Anda di halaman 1dari 13

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang pengaruh senam ergonomik terhadap

penurunan nyeri sendi lansia yang mengalami rematik di wilayah kerja

Puskesmas Korleko tahun 2019 dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Korleko merupakan pusat pelayanan kesehatan tingkat

pertama yang melayani semua jenis pelayanan diantaranya rawat jalan

umum, rawat jalan gigi, unit gawat darurat, rawat inap, persalinan,

laboratorium,tumbuh kembang,anak remaja,dan salah satunya adalah

posyandu lansia dan dirangkaikan dengan kegiatan prolanis yang berjalan

sampai sekarang.

Puskesmas Korleko berlokasi di Desa Korleko selatan Kecamatan

Labuhan haji Kabupaten Lombok Timur yang berada dibawah naungan

Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur dibawah ini:

a. Visi

“Menuju masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Korleko yang

mandiri untuk hidup sehat, produktif, dan berkualitas tahun 2019”

b. Misi

1) Meningkatkan kualitas manajmen Puskesmas.

2) Meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat.

3) Meningkatkan kualitas setiap program.

50
51

2. Analisis Univariat

Analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti.

Data ini merupakan data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner yang

disebarkan kepada responden. Data univariat ini terdiri dari jenis kelamin,

data nyeri sendi sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan

perlakuan.

a. Gambaran Umum Responden

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Frekuensi Persentase(%)


1 Laki-laki 13 43%
2 Perempuan 17 57%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2019.

Dari tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa responden

berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa jumlah responden jenis

kelamin laki-laki adalah 13 responden (43%), sedangkan yang

perempuan berjumlah 17 responden (57%).

b. Nyeri sendi sebelum dilakukan senam ergonomik lansia di wilayah


kerja Puskesmas Korleko tahun 2019

Tabel 4.2 Nyeri Sendi Sebelum Dilakukan Senam Ergonomik Lansia


di wilayah Kerja Puskesmas Korleko Tahun 2019

No Kategori Frekuensi Persentase(%)


1 Ringan 0 0%
2 Sedang 11 37%
3 Berat 19 63%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2019.
52

Dari Tabel 4.2 di atas, menunjukkan bahwa nyeri sendi sebelum

dilakukan senam ergonomik terhadap penurunan nyeri sendi lansia

yang mengalami rematik di wilayah kerja Puskesmas Korleko

sebanyak 19 responden (63%) dengan kategori berat, 11 responden

(37%) dengan kategori sedang dan tidak ada responden (0%) dengan

kategori ringan.

c. Nyeri sendi setelah dilakukan senam ergonomik lansia yang


mengalami rematik di wilayah kerja Puskesmas Korleko tahun 2019.

Tabel 4.3 Nyeri Sendi Setelah Dilakukan Senam Ergonomik Lansia


Yang Mengalami Rematik di Wilayah Kerja Puskesmas
Korleko Tahun 2019.

No Kategori Frekuensi Persentase(%)


1 Ringan 15 50%
2 Sedang 15 50%
3 Berat 0 0%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2019.

Dari tabel 4.3 di atas, menunjukkan bahwa nyeri sendi setelah

dilakukan senam ergonomik lansia yang mengalami rematik di

wilayah kerja Puskesmas Korleko sebanyak 15 responden (50%)

dengan kategori ringan, 15 responden (50%) dengan kategori sedang

dan tidak ada responden (0%) dengan kategori berat.


53

3. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh antara

variabel bebas dengan variabel terikat. Dimana senam ergonomik

sebagai variabel bebas dan penurunan nyeri sendi sebagai variabel

terikat

Tabel 4.4 Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Penurunan Nyeri


Sendi Lansia Yang Mengalami Rematik di Wilayah Kerja
Puskesmas Korleko Tahun 2019.
No Pre-Test Post-Test
Kategori Tingkat nyeri post-test Kategori
Responden Tingkat nyeri pre-test
1 7 Berat 4 Sedang
2 7 Berat 5 Sedang
3 8 Berat 6 Sedang
4 6 Sedang 2 Ringan
5 7 Berat 4 Sedang
6 7 Berat 4 Sedang
7 6 Berat 3 Ringan
8 8 Berat 5 Sedang
9 6 Sedang 2 Ringan
10 8 Berat 5 Sedang
11 7 Berat 4 Sedang
12 8 Berat 5 Sedang
13 6 Sedang 3 Ringan
14 8 Berat 6 Sedang
15 7 Berat 4 Sedang
16 6 Sedang 2 Ringan
17 6 Sedang 3 Ringan
18 7 Berat 4 Sedang
19 6 Sedang 3 Ringan
20 8 Berat 5 Sedang
21 6 Sedang 2 Ringan
22 6 Sedang 2 Ringan
23 7 Berat 4 Sedang
24 7 Berat 3 Ringan
25 6 Sedang 2 Ringan
26 7 Berat 3 Ringan
27 7 Berat 3 Ringan
28 7 Berat 3 Ringan
29 6 Sedang 5 Sedang
30 5 Sedang 2 Ringan
Mean 6,76 Sedang 3,60 Ringan
Wilcoxon = 0,000 <α 0,05
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2019.
54

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan

nilai signifikan p = 0,000 <α 0,05 yang berarti H0 yang mengatakan tidak

ada pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan nyeri sendi lansia yang

mengalami rematik di wilayah kerja Puskesmas Korleko di tolak dan H1

yang mengatakan ada pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan nyeri

sendi lansia yang mengalami rematik di wilayah kerja Puskesmas Korleko

di terima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan senam ergonomik terhadap penurunan sendi lansia yang

mengalami rematik di wilayah kerja Puskesmas Korleko tahun 2019.

B. Pembahasan

1. Nyeri sendi sebelum dilakukan senam ergonomik terhadap lansia yang


mengalami rematik di wilayah kerja Puskesmas Korleko pada tahun 2019.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Meliana Sitinjak (2016) dengan judul penelitian pengaruh senam rematik

terhadap perubahan skala nyeri sendi lanjut usia dengan Osteoatritis lutut.

Hasil ini sesuai dengan paired t test pada kelompok perlakuan yang

menunjukkan nilai p-value sebesar 0,000 dan kelompok kontrol p-value

sebesar 0,017 (p < 0,05). Hasil Independen t test untuk posttest kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan p-value sebesar 0,000 (p <

0,05) yang berarti terdapat perbedaan mean skala nyeri sendi yang

bermakna antara kelompok perlakuan yang diberikan intervensi senam

rematik dan kelompok kontrol yang tidak diberikan senam rematik,

dimana skala nyeri sendi dengan senam rematik lebih rendah dari pada

skala nyeri yang tidak diberikan senam rematik


55

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan yang dilakukan oleh Ami

Farida (2017) dengan judul penelitian pengaruh senam rematik terhadap

penurunan tingkat nyeri pada lansia yang menderita rematik. Dari hasil

penelitian didapatkan nilai rata-rata sebelum dilakukan senam 5 dalam

skala nyeri dan setelah dilakukan senam 5,5 dalam skala nyeri artinya

tidak ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah latihan.

Penelitian ini sejalan dengan teori dari Hidayat (2010) bahwa nyeri

(Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat

subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal

skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat

menjelaskan dan mengevakuasi rasa nyeri yang dialaminya. Hal ini sejalan

dengan teori dari Judha (2012) bahwa nyeri adalah pengalaman sensori

nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual dan potensial yang tidak menyenangkan yang

terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah

distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar,

melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

Senam Rematik tidak selamanya menjadi solusi dalam menurunkan nyeri

sendi pada lansia yang mengalami rematik.

2. Nyeri sendi setelah dilakukan senam ergonomik terhadap lansia yang


mengalami rematik di wilayah kerja Puskesmas Korleko tahun 2019.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Ivandani (2016) dengan judul penelitian efektivitas senam rematik

terhadap kemampuan berjalan dengan nyeri sendi untuk mencapai hidup


56

yang sehat pada lanjut usia. Dari hasil analisa data didapatkan bahwa

responden yang menjalani senam rematik mempunyai hubungan yang

negatif dengan kemampuan berjalan para lansia, yang mana dari hasil

penelitian diperoleh nilai korelasi sebesar 1,854 dengan probabilitas value

> 0,05. Dengan demikian berarti bahwa senam rematik tidak efektif

terhadap kemampuan berjalan dengan nyeri sendi. Kemampuan berjalan

lansia dipengaruhi oleh kondisi lansia yang mengkhawatirkan dan nyeri

sendi kronis yang tidak bisa ditangani oleh hanya dengan senam.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rochman (2012) dengan judul penelitian perbedaan nyeri rematik sebelum

dan sesudah senam rematik pada lansia. Dari hasil uji Wilcoxon

didapatkan perbedaan nyeri rematik sebelum dan sesudah senam rematik

dengan rata-rata nyeri sebelum senam sebesar 5.44 dalam skala nyeri,

sedangkan rata-rata nyeri sesudah senam sebesar 3.11 dalam skala nyeri.

Penelitian ini sejalan dengan pendapat dari Wratsongko (2006)

bahwa senam ergonomik bermanfaat bagi tubuh. Melakukan senam

ergonomik secara rutin dapat meningkatkan kekuatan otot dan efektifitas

fungsi jantung, mencegah pengerasan pembuluh arteri dan melancarkan

sistem pernafasan.Gerakan fisik teratur dapat meningkatkan kolesterol

baik (HDL) yang bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Senam ergonomik juga dapat menurunkan glukosa darah, mencegah

osteoporosis dan penyakit lainnya. Senam ergonomik sangat efektif dalam

memelihara kesehatan karena gerakannya anatomis, sederhana dan tidak


57

berbahaya sehingga dapat dilakukan oleh semua orang dari anak-anak

hingga lanjut usia.

Senam ergonomik dapat menurunkan nyeri sendi pada lansia yang

mengalami rematik. Hal ini sesuai dengan tujuan dari senam ergonomik

adalah gerakan yang mengoptimalkan posisi tubuh pada ruang kerja

dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan kelelahan posisi tubuh

tersebut antara lain posisi tulang belakang, posisi penglihatan, (Jarak dan

pencahayaan) posisi jangkauan (berdiri atau duduk), keselarasan tangan

kanan dan kiri dan posisi benda kerja sehingga diperoleh kenyamanan dan

produktipitas yang tinggi (gerakan dalam senam ergonomik adalah

gerakan yang efektif, efisien dan logis karena rangkaian gerakannya

merupakan rangkaian gerak yang dilakukan oleh manusia sejak dahulu

yaitu deviasi gerakan shalat. Senam dapat langsung membuka,

membersihkan dan mengaktifkan seluruh sistem tubuh seperti

kardiovaskular, perkemihan dan sistem reproduksi (Wratsongko, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan

senam rematik pada penderita rematik sangat efektif untuk menurunkan

nyeri sendi pada lansia, sehingga sangat baik bila dijadikan sebagai

rujukan bagi penderita rematik.

3. Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Lansia


yang Mengalami Rematik di Wilayah Kerja Puskesmas Korleko Tahun
2019.

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon

didapatkan nilai signifikan p = 0,000 <α 0,05 yang berarti H0 yang

mengatakan tidak ada pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan


58

nyeri sendi lansia yang mengalami rematik di wilayah kerja Puskesmas

Korleko di tolak dan H1 yang mengatakan ada pengaruh senam ergonomik

terhadap penurunan nyeri sendi lansia yang mengalami rematik di wilayah

kerja Puskesmas Korleko diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh yang signifikan senam ergonomik terhadap

penurunan sendi lansia yang mengalami rematik di wilayah kerja

Puskesmas Korleko tahun 2019.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sarifuddin (2015) dengan judul penelitian pengaruh senam rematik

terhadap penurunan rasa nyeri pada penderita rematik. Dimana hasil

penelitiannya menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis menggunakan

uji analisis non parametrik uji Wilcoxon menunjukkan bahwa rerata nyeri

pada pre test adalah 5.3 dan post test 5.8 yang menunjukkan tidak adanya

penurunan rasa nyeri setelah dilakukannya senam rematik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Komariah (2017) dengan judul penelitian pengaruh senam ergonomik

terhadap penurunan kadar asam urat. Dapat disimpulkan bahwa senam

ergonomik efektif dalam menurunkan kadar asam urat yang tinggi

dengan nilai p value 0,0001 < α (0,05). Maka Ho ditolak, sedangkan uji

regresi linier menunjukkan selisih minggu ke-1 dengan minggu ke-2

pada kelompok perlakuan -1,766 dan 0.249 dengan nilai Rsquare 0,05,

pada minggu ke-3 dan minggu ke-4 0,494 -1,86 dan dengan nilai

Rsquare 2,44.
59

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Novia (2015) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh senam

ergonomik terhadap penurunan tekanan darah dengan nilai p=0,000,

dan terjadi penurunan rata-rata tekanan darah selama 2 minggu sebesar

11,29 mmHg. Sehingga kesimpulannya adalah senam ergonomik

berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada lansia

dengan hipertensi.

Hasil Penelitian ini tidak sejalan dengan Rakhman, dkk (2015)

yang berjudul pengaruh terapi akupressure terhadap kadar asam urat

darah pada lansia dengan nilai p= 1,065 (p value>α = 0,05). Tidak

terdapat pengaruh yang signifikan terapi akupresur terhadap kadar asam

urat darah pada lansia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat dari Wratsongko (2015)

bahwa senam ergonomik adalah suatu teknik senam untuk mengembalikan

atau membetulkan posisi dan kelenturan sistem saraf serta aliran darah,

memaksimalkan suplai oksigen ke otak, membuka sistem kecerdasan,

keringat, termoregulasi, pembakaran asam urat, kolesterol, gula darah, asam

laktat, Kristal oksalat, kesegaran tubuh dan imunitas. Senam ergonomik

merupakan senam yang gerakan dasarnya terdiri atas lima gerakan yang

masing-masing memiliki manfaat berbeda tetapi saling terkait satu sama

lainnya. Lebih lanjut diungkapkan bahwa gerakan senam ergonomik

merupakan perpaduan aktivitas otot dan teknik pernafasan. Setiap gerakan

senam diawali dengan menarik nafas dan menggunakan teknik nafas dada.
60

Tujuannya adalah untuk mengembangkan paru-paru secara optimal agar

dapat menghimpun oksigen lebih banyak (Wratsongko, 2015).


61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden yang mengalami nyeri sendi terhadap senam

ergonomik berdasarkan jenis kelamin didapatkan jumlah responden laki-

laki sebanyak 13 responden (43%), sedangkan yg perempuan sebanyak 17

responden (57%).

2. Nyeri sendi sebelum dilakukan senam ergonomik terhadap lansia yang

mengalami rematik di wilayah Kerja Puskesmas Korleko tahun 2019

sebanyak 11 responden (37%) dengan kategori sedang, 19 responden

(63%) dengan kategori berat dan tidak ada responden (0%) dengan

kategori ringan.

3. Nyeri sendi setelah dilakukan senam ergonomik terhadap lansia yang

mengalami rematik di wilayah Kerja Puskesmas Korleko tahun 2019

sebanyak 15 responden (50%) dengan kategori ringan, 15 responden

(50%) dengan kategori sedang dan tidak ada responden (0%) dengan

kategori berat.

4. Ada pengaruh yang signifikan senam ergonomik terhadap penurunan nyeri

sendi lansia yang mengalami rematik di wilayah kerja Puskesmas Korleko.


62

B. Saran

Penelitian ini bisa diimplementasikan dalam pengembangan penelitian

bagi:

1. Puskesmas

Sebagai data penunjang dalam memberikan informasi untuk mengatasi

masalah penyakit rematik pada pasien.

2. Riset/Penelitian

Sebagai data dasar dan pembanding untuk penelitian selanjutnya agar

dapat melakukan penelitian mengenai nyeri sendi yang lain, kemudian

dapat membandingkan tingkat nyeri sebelum dan sesudah pemberian

melakukan senam egonomik.

3. Institusi Pendidikan

Merekomendasikan kepihak institusi Puskesmas Korleko untuk dapat

dijadikan sumber informasi bagi lansia di wilayah kerja Puskesmas

Korleko tentang bagaimana cara mengurangi nyeri sendi dengan

melakukan senam ergonomik.

4. Peneliti

a. Sebagai salah satu penyusunan perencanaan pengobatan

nonfarmakologi bagi penderita rematik dalam menurunkan gejala nyeri

sendi lansia didalam perawatan Gerontik.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar

dalam meluaskan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh senam

ergonomik terhadap penurunan nyeri sendi lansia yang mengalami

rematik.

Anda mungkin juga menyukai