,

setelah diberi tanda maka akan muncul reaksi warna yang menunjukkan

hasil positif. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang rendah (Nizar,

2017).

d) Interferon Gamma Release Assay (IGRA)

Uji ini dapat dilakukan dengan jalan mengukur kadar Ifn ɤ pada

serum atau plasma dan mengukur kadar Ifn ɤ yang dihasilkan oleh sel

limfosit T yang diisolasi dari pasien dan direaksikan dengan komponen

Mycobacterium tuberculosis. Sensitivitas dan spesifisitas uji ini dalam

menegakkan diagnosis TB paru juga masih lebih rendah dibandingkan

dengan pemeriksaan BTA mikroskopis. Sampai saat ini uji deteksi Ifn ɤ

tidak dapat membedakan antara sakit dan infeksi TB laten (PDPI, 2011).

e) Polymerase Chain Reaction (PCR)

Deteksi kuman TBC dengan teknik PCR mempunyai sensitivitas

yang amat tinggi. PCR merupakan cara amplifikasi DNA, dalam hal

ini DNA Mycobacterium tuberculosis, secara in vitro. Proses ini


18

memerlukan DNA cetakan (template) untai ganda yang mengandung

DNA target, enzim DNA polymerase, nukleotida trifosfat, dan

sepasang primer (Ramadhan, Fitria, & Rosdiana, 2017).

f) Tes Cepat Molekuler (TCM)

Tes Cepat Molekuler (TCM) merupakan suatu metode terbaru

berbasis pemeriksaan molekuler yang digunakan untuk mendeteksi DNA

bakteri Mycobacterium tuberculosis yang mengalami mutasi genetik

sehingga menjadi resisten terhadap beberapa OAT terutama rifampisin

menggunakan alat GenExpert MTB/RIF. Alat ini pertama kali diluncurkan

pada tahun 2004 dan pengembangannya selesai pada tahun 2008

(Tankeshwar, 2016).

Sejak tahun 2010, WHO merekomendasikan penggunaan alat

GeneXpert MTB/RIF sebagai pemeriksaan awal untuk diagnosis TB-MDR

dan TB pada pasien HIV. Penggunaannya di Indonesia diatur melalui

Permenkes No. 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan TB dan Rencana

Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium. Alat

tersebut dapat digunakan untuk diagnosis TB Sensitif Obat dan TB MDR

(KEMENKES, 2017).

Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik

Medan didapatkan tingkat sensitivitas mesin GeneXpert mencapai 92,86%

(Susanty, 2015). Spesifisitas dari GeneXpert MTB/RIF untuk

mendiagnosis TB-MDR sangat tinggi (97-100%). Sedangkan

sensitivitasnya berbeda antara pasien TB paru dengan BTA positif dan


19

negatif. Pada pasien dengan BTA positif sensitivitasnya >95% dan pada

BTA negatif sensitivitasnya bervariasi antara 65-77%. Sehingga jika hasil

GeneXpert MTB/RIF negatif belum tentu pasien tidak menderita TB

(PDPI, 2011).

Uji ini dapat dikerjakan hanya dalam waktu kurang dari 2 jam.

Sehingga hal ini merupakan perkembangan yang sangat baik jika

dibandingkan dengan kultur standar yang memerlukan waktu 2 sampai 6

minggu untuk menumbuhkan Mycobacterium tuberculosis dan masih

harus ditambah lagi waktu selama 3 minggu untuk tes resistensi obat

secara konvensional (CDC, 2015).

Gambar 2.2 Alat GeneXpert MTB/RIF (Tankeshwar, 2016)

Pemeriksaan TCM dengan GeneXpert MTB/RIF merupakan metode

deteksi molekuler berbasis nested real-time PCR untuk diagnosis TB.

Primer PCR yang digunakan mampu mengamplifikasi sekitar 81 bp

daerah inti gen rpoB Mycobacterium tuberculosis, sedangkan probe

dirancang untuk membedakan sekuen wild-type dan mutasi pada daerah


20

inti yang berhubungan dengan resistensi terhadap rifampisin (Tankeshwar,

2016).

Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan alat GeneXpert MTB/RIF,

yang menggunakan sistem otomatis yang mengintergrasikan proses

purifikasi spesimen, amplifikasi asam nukleat, dan deteksi sekuen target.

Pemeriksaan GeneXpert MTB/RIF dapat mendeteksi Mycobacterium

tuberculosis dan resistensi terhadap rifampisin secara simultan dengan

mengamplifikasi sekuen spesifik gen rpoB dari Mycobacterium

tuberculosis menggunakan lima probe molecular beacons (probe A—E)

untuk mendeteksi mutasi pada daerah gen rpoB. Cycle threshold (Ct)

maksimal yang valid untuk analisis hasil pada probe A, B dan C adalah 39

siklus sedangkan pada probe D dan E adalah 36 siklus (KEMENKES,

2017). Hasil dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

 Mycobacterium tuberculosis terdeteksi dan terdeteksi resistan

rifampisin. Apabila delta Ct maks (selisih probe yang paling awal dan

paling akhir muncul) > 4.0

 Mycobacterium tuberculosis terdeteksi namun tidak terdeteksi resistan

rifampisin. Apabila delta Ct maks ≤ 4.0.

 Mycobacterium tuberculosis terdeteksi dan resistan indeterminate.

Apabila nilai Ct pada probe melebihi nilai valid maksimal. Maka

pemeriksaan kepekaan obat yang lain harus dilakukan.

 Mycobacterium tuberculosis tidak terdeteksi. Apabila hanya satu atau

tidak ada probe yang positif.


21

7. Pengobatan Tuberkulosis (TB)

Terdapat 2 fase pengobatan pada TB yaitu fase intensif selama 2-3 bulan dan

fase lanjutan selama 4-7 bulan. Pengobatan menggunakan OAT terdiri dari:

1. Lini pertama: Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin,

Enthambutol

2. Lini kedua: Kanamisin, Kuinolon, Derivat rifampisin dan INH dan obat

lain yang masih diteliti makrolid amoksilin – asam klavulanat

3. Kombinasi Dosis Tetap (KDT): Kombinasi 4 obat dalam 1 tablet HRZE

atau HR.

B. Kerangka Berpikir

Pasien suspek TB di
Puskesmas Cimanggis

Pemeriksaan dengan
metode TCM

Mycobacterium Mycobacterium
tuberculosis terdeteksi tuberculosis tidak
terdeteksi

Resisten rifampisin Sensitif rifampisin

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No. Variabel Definisi Jenis Data Skala Ukur

1. Usia Keterangan usia saat Ordinal Kategori (berdasarkan aturan


pasien suspek TB Depkes RI 2009)
diperiksa dengan metode
TCM berdasarkan data  Balita: 0-5 tahun
rekam medis
 Anak-anak: 5-11 tahun

 Remaja: 12-25 tahun

 Dewasa: 26-45 tahun

 Lansia: 46-65 tahun


2. Jenis Keterangan jenis Nominal Kategori
Kelamin kelamin pasien suspek
TB berdasarkan data  Laki-laki
rekam medis
 Perempuan
3. Hasil Hasil pemeriksaan TB Nominal Kategori
pemeriksaan secara molekuler dengan
TCM metode TCM  Positif

 Negatif

4. Hasil uji Hasil pemeriksaan Nominal Kategori


resistensi resistensi rifampisin  Resisten rifampisin
rifampisin secara molekuler dengan  Sensitif rifampisin
metode TCM

22
23

B. Desain Penelitian

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain

potong lintang. Datanya adalah data sekunder yang berasal dari rekam medis

pasien suspek TB di Puskesmas Cimanggis mulai bulan Juni sampai Agustus

2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien suspek TB yang datang

berobat ke Puskesmas Cimanggis.

2. Sampel penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah data seluruh pasien suspek TB yang

melakukan pemeriksaan dengan metode TCM di laboratorium Puskesmas

Cimanggis selama bulan Juni sampai Agustus 2019 sebanyak 137 sampel.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling.

Total sampling yaitu mengambil jumlah keseluruhan sampel selama kurun

waktu tertentu yang sudah ditentukan.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Cimanggis pada bulan Maret

sampai Juni 2021.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini didapatkan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:


24

1. Mengajukan pembuatan surat izin pada pihak kampus untuk melakukan

observasi di instansi kesehatan yang dituju.

2. Melakukan observasi pemeriksaan laboratorium yang diterapkan pada pasien

tuberkulosis dan pasien tuberkulosis resisten obat. Observasi ini dilakukan di

Laboratorium Puskesmas Cimanggis.

3. Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing untuk penetapan topik atau

judul KTI.

4. Pembuatan proposal KTI dan pelaksanaan seminar untuk mendapatkan

masukan atas KTI yang diajukan.

5. Perbaikan proposal KTI dan pengajuan permohonan persetujuan kepada Ketua

Jurusan TLM atas KTI yang akan dibuat.

6. Persetujuan judul KTI dan penetapan pembimbing KTI.

7. Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian di Puskesmas Cimanggis.

8. Melakukan pengambilan data pasien tuberkulosis di Puskesmas Cimanggis

yang sesuai dengan kriteria penelitian.

9. Mengolah, menganalisis dan menyajikan informasi yang diperoleh

F. Teknik Penyajian dan Pengolahan/Analisis Data

1. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menilai frekuensi

sebaran data dan dilanjutkan dengan analisis univariat. Analisis univariat

adalah suatu teknik analisis data terhadap suatu variabel secara mandiri, tanpa

mengaitkan satu variabel dengan variabel lainnya. Uji statistik dilakukan


25

dengan menggunakan software SPSS, yaitu dengan memasukkan data ke dalam

program komputer (entry), melakukan pemeriksaan seluruh data yang

terkumpul (editing), memasukkan data sesuai dengan angka yang telah

ditentukan menjadi data sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan

(cleaning).

2. Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram lingkaran serta

dijelaskan dalam bentuk narasi.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penunjang yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

rekam medis, laptop, flashdisk, alat tulis dan buku kerja.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil

Pengambilan data dilakukan mulai bulan Maret sampai Juni 2021 di

Laboratorium Puskesmas Cimanggis Kota Depok. Data yang diperoleh dalam

penelitian ini sebanyak 137 pasien suspek TB yang datang berobat ke Puskesmas

Cimanggis pada bulan Juni sampai Agustus 2019. Berikut ini adalah persentase

hasil pemeriksaan TCM pada pasien suspek TB.

Tabel 4.1 Persentase hasil pemeriksaan TCM pada pasien suspek TB.
Hasil Pemeriksaan Jumlah Persentase (%)
Positif 32 23,36
Negatif 105 76,64
Total 137 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari total keseluruhan pasien

suspek TB sebanyak 137 orang, hasil pemeriksaan TCM positif TB didapatkan

sebanyak 32 orang (23,36%) dan hasil negatif TB didapatkan sebanyak 105 orang

(76,64%). Persentase pemeriksaan TCM pada pasien suspek TB berdasarkan

pengelompokkan usia adalah sebagai berikut.

26
27

Tabel 4.2 Persentase hasil pemeriksaan TCM pada pasien suspek TB berdasarkan usia
Hasil Pemeriksaan GenExpert MTB/RIF
Usia Negatif Positif
N % N %
Balita (0-5 tahun) 0 0 0 0
Anak-anak (5-11 tahun) 3 2,86 0 0
Remaja (12-25 tahun) 27 25,71 10 31,26
Dewasa (26-45 tahun) 33 31,43 13 40,62
Lansia (46-65 tahun) 42 40,00 9 28,12
Total 105 100 32 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari total keseluruhan pasien

suspek TB sebanyak 137 orang, didapatkan jumlah hasil positif TB tertinggi pada

kelompok usia dewasa (26-45 tahun) yaitu sebanyak 13 orang (40,62%).

Persentase hasil pemeriksaan TCM pada pasien suspek TB berdasarkan jenis

kelamin adalah sebagai berikut.

Tabel 4.3 Persentase hasil pemeriksaan TCM pada pasien suspek TB berdasarkan jenis
kelamin
Hasil Pemeriksaan GenExpert MTB/RIF
Jenis Kelamin Negatif Positif
N % N %
Laki-laki 59 56,19 19 59,38
Perempuan 46 43,81 13 40,62
Total 105 100 32 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari total keseluruhan sampel

sebanyak 137 orang, didapatkan jumlah hasil TCM positif TB tertinggi pada laki-

laki yaitu sebanyak 19 orang (59,38%), sedangkan hasil positif TB pada


28

perempuan yaitu sebanyak 13 orang (40,62%). Berikut persentase hasil

pemeriksaan resistensi rifampisin pada pasien yang mendapatkan hasil positif TB

dengan metode TCM di Puskesmas Cimanggis selama bulan Juni sampai dengan

Agustus 2019.

Tabel 4.4 Persentase hasil resistensi rifampisin dengan metode TCM


Hasil Resistensi Rifampisin Jumlah Persentase (%)
Resisten 7 21,88
Sensitif 25 78,12
Total 32 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari total keseluruhan pasien

dengan hasil positif TB sebanyak 32 orang, didapatkan hasil TB resisten

rifampisin sebanyak 7 orang (21,88%) dan hasil TB sensitif rifampisin sebanyak

25 orang (78,12%). Berikut persentase hasil pemeriksaan resistensi rifampisin

dengan metode TCM berdasarkan pengelompokkan usia.

Tabel 4.5 Persentase hasil resistensi rifampisin dengan metode TCM berdasarkan usia
Hasil Pemeriksaan GenExpert MTB/RIF
Usia Resisten Rifampisin Sensitif Rifampisin
N % N %
Balita (0-5 tahun) 0 0 0 0
Anak-anak (5-11 tahun) 0 0 0 0
Remaja (12-25 tahun) 1 14,29 9 36,00
Dewasa (26-45 tahun) 5 71,42 8 32,00
Lansia (46-65 tahun) 1 14,29 8 32,00
Total 7 100 25 100
29

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari total keseluruhan pasien

dengan hasil TB resisten rifampisin sebanyak 7 orang, didapatkan jumlah hasil TB

resisten rifampisin tertinggi pada kelompok usia dewasa yaitu sebanyak 5 orang

(71,42%). Dan berikut persentase hasil pemeriksaan resistensi rifampisin dengan

metode TCM berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.6 Persentase hasil resistensi rifampisin dengan metode TCM berdasarkan jenis
kelamin
Hasil Pemeriksaan GenExpert MTB/RIF
Jenis Kelamin Resisten Rifampisin Sensitif Rifampisin
N % N %
Laki-laki 4 57,14 15 60,00
Perempuan 3 42,86 10 40,00
Total 7 100 25 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari total keseluruhan pasien

dengan hasil TB resisten rifampisin sebanyak 7 orang, didapatkan jumlah hasil TB

resisten rifampisin tertinggi pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 4 orang

(57,14%), tidak ada perbandingan jumlah yang signifikan dengan hasil yang

didapat pada perempuan yaitu sebanyak 3 orang (42,86%).

B. Pembahasan

Dari sekian banyak penyakit menular yang mematikan, World Health

Organization (WHO) menempatkan TB menjadi penyakit yang berada di

peringkat pertama penyakit yang paling mematikan di dunia dan Indonesia

menempati peringkat ketiga jumlah kasus penderita TB setelah India dan Cina

(TROPMED UGM, 2020).


30

Penyakit TB paru terjadi ketika daya tahan tubuh menurun. Menurut

perspektif epidemiologi, kerentanan terhadap infeksi bakteri Mycobacterium

tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat itu.

Pengidap HIV AIDS atau orang dengan status gizi buruk lebih mudah untuk

terinfeksi TB. Dapat disimpulkan bahwa adanya penyakit bawaan meningkatkan

faktor risiko terinfeksi TB. (PUSDATIN, 2018).

Berdasarkan data pada tabel 4.2 dan tabel 4.5, dapat disimpulkan bahwa

angka kejadian TB dan TB-MDR tertinggi terjadi pada usia dewasa (26-45 tahun)

yaitu sebanyak 13 orang (40,62%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Marissa et al (2020) yang menunjukkan bahwa mayoritas penderita TB berada

pada kategori usia 26-45 tahun yaitu sebanyak 37,8%. Hal tersebut diperkuat oleh

fakta bahwa di usia produktif, banyak dari mereka yang bekerja dan berhubungan

dengan lingkungan luar, yang otomatis meningkatkan risiko terpapar lebih tinggi

karena penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah melalui udara

bebas (KEMENKES, 2013).

Lalu berdasarkan data pada tabel 4.3 dan tabel 4.6, dapat disimpulkan

bahwa angka kejadian TB dan TB-MDR tertinggi terjadi pada laki-laki yaitu

sebanyak 19 orang (59,38%). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian

Amalia (2017) di RSU Kota Tangerang Selatan yang menunjukkan bahwa

prevalensi TB tertinggi berada pada laki-laki yaitu sebanyak 63%. Hal tersebut

membuktikan hasil survei RISKESDAS pada tahun 2013 bahwa laki-laki

memiliki faktor risiko terinfeksi tuberkulosis lebih tinggi daripada perempuan.

Hal ini terjadi karena laki-laki memiliki faktor risiko TB yang cenderung lebih
31

tinggi, yaitu merokok dan kurangnya kepatuhan minum obat. Survei yang

dilakukan RISKESDAS pada tahun 2013 mencatat bahwa dari seluruh partisipan,

laki-laki yang merokok sebanyak 96,3% dan hanya 3,7% partisipan perempuan

yang merokok (RISKESDAS, 2013).

Selain merokok, sebagian besar laki-laki memiliki kebiasaan meminum

alkohol dibandingkan dengan perempuan. Merokok dan minum alkohol menjadi

faktor risiko lebih banyak laki-laki terinfeksi TB, karena dua hal tersebut dapat

menurunkan imunitas tubuh secara signifikan (Dotulong et al., 2015). Merokok

dapat mengganggu efektifitas sebagian mekanisme imun pada sistem respirasi.

Asap rokok merangsang pembentukan mucus dan meminimalkan pergerakan silia.

Hal tersebut menyebabkan penimbunan mukosa dan peningkatan risiko

pertumbuhan bakteri sehingga dapat menyebabkan infeksi (Pertiwi et al., 2011).

Penghentian pengobatan sebelum waktunya (drop out) di Indonesia

merupakan faktor terbesar penyebab kegagalan pengobatan pada pasien TB,

jumlahnya mencapai 50%. Pasien drop out adalah pasien yang telah menjalani

pengobatan dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan hasil positif pada

pemeriksaan BTA. Masalah yang di timbulkan oleh pasien yang drop out

pengobatan tuberkulosis adalah resistensi terhadap obat selama tahap pengobatan

(Carolia, 2016).

Faktor penyebab kasus TB-MDR pada pasien drop out adalah setelah

melakukan pengobatan tahap intensif, biasanya pasien merasa sembuh dan

menghentikan pengobatannya. Dengan begitu, pasien dengan TB-MDR harus

diobati dengan OAT lini kedua (Carolia, 2016).


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan data hasil pemeriksaan pada pasien suspek TB dengan

metode TCM di Puskesmas Cimanggis selama bulan Juni sampai dengan Agustus

2019, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pasien suspek TB yang melakukan pemeriksaan dengan metode TCM dengan

hasil positif TB sebanyak 32 orang (23,36%) dan hasil negatif sebanyak 105

orang (76,64%). Dengan hasil TB resisten rifampisin sebanyak 7 orang

(21,88%) dan hasil TB sensitif rifampisin sebanyak 25 orang (78,12%).

2. Jumlah penderita TB tertinggi berdasarkan kelompok usia ditemukan pada usia

dewasa yaitu sebanyak 13 orang (40,62%) dan tidak ditemukan kasus positif

TB pada balita dan anak-anak.

3. Jumlah penderita TB tertinggi berdasarkan jenis kelamin ditemukan pada laki-

laki dibandingkan perempuan. Laki-laki sebanyak 19 orang (59,38%) dan

perempuan sebanyak 13 orang (40,62%).

4. Jumlah penderita TB resisten rifampisin tertinggi berdasarkan kelompok usia

adalah pada usia dewasa yaitu sebanyak 5 orang (40,62%).

5. Jumlah penderita TB resisten rifampisin tertinggi berdasarkan jenis kelamin

tertinggi ditemukan pada laki-laki sebanyak 4 orang (57,14%), sedangkan pada

perempuan sebanyak 3 orang (42,26%).

32
33

B. Saran

Saran yang dapat penulis kemukakan di antaranya:

1. Bagi pembaca diharapkan meningkatkan kewaspadaan dan gaya hidup

sehat demi menghindari infeksi tuberkulosis.

2. Bagi penderita tuberkulosis untuk dapat meningkatkan kepatuhan minum

obat dan mengontrol kesembuhan secara berkala agar mendapatkan

keberhasilan pengobatan yang signifikan.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat membahas faktor-faktor

risiko pasien terhadap tuberkulosis secara lebih mendalam.


34

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Zulfina. 2017. Profil Hasil Pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis


Menggunakan GeneXpert Pada Pasien di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan Periode Juni 2016-Juni 2017. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta. Dilihat
28 Agustus 2020. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/37297

Asti, Retno. 2012. Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi Tuberkulosis.


Departemen Ilmu Kedokteran FKUI. Jakarta. Hal 2-3. Dilihat 26 Agustus
2020.https://lms.unism.ac.id/pluginfile.php/19594/mod_forum/attachment/
11239/patodiagklas.pdf

Carolia, N., Mardiyah, A. 2016. Multi Drug Resistant Tuberculosis pada Pasien
Drop Out dan Tatalaksana OAT Lini Kedua. Medical Journal Of Lampung
University. Vol 5, No 2: 5-10. Dilihat 28 Agustus 2020.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1070

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2014. A New Tool to
Diagnose Tuberculosis: The Xpert MTB/RIF Assay. Dilihat 31 Agustus
2020. https://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/pdf/xpertmtb-
rifassayfactsheet_final.pdf.

Dotulong, J. F. J., Sapulete, M. R., Kandau, G. D. 2015. Hubungan Faktor Resiko


Umur, Jenis Kelamin dan Kepadatan Hunian dengan Kejadian Penyakit TB
Paru di Desa Wori Kecamatan Wori. Jurnal Kedokteran Komunitas dan
Tropik. Vol 3 No 2:60-61.

Irianti., Tatang, T., Kuswandi., et al. 2016. Definisi, Klasifikasi dan Patofisiologi
Tuberkulosis Paru. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta. Dilihat 26 Agustus 2020.
https://repository.ugm.ac.id/273526/1/Draft%20Buku%20Antituberkulosis
%2014%20Desember.pdf

Kementerian Kesehatan RI (KEMENKES). 2013. Faktor Penyebab Tuberkulosis.


Dilihat 26 Agustus 2020.
https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/
profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf

Kementerian Kesehatan RI (KEMENKES). 2017. Tata Laksana Diagnosa


Tuberkulosis. Dilihat 26 Agustus 2020.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._67_ttg_Pena
nggulangan_Tuberkolosis_.pdf
35

Kementerian Kesehatan RI (KEMENKES). 2017. Prevalensi Tuberkulosis di


Indonesia. Kemenkes RI. Jakarta. Dilihat 28 Agustus 2020. http://www.ljj-
kesehatan.kemkes.go.id/pluginfile.php/4602/coursecat/description/Modul
%20Kebijakan%20Penanggulangan%20TB%20%202017.pdf

Kementerian Kesehatan RI (KEMENKES). 2017. Petunjuk Teknis Pemeriksaan


Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler. Dilihat 28 Agustus
2020.
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/hsr/article/download/
3321/1932/

Marissa, N., Rosdiana., Salmiaty., et al. 2020. Tes Cepat Molekuler (TCM)
Sebagai Alat Diagnosis Tuberkulosis yang Resisten Rifampisin di Provinsi
Aceh. Jurnal Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh.
Dilihat 28 April 2021.
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jbmi/article/view/
4419/2117

Nizar, M. 2010. Diagnosa Laboratorium Tuberkulosis. Yogyakarta Gosyen


Publishing. Yogyakarta.

Pusat Data dan Informasi (PUSADATIN). 2018. Faktor Penyebab Tuberkulosis.


Dilihat 26 Agustus 2020.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/
infodatin-tuberkulosis-2018.pdf.

Pusat Kedokteran Tropis FK-KMK Universitas Gadjah Mada. 2020. TBC,


Penyakit Menular Penyebab Kematian No 1 di Dunia. Dilihat 28 April
2021. https://tropmed.fk.ugm.ac.id/2020/0/11/tbc-penyakit-menular-no-1-
di-dunia/ved

PDPI. 2011. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di


Indonesia. Dilihat 28 Agustus 2020.
https://rspmanguharjo.jatimprov.go.id/wp-content/uploads/2020/02/10.-
Pedoman-Nasional-Pelayanan-Kedokteran-Tatalaksana-Tuberkulosis-
2013-Dokternida.com.pdf

Pertiwi, R.N., Wuryanto, M. A., Sutiningsih, D. 2012. Hubungan antara


Karakteristik Individu, Praktik Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan
Kejadian Tuberkulosis di Kecamatan Semarang Utara Tahun 2011. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol 4 No 2: 74-81.

Ramadhan, R., Fitria, E., Rosdiana. 2017. Pemeriksaan tuberkulosis dengan


metode PCR. Jurnal Penelitian Kesehatan Vol. 4 No.2, November 2017,
73-80.
36

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Prevalensi Tuberkulosis di


Indonesia. Dilihat 28 April 2021.
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/ccount/click.php?id=1

Suhariani, W. 2015. Pola Klinik Tuberkulosis Ekstra Paru di RSUP Dr. Kariadi
Semarang Periode Juli 2013-Agustus 2014. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. Dilihat 12 Juni 2021.
http://eprints.undip.ac.id/46258/3/Wizri_suhariani_22010111140172_LAP
.KTI_bab_II.pdf

Tankeshwar, Acharya. 2016. GeneXpert MTB/RIF Assay: Principle, Procedure,


Results and Interpretations. Dilihat 29 Agustus 2020.
https://microbeonline.com/genexpert-mtbrif-assay-principle-procedure-
results-interpretations/

World Health Organization (WHO). 2016. Global Incidence and Prevalence of


Tuberculosis. Dilihat 26 Agustus 2019.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/.
37

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data


38
39

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Penelitian dan Pengambilan Data


40

Lampiran 3. Prosedur Pemeriksaan

1) Persiapan Sampel

1. Sediakan pot dahak tertutup, baru, bersih dan bermulut lebar

2. Tuliskan nama pasien dan nomor identitas specimen dahak pada dinding

pot dahak.

3. Pengumpulan spesimen dahak dilakukan di tempat khusus berdahak

(sputum booth) yang terdapat di ruang terbuka, mendapat sinar matahari

langsung dan terdapat wastafel).

4. Kumur dengan air minum sebelum mengeluarkan dahak.

5. Tarik napas dalam sebanyak 2-3 kali dan hembuskan napas dengan kuat.

6. Batukkan dengan keras dari dalam dada dan keluarkan dahak ke dalam

pot. Tutup langsung pot dahak dengan rapat. Pemeriksaan TCM

membutuhkan volume dahak minimal 2 mL.

2) Alat dan Bahan

Berikut adalah alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan TCM

metode GenExpert MTB/RIF:

a. Alat

1. Mesin GeneXpert MTB/RIF

2. Komputer atau laptop, yang telah berisi program GeneXpert Dx

3. Barcode scanner 

4. Buku petunjuk operasional GeneXpert Dx 

5. Pot dahak 
41

6. Alat pelindung diri (jas lab, masker, sarung tangan) 

7. Penghitung waktu (timer) 

8. Label dan spidol 

9. Biosafety cabinet (BSC) 

10. Vortex 

b. Bahan

1. Sampel dahak dengan volum minimal 2 mL

2. Buffer

3) Cara Kerja

1. Beri label identitas pada setiap kartrid.

2. Buka penutup pot dahak, tambahkan buffer dengan perbandingan sampel

dan buffer 1:2

3. Tutup kembali pot dahak, kocok dengan kuat sampai sampel dan buffer

menjadi homogen

4. Diamkan selama 10 menit pada suhu ruang

5. Kocok kembali campuran sampai tidak ada gumpalan, lalu diamkan

selama 5 menit

6. Siapkan kartrid GeneXpert MTB/RIF


42

Kartrid GeneXpert MTB/RIF (Tankeshwar, 2016)

7. Buka penutup katrid dan pot dahak. Pipet sampel dahak sebanyak 2 mL ke

dalam kartrid secara perlahan-lahan untuk mencegah terbentuknya

gelembung yang dapat menyebabkan error.

8. Tutup kartrid secara perlahan dan masukkan kartrid ke dalam mesin

GeneXpert.

Kartrid dan Alat GenExpert MTB/RIF (Tankeshwar, 2016)

Satu kartrid dan satu buffer hanya untuk satu pengolahan sampel dahak.

Pemeriksaan sampel harus dilakukan dalam kurun waktu 4 jam. Sisa sampel

dapat disimpan selama 4 jam pada suhu 2-8 ̊C untuk digunakan jika

dibutuhkan pemeriksaan ulang.


43

Lampiran 4. Data Penelitian

DATA PENELITIAN

No. Inisial Usia Jenis Kelamin Pemeriksaan GenExpert MTB/RIF


(tahun) Positif/ Resistensi
Negatif Rifampisin
1. SM 43 Perempuan Negatif -
2. NH 26 Perempuan Positif Sensitif
3. NS 23 Perempuan Positif Sensitif
4. SW 49 Perempuan Negatif -
5. BS 27 Laki-laki Negatif -
6. AM 31 Laki-laki Positif Sensitif
7. AD 19 Laki-laki Positif Sensitif
8. DM 61 Laki-laki Negatif -
9. NS 28 Laki-laki Negatif -
10. AZ 63 Laki-laki Negatif -
11. MF 53 Laki-laki Positif Sensitif
12. AH 63 Laki-laki Negatif -
13. MJ 64 Laki-laki Negatif -
14. SK 68 Laki-laki Negatif -
15. NP 34 Perempuan Negatif -
16. HM 15 Perempuan Negatif -
17. BP 52 Laki-laki Positif Sensitif
18. AS 29 Laki-laki Negatif -
19. AL 66 Laki-laki Negatif -
20. FS 22 Laki-laki Positif Sensitif
21. YY 35 Perempuan Negatif -
22. AS 41 Perempuan Negatif -
23. HH 55 Laki-laki Negatif -
24. RS 69 Perempuan Positif Sensitif
25. RP 20 Perempuan Negatif -
26. AH 29 Laki-laki Positif Resisten
27. IS 34 Laki-laki Negatif -
28. JN 67 Perempuan Negatif -
29. RH 61 Perempuan Negatif -
30. MD 36 Laki-laki Positif Sensitif
31. RW 25 Laki-laki Negatif -
32. SN 33 Laki-laki Negatif -
33. FA 26 Perempuan Positif Resisten
34. RN 15 Perempuan Negatif -
35. SW 81 Laki-laki Negatif -
36. DS 19 Perempuan Positif Sensitif
37. HU 37 Perempuan Negatif -
44

38. SM 64 Perempuan Negatif -


39. NG 80 Perempuan Negatif -
40. LM 61 Laki-laki Positif Sensitif
41. HD 33 Laki-laki Negatif -
42. SR 35 Laki-laki Positif Resisten
43. DY 39 Laki-laki Positif Sensitif
44. ML 19 Laki-laki Negatif -
45. HM 68 Laki-laki Negatif -
46. HA 48 Perempuan Negatif -
47. JM 40 Perempuan Negatif -
48. RS 40 Perempuan Negatif -
49. RA 33 Perempuan Negatif -
50. TM 59 Laki-laki Negatif -
51. VO 23 Perempuan Negatif -
52. CH 69 Laki-laki Negatif -
53. HR 47 Laki-laki Negatif -
54. DT 71 Laki-laki Negatif -
55. UP 61 Laki-laki Negatif -
56. YP 32 Laki-laki Negatif -
57. NZ 20 Laki-laki Negatif -
58. PS 25 Laki-laki Positif Sensitif
59. DM 39 Laki-laki Negatif -
60. WN 32 Laki-laki Negatif -
61. AZ 17 Perempuan Positif Sensitif
62. BA 44 Perempuan Negatif -
63. MP 19 Perempuan Negatif -
64. KH 62 Laki-laki Positif Sensitif
65. DM 20 Perempuan Positif Sensitif
66. SH 76 Perempuan Negatif -
67. ML 54 Laki-laki Negatif -
68. KA 18 Laki-laki Negatif -
69. YS 20 Perempuan Positif Resisten
70. RW 58 Laki-laki Negatif -
71. HH 11 Perempuan Negatif -
72. AI 60 Laki-laki Negatif -
73. MP 10 Laki-laki Negatif -
74. MZ 23 Laki-laki Negatif -
75. RP 61 Perempuan Negatif -
76. BD 25 Laki-laki Negatif -
77. SS 14 Laki-laki Negatif -
78. DW 21 Perempuan Negatif -
79. AD 20 Laki-laki Negatif -
80. RS 15 Perempuan Negatif -
81. SL 57 Laki-laki Negatif -
82. MA 26 Perempuan Negatif -
83. LS 54 Laki-laki Negatif -
45

84. TR 63 Perempuan Negatif -


85. SM 45 Perempuan Negatif -
86. US 44 Laki-laki Negatif -
87. IL 24 Perempuan Negatif -
88. AB 64 Laki-laki Negatif -
89. TD 24 Perempuan Negatif -
90. HS 64 Laki-laki Negatif -
91. HS 37 Laki-laki Positif Sensitif
92. SL 25 Perempuan Negatif -
93. IS 42 Laki-laki Negatif -
94. TR 56 Laki-laki Negatif -
95. SE 61 Laki-laki Negatif -
96. NK 56 Laki-laki Negatif -
97. MP 10 Laki-laki Negatif -
98. SM 41 Laki-laki Negatif -
99. LL 38 Perempuan Negatif -
100. WR 40 Perempuan Negatif -
101. RN 27 Laki-laki Positif Resisten
102. SH 61 Laki-laki Negatif -
103. SB 47 Perempuan Positif Resisten
104. BH 42 Laki-laki Positif Resisten
105. MH 67 Laki-laki Negatif -
106. IN 38 Perempuan Negatif -
107. RS 79 Laki-laki Negatif -
108. TW 18 Perempuan Negatif
109. FZ 25 Perempuan Negatif
110. YY 20 Laki-laki Negatif
111. RN 35 Perempuan Negatif -
112. SD 52 Perempuan Positif Sensitif
113. DA 22 Perempuan Positif Sensitif
114. RM 30 Perempuan Positif Sensitif
115. LS 46 Laki-laki Negatif -
116. SY 68 Laki-laki Negatif -
117. WN 53 Perempuan Negatif -
118. RK 25 Perempuan Negatif -
119. WJ 35 Laki-laki Negatif -
120. SF 28 Perempuan Negatif -
121. RF 32 Laki-laki Negatif -
122. MR 25 Laki-laki Negatif -
123. EU 59 Perempuan Negatif -
124. MS 20 Laki-laki Positif Sensitif
125. AS 49 Perempuan Negatif -
126. SD 49 Perempuan Positif Sensitif
127. AD 22 Laki-laki Negatif -
128. RI 31 Laki-laki Negatif -
129. NA 20 Perempuan Negatif -
46

130. ES 65 Laki-laki Negatif -


131. IA 24 Perempuan Negatif -
132. AR 17 Laki-laki Negatif -
133. DS 45 Perempuan Negatif -
134. JM 53 Laki-laki Positif Sensitif
135. IN 28 Perempuan Negatif -
136. JY 40 Laki-laki Positif Sensitif
137. MR 35 Laki-laki Positif Sensitif
47

Lampiran 5. Hasil Analisa Data Statistik

A. Sebaran Suspek TB

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Anak-anak 3 2.2 2.2 2.2

Remaja 39 28.5 28.5 30.7

Dewasa 44 32.1 32.1 62.8

Lansia 51 37.2 37.2 100.0

Total 137 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 78 56.9 56.9 56.9

Perempuan 59 43.1 43.1 100.0

Total 137 100.0 100.0

B. Hasil TCM

Hasil TB TCM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Positif 32 23.4 23.4 23.4

Negatif 105 76.6 76.6 100.0

Total 137 100.0 100.0

Resistensi Rifampisin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid - 105 76.6 76.6 76.6

Resisten 7 5.1 5.1 81.8


48

Sensitif 25 18.2 18.2 100.0

Total 137 100.0 100.0

C. Persentase Pasien Positif TB

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Remaja 10 31.3 31.3 31.3

Dewasa 13 40.6 40.6 71.9

Lansia 9 28.1 28.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Jenis_Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 19 59.4 59.4 59.4

Perempuan 13 40.6 40.6 100.0

Total 32 100.0 100.0


49

D. Persentase Pasien TB Resisten Rifampisin

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Remaja 1 14.3 14.3 14.3

Dewasa 5 71.4 71.4 85.7


Lansia 1 14.3 14.3 100.0

Total 7 100.0 100.0


50

Jenis_Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 4 57.1 57.1 57.1

Perempuan 3 42.9 42.9 100.0

Total 7 100.0 100.0


51

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian dan Pengambilan Data

Lampiran 7. Agenda
Bimbingan

Anda mungkin juga menyukai