Anda di halaman 1dari 33

i

PROPOSAL KTI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT PENGGUNA ALAT


POCT (Point Of Care Testing) DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS KADAR
ASAM URAT DI DUSUN KERONGKONG, DESA KARANG BAYAN,
KECAMATAN LINGSAR, KABUPATEN LOMBOK BARAT

Disusun untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan


Diploma III (DIII) Teknologi Laboratorium Medis
Tahun Akademik 2021/2022

Oleh :
ASRATUN YUNIARSIH
NIM: P07134019037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MATARAM
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D - III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2021 /2022
ii

PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis IImiah Politeknik


Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Analis Kesehatan dan Diterima
untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III (D III) Teknologi
Laboratorium Medis Jurusan Analis Kesehatan
Tahun Akademik 2021/2022

Mengesahkan :

Ketua Jurusan Anaiis Kesehatan


Politeknik Kemenkes Mataram Kesehatan RI

(Zainal Fikri, SKM., M.Sc.)


NIP. 197512311994021001

Tim Penguji

1. Zainal Fikri, SKM., M.Sc ( )


Ketua Penguji

2. Hj. Siti Zaetun, SKM., M.Ked ( )


Penguji I

3. Dr. Ersandhi Resnhaleksmana, S.Si., M.Sc. ( )


Penguji II

Tanggal Lulus :
iii

PERSETUJUAN

PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Pedidikan Diploma III (DIII) Teknologi Laboratorium Medis
Jurusan Analis Kesehatan Tahun Akademik 2021 / 2022

Oleh :
Asratun Yuniarsih
P07134019037

Mataram, Oktober 2021

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Zainal Fikri, SKM., M.Sc. Hj. Siti Zaetun, SKM., M.Ked.


NIP. 197308031998032003 NIP. 197512311994021001
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulisan panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta karuniya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul ‘’Gambaran Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Pengguna Alat POCT dalam Menegakkan Diagnosis Kadar Asam
Urat’’ sebagai salah satu persayaratan untuk menyelesaikan tugas akhir
pendidikan program studi Diploma III Kesehatan Jurusan Analis Kesehatan 2022.
Dalam penulisan Proposal Karya Tulis IImiah ini, penulis banyak
mendapat bantuan, bimbingan, petunjuk serta saran dari berbagai pihak yang
juga ikut mendukung, untuk itu ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Direktur Politeknik Kemenkes Mataram Kemenkes RI.
2. Ketua Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes
RI.
3. Ketua Program Studi Diploma III Analis Kesehatan Mataram.
4. Bapak Zainal Fikri, .SKM., M.Si. selaku dosen pembimbing I dalam
penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini.
5. Ibu Hj. Siti Zaetun, SKM., M.Ked selaku dosen pembimbing II dalam
penyusun proposal karya tulis ilmiah ini.
6. Bapak Dr. Ersandhi Resnhaleksmana S.Si., M.Sc. selaku penguji independen
atas saran dan masukannya.
7. Bapak/ ibu dosen Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Mataram
Kemenkes RI.
8. Yang tersayang Bapak dan Ibu yang selama ini memberikan doa yang terbaik
buat saya setiap waktu dan memberikan dorongan semangat sehingga
mampu melaksanakan perkuliah dengan baik sampai terselesaikanny karya
tulis ilmiah ini.
9. Kakak, adik dan saudara-saudaraku yang sudah memberikan semangat
selama peruses pengerjaan proposal karya tulis ilmiah ini.
10. Terimakasih untuk teman-temanku (Mifta, Sani, Selimatul yang sudah
membantu memberikan semangat dalam pengerjaan proposal karya tulis
ilmiah ini.
11. Seluruh teman Analis seperjuangan agkatan 2019 yang selalu memberikan
semangat dalam pengerjaan proposal karya tulis ilmiah ini.

iv
v

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan dan


bimbingannya yang telah diberikan dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah
ini dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, Oktober 2021

Penulis

v
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan salah satu bentuk

pelayanan kesehatan yang penting dalam membantu menegakkan diagnosa

dan terapi suatu penyakit. Penyakit tidak hanya dapat diketahui dari keluhan

pasien dan gejala-gejala klinik yang tampak, sehingga pemeriksaan

laboratorium mutlak diperlukan oleh dokter maupun petugas kesehatan untuk

memastikan diagnosa. Mutu hasil pemeriksaan yang dikeluarkan harus

terjamin keandalan dan kualitasnya, baik kualitas produknya maupun kualitas

pelayanannya sehingga memenuhi harapan atau kepuasan pasien atau

dokter (Nurhayati et al., 2017).

Menurut World Healh Organization (WHO) penderita asam urat

pada tahun 2004 diperkirakan mencapai 230 juta. Penigkatan juga terjadi di

negara berkembang salah satunya di negara Indonesia (Kumar & Linert,

2016).

WHO mengemukakan sejak enam tahun lalu memperkirakan bahwa

beberapa ratusan juta orang telah menderita penyakit sendi (asam urat), dan

angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat tajam (Nurhayati, 2018).

Asam urat merupakan hasil metabolisme purin di dalam tubuh.

Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA.

Sebenarnya asam urat merupakan zat yang wajar di dalam tubuh namun tidak

wajar ketika asam urat menjadi naik dan melebihi batas normal. Asam urat

yang berlebihan tidak akan tertampung dan termetabolisme seluruhnya oleh

tubuh, maka akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah yang

disebut sebagai hiperurisemia. Diagnosis penyakit asam urat dapat

1
2

ditegakkan berdasarkan gejala yang khas dan ditemukannya kadar asam urat

yang tinggi di dalam darah. Diagnosis penyakit kadar asam urat dalam darah

dapat ditegakkan berdasarkan gejala yang khas dan ditemukaannya kadar

asam urat yang tinggi di dalam darah (Sutanto & Teguh, 2013).

POCT merupakan pemeriksaan laboratorium sederhana dengan

menggunakan sampel jumlah sedikit yang dapat dilakukan di luar laboratorium

yang hasilnya tersedia dengan cepat tampa membutuhkan transportasi

spesimen dan persiapan. POCT merupakan prosedur laboratorium medis

yang dapat dilakukan secara lagsung di samping pasien karena memiliki

reagen yang siap untuk digunakan pemeriksan Point Of Care Testing

terutama dilakukan di rumah sakit dan peraktik dokter, pemeriksaan ini juga

sering dilakukan di tempat lain oleh masyarakat luas misalnya pasien

mengecek sendiri kadara asam urat mengunakan POCT untuk memonitor

kadar asam urat.

Umumnya pemeriksaan pemeriksaan dengan POCT menggunakan

teknologi biosener yang menghasilkan muatan listrik dari interaksi kimia

antara zat tertentu dalam darah (misalnya asam urat) dan elektroda strip.

Perubahan potensial listrik yang terjadi akibat reaksi kedua zat tersebut akan

diukur dan dikomversi menjadi agka yang sesuai dengan jumlah muatan listrik

yang dihasilkan angka yang dihasilkan dalam pemeriksaan dianggap serta

dengan kadar zat yang diukur dalam tubuh (Astika & Iswanto Zaetun, 2018).

POCT merupakan suatu alat yang digunakan untuk pemeriksaan

patologi yang dilakukan oleh praktisi medis atau individu tampa harus

melakukan pemeriksaan di laboratorium rumah sakit. Alat ini cukup

bermanfaat untuk mengetahui kadar asam urat dan untuk menyesuaikan

terapi. Kelebihan dari POCT adalah penggunaan sampel darah yang sangat

sedikit pembacaan hasil sampel lebih cepat hanya membutuhkan 5 detik dan
3

alat yang kecil sehingga mudah dibawa oleh penggunaannya, namun alat ini

memiliki kekurangan dimana hasil pemeriksaan asam urat yang tinggi di atas

600 mg/dl atau kadar rendah di bawah 20 mg/dl tidak bias dibaca, oleh sebab

itu penderita harus berkala membandingkan hasil pengukuran alat POCT

dengan pengukuran asam urat di laboratorium klinik untuk memperkirakan

kemungkinan interprensi fisiologi serta pluktuasi fungsi alat mereka (Zaetun

2014).

POCT digunakan oleh perawat atau tenaga kesehatan lain yang

tidak mempunyai dasar ilmu pengetahuan laboratorium, sehingga mereka

tidak mengerti pengawasan mutu atas hasil pemeriksaan POCT. Perawat di

unit perawatan kritis mau melaksanakan pemeriksaan menggunakan POCT

bila memang bermanfaat bagi penderita, tetapi mereka menginginkan bahwa

mutu POCT adalah menjadi tanggung jawab laboratorium pusat.

Kesalahan dalam menangani penderita 50% disebabkan karena

kesalahan petunjuk (indikasi), 32% gagal dalam bertindak karena ketidak

sesuai dengan hasil pemeriksaan uji dan 55% terjadi kelambatan diagnosis

karena keterlambatan hasil pemeriksaan laboratorim. Hasil pemeriksaan

menggunakan POCT mempercepat hasil pemeriksaan laboratorim, tetapi

hasilnya tidak benar. Hal tersebut akan menyebabkan prosedur merawat

penderita mengikuti aturan dan berdampak hasil layanan tidak sesuai sampai

terjadi kematian (fatal). Didasari data FDA (Food and Drug Administration)

Amerika Serikat antara tahun 1984 sampai 1992 menunjukkan adanya 24

kematian dan 984 morbiditas akibat penggunaan POCT untuk pemeriksaan

asam urat yang tidak tepat (Hartono, 2016).

Keberadaan alat poct saat ini sudah tersebar di sebagian besar

daerah kabupaten, kota serta kecamatan di Indonesia, bahkan sampai ke

tingkat desa. Desa Karang Bayan, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok


4

Barat adalah salah satu desa yang masyarakatnya sudah banyak

menggunakan POCT Kegunaan POCT sebagai alat pemeriksaan kadar asam

urat dalam darah dinilai cukup membantu masyarakat yang menderita

penyakit untuk melakukan pemeriksaan secara mandiri atau tanpa bantuan

dari tenaga kesehatan. Namun demikian, belum dapat dipastikan bahwa

semua masyarakat yang memiliki alat POCT paham akan cara penggunaan

atau pengaplikasiannya. Adapun didapatkan hasil survey lapangan

menunjukkan terdapat 20 informan yang dapat menjadi objek penelitian,

dimana informan tersebut adalah masyarakat penderita asam urat atau pun

tenaga kesehatan yang memiliki alat POCT.

Berdasarkan uraian di atas, saya tergugah untuk melakukan

penelitian tentang cara penggunaan alat POCT ini dalam mendiagnosis kadar

sama urat dalam darah, khususnya di Dusun Kerongkong, Desa Karang

Bayan, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat

pengetahuan masyarakat pengguna alat POCT dalam mediagnosis kadar

asam urat dalam darah di Dusun Kerongkong, Desa Karang Bayan,

Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat dalam menggunakan alat ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat

pengetahuan masyarakat pengguna alat POCT dalam mendiagnosis kadar

asam urat dalam darah di Dusun Kerongkong, Desa Karang Bayan,

Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.


5

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat sebelum

memberikan pemahaman tentang pepenggunaan alat POCT.

b. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat setelah memberikan

pemahaman tentang penggunaan alat POCT.

c. Menganalisis tingkat pengetahuan masyarakat sebelum dan setelah

memberikan pemahaman tetang penggunaan alat POCT.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penelitian

Untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu tentang kimia klinik dalam

mendiagnosis kadar sama urat dalam darah menggunakan metode POCT

2. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi ilmiah untuk menambah pemahaman kepada

masyarakat dan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat

pengguna dalam menggunakan alat POCT dalam mendiagnosis kadar

asam urat dalam darah.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Asam Urat

a. Pengertian asam urat

Asam urat atau dikenal juga dengan istilah gout, sedangkan

penyakit asam urat tinggi disebut dengan istilah artritis gout. Asam urat

merupakan hasil metabolisme tubuh atau tepatnya hasil akhir dari

katabolisme suatu zat yang bernama purin (Diniati, 2015).

Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme dari purin.

Sebagian besar purin berasal dari makanan terutama daging jeroan,

beberapa jenis sayuran dan kacang-kacangan. Dalam keadaan normal,

asam urat dapat larut di dalam darah pada tingkat tertentu. Apabila

kadar asam urat dalam darah melebihi daya larutnya, maka plasma

darah akan menjadi sangat jenuh dan keadaan ini disebut dengan

hiperurisemia. Salah satu contoh penyakit yang ditandai dengan

hiperurisemia adalah penyakit gout atau arthritis gout (Ridhoputrie,

Karita, Romdhoni & Kusumawati, 2019).

Sebagian besar purin berasal dari makanan terutama daging

jeroan, beberapa jenis sayuran, dan kacang-kacangan. Dalam normal

dapat larut didalam darah pada tingkat tertentu. Apabila kadar asam

urat dalam darah melebihi daya larutnya, maka plasma darah akan

menjadi sangat jenuh dan keadan ini disebut dengan hiperusemia.

Salah satu contoh penyakit yang ditandai dengan hiperusemia adalah

penyakit gout atau arthritis gout (Jailana et al., 2017).

6
7

b. Peningkatan asam urat

Peningkatan asam urat dalam darah disebabkan oleh tiga

faktor sebagai berikut:

1) Produksi asam urat berlebihan

Salah satu penyebab menigkatnya kadar asam urat dalam

darah adalah tingginya asupan makanan yang mengandung purin,

akibatnya pembentukan purin dalam tubuh akan menigkat. Semakin

tinggi asupan purin, semakin tinggi pula asam urat yang terbentuk,

akibatnya asam urat dalam darah jika akan semakin menigkat, pada

diet normal eskresinya sekitar 1 gr perhari (Utami, 2005; Smart,

2013).

2) Pembuangan asam urat berkurang

Asam urat dalam darah akan meningkat jika ekskresi atau

pembuangannya terganggu. Keadaan ini terjadi akibat kelainan

ginjal seseorang. Kelainan ginjal pada seseorang bisa dibedakan

(Utami, 2005; Smart, 2013) sebagai berikut :

a) Penurunan proses filtrasi atau penyaringan di bagian glomerulus

ginjal. Peristiwa ini tidak secara langsung menyebabkan

hiperurisemia, tetapi berperan dalam peningkatan asam urat pada

penderita gangguan ginjal.

b) Penurunan proses ekskresi di tubulus ginjal. Proses ini

disebabkan terjadinya akumulasi asam-asam organik yang

berkompetisi dengan asam urat untuk dikeluarkan melalui tubulus

ginjal. Kelainan ini biasanya dialami oleh seseorang yang sedang

mengalami kelaparan, asidosis, keracunan asam salisilat dan

diabetes.
8

c) Peningkatan absorpsi kembali atau reabsorpsi di tubulus ginjal.

Kelainan ini biasanya dialami oleh penderita diabetes dan

seseorang yang sedang mendapatkan terapi obat diuretika.

d) Kombinasi produksi asam urat berlebih dan pembuangan asam

urat berkurang.

Mekanisme ini disebabkan berkurangnya enzim glucose-6-

fosfatase dan konsumsi alkohol yang berlebih. Berkurangnya enzim

ini akan memproduksi asam laktat dalam jumlah berlebih.

Keberadaan asam laktat ini menjadi pesaing bagi asam urat akhirnya

pembuangan asam urat akan menurun. Konsumsi alkohol berlebih

akan memacu produksi asam urat yang berlebih juga. Hal ini terjadi

karena kandungan purin dalam konsumsi alkohol tinggi, sehinga

pemecahan Adenosine Triphosfatase (ATP) akan dipercepat. ATP

akan memproduksi asam laktat akibatnya pembuangan asam urat

akan terganggu (Utami, 2005; Smart, 2013).

Oleh karena itu, penderita penyakit asam urat dianjurkan

untuk diet rendah purin untuk mengurangi pembentukan asam urat.

Kadar purin dalam makanan normal selama sehari mencapai 600-

1000 mg, sedangkan diet rendah purin dibatasi hanya mengandung

120-150 mg purin (Damayanti, 2013).

c. Metabolisme purin

1) Metabolisme purin

Purin adalah molekul yang terdapat dalam sel yang

berbentuk nukleotida dan berperan dalam proses metabolisme tubuh.

Bersama asam amino, nukleotida merupakan unit dasar dalam

proses biokimiawi penurun sifat genetik yang menjadi penyandi asam


9

nukleat yang bersifat esensial dalam pemeliharaan dan pemindahan

informasi genetik (Krisnatuti, 1997; Damayanti, 2013).

Purin terdapat dalam asam nukleat berupa nukleoprotein.

Asam nukleat di usus dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim

pencernaan dan dipecah lagi menjadi mononukleotida.

Mononukleotida dihidrolisis menjadi nukleosida yang dapat diserap

langsung oleh tubuh dan sebagian dipecah menjadi purin dan

pirimidin. Purin teroksidasi menjadi asam urat yang diabsorpsi

melalui mukosa usus dan diekskresi melalui urine (Krisnatuti et al.,

1997; Asdie, 2012).

Ada dua sumber utama purin, yaitu sebagai berikut:

a) Diproduksi sendiri oleh tubuh

Purin diproduksi oleh tubuh secara alami karena purin

merupakan salah satu elemen penting pembentuk rantai DNA dan

RNA dalam tubuh. Diketahui bahwa hampir 85% dari kebutuhan

purin diproduksi secara alami oleh tubuh. Sementara kekurangan

dari kebutuhan purin tersebut diperoleh dari luar tubuh, yaitu dari

makanan yang dikonsumsi.

b) Asupan makanan yang mengandung purin

Selain dproduksi sendiri, kebutuhan purin juga diperoleh

dari makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Normalnya,

kebutuhan tubuh akan zat purin dari luar (asupan makanan) hanya

sedikit saja, lebih kurang 15% dari total kebutuhan purin tubuh.

Jika asupan purin dari makanan terlalu tinggi (melebihi 15% dari

kebutuhan tubuh) maka akan terjadi penumpukan purin dalam

tubuh. hal itu berarti memicu naiknya kadar asam urat dalam
10

tubuh. Karena asam urat merupakan hasil akhir dari proses

katabolisme purin (Suriana, 2014).

2) Pembentukan purin di dalam tubuh

Manusia mampu mensintesis nukleotida purin di dalam

tubuhnya, oleh karena itu sintesis nukleotida purin tersebut tidak

tergantung pada sumber-sumber eksogen asam nukleat dan

nukleotida dari bahan pangan. Sintesis purin pada manusia dan

mamalia bertujuan untuk memenuhi kebutuhan terhadap

pembentukan asam nukleat. Selain itu nukleotida purin ini juga

berperan dalam Adenosine Triphosfat (ATP), cyclik Adenosin

Monophospat (cAMP) dan cyclik Guanosin Monophospat (cGMP)

sebagai koenzim pada Flavin Adenine Dinukleotida (FAD),

Nikotinamida Adenine Dinukleotida (NAD) dan nikotinamida Adenine

Dinukleotida Phosfat (NADP). Zat gizi yang digunakan dalam

pembentukan purin di dalam tubuh yaitu glutamin, glisin, format,

aspartat dan CO2 melalui sintesa de novo (Krisnatuti, 1997; Ngil,

2013).

d. Pembentukkan asam urat

Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, baik

purin yang berasal dari bahan pangan maupun dari hasil pemecahan

asam nukleat tubuh, pada manusia melalui jalur umum akhir untuk

konversi xantin dengan menggunakan xantin oksidase. Pembentukan

asam urat dimulai dengan metabolisme Dioxyribo Nucleic Acid (DNA)

menjadi Adenosine dan Guanosin. Adenosine yang terbentuk kemudian

dimetabolisme menjadi hipoksantin. Hipoksantin kemudian

dimetabolisme menjadi xantin, sedangkan guanosin langsung

dimetabolisme menjadi xantin, kemudian xantin hasil metabolisme


11

hipoksantin dan guanosin dimetabolisme dengan bantuan enzim xantin

oksidase menjadi asam urat. Dalam serum, urat terutama berada dalam

natrium urat, sedangkan dalam saluran urine, urat dalam bentuk asam

urat. Pada manusia normal, 18-20% dari asam urat dipecah oleh

bakteri menjadi CO2 dan amonia (NH3) di usus dan diekskresi melalui

feses. Dua pertiga bagian asam urat diekskresi oleh ginjal melalui urine

dan sepertiga bagian asam urat diekskresi oleh usus besar melalui

feses (Krisnatuti, 1997; Sustrani, 2006; Smart, 2013).

Enzim penting yang berperan dalam sintesis asam urat

adalah xantin oksidase yang sangat aktif bekerja dalam hati, usus halus

dan ginjal. Oksidase yang sangat aktif bekerja dalam hati, usus halus

dan ginjal. Tanpa bantuan enzim xantin oksidase, asam urat tidak dapat

dibentuk (Krisnatuti, 1997).

e. Nilai normal asam urat

Nilai normal kadar asam urat dalam darah yaitu pada

kategori laki-laki 3,4-7 mg/dl, pada katagori perempuan 2,4-6 mg/dl,

sedangkan pada kategori dalam urine 250-750 mg/dl/24 jam

(Damayanti, 2013; Smart, 2013).

f. Makanan tinggi purin

Makanan dengan kandungan purin tinggi yang dapat

meningkatkan kadar asam urat dalam darah (Aminah, 2012; Damayanti,

2013) yaitu :

1) Jeroan, seperti hati, usus, limpa, babat, paru, jantung dan otak.

2) Daging/kaldu, daging bebek, angsa, burung, udang, kerang, kepiting

dan cumi-cumi.

3) Makanan yang diawetkan seperti sarden dan kornet.


12

4) Kacang-kacangan yang dikeringkan beserta olahannya, seperti

kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah kering, taoge,

tempe, tahu, oncom, tauco dan susu kedelai.

5) Sayuran dan buah tertentu seperti bayam, kangkung, daun singkong,

buncis, asparagus, kembang kol, jambu mete, nanas, durian, alpukat

dan air kelapa.

6) Minuman beralkohol seperti bir, wiski, minuman anggur, tuak, tape,

ragi dan minuman hasil fermentasi lainnya.

7) Makanan yang berlemak, karena lemak cenderung menghambat

pengeluaran asam urat.

g. Gejala, tanda dan gambaran klinis asam urat

1. Gejala

Gejala yang khas dirasakan adalah nyeri sendi. Pada

malam hari, nyeri ini akan lebih terasa, persendian menjadi bengkak,

kulit menjadi merah atau keunguan dan tampak mengkilat. Nyeri

tersebut sering terasa di telapak kaki, pergelangan kaki, lutut, siku,

dan pergelangan tangan. Pada persendian tepi, biasanya terbentuk

kristal karena di bagian ini lebih dingin dari pada bagian tengah.

Asam urat cenderung mengkristal pada suhu dingin, kristal juga

terbentuk di telinga dan jaringan yang relatif dingin. Sebaliknya

kristal jarang terbentuk pada tulang belakang, persendian panggul

atau bahu. Keadaan ini tejadi karena letaknya berada di bagian

tengah tubuh (Sustrani, 2006; Smart, 2013).

Gejala lain yang dirasakan adalah demam, dingin dan

detak jantung yang cepat. Gejala hiperurisemia yang berat dapat

menyebabkan perubahan bentuk di bagian tubuh tertentu seperti

daun telinga, mangkuk sendi lutut, bagian punggung lengan atau


13

belakang pergelangan kaki. Perubahan tersebut terjadi akibat

berkumpulnya kristal asam urat yang terus menerus di persendian

dan ujung otot (Sustrani, 2006; Smart, 2013).

2. Tanda-tanda seseorang menderita asam urat (Damayanti, 2013;

Smart, 2013) adalah sebagai berikut :

a) Adanya tofus.

b) Kemerahan di sekitaran sendi yang meradang.

c) Adanya kristal urat yang khas pada cairan sendi.

d) Terjadi serangan arthritis akut lebih dari satu kali.

e) Terjadi peningkatan asam urat dalam darah.

f) Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari.

g) Pembengkakan dan rasa sakit di sendi pangkal ibu jari kaki.

h) Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).

i) Serangan arthritis akut berhenti secara menyeluruh.

3. Gambaran klinis asam urat

Penyakit asam urat terdiri atas beberapa stadium (Sustrani,

2006; Damayanti, 2013;) yaitu :

a) Stadium I : Tahap Asimtomatik

Pada stadium ini yaitu stadium permulaan biasanya

ditandai dengan peningkatan kadar asam urat tetapi penderita

tidak merasakan sakit sama sekali dan tidak disertai gejala nyeri,

arthritis, tofi/tofus, maupun batu ginjal atau batu urat di saluran

kemih.

b) Stadium II : Tahap Akut

Pada stadium ini biasanya terjadi serangan radang

sendi disertai dengan rasa nyeri yang hebat, bengkak, merah dan
14

terasa panas pada ibu jari kaki. Biasanya serangan muncul pada

tengah malam dan menjelang pagi hari.

c) Stadium III : Tahap Interkritikal

Pada stadium ini adalah tahapan serangan berulang

yang tidak menentu. Biasanya terjadi setelah satu sampai dua

tahun kemudian.

d) Stadium IV : Tahap Kronik

Pada tahapan ini ditandai dengan terbentuknya tofi dan

atau perubahan bentuk pada sendi-sendi yang tidak dapat

berubah ke bentuk seperti semula, disebut gejala arthritis gout

kronis.

h. Faktor resiko yang mempengaruhi asam urat

Faktor-faktor yang mempengaruhi asam urat (Sustrani dkk.,

2006; Damayanti, 2013) yaitu :

1) Faktor keturunan dengan adanya riwayat gout dalam keluarga.

2) Mengkonsumsi makanan sehari-hari yang mengandung purin tinggi.

3) Meminum alkohol berlebih.

4) Hipertensi, penyakit jantung, gangguan fungsi ginjal, memiliki

penyakit diabetes miletus.

5) Menggunakan obat-obat dalam jangka waktu lama.

6) Kurang minum air putih.

7) Kelebihan berat badan (obesitas).

8) Faktor lain seperti stress, diet ketat, cedera sendi, darah tinggi dan

olahraga berlebihan.

i. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar asam

urat
15

1) Pra analitik

a) Identitas pasien harus lengkap dan jelas

b) Pengambilan sampel pada pengambilan sampel darah harus

dicegah terjadinya hemolisis. Hemolisis berat bisa mengakibatkan

pecahnya eritrosit, sehingga zat yang ada dalam bekuan masuk ke

plasma.

c) Posisi pengambilan sampel volume darah orang dewasa pada

saat berdiri berkurang 600 ml dibandingkan pada saat berbaring.

Hal ini disebabkan oleh volume plasma yang relatif berkurang

pada saat berdiri karena terjadi peningkatan protein plasma. Maka

posisi pengambilan darah sebaiknya duduk kecuali pada kasus

penyakit berat.

d) Penanganan sampel darah yang telah diperoleh dibiarkan

membeku dulu guna menghindari terjadinya hemolisis dan

menghilangkan benang-benang fibrin. Setelah dibekukan

langsung dicentrifuge .

2) Tahap Analitik

a) Reagen perlu diperhatikan pada penggunaan reagen adalah

 Fisik, kemasan dan tanggal kadaluarsa

 Suhu penyimpanan

b) Alat perlu diperhatikan pada penggunaan peralatan:

 Bagian-bagian fotometer dan alat ukur otomatis lainnya harus

berfungsi dengan baik (kalibrasi alat)

 Pipet juga harus dipantau secara teratur ketepatannya

 Kebesihan, keutuhan, ketepatan merupakan persyaratan yang

harus dipenuhi agar alat dapat dipakai.


16

c) Metode pemeriksaan dalam memilih metode pemeriksaan

 Reagen yang mudah diperoleh

 Alat yang tersedia dapat untuk memeriksa dengan metode

 Suhu pemeriksan dipilih sesuai dengan tempat kerja

 Metode pemeriksan yang mudah dan sederhana

3) Tahap Post Analitik

Pencatatan hasil dan pelaporan hasil dilakukan secara teliti

dan benar.

j. Penyakit Akibat Asam Urat

Tingginya kadar asam urat serum bisa menimbulkan

pengendapan kristal monosodium urat (MSU) di jaringan yang bisa

menimbulkan berbagai penyakit seperti radang sendi akut dan kronik,

tofi dan terganggunya fungsi ginjal serta terbentuknya batu urat

Penyakit akibat asam urat (Dalimartha, 2003; Smart, 2013) adalah :

1) Arthritis gout :

a) Hiperurisemia asimptomatik.

b) Arthritis gout akut.

c) Interkritikal gout.

d) Arthritis gout kronik bertrofi.

e) Batu ginjal.

f) Gangguan fungsi ginjal :

 Nefropati urat.

 Nefropati asam urat.

k. Diagnosa Asam Urat

Pemeriksaan untuk diagnosis asam urat meliputi :


17

1) Pemeriksaan laboratorium :

a) Kadar asam urat darah (serum)

Pemeriksaan ini dilakukan apabila kadar asam urat dalam darah

melebihi nilai normal, pada laki-laki melebihi 7 mg/dl dan pada

perempuan melebihi 6 mg/dl, sedangkan pada urine melebihi

750-1000 mg/24 jam dengan diet biasa. Selain itu juga dilakukan

pemeriksaan gula darah, ureum, kreatinin, disertai pemeriksaan

profil lemak darah untuk menguatkan diagnosis.

b) Ekskresi asam urat urine per 24 jam.

c) Pemeriksaan cairan sendi dilakukan di bawah mikroskop untuk

melihat kristal monosodium urat (MSU) pada cairan sendi.

d) Pemeriksaan radiologi digunakan untuk melihat proses yang

terjadi dalam sendi dan tulang.

e) Selain itu ditemukan pula hasil pemeriksaan laboratorium berupa

pemeriksaan C-Reaktif Protein biasanya positif, laju endap darah

(LED) meningkat, leukosit normal atau meningkat, anemia

normositik hipokrom, trombosit meningkat, kadar albumin serum

turun dan globulin naik (Anonim, 2010; Mansjoer et al; Smart,

2013).

2. Asam Urat Metode POCT (Point Of Care Testing)

a. Metode Point Care Of Test (POCT)

Pemeriksaan ini sederhana, setetes darah ditepatkan pada

sebuah patch pada test strip.strip uji dimasukkan ke dalam alat untuk

menganalisis specimen dan memberikan tampilan digital tentang tingkat

kadar asam urat. Prinsip pemeriksaan asam urat metode uric acid

meter test adalah strip test diletakan pada alat, ketika darah diteteskan
18

pada zona reaksi test strip, katalisator asam urat akan mengoksidasi

asam urat dalam darah. Intensitas dari electron yang terbentuk dalam

alat yang digunakan setara dengan konsentrasi asam urat dalam darah.

Gambar 1. Alat POCT (Point Of Care Testing). (Dokumen pribadi)

b. Prinsip kerja

1) Stick diletakan pada alat ketika darah diteteskan pada zona reaksi tes

stick, katalisator asam urat akan bereaksi intensitas dari electron

yang terbentuk dalam alat stick setara dengan konsentrasi

pemeriksaan.

2) Pemeriksaan kadar asam urat menggunakan stick ini, mempunyai

kelebihan menggunakan sampel darah dalam jumlah yang sedikit

karena darah yang dipakai adalah darah kapiler yang diambil dari

ujung jari, selain itu pemeriksaan menggunakan stick membutuhkan

waktu yang relatif lebih cepat.


19

c. Cara Kerja

Pada prinsipnya ke tiga alat jenis stick ini memiliki cara kerja

yang sama dan hanya dibedakan oleh merk dagang/pabrik.

1) Persiapan

a) Pasang lancet pada alat pena.

b) Atur sesuai kedalaman yang diinginkan.

2) Langkah-langkah

a) Usap jari tengah menggunakan alcohol swab dan tunggu hingga

kering

b) Pasang strip slop tempat strip

c) Nyalakan alat ke –on

d) Cek nomor kode kalibrasi, bandingkan nomor kode yang muncul di

layar dengan yang tertera di tabung harus sama.

e) Sampling darah diambil dengan menggunakan pena soft click.

Lokasi pengambilan sampling darah yaitu jari bagian pinggir.

f) Darah dimasukkan ke dalam bantalan strip sampai terisi penih.

g) Tunggu alat bekerja atau proses berjalan, hasil akan muncul di

layar.

d. Komponen Alat

Satu set alat POCT (Point Of Care Testing) terdiri dari :

1) Blood Uric Meter, merupakan alat pengukur asam urat yang

mempunyai layar untukmenampilkan hasil pemeriksaan.

2) Blood Uric Acid Strip, merupakan strip untuk setiap kali pemeriksaan,

terdapat zona untuk meletakkan specimen, yang dipasangkan pada

alat pengukur atau blood Uric Acid Meter.

3) Lancing Device and blood Lancet, merupakan alat/jarum untuk

mengambil specimen darah kapiler.


20

e. Kelebihan pemeriksaan Asam Urat dengan menggunakan alat POCT

1) Hasil testnya dapat diketahui segera.

2) Dapat segera dilakukan tes ulang.

3) Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat tidur pasien.

4) Tidak memerlukan tempat khusus.

5) Penyimpanan mudah.

6) Harga lebih murah.

7) Volume darah yang dibutuhkan sedikit. (Menkes, 2015).

f. Kekurangan pemeriksaan asam urat menggunakan metode POCT

1) Akurasi tes dipertayanyakan.

2) Adanya faktor pengganggu pemeriksaan seperti, volume eritrosit,

vitamin c dan bilirubin.

3) Adanya faktor ketergantungan bahan pemeriksaan / close method.

4) Alat hanya mampu mendeteksi kadar asam urat dalam dalam darah

antara 3,0mg/dl sampai 20,0 mg/dl (Menkes, 2015).


21

B. Kerangka Konsep

C.
Tingkat Pengetahuan
D.
Pengguna POCT

SebelumE.Memberikan Setelah Memberikan


F.
Pemahaman terhadap Pemahaman terhadap
G.
H. Alat POCT
Pengguna Pengguna Alat POCT

I.

Analisis Data

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Mempengaruhi
22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Kerongkong, Desa Karang

Bayan, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2022 - Februari

2022.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu suatu

penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang

suatu keadaan secara objektif dalam hal ini untuk memberikan pengetahuan

masyarakat pengguna alat POCT di Dusun Kerongkong, Desa Karang Bayan,

Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat (Notoatmojo, 2012). Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian

kuesioner kepada masyarakat pengguna alat POCT yang berada di Dusun

Kerongkong, Desa Karang Bayan, Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok

Barat. Kuesioner diberikan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

masyarakat pengguna alat POCT dalam menggunakan alat dengan baik dan

benar.penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

masyarakat sebelum dan sesudah penguna alat POCT dan menganalisis

pemahaman masyarakat sebelum dan sesudah mengunakan alat POCT di

Dusun Kerogkong, Desa Karang Bayan, Kecamatan Lingsar, Kabupaten

Lombok Barat.

22
23

C. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua masyarakat pengguna alat

POCT (point of care testing) yang berada di Dusun Kerongkong, Desa Karang

Bayan, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.

D. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengguna alat

POCT (point of care testing) yang berada di Dusun Kerongkong, Desa Karang

Bayan, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.

E. Cara Pengambilan Sampel

Jumlah sampel yang diambil menggunakan dasar sampel jenuh,

yaitu apabila berapa besar sampel didapatkan hasil survey terdapat 20

informen dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel

(Sugiyono, 2009)

F. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah masyarakat pengguna alat

POCT (point of care testing).

2. Variabel terikat (dependent variabl)

Variabel terikat yaitu presentase tingkat pengetahuan alat POCT.

G. Definisi Operasional

1. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan alat POCT (Point

Of Care Testing) di Dusun Kerongkong, termasuk kategori sedang,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat di

dusun tersebut termasuk kategori sedang.


24

2. POCT (Point Of Care Testing) yang banyak diketahui dan yang digunakan

oleh masyarakat Dusun Krongkong Desa Karang Bayan adalah alat

pemeriksaan kadar asam urat dalam darah termasuk rendah.

3. Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin di dalam tubuh manusia.
25

H. Alur Kerja Penelitian

Survey

Memberikan kousioner kepada


Masyarakat pengguna alat POCT
(Point Of Care Testing)

Pengisian Kosioner

Pengumpulan Data dan


Pengolahan data

Analisis Data

Kesimpulan
26

I. Pengolahan dan Analisis Data

1. Cara Pengolahan Data

Data yang didapatkan dari hasil tingkat pengetahuan masyarakat

yang menggunakan alat POCT (Point Of Care Testing) di Dusun

Kerogkong Desa Karang Bayan Kecamatan Llingsar Kabupaten Lombok

Barat dapat ditampilkan dalam bentuk tabel contoh tabel di bawah ini.

Data hasil pengetahuan masyarakat pengguna alat POCT (Poin Of

Care Testing) di Dusun Kerogkong Desa Karang Bayan Kabupaten

Lombok Barat.

NO Sebelum menggunakan alat Sudah menggunakan alat POCT


POCT(Point Of Care Testing) (Poin Of Care Testing )
1
2
3
4
Dst
Total
Rerata

2. Analisis Data

Data di peroleh dari tingkat pengetahuan masyarakat pengguna

alat POCT (Poin Of Care Testing) dalam mendiagnosis kadar Asam Urat di

Dusun Kerogkong Desa Karang Bayan Kecamatan Lingsar Kabupaten

Lombok Barat menggunakan uji Wilcoxon dengan bantuan komputer.


27

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, D. (2013). Mencegah & Mengobati Asam Urat. Bantul: Araska

Diniat, Nur Amalia. (2015), ’Goud and Hiperurisemia’, Jurnal Majorty, 4, pp 82-89.

Diniati, N. A. (2015)’Gout and Hiperurisemia’, Jurnal Majorty, 4, pp. 82-89

Jailana, Suhadi, ia ode M.dan S.(20017) faktor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian asam urat pada usia 20-44 tahun di RSUD Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017; faktor –faktor yang
berhubungan dengan kejadian asam urat pada usia 20-44 tahun di
RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tengara Tahun 2017, 3 (2),
pp.1-13.

Krinsatuti, (2007). Perencanaan Menu Untuk Penderita Gangguan Asam Urat.


Jakarta : Penebar Swadaya

Krinsatuti, Diah dkk. 2008, Pencemaran Menu Untuk Penderita Gangguan Asam
Urat. Jakarta : Penebar Swadaya.

Kumar, B dan Linert, P (20016),gout dan Africal American Reducing dispaties.


Amerikan: Clevaland clinic jurnal of medicine.

Lyuet. 2003. Obesitas dan Penanggulangannya .jakarta: Buletin kesehatan.

M.Ridhoputrie, D.Karita, M.F.Romdhoni, A.Kusumawati.(2019). Hubungan pola


makan dan gaya hidup dengan Kadar Asam Urat pralansia dan lansia
di wilayah kerja puskesmas i kembaran ,Banyumas,Jawa Tengah.
Herb Medicine Journal, 2(1), 1–6 Jawa Tengah.

MENKES, 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer :


1790 /MENKES /XII/2010 Tentang Pedoman Pemeriksaan Kimia
Kelinik.

Menkes. 2010. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Surat keputusan Direktur


jenderal bina kefarmasian dan alat kesehatan Nomor :
hk.03.05/iii/571/ii. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

N.Suriana.(2014). Herbal Sakti Atasi Asam Urat. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Notoatmojo S, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta

Nurhayati. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan Terjadinya Penyakit Gout


(Asam Urat ) Di Desa Limaran Kelurahan Patolon Boya Kecamata
Taweli. STIKes Widiya Nusantara Palu

R.Sibella.(2010). Libas Asam Urat Dengan Terapi Herbal, Buah, Sayuran.


Klateng: galmas publisir.

Smart. (2013). Rematik Dan Asam Urat Pengobatan Dan Terapi Sampai
Sembuh Total. Jogyakarta.: A-Plus Books

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta. Bandung


28

Sustrani L, S Alam, I hadibroto.2004. Hipertensi Jakarta: PT. Granmedia Pustaka


utam.

Sutanto, Teguh.2013. Asam Urat. Buku Pinta. Yogyakarta.

Untari, S. Sarifah.(2010). Hubungan antara Penyakit Gout dengan Jenis Kelamin


dan Umur pada Lansia. Jurnal MIPA Dan Kesehatan, 3(1), 267–272
Surakarta.

Zaetun. Siti. dkk (2014). Analisis Kadar Glukosa Darah Menggunakn Chemistry
Autoanalyzer, Fotometer Dan Point Of Care Testing (poct). Jln Prabu
Rangkasari Dasan Cermen Kelurahan Sandubaya, Sandubaya
Mataram.

Anda mungkin juga menyukai